PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Permintaan konsumen akan daging ayam mencerminkan betapa
tingginya peminat makanan dari unsur hewani ini. Ini dibuktikan dari
data yang telah didapat yang menunjukkan masyarakat masih memilih
daging ayam sebagai sumber protein hewani. Data pada tahun 2007
menunjukan produksi daging ayam sebesar 58.162 ton, sampai pada
tahun 2014 produksi daging ayam meningkat sampai pada angka 80.956
ton (Badan Pusat statistik, 2015). Sedangkan konsumsi daging ayam
pada tahun 2007 sebesar 3.441 kg, terjadi peningkatan konsumsi daging
ayam sampai pada tahun 2013 sebesar 3.650 kg (Kementrian Pertanian
Republik Indonesia, 2015).
Untuk dapat memenuhi permintaan konsumen akan daging ayam
saat ini peternak ayam telah menggunakan mesin penetas telur yang
masih sederhana, cara kerjanya yaitu telur dimasukkan kedalam alat
penetas telur kemudian hidupkan. Alat tetas telur hanya menggunakan 1
lampu saja, setiap jam sekali telur harus di putar agar kuning telur tidak
menempel pada dinding telur. Selama 21 hari peternak harus
memberikan perhatian lebih pada telur yang akan di tetaskan.
Temperatur yang terlalu tinggi akan menyebabkan kematian embrio
ataupun abnormalitas embrio, sedangkan kelembaban mempengaruhi
pertumbuhan normal dari embrio (Siella dkk, 2013).
Dalam penetasan telur yang menjadi faktor penting yaitu
pengkondisian suhu ruangan, sirkulasi udara, kelembaban lingkungan
dan selang waktu pemutaran telur (Winarto dkk, 208). Ini yang menjadi
faktor keberhasilan penetasan telur. Suhu di dalam ruangan inkubator
terus berubah seiring dengan perubahan suhu diluar inkubator, bila suhu
diluar inkubator menurun atau menjadi dingin tentu suhu di dalam
ruangan inkubator pun menurun begitu juga sabaliknya. Bila suhu serta
kelembaban ruang tetas tidak terkendali, serta telur tidak diputar secara
berkala dan hati-hati maka penetasan telur di pastikan tidak akan
berhasil. Maka perlu dilakukan pengendalian atau pengontrolan keempat
faktor tersebut seperti yang dilakukan oleh induk ayam.
Jika jumlah telur yang ditetaskan sedikit penetasan dengan mesin
yang sederhana masih dapat dilakukan. Namun bila jumlah telur yang
akan ditetaskan dalam sekala besar, maka tidak mungkin untuk
melakukan secara manual pemantauan suhu, kelembaban, pemutaran
telur, dan sirkulasi udara setiap saat, akan mengakibatkan kejenuhan dan
kelelahan serta di butuhkan tenaga kerja lebih untuk melakukannya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.
4.
5.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan pengujian alat yang telah
dibuat dan saran yang diperlukan untuk pengembangan
selanjutnya.