Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN

FIQIH DI MTs MIFTAHUL QULUB POLAGAN GALIS


PAMEKASAN
Mohammad Fahrur Rozi
Madrasah Tsanawiyah Miftahul Qulub Polagan Pamekasan
(Pondok Pesantren Miftahul Qulub Polagan Pamekasan)

Abstrak: Teknologi merupakan salah satu perangkat yang berbentuk hardware dan software yang bertujuan untuk mempermudah dan
mempersingkat pekerjaan. Dalam dunia pendidikan, teknologi memiliki peran yang sangat signifikan yaitu memperluas, mempermudah dan memperdalam materi dalam proses belajar mengajar
serta untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam artikel ini
akan membahas tentang penerapan teknologi dalam aktivitas
pembelajaran fiqih.
Kata kunci: Teknologi, pembelajaran Fiqh

Abstract: Technology is one of devices in the form of hardware and


software which aims to simplify and shorten the work. In the world
of education, technology has a very significant role that is to expand,
simplify and deepen the materials in the process of teaching and
learning which , in turn, to improve the quality of education. This
research article explains about the application of technology in
learning activities of Islamic jurisprudence (fiqh) at MTs Miftahul
Qulub. Results shows that the learning of fiqh at MTs Miftahul
Qulub Polagan used the technology, eventhough still faces many
obstacles.
Keywords: Technology, learning fiqh

Mohammad Fahrur Rozi

Pendahuluan
Tujuan pendidikan nasional dijelaskan dalam UU No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pada Bab II pasal 3. Namun,
tujuan pendidikan nasional termasuk pendidikan Islam belum
sepenuhnya tercapai. Kondisi ini berawal dari praktik pembelajaran
yang hanya mentransfer ilmu pengetahuan (knowledge) kepada peserta
didik semata dengan mematikan potensi kreatif dan kritis peserta
didik yang seharusnya ditumbuhkembangkan secara pedagogis. Salah
satu upaya untuk memperbaiki kegagalan tersebut adalah dengan
menerapkan teknologi pembelajaran seoptimal mungkin.
Mata pelajaran fiqih merupakan salah satu mata pelajaran
pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan
hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya
(way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan, pengalaman dan pembiasaan. Karena selama ini image Madrasah Tsanawiyah pada khususnya dalam menggunakan media apa
adanya terutama dalam mata pelajaran fiqih yang selalu identik
dengan muamalah dan ubudiyah.
Berdasarkan latar belakang di atas, artikel ini bertujuan untuk
mengetahui penerapan teknologi, kendala dan solusi penerapan
teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih, dengan mengambil
objek penelitian di MTs Miftahul Qulub Polagan Galis Pamekasan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasilnya dapat
memperkaya kajian-kajian tentang penerapan teknologi dalam
aktivitas pembelajaran fiqih. Sedangkan secara praktis, hasilnya
diharapkan mampu membangkitkan pemahaman masyarakat bahwa
pada realitasnya dalam pendidikan, teknologi juga bisa diterapkan
dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam (fiqih). Di samping itu,
hasil kajian ini diharapkan memberikan kontribusi yang bernilai
ilmiah bagi masyarakat muslim, sehingga pada akhirnya mampu
memberikan kontribusi bagi akademik, masyarakat dan pemerintah
tentang pentingnya penerapan teknologi dalam aktivitas pembelajaran
fiqih pada khususnya dan pengembangan pendidikan agama Islam
secara umum.

100

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

Pendekatan penelitian ini didasarkan pada pendekatan kualitatif,


karena data yang dikumpulkan lebih banyak data kualitatif, yakni
data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan bentuk angka1.
Penelitian kualitatif cenderung memiliki karakteristik antara lain,
mempunyai natural setting sebagai sumber data langsung, peneliti
merupakan instrument kunci (key instrument) bersifat deskriptif lebih
memperhatikan proses daripada produk, cenderung menganalisis
data secara induktif, dan meaning (makna) adalah hal yang essensial
didalamnya2.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan dua
sumber, yaitu: pertama, sumber non-manusia, termasuk buku-buku
primer atau sekunder, majalah, diktat, yang berkaitan dengan teknologi pembelajaran dan sumber data lain yang dikategorikan nonmanusia. Kedua, sumber data yang berasal dari sumber manusia yaitu:
kepala sekolah, guru dan murid di MTs Miftahul Qulub Polagan,
Galis, Pamekasan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi, observasi, dan wawancara. Sebagaimana lazimnya
penelitian kualitatif, analisis data dilakukan baik bersamaan dengan
pengumpulan data atau sesudahnya, yakni pekerjaan mengumpulkan
data dalam penilitian kualitatif harus diikuti dengan pekerjaan menuliskan, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi dan menyajikan data.3
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan cara induktif yang membangun gagasan
yang telah dijelaskan oleh data-data lapangan.4

1Noeng

Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000),


hlm. 4. Lihat juga Robert L. Bogdan dan Sari Kuop Biklen, Qualitative Research for
Education: an Introducing to Theory and Methods (Boston: Allyn dan Bacon, 1982), hlm. 2.
2Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 28-29.
3Muhadjir, Metode Penelitian, hlm. 30.
4Judith Preissle Goetz dan Margaret Diane Le Compte, Etnography and Qualitative
Design in Educational Research (London: Academic Press,1984), hlm. 4.

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

101

Mohammad Fahrur Rozi

Penerapan Teknologi dalam Aktivitas Pembelajaran Fiqih


Penerapan menurut bahasa adalah proses, cara, perbuatan menerapkan; pemasangan; pemanfaatan dan perihal mempraktikkan.5
Sedangkan menurut istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani
technologia yang menurut Webster Dictionary berarti systematic treatment
atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan techne sebagai
dasar kata teknologi berarti art, skill, science atau keahlian, keterampilan6 dan kata logos yang berarti ilmu.7 Jadi secara harfiah teknologi
dapat diartikan sebagai ilmu untuk menggunakan keahlian. Teknologi
biasanya identik dengan bagian-bagian natural scientis, digunakan
sebagai bagian dalam pendidikan yang bertujuan menghidupkan
kreativitas anak didik dan pengajarnya.
Aktivitas adalah kegiatan, kesibukan, pekerjaan, penggunaan
energi, dan keaktifan.8 Sedangkan pembelajaran merupakan proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan, penguasaan kemahiran
dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
perserta didik agar belajar dengan baik.9 Sedangkan menurut Munir,
pembelajaran adalah proses pencarian ilmu pengetahuan secara aktif
atau proses perolehan ilmu, bukan proses pengungkapan ilmu semata.10

5Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:


Balai Pustaka, 1991), hlm. 1044.
6S. Nasution, Teknologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 2.
7Ilmu adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap
objek-objek yang emperis, benar tidak suatu teori science (ilmu) ditentukan oleh logis
atau tidaknya bukti emperis. Bila teori itu logis dan ada bukti emperis, maka teori
sains itu benar. Bila hanya logis, ia adalah pengetahuan filsafat. Bila tidak logis, tetapi
ada bukti emperis, itu namanaya pengetahuan khayal. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan
dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 14.
8M. Dahlan, Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual (Surabaya: Target Press, 2003),
hlm. 14.
9http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran. (20 April 2010).
10Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 152.

102

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik


dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu
objektivitas yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) peserta didik mengingat pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dan peserta didik.
Teknologi pembelajaran tumbuh dari praktik pendidikan dan
gerakan komunikasi audio visual. Teknologi pembelajaran semula
dilihat sebagai teknologi peralatan, yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan
atau dengan kata lain mengajar dengan alat bantu audio-visual.
Teknologi pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang
saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan, psikologi
pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan.
Edgar Dale11 dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa
dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran modern. Edgar Dale

11Edgar

Dale adalah seorang ahli teori di bidang membaca dan jurnalisme dan
pemimpin dalam tradisi atau komunikasi humanistik bidang teknologi pembelajaran.
Dia menulis tiga buku berurusan dengan "Audio-Visual Metode dalam Pengajaran."
Dale percaya bahwa belajar menjadi lebih berarti ketika belajar abstrak dan
pengalaman beton terkait. Deskripsi Teori: Edgar Dale menciptakan kerucut
pengalaman (1946) bahwa ia menjelaskan dalam bukunya tentang metode audiovisual
dalam mengajar. Kerucut Pengalaman merupakan representasi grafis dari klasifikasi
model Dale visual cara belajar pengalaman. Teori ini membantu dalam
pengembangan memanfaatkan audio-visual dalam metode pengajaran yang
digunakan dalam bidang teknologi pembelajaran. Bentuk kerucut yang digunakan
untuk menciptakan gambaran simbolik pembelajaran dari tingkat yang paling konkret
dari pengalaman terletak di bagian bawah kerucut ke tingkat yang paling abstrak
pengalaman terletak di titik kerucut. kerucut yang dilaksanakan serangkaian
pengalaman bervariasi dari sangat mendasar untuk meningkatkan pengalaman
belajar dengan tujuan untuk merendam pelajar lebih lanjut dalam subjek untuk
mempertahankan pengetahuan yang lebih material. pembelajar ini dimaksudkan
untuk memanfaatkan berbagai indra (gerak, penglihatan, pendengaran, menyentuh)
pada interval yang berbeda pengalaman untuk menciptakan proses pembelajaran
langsung. Kategori-kategori asli's kerucut Dale pengalaman mulai dari bagian atas
kerucut ke bawah adalah sebagai berikut: Verbal Simbol; Visual Simbol; RadioRekaman-Masih Gambar; Gambar Gerak, Pameran, Perjalanan Lapangan,
Demonstrasi; Partisipasi Drama, Pengalaman buat; dan Pengalaman maksud
langsung. http://en.wikipedia.org/wiki/Edgar_Dale. (07 Maret 2010).

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

103

Mohammad Fahrur Rozi

mengemukakan tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience)


sebagaimana tampak dalam gambar berikut ini:
Tabel 1.1
Kerucut Pengalaman (Cone of Experience)

Lambang
Verbal
Lambang
Visual
Radio, Rekaman, Gambar
Gambar Hidup
Pameran
Karyawisata
Dramatisasi
Demonstrasi
Pengalaman Buatan
Pengalaman Langsung

Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of


Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau
dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dan komunikasi
audiovisual. Kerucut Pengalaman Dale telah menyatukan teori pendidikan John Dewey12 (salah satu tokoh aliran progresivisme) dengan
12Ia

dilahirkan di Burlington Amerika pada tanggal 20 Oktober tahun 1859 M, dan


meninggal 1 Juni 1952 M, di New York. Sesudah mendapat diploma ujian kandidat, ia
2 tahun menjadi guru (1879). Tiga tahun kemudian ia menjadi mahasiswa lagi dan
mendapat gelar doctor dalam filsafat (1884). Ia diangkat menjadi dosen lalu asisten
professor dan kemudian professor di Michingan. Sebagai professor dalam filsafat di
Chicago, ia memimpin juga dibidang Pedagogik dan mendirikan suatu sekolah
percobaan untuk menguji dan mempraktikkan teorinya. Sepuluh tahun ia bekerja
keras pada universitas ini dan mengumpulkan serta mendidik orang-orang yang akan
meneruskan cita-citanya.Pada tahun 1904 sampai 1931 ia bekerja pada Universitas
Columbia di New York, disamping memberikan kuliah filsafat ia juga sering di
undang oleh berbagai negara untuk memberikan kuliah, seperti : Jepang, China,
Turki, Mexico, Rusia, dan Inggris. Dan pada usianya yang ke-93 ia meninggal dunia

104

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

gagasangagasan dalam bidang psikologi yang tengah populer pada


masa itu.
Sedangkan, James Finn seorang mahasiswa tingkat doktoral dari
Edgar Dale berjasa dalam mengusulkan bidang komunikasi audiovisual menjadi Teknologi Pembelajaran yang kemudian berkembang
hingga saat ini menjadi suatu profesi tersendiri, dengan didukung
oleh penelitian, teori dan teknik tersendiri. Gagasan Finn mengenai
terintegrasinya sistem dan proses mampu mencakup dan memperluas
gagasan Edgar Dale tentang keterkaitan antara bahan atau media
belajar dengan proses pembelajaran.
Berdasarkan tinjauan Filsafat ilmu, setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang didukungnya, termasuk teknologi pembelajaran sebagai
disiplin ilmu. Ketiga tiang penyangga dimaksud yaitu landasan
ontologi (apa), landasan epistemologi (bagaimana) dan landasan
aksiologi (siapa).
Alasan lain, mengapa masalah belajar menjadi objek formal kajian
(asas ontologi) teknologi pembelajaran adalah tidak lepas dari
pemikiran tentang pendidikan itu sendiri. Di mana, agar pendidikan
dalam praktik terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu
pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau
situasi pendidikan.

pada tahun 1952. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat II (Yogyakarta:
Kanisius, 2004), hlm.133. Relevansi pemikiran John Dewey pada pendidikan di
Indoensia adalah Pendidikan partisipatif. Pendidikan partisipatif merupakan
pendidikan yang dalam prosesnya menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam
pendidikan. Pola pendidikan partisipatif menuntut para peserta didik agar dapat
melakukan pendidikan secara aktif. Bukan hanya pasif, mendengar, mengikuti,
mentaati, dan mencontoh guru. Tanpa mengetahui apakah yang diikutinya baik atau
buruk. Dalam pendidikan partisipatif seorang pendidik lebih berperan sebagai tenaga
fasilitator, sedangkan keaktivan lebih dibebankan kepada peserta didik. Pendidikan
partisipatif dapat diterapkan dengan cara mengaktifkan peserta didik pada proses
pembelajaran yang berlangsung. Siswa dituntut untuk dapat mengembangkan
kecerdasan emosional, keterampilan, kreatifitas. Dengan cara melibatkan siswa secara
langsung ke dalam proses belajar. Sehingga nantinya peserta didik dapat secara
mandiri mencari problem solving dari masalah yang ia hadapi. Muis Sad Iman,
Pendidikan Partisipatif: Menimbang Konsep Fitrah dan Progresivisme John Dewey
(Yogyakarta: Safiria Insani Press & MSI UII, 2004), hlm. 3.

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

105

Mohammad Fahrur Rozi

Sedangkan asas epistemologis dari teknologi pembelajaran adalah


berangkat dari sebuah konsesi dasar filsafati bahwa dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan untuk
mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab.
Demikian pula dalam teknologi pembelajaran sebagai bidang kajian
(bidang ilmu). Dalam kaitan dengan ini, pendekatan dalam menyusun
dan membangun pengetahuan (azas epistemologis) yang dikembangkan dalam teknologi pembelajaran memiliki ciri sebagai berikut:13
1) Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah
secara simultan. Semua situasi yang ada diperhatikan dan dikaji
saling kaitannya, dan bukannya dikaji secara terpisah-pisah;
2) Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu
proses kompleks secara sistemik, yaitu dirancang, dikembangkan,
dikenali dan dikelola sebagai suatu kesatuan dan ditujukan untuk
memecahkan masalah;
3) Penggabungan ke dalam proses yang kompleks dan perhatian atas
gejala secara menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau
sinergisme, berbeda dengan hal di mana masing-masing fungsi
berjalan sendiri-sendiri.
Kemudian, azas aksiologi teknologi pembelajaran di sini berkenaan dengan kegunaan dan pemanfaatan pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang meliputi 5 kawasan teknologi pembelajaran. Dalam kaitan dengan hal ini, berikut kegunaan potensial
teknologi pembelajaran:
1) Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan memperlaju
penahapan belajar, membantu guru untuk menggunakan waktunya
secara lebih baik, dan mengurangi beban guru dalam menyajikan
informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan
mengembangkan kegairahan belaar anak;
2) Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual, dengan jalan mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional, memberikan kesempatan anak berkembang sesuai dengan
kemampuannya;

13Taman

Firdaus, Landasan dan Pemikiran Teknologi Pembelajaran, dalam


http://ftaman.wordpress.com (10 Februari 2010).

106

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

3) Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan


perencanaan program pengajaran yang lebih sistemik, pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi dengan penelitian tentang
perilaku;
4) Lebih memantapkan pengajaran, dengan jalan meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi, penyajian
informasi dan data secara lebih kongkrit;
5) Memungkinkan belajar secara lebih akrab karena dapat mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah,
memberikan pengetahuan tangan pertama;
6) Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata,
terutama dengan jalan pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian
yang langka secara lebih luas, penyajian informasi menembus batas
geografi.
Di samping itu, manfaat lain yang dapat diambil dengan adanya
teknologi pembelajaran antara lain: Peningkatan mutu pendidikan
(menarik, efektif, efisien, relevan), penyempurnaan sistem pendidikan,
meluas dan meratanya kesempatan serta akses pendidikan, penyesuaian dengan kondisi pembelajaran, penyelarasan dengan perkembangan lingkungan, peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang
pendidikan.
Landasan teori dari Ilmu Perilaku Lumsdaine menyatakan bahwa
teori belajar behavioristik memiliki andil besar dalam perkembangan
teknologi pembelajaran. Bahkan Deterline berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku, yaitu untuk
menghasilkan perilaku tertentu secara sistemik guna keperluan pembelajaran.
Selanjutnya, Saetler melalui studi penelusurannya terhadap sejarah perkembangan teknologi pembelajaran kemudian sampai kepada
kesimpulan bahwa pemikiran Thorndike14 dengan teori psikologi
14Edward

Lee Throndike lahir di Williambburg 1874 dan meninggal di Montrose.


Pada saat itu dia belajar psikologi William James dan merasa terkesan, akhirnya dia
pergi ke Harvard dan kursus kepada James dan akhirnya mereka berdua menjadi
sahabat. Edward Lee Throndike menyelesaikan pelajarannya di Harvard, kemudian ia
bekerja di Teachers Collage of Colombia di bawah pimpinan James Keen Cattell,
disinilah minatnya yang benar timbul terhadap proses belajar. Pendidikan dan
integensi pada tahun 1898 pada waktu itu Thorndike berumur 24 tahun. Buku-buku

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

107

Mohammad Fahrur Rozi

perkembangannya yang beraliran behavioristik merupakan landasan


pertama ke arah teknologi pembelajaran. Tiga hukum utama yang
diajukan oleh Thorndike yaitu15: Law of exercise, Law of Effect (hukum
efek) dan Law of Readiness (hukum kesiapan).
Dalam inovasi pendidikan tidak bisa lepas dalam masalah
revolusi metode, kurikulum yang inovatif, teknologi serta SDM yang
kritis untuk bisa menghasilkan daya cipta dan hasil sekolah sebagai
bentuk perubahan pendidikan. Sekolah harus mempuyai orientasi
bisnis pelanggan yang memiliki daya saing yang global.
Di sini ada dua bagian peralatan pelajaran elektronik (komputer,
multimedia, internet, telekomunikasi), dan pembelajaran yang desain,
metode dan strateginya diperlukan untuk membuat peralatan yang
efektif. Pelajaran elektronik ini mengubah cara mengkomunikasikan
belajar.16
Dalam kajian teknologi harus ada keterpaduan untuk menuju
inovasi pendidikan sehingga dalam memecahkan masalah pendidikan
perlu kombinasi peralatan atau alat elektronik, orang-orang, proses,
managemen, intelektual, untuk perubahan yang efektif.17
Adapun jenis-jenis sarana teknologi pembelajaran secara umum
dikelompokkan menjadi:
1. Kelompok pertama: Media Grafis, Bahan Cetak, dan Gambar Diam.
2. Kelompok kedua: Media Proyeksi Diam meliputi: Media OHP dan
OHT, Media Opaque Projektor, Media Slide, Media Filmstrip.
3. Kelompok ketiga: Media Audio.
yang ditulisnya antara lain: Educational Psychology (1903), Mental and Social
Measurement (1904), Your City (1939), dan Human Nature Social Order (1940), dan dia
menerbitkan suatu buku yang berjudul Animal Intelligence, An Experimental Study od
Association Process in Animal (1911), buku ini merupakan hasil penelitian Thorndike
terhadap tingkah beberapa jenis hewan seperti: kucing, anjing dan burung yang
mencerminkan prinsip dasar dan proses belajar yang dianut oleh Thorndike yaitu
bahwa belajar (learning) tidak lain sebenarnya adalah asosiasi, suatu stimulus akan
menim,bulkan respon tertentu. B.R. Hergenhahn Mettew H. Olson, An Introduction to
Theory of Learning (Amerika: Prectice Hall, 1977), hlm. 54.
15Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm.
249.
16Arif S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan (Jakarta: Pustekkom Dikbud, 1984), hlm. 6.
17Richard Dunne dan Ted Wragg, Pembelajaran Efektif (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm.
5-14.

108

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

4. Kelompok keempat: Media Audio Visual Diam.


5. Kelompok kelima: Film (Motion Pictures).
6. Kelompok keenam: Televisi me;iputi Televisi Terbuka (open broadcast television), Media Televisi Siaran Terbatas (TVST) dan Media
video cassette recorder (VCR).
7. Kelompok ketujuh: Multi Media. Macam-macam multimedia diantaranya adalah: pertama, media objek. Media objek ini dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: media objek sebenarnya dan
media objek pengganti. Media objek sebenarnya dibagi dua jenis,
yaitu: media objek alami dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu
objek alami yang hidup dan objek alam yang tidak hidup. Sebagai
contoh objek alami yang hidup adalah ikan, burung elang, singa
dan sebagainya. Media Objek Buatan, yaitu buatan manusia,
contohnya gedung, mainan, jaringan transportasi dan sebagainya.
Kedua, Media Objek Pengganti. Objek-objek pengganti dikenal
dengan sebutan replika, model dan benda tiruan. Media interaktif.
Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa
tidak hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga
dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran.
Sedikitnya ada tiga macam interaksi:
a) Interaksi pertama ialah yang menunjukkan siswa berinteraksi
dengan sebuah program, misalnya siswa diminta mengisi
blanko pada bahan belajar terprogram.
b) Interaksi kedua ialah siswa berinteraksi dengan mesin,
misalnya mesin pembelajaran, simulator, laboratorium bahasa,
komputer, atau kombinasi diantaranya yang berbentuk video
interaktif.
c) Interaksi ketiga ialah mengatur interaksi antara siswa secara
teratur tapi tidak terprogram; sebagai contoh dapat dilihat
pada berbagai permainan pendidikan atau simulasi yang
melibatkan siswa dalam kegiatan atau masalah, yang
mengharuskan mereka membalas serangan lawan atau kerja
sama dengan teman seregu dalam menyelasaikan masalah.
Secara garis besar (umum), peranan sarana teknologi dalam
pembelajaran adalah untuk mempermudah baik guru maupun siswa
dalam kegiatan belajar-mengajar, sehingga materi yang disampaikan

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

109

Mohammad Fahrur Rozi

mudah ditangkap (dipahami). Sedangkan secara khusus peranan


teknologi dalam pembelajaran yaitu:18
1. Sebagai keterampilan (skill) dan kompetensi.
2. Sebagai infrastruktur pembelajaran.
3. Sebagai sumber bahan belajar.
4. Sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran.
5. Sebagai pendukung manajemen pembelajaran.
6. Sebagai sistem pendukung keputusan
Satu bentuk pengaruh teknologi dalam aktivitas pembelajaran,
misalnya: 1) Kegiatan menilai kebutuhan belajar; 2) penyusunan katalog media; 3) pengelolaan fasilitas dan sumber belajar; dan 4) kegiatankegiatan khusus lainnya merupakan bukti dari pengaruh teknologi
pembelajaran.
Konsep Pembelajaran Fiqh
Pembelajaran Fiqh merupakan upaya guru dalam memberikan
pemahaman kepada siswa mengenai hukum Islam melalui kegiatan
pengajaran dan pengalaman. Mata Pelajaran Fiqih dalam Kurikulum
Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan
hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya
(way of life).
Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat19:
1. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam
mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia
dengan Allah yang diatur dalam Fiqih ibadah dan hubungan
manusia dengan sesama yang diatur dalam Fiqih muamalah.
2. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar dalam melaksanakan ibadah kepada kepada Allah dan
ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan

18Munir,

Kurikulum Berbasis Teknologi Imformasi (Bandung: Afabeta, 2008), hlm. 155-156


Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, MTs. Miftahul Qulub Polagan Galis
Pamekasan, hlm. 50-51.
19Standar

110

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab


sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
Sedangkan mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah berfungsi untuk:
1. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik
kepada Allah swt. sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat.
2. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan
peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku di madrasah dan masyarakat.
3. Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di
Madrasah dan masyarakat.
4. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. serta
akhlaq mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang
telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.
5. Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan
sosial melalui ibadah dan muamalah.
6. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan
sehari-hari.
7. Pembekalan peserta didik untuk mendalami Fiqih atau hukum
Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Ruang lingkup Fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan
pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah Swt dan
hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang lingkup
mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi:
1. Aspek Fiqih Ibadah meliputi : ketentuan dan tatacara thaharah,
salat fardlu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan dlorurat,
sujud, adzan dan iqomah, berdzikir dan berdoa setelah salat,
puasa, zakat, haji dan umrah, qurban dan aqiqah, makanan,
perawatan jenazah dan ziarah kubur)
2. Aspek Fiqih Muamalah meliputi : ketentuan dan hukum jual beli,
qiradh, riba, pinjam meminjam, utang piutang, gadai dan borg
serta upah.
Standar kompetensi mata pelajaran Fiqih berisi sekumpulan
kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama
Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

111

Mohammad Fahrur Rozi

menempuh Fiqih di MTs. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku


afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif
dalam rangka memperkuat keimanan, ketakwaan, dan ibadah kepada
Allah swt. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan
dasar umum yang harus dicapai di MTs yaitu:
1. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang tata cara thaharah,
pelaksanaan salat (salat wajib, jama'ah, jama' qashar, darurat,
janazah, salat sunnah) serta mampu mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang sujud, dzikir dan
do'a, puasa, zakat, haji dan umrah, makanan minuman yang halal
dan haram, qurban dan 'aqiqah serta mampu mengamalkannya.
3. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan dan menggunakan informasi tentang muamalah, muamalah selain jual beli, kewajiban terhadap sesama (orang sakit,
janazah, dan ziarah kubur), tata pergaulan remaja, jinayat, hudud
dan sanksi hukumnya, kewajiban mematuhi undang-undang
negara dan syariat Islam, kewajiban mengelola dan mengolah
lingkungan untuk kesejahteraan sosial. Seperti tergambar dalam
kemampuan dasar umum di atas, kemampuan dasar tiap kelas
yang tercantum dalam Standar Nasional juga dikelompokkan ke
dalam empat unsur pokok mata pelajaran Fiqih di MTs. yaitu:
Fiqih Ibadah, Fiqih Muamalah, Fiqih Jinayah dan Fiqih Siyasah.
Berdasarkan pengelompokan per unsur, kemampuan dasar mata
pelajaran Fiqih di MTs. adalah sebagai berikut:
a. Fiqih Ibadah meliputi: Melakukan thaharah/bersuci, Melakukan salat wajib, Melakukan salat berjama'ah, Memahami salat
jama' qashar dan jama qashar, Memahami tata cara salat
darurat, Melakukan salat janazah, Melakukan macam-macam
salat sunnah, Melakukan macam-macam sujud, Melakukan
dzikir dan do'a, Membelanjakan harta di luar zakat,
Memahami ibadah haji dan umrah, Memahami hukum Islam
tentang makanan dan minuman, Memahami ketentuan aqiqah
dan qurban, Melakukan salat janazah.
112

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

b. Fiqih Muamalah meliputi: Memahami macam-macam muamalah, Memahami muamalah di luar jual beli, Melaksanakan
kewajiban terhadap orang sakit, jenazah dan ziarah kubur, dan
Melakukan pergaulan remaja sesuai syariat Islam.
c. Fiqih Jinayat: Memahami jinayat, hudud dan sanksinya
d. Fiqih Siyasah: Mematuhi undang-undang negara dan syariat
Islam, memahami kepemimpinan dalam Islam, dan memelihara, mengolah lingkungan dan kesejahteraan sosial.
Jadi, teknologi pembelajaran fiqih adalah proses kegiatan yang
memerlukan energi dalam belajar-mengajar untuk membantu menumbuhkembangkan kreativitas berfikir siswa, menganalisis dan memecahkan masalah belajar siswa dalam mata pelajaran fiqih.
Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih di MTs Miftahul Qulub Polagan
Pelaksanaan pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih di MTs. Miftahul
Qulub Polagan, Galis, Pamekasan dapat di bagi menjadi 2, yaitu:
a. Waktu dan Pelaksanaan
Mata Pelajaran Fiqih di MTs. Miftahul Qulub Polagan Galis
Pamekasan diajarkan atau diberikan sebanyak 1 jam pelajaran
dalam setiap minggu, baik untuk kelas VII A, B dan C, kelas VIII
A, B dan C, maupun kelas IX A, B dan C. Untuk 1 jam pelajaran
selama 40 menit, berarti untuk 2 jam pelajaran selama 80 menit.
Mata Pelajaran Fiqih kelas VII A pada hari senin jam ketujuh
dan kedelapan (11.20-12.40), kelas VII B hari senin jam pertama
dan kedua (07.00-08.20) dan kelas VII C hari rabu jam kelima dan
keenam.
Untuk kelas VIII A Mata Pelajaran Fiqih pada hari kamis jam
ketiga dan keempat (08.20-09.40). Kelas VIII B hari minggu jam
ketujuh dan kedelapan (11.20-12.40), sedangkan kelas VIII C hari
rabu jam ketiga dan keempat (08.20-09.40).
Kelas IX A untuk Mata Pelajaran Fiqih, yaitu hari sabtu jam
kelima dan keenam (10.00-11.20). Hari kamis untuk kelas IX B jam
ketujuh dan kedelapan (11.20-12.40, sedangkan untuk kelas IX C
hari Sabtu jam ketiga dan keempat (08.20-09.40).

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

113

Mohammad Fahrur Rozi

b. Alat-alat Pembelajaran
Alat-alat pembelajaran merupakan salah satu faktor yang tidak
kalah pentingnya di dalam proses belajar dan mengajar, karena
alat-alat itu turut menunjang dan membantu tercapainya tujuan
pendidikan.20 Oleh karena itu alat-alat termasuk salah satu
komponen dari komponen-komponen pendidikan.
Buku paket dan buku mata pelajaran fiqih termasuk salah satu
dari pada alat-alat pembelajaran. Dalam hal ini buku mata
pelajaran fiqih yang digunakan di MTs. Miftahul Qulub adalah
karya Nor Hadi Ayo Memahami Fiqih, Untuk MTs/SMP Islam Kelas
VII, VIII dan IX . selain buku paket Fiqih, yang dijadikan sebagai
sumber belajar adalah al-Quran dan terjemahannya, kitab hadits,
VCD, komputer dan OHP serta media diam seperti poster atau
gambar salat dan lain sebagainya.
Dalam mengaplikasikan materi pembelajaran dibutuhkan
suatu metode atau pendekatan untuk menuangkan gagasan
kepada murid di kelas. Adapun metode yang digunakan di MTs
Miftahul Qulub Polagan Galis Pamekasan pada mata pelajaran
fiqih adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian
tugas belajar (resitasi), kerja kelompok, sosio-drama dan bermain
peran, serta metode demonstrasi.
c. Penilaian
Penilaian dalam Mata Pelajaran Fiqh tidak hanya merupakan
kegiatan tes formal (ulangan harian, resitasi, UTS dan UAS),
melainkan juga perhatian terhadap peserta didik ketika duduk,
berbicara, dan bersikap, pengamatan ketika peserta didik berada
di ruang kelas, di tempat ibadah, dan ketika mereka bermain. Dari
berbagai pengamatan itu ada yang perlu dicatat secara tertulis
terutama tentang perilaku yang menonjol atau kelainan pertumbuhan yang kemudian harus diikuti dengan langkah bimbingan.
Penilaian terhadap pengamatan dapat digunakan observasi dan
wawancara.

20Sudarwan

Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Pelayaran Profesional Pembelajaran dan


Mutu Hasil Belajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 17-21.

114

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

Dalam penelitian ini, penulis menemukan beberapa kendala


dalam penerapan teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih di
MTs. Miftahul Qulub Polagan Galis Pamekasan, yaitu:
a. Kendala Alokasi Waktu
Alokasi waktu yang disediakan kurang seimbang dengan
muatan materi yang begitu padat dan memang penting yakni
menutut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan
kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata
pelajaran lainnya. Alokasi waktu mata pelajaran fiqih di MTs
Miftahul Qulub Polagan, Galis, Pamekasan 40 menit x 2 pertemuan
= 80 menit dalam satu minggu. Sedangkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang harus dicapai dalam indikator mata
pelajaran fiqih terlalu banyak sehingga waktu yang diberikan 80
menit dalam seminggu sangat tidak memadai.
b. Kendala Sumber Daya Manusia
Kendala yang kedua dalam mata pelajaran fiqih di MTs
Miftahul Qulub Polagan, Galis, Pamekasan adalah:
1) Guru mata pelajaran fiqih kurang menguasai mata pelajaran
fiqih karena selama ini yang menjadi pedoman bagi mereka
hanya buku paket fiqih dan LKS semata dan guru tidak bisa
mengoperasikan media pembelajaran berupa OHP dan
komputer.
2) Kurangnya keikusertaan guru mata pelajaran lain dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan nilai- nilai fiqih dalam kehidupan sehari- hari.
3) Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan
pendekatan dan metode yang lebih variatif.
c. Kendala Sarana dan Prasarana
Salah satu sukses tidaknya suatu tujuan dalam pembelajaran
adalah adanya sarana dan prasarana yang memadai, jika semua
sarana dan prasarana tercukupi maka tujuan pembelajaran diharapkan lebih tepat dengan apa yang sudah dirumuskan dalam
indikator mata pelajaran fiqih. Akan tetapi sarana dan prasarana

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

115

Mohammad Fahrur Rozi

yang ada di MTs Miftahul Qulub Polagan mengalami berbagai


kendala salah satunya adalah:
1) Minimnya berbagai media pembelajaran yang dimiliki oleh
MTs Miftahul Qulub Polagan sekalipun sudah menggunakan
labaratorium bahasa untuk mata pelajaran fiqih berupa audio
visual.
2) Terbatasnnya tempat duduk yang disediakan di laboratorium,
sehingga murid harus dibagi menjadi dua kelompok.
3) Buku yang disediakan oleh perpustakaan hanya buku fiqih
paket mulai dari kelas VII sampai kelas IX.
Untuk mengatasi berbagai kendala di atas dalam menerapkan
teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih di MTs Miftahul
Qulub, maka solusinya adalah sebagai berikut:
a. Solusi Waktu
Sebagaimana kita ketahui bahwa jumlah jam mata pelajaran
fiqih di MTs Miftahul Qulub Polagan dalam seminggu adalah 2 X
40 menit = 80 menit tidak memadai, maka langkah yang diambil
oleh guru mata pelajaran fiqih adalah memberikan tambahan jam
di luar sekolah sebagai salah satu ektrakurikuler berupa praktik di
lapangan.
b. Solusi Guru
Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan
mutu pendidikan untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran
dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis
dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu
dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Undang-Undang
No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menyiratkan
bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu,
salah satu di antaranya adalah kompetensi. Syarat kompetensi
tersebut ditinjau dari perspektif administratif, ditunjukkan dengan
adanya sertifikat. Namun dalam perspektif teknologi pendidikan
116

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

kompetensi tersebut ditunjukkan secara fungsional, yaitu kemampuannya mengelola kegiatan belajar dan pembelajaran. Oleh karena
itu, maka solusi atau langkah yang diambil oleh MTs Miftahul
Polagan untuk mengatasi kendala tersebut adalah:
1) Mengadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Fiqih
yang diadakan satu kali dalam seminggu di MTs. Pademawu,
yang membahas tentang SK, KD, serta penggunaan media
pembelajaran sesuai dengan bab yang akan diajarkan dan
media yang cocok untuk digunakan.
2) Semua guru mata pelajaran fiqih di MTs. Miftahul Qulub
Polagan, belajar kepada guru TIK bagaimana cara mengoperasikan media pembelajaran yang akan digunakan oleh
guru mata pelajaran fiqih.
3) Meminta guru yang lain, orang tua dan kepala sekolah untuk
memberikan bimbingan motivasi, menegur dan menjaga
peserta didik dalam kehidupannya mengingat fiqih memiliki
kompenen antara hablu min Allh dan hablu min al-ns.
c. Solusi Sarana dan Prasana
Sesuai dengan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dan Peratuan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 /2007 pasal 1 di
tetapkan Standar Sarana Dan Prasarana pendidikan untuk tingkat
Madrasah Tsanawiyah atau tingkat Sekolah Menengah Pertama. Di
antara proses dalam pengimplementasian Peratuan Menteri
Pendidikan No. 24/2007 pasal 1 ditetapkan Standar Sarana dan
Prasarana pendidikan untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah atau
tingkat Sekolah Menengah harus dilaksanakan di seluruh sekolah
atau madrasah karena itu jadi kewajiban sekolah dalam melengkapi
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.
Standar yang harus dilaksanakan itu adalah melengkapi komponen-komponen yaitu gedung, ruang kelas, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium IPA, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata
usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang
organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat
bermain/berolahraga. Dari hasil penelitian tersebut, dalam upaya
implementasi sarana dan prasarana pendidikan, sekolah berupaya
Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

117

Mohammad Fahrur Rozi

untuk memaksimalkan perlengkapan sekolah yang sesuai standar


melalui pihak-pihak terkait seperti pemerintah, wali murid, BP3
dan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, langkah yang diambil
oleh pihak MTs Miftahul Qulub Polagan adalah:
1) Bagi lulusan siswa-siswi MTs Miftahul Qulub Polagan harus
menyumbang satu buku mata pelajaran untuk satu orang.
2) Diperbolehkannya siswa-siswi MTs. Miftahul Qulub Polagan
untuk mengakses perpustakaan Pondok Pesantren Miftahul
Qulub, mengingat MTs Miftahul Qulub Polagan merupakan
salah satu lembaga pendidikan Islam (selain, RA, SDI, MA dan
SMK) yang berada di bawah naungan Yayasan Pondok
Pesantren Miftahul Qulub Polagan, Galis, Pamekasan.
3) Sekolah mulai menyediakan buku yang membahas tentang
fiqih, mulai dari kitab taqrib dan terjemahannya dan kumpulan
hadits beserta terjemahannya.
Penutup
Penerapan teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih di MTs
Miftahul Qulub Polagan dilakukan dengan dua cara, pertama dengan
pembuatan dan penyediaan sumber belajar mata pelajaran fiqih, dan
kedua pelaksana pembelajaran di kelas. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan antara guru yang satu dan yang lainnya saling mendukung
demi tercapainya tujuan mata pelajaran fiqih dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran fiqih di MTs Miftahul Qulub.
Dalam penelitian ini, penulis menemukan beberapa kendala
dalam penerapan teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih di
MTs. Miftahul Qulub Polagan Galis Pamekasan, yaitu: kendala alokasi
waktu, kendala Sumber Daya Manusia, kendala sarana dan prasarana.
Untuk mengatasi berbagai kendala di atas dalam menerapkan
teknologi dalam aktivitas pembelajaran fiqih di MTs Miftahul Qulub,
maka solusinya adalah: memberikan tambahan jam di luar sekolah
sebagai salah satu ektrakurikuler berupa praktik di lapangan,
mengadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Fiqih yang
diadakan satu kali dalam seminggu di MTs. Pademawu, yang
membahas tentang SK, KD, serta penggunaan media pembelajaran
sesuai dengan bab yang akan diajarkan dan media yang cocok untuk
digunakan, dan sekolah mulai menyediakan buku yang membahas
118

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

Penerapan Teknologi dalam Pembelajaran Fiqih

tentang fiqih, mulai dari kitab taqrib dan terjemahannya dan


kumpulan hadits beserta terjemahannya. Wa Allh alam bi al-Shawb.*

Daftar Pustaka
Brata, Sumadi Surya. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1998.
Dahlan. M. Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual. Surabaya: Target
Press, 2003.
Danim, Sudarwan. Media Komunikasi Pendidikan, Pelayaran Profesional
Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1991.
Dunne, Richard dan Ted Wragg, Pembelajaran Efektif. Jakarta:
Gramedia, 1996.
Goetz, Judith Preissle dan Margaret Diane Le Compte. Etnography and
Qualitative Design in Educational Research. London: Academic
Press,1984.
H. Olson, B.R. Hergenhahn Mettew. An Introduction to Theory of
Learning. Amerika: Prectice Hall, 1977.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran. (20 April 2010).
http://en.wikipedia.org/wiki/Edgar_Dale. (07 Maret 2010).
Iman, Muis Sad. Pendidikan Partisipatif: Menimbang Konsep Fitrah dan
Progresivisme John Dewey. Yogyakarta: Safiria Insani Press &
MSI UII, 2004.
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake
Sarasin, 2000), 4. Bogdan, Robert L. dan Sari Kuop Biklen.
Qualitative Research for Education: an Introducing to Theory and
Methods. Boston: Allyn dan Bacon, 1982.
Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi. Bandung: Alfabeta, 2008.
Nasution. S. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

119

Mohammad Fahrur Rozi

Razak, Nasrudin. Dienul Islam. Bandung: PT Al-Maarif, 1989.


Sadiman, dkk, Arif S. Media Pendidikan. Jakarta: Pustekkom Dikbud,
1984.
Syafei, Rahmat. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005.
Taman Firdaus, Landasan dan Pemikiran Teknologi Pembelajaran,
dalam http://ftaman.wordpress.com (10 Februari 2010).

120

Tadrs. Volume 6, Nomor 1, Juni 2011

Anda mungkin juga menyukai