sama yang akan dilaksanakan menurut isi nota kesepahaman itu antara lain
menyangkut promosi perdagangan komoditi pertanian; pengelolaan dan perlindungan
keragaman hayati pertanian; pengembangan dan penyuluhan pertanian; kerja sama
teknik dan peningkatan SDM; serta pengelolaan dan perlindungan lahan-lahan
pertanian dan air. Untuk mendukung pencapaian kerja sama, kedua pihak sepakat
untuk membentuk Kelompok Kerja Pertanian Bersama (JAWG), yang diketuai oleh
seorang pejabat tinggi dari masing-masing negara. Tugas utama JAWG itu adalah
menyampaikan masukan mengenai pengembangan dan perbaikan kerjasama,
memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatan, serta membuat rekomendasi
penanganan permasalahan yang timbul dari pelaksanaan MoU tersebut. MoU yang
ditandantangani menteri pertanian Indonesia dan Thailand itu merupakan tindak lanjut
dari kesepakatan yang dibuat oleh kedua negara dalam bidang kerjasama ekonomi dan
teknik (Agreement on Economic and Technical Cooperation) yang ditandatangani
pada 18 Januari 1992 di Bangkok. MoU juga merupakan tindak lanjut dari
kesepakatan bidang pertanian (Agreement on Agricultural Cooperation) yang
ditandatangani dan diamandemen di Jakarta pada 22 Februari 1984 dan 23 April 1996.
Sebelumnya pada Jumat pagi Presiden Yudhoyono dan PM Thaksin melakukan
pertemuan empat mata, yang dilanjutkan dengan pertemuan bilateral. Delegasi yang
dipimpin Presiden dalam pertemuan bilateral itu antara lain terdiri dari Menko
Perekonomian Boediono, Menlu Hassan Wirajuda, Menteri Pertanian Anton
Apriyantono, Menneg BUMN Soegiharto, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Ketua
Umum Kadin M.S. Hidayat, anggota DPR Ade Nasution dan Tristanti Mitayani,
anggota DPD Edwin Kawilarang, serta Dirjen Asia Pasifik dan Afrik-Deplu, Herijanto
Soeprapto. Khusus untuk kerjasama di kawasan Batam, Bintan, dan Karimun,
Presiden mengatakan Indonesia bisa mendapatkan nilai tambah dari keberadaan
kawasan khusus tersebut karena luas wilayah Singapura tak akan bertambah dengan
industrinya semakin maju. Karena itu, kawasan sekitar Singapura seperti Batam,
Bintan, dan Karimun, dapat meraih keuntungan dari kondisi tersebut. Presiden
mengatakan kerjasama erat dengan Singapura juga diharapkan meningkat dalam
bidang pariwisata dan transportasi udara, khususnya menjelang kebijakan ASEAN
Open Sky pada 2015. Sementara dalam bidang tenaga kerja, Indonesia berharap agar
tenaga kerja terampil atau kaum profesional semakin mendapatkan tempat dalam
pasar tenaga kerja Singapura. Untuk bidang agribisnis, Presiden menjelaskan,
Indonesia sampai saat ini masih sedikit berkontribusi dalam konsumsi sayur mayur
dan buah-buahan Singapura. Sebelum 2014, Kepala Negara mengatakan, Indonesia
menargetkan menguasai hingga 30 persen pasar sayur mayur dan buah-buahan
Singapura. Di luar kelompok kerja bidang ekonomi, Indonesia dan Singapura
membentuk satu kelompok kerja lagi untuk koordinasi kerjasama ancaman terorisme
di kawasan. Working Group masalah `combating terorism` ini sudah berjalan dan
kita ingin lebih efektif lagi dilakukan, ujar Presiden. Pertemuan antara Presiden
Yudhoyono dan PM Lee Hsien Loong dilakukan dalam suasana santai yang lepas dari
suasana kaku keprotokoleran. Sebelum melakukan pembicaraan bilateral, kedua
pemimpin makan siang bersama di sebuah restoran di tengah Botanic Garden yang
rimbun. Presiden menegaskan posisi penting Singapura sebagai mitra ekonomi yang
kuat dalam bidang investasi dan perdagangan. Namun selain membahas masalah
kerjasama ekonomi dan terorisme, kedua pemimpin tidak membicarakan masalah lain
seperti perjanjian ekstradisi dalam pertemuan tersebut. Volume perdagangan
Indonesia-Singapura pada 2009 mencapai 25 miliar dolar AS, tertinggi keempat
setelah Amerika Serikat, Jepang, dan China. Sedangkan investasi Singapura di
Indonesia pada 2009 mencapai 4,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp4,3 triliun.
KERJASAMA INDONESIA DAN VIETNAM
Hubungan dan ikatan diplomatik Indonesia sudah terjalin selama lima puluh tahun.
Keduanya memiliki konsesus bersama untuk sepakat meningkatkan hubungan dan
kerja sama di segala bidang, termasuk kerja sama keamanan dan penanggulangan
bajak laut di perairan Selat Malaka serta mengungkapkan saling dukung sebagai
dewan keamanan tidak tetap PBB. Hubungan indonesia dan Vietnam utamanya
dilandaskan pada aspek kultural dan sosial. Landasan utama hubungan diplomatik
kultural Indonesia-dan Vietnam diimplementasikan ke dalam fram sejarah kebudayaan
misalnya dengan mlakukan penelitian arkeologi bersama bertajuk Kebudayaan Dong
Son dan Persebarannya di masing-masing negara, penelitian reguler bertajuk
Consultative Workshop Archeology and Environmental Study on Dong Son Culture
yang mempertemukan peneliti arkeologi dari Vietnam dan Indonesia dengan dihadiri
oleh penijau dari negara lain Namun jika ditilik dari kacamata sejarah dan pergolakan
pasca perang dunia II dan perang dingin, maka hubungan diplomatik Indonesia dan
Vietnam memiliki akar kuat ketika masing-masing negara dipimpin oleh Soekarno dan
Ho Chi Minh yang mana pada saat itu isu-isu seputar komunisme dan pembentukan
politik poros-porosan menjadi kajian utama menjalin kerja sama dan membangun
ikatan dekat. Indonesia sebagai salah satu aktor penting di ASEAN pada masa
pergolakan Vietnam dan Kamboja, menggagasi solusi perdamaian bagi keduanya
utamanya menyangkut saran kepada Vietnam untuk tidak mencampuri urusan dalam
negeri Kamboja dalam bentuk apapun khususnya bantuan politik maupun militer pada
salah satu kubu yang sedang berseteru. Indonesia menggagasi supaya rakyat Kamboja
diberikan kebebasan penuh dan kesempatan untuk memilih pemimpin untuk
mengarahkan revolusi Kamboja ke arah yang dikehendaki.
KERJASAMA INDONESIA DENGAN KAMBOJA
Setiap negara dalam perjalanan setiap pemerintahannya tentu saja tidak lepas dengan
serangkaian pergolakan, baik bersifat intern maupun eksternal. Pergolakan intern
kamboja, tercatat pada peristiwa ancaman komunisme kamboja di tahun 1975 di mana
banyak yang mengklaim bahwa pergolakan tersebut tidak lepas dari pengaruh negara
tetangganya yakni Vietnam dan China. Sedangkan salah satu contoh pergolakan
eksternal Kamboja yakni perselisihan dengan Thailand berkaitan dengan candi purba
Preah Vihear di perbatasan kedua negara tersebutSepertihalnya Indonesia yang identik
dengan negara sumber terorisme, Kamboja juga dikenal berkaitan dengan berbagai
permasalahan keamanan dan perbatasan dengan negara tetangganya. Oleh karena itu,
ruang lingkup pembahasan permasalahan Kamboja masih sangat luas. Fokus
pembahasan memiliki kecenderungan menjadi bias dan terlalu terdispersi.
Persengketaan maupun pergolakan di suatu negara yang berdaulat hakekatnya masih
merupakan wewenang internal bebas intervensi asing sampai pada tingkat level
tertentu negara bersangkutan secara kognitif menyampaikan inkapabilitasnya.
Keberadaan forum kawasan, ASEAN dalam hal ini idealnya adalah berpartisipasi aktif
dalam menjaga situasi keamanan. Sebagai contoh studi kasus untuk mendapatkan
pendekatan perspektif permasalahan, yakni sengketa Candi Preah Vihear di perbatasan
Kamboja-Thailand. Permasalahan bilateral antara Kamboja-Thailand telah dibawa
sebagai
forum
bersama
menciptakan
keharmonisan
hubungan
antaranggotanya. Upaya penyelesaian konflik pun lebih banyak berasal dari inisiatif
negara yang sedang bertikai dengan memfokuskan diplomasi bilateral dan multilateral
melalui PBB.
KERJASAMA INDONESIA DAN REPUBLIK FILIPINA
Pemerintah Republik Indonesia dan Republik Filipina mencapai kesepakatan
kerjasama empat agenda yang menonjol, yakni masalah keamanan, politik, ekonomi,
serta pendidikan dan latihan, kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada
wartawan di Manila, Selasa malam, tentang hasil kunjungan resminya sejak Senin
(20/06). Dalam masalah keamanan, Yudhoyono menceritakan bahwa dirinya bersama
pertemuan
dengan
Philippine-Indonesia
Business
Council
disepakati
kawasan dari segi ekonomi yang tentunya bila dapat dirumuskan keempat negara,
maka kita akan mempercepat pengembangan kawasan," katanya. Ia menambahkan,
apabila sudah ada konsep, program atau agenda yang konkret, maka kewajiban
pemerintah memberikan dorongan dan bantuan, agar pengembangan kawasan bersama
itu betul-betul dapat terwujud, karena hal itu merupakan bagian kerjasama ekonomi
dalam arti yang luas. Sementara di kerjasama bidang politik, khususnya kerjasama
kawasan dan internasional, menurut Yudhoyono, dibahas bersama Arroyo untuk
meningkatkan komunikasi dan konsultasi di antara intra ASEAN, ASEAN plus 3
(Australia, India, dan Selandia Baru), serta ASEAN plus dialog dengan negara-negara
kawasan di Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan Cina. Selain itu,
Yudhoyono dan Arroyo juga membicarakan soal reformasi PBB yang akan dibahas
lebih lanjut dalam forum sidang PBB bulan September 2005 di New York, AS.
Sedangkan dalam bidang pendidikan dan latihan, difokuskan pada kerjasama
pengembangan balai latihan kerja untuk mempersiapkan tenaga kerja Indonesia (TKI),
khususnya tenaga kerja wanita (TKW) agar lebih kompetitif dan mendapatkan
perlindungan yang baik selama bekerja di luar negeri. Presiden dalam kunjungannya
ke Filipina antara lain mengunjungi Balai Latihan Kerja TESDA (Technical Education
and Skills Development Authority) yang merupakan lembaga untuk mempersiapkan
seluruh tenaga kerja Filipina guna siap memasuki lapangan kerja. Selain itu,
Yudhoyono juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Filipina yang akan
membantu sekitar 8.000 warganegara Indonesia yang tidak memiliki dokumen
(undocumented) jelas yang tinggal di Filipina Selatan. Kuasa Usaha Ad Interim di
Manila, Sanusi, menyebutkan bahwa dari sekitar 10.400 WNI di Filipina, 8.000 orang
di antaranya tidak memiliki dokumen dan mereka tinggal di Filipina Selatan sebagai
petani atau nelayan. Pemerintah Indonesia, katanya, juga berharap Filipina dapat
menyelesaikan konflik dengan Front Pembebasan Islam Moro (The Moro Islam
Liberation Front) di Mindanao dapat berlangsung secara damai, dengan difasilitasi
oleh Indonesia dan Malaysia, sehingga baik untuk semua, baik untuk Filipina,
kawasan, dan kemanusiaan. "Itulah hal-hal penting yang dapat kita capai," kata
Yudhoyono mengakhiri penjelasannya. Presiden dan rombongan dijadwalkan
meninggalkan Manila pada Rabu pagi sekitar pukul 09.00 waktu setempat (08.00
WIB) untuk kembali ke tanah air dan langsung menuju Pontianak, Kalimantan Barat,
untuk memimpin rapat dengan kepala daerah dan jajaran Muspida setempat hingga
hari Kamis (23/06) KERJASAMA
KERJASAMA INDONESIA DAN BRUNEI DARUSSALAM
23 Maret 2010, Jakarta Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menerima
kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Brunei Darussalam Pehin Datou Singamanteri
Kolonel (B) Dato Seri Paduka Hj. Mohammad Yasmin Bin Hj. Umar, Senin Pagi
(22/3) di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta. Maksud kunjungannya dalam
rangka mempererat dan meningkatkan hubungan kerjasama pertahanan kedua negara
khususnya menjajaki kerjasama di bidang industri pertahanan. Selain melakukan
kunjungan ke Menhan RI, Wamenhan Brunei Darussalam juga berencana melakukan
kunjungan kedua perusahaan industri pertahanan Indonesia yaitu PT Dirgantara
Indonesia dan PT. Pindad di Bandung. Di PT. DI, Wamenhan Brunei Darussalam akan
meninjau pesawat milik Brunei Darussalam yang saat ini sedang dalam perawatan.
Sedangkan di PT. Pindad, Wamenhan Brunei Darussalam akan melihat Panser APC
produksi PT. Pindad. Wamenhan Brunei Darussalam dalam kunjungan kepada
Menhan RI menyampaikan, bahwa rencana kunjungannya ke Industri Pertahanan
Indonesia adalah dalam rangka menjajaki dan mendalami lebih lanjut kemungkinan
kerjasama Industri pertahanan kedua negara sekaligus mendukung pengaktifan
kerjasama industri pertahanan di kawasan ASEAN. Menanggapai hal tersebut,
Menhan RI atas nama pemerintah Indonesia menyampaikan ucapan terimakasih atas
perhatian pemerintah Brunei Darussalam terkait kerjasama industri pertahanan. Hal
tersebut menurutnya, akan semakin mempererat dan meningkatkan hubungan bilateral
kedua negara. Menhan RI lebih lanjut berharap, ada dukungan yang kuat dari Brunei
Darussalam sebagai salah satu negara sahabat agar industri pertahanan ini dapat
dikembangkan secara bersama-sama. Terkait perjanjian kerja sama pertahanan kedua
Negara atau Defence Coperation Agreement (DCA), Menhan RI menyampaikan
bahwa untuk DCA antara Indonesia-Brunei Darussalam saat ini masih dalam proses
ratifikasi di parlemen, dan diharapkan dalam waktu dekat akan segera diratifikasi.
Menurut Menhan, DCA antara kedua negara sangat penting dalam rangka
memperkokoh hubungan kerja sama pertahanan, baik kerja sama di bidang latihan
Pakistan, Ishak Latuconsina, M.Sc dan jajaran pengurus RCCI pada kesempatan
courtesy call Duta Besar RI kepada jajaran pengurus RCCI di kantor RCCI, (Kamis,
26/11). Duta Besar RI untuk Pakistan menyampaikan ucapan terima kasih atas
kontribusi RCCI dalam menggalang para pengusaha dari Rawalpindi untuk ikut serta
dalam rombongan delegasi pengusha Pakistan ke Trade Expo Indonesia 2009 yang
diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober sampai dengan 1 November 2009 di Jakarta.
Pada Trade Expo Indonesia 2009 tersebut, rombongan pengusaha Pakistan merupakan
delegasi ke-empat terbesar dari 43 negara yang hadir pada Expo tersebut. Duta Besar
RI juga menyampaikan bahwa neraca perdagangan kedua negara masih belum
seimbang dan masih berpotensi untuk ditingkatkan. Duta Besar RI mengharapkan
Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia Pakistan dapat dengan segera
ditandatangani dalam waktu dekat karena hal tersebut dapat membantu meningkatkan
nilai perdagangan antara kedua negara. Acting President RCCI menanggapi bahwa
adalah harapannya untuk dapat meningkatkan hubungan perdagangan antara Indonesia
dan Pakistan. Acting President RCCI juga menyampaikan bahwa kondisi
perekonomian Pakistan saat ini sedang menuju ke arah yang lebih baik. Rawalpindi
merupakan salah satu pusat industri dan perdagangan di Pakistan yang mempunyai
kontribusi yang besar terhadap perekonomian Pakistan secara umum. (Sumber: KBRI
Islamabad)
KERJASAMA INDONESIA DENGAN INDIA
Indonesia sepakat untuk bekerja sama dengan India di sektor industri tekstil dan
diharapkan sudah membentuk badan resmi yang akan mewadahi rencana kerja sama
tersebut pada Agustus tahun ini. Kami akan menunjuk sebanyak tujuh orang
pemimpin perusahaan di masing-masing negara untuk bertemu dan membicarakan
rencana untuk bergabung mengembangkan industri tekstil, kata Ketua Kadin
Indonesia MS Hidayat, dalam acara pembukaan pameran perdagangan India bertajuk
Made in India, di Jakarta, Jumat (7/8). Dia menjelaskan, Indonesia selama ini lebih
banyak mengimpor produk tekstil. Hal ini hendaknya bisa diminimalisasi dengan
kerja sama yang akan digalang bersama salah satu negara penghasil tekstil terbesar di
dunia yaitu India. Hidayat menyatakan, nilai investasi yang akan ditanamkan belum
dibicarakan lebih lanjut, namun diharapkan pada pertengahan Agustus 2009 Indonesia
dan India sudah membentuk badan resmi yang akan mewadahi rencana kerja sama di
bidang tekstil ini. Mudah-mudahan akhir tahun 2009 telah ada kata sepakat antar
pihak terkait mengenai bentuk kerja sama dan nilai investasinya. Semua bisa berjalan
lancar asalkan pemerintah juga memberikan dukungannya, katanya. Dalam
kesempatan yang sama, Duta Besar India untuk Indonesia, Biren Nanda, menyatakan
harapannya agar Indonesia dan India dapat lebih mengembangkan kerja sama,
terutama di sektor perdagangan. Saya berharap kedua negara dapat membangun
hubungan yang lebih erat lagi melalui berbagai kerjasama bilateral dan agar
perusahaan India bisa lebih banyak lagi menamakan investasinya di Indonesia,
katanya. Nanda mengatakan nilai perdagangan India-Indonesia mencapai 10 miliar
dolar AS pada 2008. Padahal angka tersebut adalah target perdagangan untuk 2010.
Menurutnya, selama beberapa tahun terakhir telah terjadi gelombang investasi baru
oleh pengusaha India di Indonesia yang berkonsentrasi pada sektor baja, otomotif,
perbankan dan sumber daya alam. Hingga saat ini tercatat ada empat perusahaan
tekstil besar yang beroperasi di Indonesia, dua perusahaan di bidang besi dan baja, dua
perusahaan di sektor otomotif dan dua lagi di sektor keuangan. Selain itu, ada pula
beberapa perusahaan India yang aktif dalam sektor pertambangan dan dua perusahaan
India yang mendapat izin eksplorasi untuk pertambangan gas di Sumatera.
KERJASAMA INDONESIA DENGAN CHINA
Shanghai - Sektor usaha Indonesia dan China sepaham untuk menjalin enam
kerjasama bidang energi dan pertambangan menyusul penandatanganan nota
kesepahaman sejumlah pelaku bisnis Indonesia dan China dalam forum bisnis di
Shanghai, China, Senin, dan disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Keenam kerjasama bidang energi dan pertambangan itu adalah penunjukan Shanghai
Know-How Marine Equipment sebagai distributor pelumas Marine Pertamina.
Wilayah distribusi pelumas itu adalah China dengan nilai penjualan sebesar 600 ribu
dolar AS per tahun. Kedua pihak mematok target penjualan sebesar 1.500 dolar AS
pada tahun kedua. Kerjasama kedua adalah pengelolaan proyek Madura Strait PSC,
yaitu proyek blok gas yang terletak di selat Madura. Kerjasama itu melibatkan tiga
perusahaan, yaitu Samudera Energy, CNOOC Limited, dan Husky Oil. Kemudian PT
Aneka Tambang menggandeng Hangzhou Jinjiang Group Co. Ltd untuk melakukan
proyek eksplorasi, eksploitasi, dan pengembangan bauksit. Selain itu, Jinchuan Group
Ltd berniat untuk berinvestasi di Indonesia dengan nilai mencapai dua miliar dolar AS
guna membangun pabrik nikel di Sulawesi Tenggara. Perusahaan China itu akan
menggandeng
PT
Barong
Baragas
Energy.
Kerjasama
berikutnya
adalah
pembangunan pembangkit listrik dan eksploitasi nikel senilai 700 juta dolar AS antara
PT Bumi Makmur Selaras dan Hanking Industrial Group. Kerjasama eksploitasi nikel
juga dikerjakan oleh PT Indonesia Mitra Jaya dan Super Power International Holding
Ltd. Kedua perusahaan itu sepakat untuk mengolah nikel di daerah Pulau Seram.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang hadir dalam acara penandatanganan
nota
kesepahaman
tersebut
mengatakan,
kerjasama
dengan
China
akan
menguntungkan Indonesia. Menurut dia, kerjasama dengan negeri tirai bambu itu
membuka peluang bagi Indonesia untuk melakukan transfer teknologi sekaligus
meningkatkan nilai jual produk dalam negeri. Mari Elka menegaskan, yang terpenting
dalam sebuah kerjasama adalah kesetaraan. Dengan kesetaraan, Mari yakin kedua
pihak akan sama-sama mendapat keuntungan. Panandatanganan enam nota
kesepahaman kerjasama bidang energi dan pertambangan itu adalah bagian dari
penandatanganan 27 nota kesepahaman dalam berbagai bidang antara Indonesia dan
China. Kerjasma lainnya adalah dalam bidang pertanian, seperti pengembangan benih
hibrida, bioteknologi sayuran, dan riset hortikultura. Kemudian kerjasama di bidang
infrastruktur, misalnya pembangunan jembatan dan serat optik. Selain itu, juga ada
kerjasama dalam bidang perikanan dan kebudayaan, khususnya film animasi. Forum
bisnis yang digelar di China Hall, Pudong Shangri-La Hotel, Shanghai, itu diikuti oleh
sedikitnya 500 pengusaha dari Indonesia dan China. Forum bisnis itu terselenggara
atas kerjasama Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing, China, dan Dewan
Promosi Perdagangan Internasional China (CCPIT).
KERJASAMA INDONESIA DAN INGGRIS
Hubungan Indonesia Inggris diawali oleh adanya ekspansi yang dilakukan negaranegara Eropa terhadap wilayah Asia Tenggara. Pada waktu itu, para pelaut Inggris
berniat mengambil rempah-rempah, emas, hasil pertanian, dan komoditas lainnya.
Eropa sangat tertarik akan rempah-rempah sehingga mereka memang bertujuan untuk
menguasai berbagai wilayah di Asia Tenggara yang terkenal kaya akan komoditas
tersebut. Namun, sebelum Inggris melakukannya, Belanda ternyata sudah lebih dulu
berhasil menaklukkan Indonesia. VOC membuat pengaturan di bidang ekonomi dan
menjual banyak hasil sumber daya alam di nusantara ke wilayah Eropa.
Meskipun demikian, Inggris berhasil menaklukkan Singapura, Malasia, serta
Australia. Bung Karno sangat menentang sistem pemerintahan yang dianut oleh
Inggris sehingga ketika Inggris berkelompok dengan tentara sekutu, hubungan antara
Indonesia dan Inggris mulai bergejolak.
Ketika Jepang menyerah di Indonesia, pasukan sekutu yang disertai oleh Belanda
mendatangi Indonesia melalui jalur Surabaya dengan maksud mengendalikan
keamanan di Indonesia. Namun, timbul kecurigaan di pihak masyarakat Indonesia
bahwa Belanda memiliki niat buruk untuk kembali menjajah Indonesia sehingga
timbullah perang antara Indonesia Inggris karena milis sipil Indonesia tidak
menghiraukan perintah Inggris. Namun, pada kala itu, Indonesia berhasil memegang
kendali dan mengatur strategi sehingga Brigadir Jendral AWS Mallaby tewas. Namun,
hubungan Indonesia Inggris tidak hanya sebatas pada peperangan itu saja. Di masa
pemerintahan Soeharto, Indonesia menjalin kerjasama yang baik dengan Inggris dan
beberapa negara adidaya lainnya seperti Amerika dan Jepang. Hubungan bilateral
tersebut antara lain di bidang-bidang berikut ini.
- Bidang Pendidikan
Indonesia Inggris memiliki hubungan kerjasama di bidang pendidikan, misalnya
melalui pertukaran pelajar. Beberapa mahasiswa dari Indonesia diberikan beasiswa
oleh pemerintah untuk mendapatkan pendidikan di negara Inggris. Inggris memang
terkenal memiliki kemajuan pesat dalam hal pendidikan, terutama pada Universitas
Oxford. Indonesia mengharapkan hal yang sama terjadi di dalam negeri dengan
mengadakan kerjasama,
- Bidang Ekonomi
Inggris pun membutuhkan negara Indonesia, terutama dalam hal migas. Indonesia
melakukan ekspor migas ke Inggris dan sebaliknya Inggris juga melakukan ekspor
bahan pangan seperti gandum.
- Olahraga
TUGAS !!
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : BUNGA SHABRINA A
KELAS : IX-C
SMPN 1 TERNATE