Bab 04 Tegangan Regangan Defleksi Hari 3
Bab 04 Tegangan Regangan Defleksi Hari 3
4.1.
Tegangan
Salah satu masalah fundamental dalam mechanical engineering adalah
menentukan pengaruh beban pada komponen mesin atau peralatan. Hal ini sangat
essensial dalam perancangan mesin karena tanpa diketahuinya intensitas gaya di dalam
elemen mesin, maka pemilihan dimensi, material, dan parameter lainnya tidak dapat
dilakukan. Intensitas gaya dalam pada suatu benda didefinisikan sebagai tegangan
(stress). Gambar 4.1 menunjukkan sebuah benda yang mendapat beban dalam bentuk
gaya-gaya. Untuk mengetahui intensitas gaya di dalam benda maka dapat dilakukan
dengan
membuat
potongan
imaginer
melalui
titik
O.
Untuk
menjaga
prinsip
Gambar 4.1 Konsep intensitas gaya dalam sebuah benda yang mendapat beban
4-1
P dF
A 0 A
dA
T = lim
(4.1)
Vektor tegangan ini adalah intensitas gaya pada seluruh penampang dan arahnya tidak
harus sama antara satu dengan yang lain. Dari definisi ini jelas bahwa tegangan pada
suatu elemen mesin terjadi karena adanya beban yang bekerja pada elemen tersebut.
4.2.
P
A
(4.2)
dengan P = beban uniaksial dan A = luas penampang tegak lurus arah beban
4-2
Untuk kondisi elastis linear, karakteristik beban dan deformasi pada beberapa jenis
material ditunjukkan pada gambar 4.3.
Dari definisi tegangan dan regangan maka hubungan tegangan regangan elemen yang
mengalami beban uniaksial dapat diformulasikan menjadi Hukum Hooke satu dimensi.
= E ;
4-3
(4.3)
= (u B u A ) =
FL
AE
Gambar 4.4 Gaya dan perpindahan pada elemen yang mengalami beban uniaksial
Studi Kasus 1:
Pada gambar E.1, batang rigid DHC digantung
pada kawat elastis AD dan BC (modulus
elastisitas E, dimensi pada gambar). Beban P
bekerja pada H. Berapa jarak x supaya batang
rigid tetap horisontal? (Abaikan massa batang
rigid dan kawat)
4-4
(4.4)
Penyelesaian
Diagram benda bebas :
Fy = 0
FAD + F BC= P
F BC (L x ) = xF AD
HH = 0
a
b
Langkah selanjutnya adalah mencari deformasi pada C dan D (uC dan uD).
FL
uC =
AE BC
FL
uD =
AE AD
dan
F L
FAD L 1
= BC 1
A AD E 4A AD E
FBC = 4FAD
F
x
= BC = 4
L - x FAD
4-5
x=
4
L
5
Tr
J
(4.5)
J adalah momen inersia polar, besarnya tergantung pada dimensi dan bentuk
penampang. Nilai J untuk berbagai macam penampang bisa dilihat pada tabel 4.1.
Gambar 4.5 Poros penampang lingkaran dengan panjang L dan jari-jari a, diputar dengan torsi T
Elemen yang diberi beban torsi akan mengalami tegangan geser sebesar yang
akan mengakibatkan terjadinya regangan geser sebesar , hubungannya seperti pada
formulasi Hukum Hooke untuk tegangan geser berikut :
= G
(4.6)
4-6
E
2(1 + )
Deformasi sudut yang diakibatkan adanya torsi bisa dilihat pada gambar 4.6.
Besarnya adalah :
= B A =
TL
GJ
4-7
(4.7)
Gambar 4.6 Sebuah poros dengan panjang L yang diberi beban torsi T
Studi Kasus 2:
Momen torsi bekerja pada poros 2
segmen, segmen AB dan BC seperti
pada
gambar.
Masing-masing
a.
b.
Penyelesaian
Diagram benda bebas :
4-8
Pada bagian B :
T AB = TBC + T
GJ
TAB = ( B A )
L AB
GJ
TBC = ( C B )
L BC
A = C = 0
B =
(GJ L) + (GJ L)
AB
BC
TAB =
( L)
(GJ L) + (GJ L)
T GJ
AB
AB
dan TBC =
BC
( L)
(GJ L) + (GJ L)
- T GJ
AB
4-9
AB
BC
Tanda minus pada TBC menandakan bahwa arahnya terbalik dari gambar diagram benda
bebas.
x =
My
Iz
(4.8)
y adalah jarak titik yang ditinjau dari sumbu netral, I adalah momen inersia, sedangkan A
adalah luas penampang melintang beam. Nilai I untuk berbagai macam penampang bisa
dilihat pada tabel 4.1.
Tegangan normal dan tegangan geser akibat beban bending ditunjukkan pada
gambar 4.8. Beban bending mengakibatkan terjadinya regangan seperti pada gambar
4.9. Besar regangan pada elemen beam berjarak y dari sumbu netral adalah :
4-10
x =
My
EI z
(4.9)
4-11
Tegangan geser yang diakibatkan adanya beban P pada sebuah paku keling
dengan luas penampang A, diformulasikan sebagai berikut :
2= P
A
2A
(4.10)
Khusus pada pembebanan transversal pada beam, seperti pada gambar 4.11,
akan terjadi kombinasi tegangan bending dan tegangan geser.
b dx =
(M + dM ) y dA c My dA
y1
y1
(4.11)
dM 1
ydA
dx Ib y1
dengan b adalah tebal penampang. dM/dy adalah gaya geser pada setiap titik, V,
sehingga :
4-12
xy =
V
ydA
Ib y1
(4.12)
VQ
Ib
(4.13)
dengan Q =
ydA , maka
y1
xy =
b h2
y1 2
=
=
ydA
b
ydy
y1
y1
2 4
(4.14)
V h2
y1 2
2I 4
(4.15)
Q=
Sehingga :
Tegangan geser bervariasi seperti pada gambar 4.13. Pada y1=h/2, =0. Pada y1=0,
max=Vh2/8I. Untuk penampang persegi panjang, I=bh3/12, sehingga :
max =
3V
2A
(4.16)
Studi Kasus 3:
Geometry brake lever sepeda diberikan pada gambar E.5. Rata-rata tangan manusia
dapat menimbulkan gaya cengkeram sekitar 267 N. Tangan yang sangat kuat dapat
memberikan gaya cengkeram sekitar 712 N. Diameter pin pivot 8 mm. Hitung tegangan
pada posisi kritis pada brake lever.
4-13
Idealisasi :
Kegagalan terjadi pada 2 lubang pin dan pada pangkal kantilever (brake lever)
Analisis :
a.
Handle dimodelkan sebagai batang kantilever dengan diameter 14.3 mm, seperti
pada gambar:
Buat DBB brake lever (Asumsi berat dan konsentrasi tegangan diabaikan)
4-14
Tegangan tarik bending pada pangkal kantilever akan maksimal pada sisi paling
luar (titik P), nilainya :
0.0143
54.6 Nm
m
My
2
x =
=
= 190 MPa
Iz
(0.0143)4 4
m
64
c.
xy =
4 (712) N
4V
=
= 6 MPa
3A 3 (14.3)2
2
mm
4
Tegangan geser maksimal terjadi pada sumbu netral (titik Q). Tegangan utama
pada sisi luar bagian atas 1=x=190 MPa, 2=3=0, sehingga dari lingkaran Mohr :
max=95 MPa.
d.
4-15
e.
Tegangan bearing yang terjadi adalah tekan, bekerja pada area proyeksi lubang.
bearing =
f.
F12
2993
=
= 30 MPa
Abearing
102
Pada kasus ini, kegagalan terjadi pada area dengan ketebalan 4(6.4) mm dengan
lebar 7.1 mm.
tearout =
F12
2993
=
= 17 MPa
181
Atearout
g.
h.
Kegagalan yang terjadi karena beban kabel adalah pada bagian C pada gambar
E.7, Bagian ini dimodelkan sebagai batang kantilever dengan lebar penampang (255)/2=10 mm dan lebar 5 mm (konservatif tanpa mempertimbangkan adanya
kenaikan lebar karena adanya jari-jari lubang). Lengan momen diasumsikan sama
dengan jari-jari pin, 4 mm. Gaya yang bekerja pada setengah lebarnya adalah
setengah gaya total. Tegangan bending yang terjadi sebesar :
2858 5
4
My
2 2
=
x =
= 137 MPa
3
Iz
10(5)
12
xy =
3V 3 (2858)
=
= 76 MPa
2A
2(10)(5)
4-16
4.3.
Tensor Tegangan 3D
Vektor tegangan T yang bekerja pada bidang potongan imajiner dapat diuraikan
sebagai berikut :
T = x i + xy j + xz k
(4.17)
Komponen tegangan yang bekerja tegak lurus terhadap bidang disebut tegangan
normal, sedangkan komponen yang bekerja dalam arah bidang kerja disebut tegangan
geser.
Jika potongan imajiner dilakukan untuk bidang-bidang yang lain maka akan
didapatkan elemen tegangan 3 dimensi seperti ditunjukkan pada gambar 4.15.
Komponen-komponen tegangan yang lengkap untuk tiga dimensi adalah merupakan
tensor orde 2. Tensor tegangan untuk elemen tiga dimensi dapat dituliskan dalam bentuk
matrik pada persamaan 4.18.
4-17
ij = yx
zx
xy
y
zy
xz
yz
z
(4.18)
4.4.
beberapa kasus terdapat elemen yang bisa diidealisasikan dengan kondisi tegangan
dalam bidang dua dimensi. Untuk kondisi plane stress ini, semua tegangan tegak lurus
bidang berharga nol (z = xz = yz = 0). Contohnya adalah elemen pelat yang mendapat
beban pada bidang pelat sendiri, tegangan pada elemen tipis seperti straingage, dll.
Untuk tegangan bidang x-y, tensor tegangan dapat disederhanakan menjadi
x
ij =
yx
xy
y
4-18
(4.19)
4.5.
Tegangan Utama
Untuk menentukan kekuatan suatu elemen mesin maka diketahui tegangan
maksimum yang terjadi pada elemen tersebut. Nilai atau besar suatu tegangan pada
elemen tegangan sangat tergantung pada orientasi dari sistem koordinat. Pada suatu
orientasi tertentu terdapat kondisi dimana tegangan normal berharga maksimum dan
semua tegangan geser berharga nol. Kondisi ini disebut dengan Principal stress atau
tegangan utama. Nilai tegangan utama dan orientasinya dapat ditentukan dari
persamaan karakteristik berikut :
x p
yx
zx
xy
xz n x
y p
yz n y = 0
zy
y p n z
4-19
(4.20)
dimana nx, ny, nz adalah arah cosinus vektor n (normal terhadap principal plane). Supaya
persamaan (4.20) memiliki solusi maka determinant matrik koefisien haruslah bernilai nol.
Dengan demikian maka nilai tegangan utama dapat dihitung dari akar persamaan pangkat
tiga berikut
3
(4.21)
p I1 p + I 2 p I3 = 0
dengan
1
= x + y + z
2
I 2 = x y + x z + y z xy xz yz
x
I 3 = xy
xy
y
xz
yz
xz
yz
Setelah nilai tegangan utama didapatkan (p1, p2, p3) maka arah orientasi tegangan
utama (nx, ny, nz) dapat dihitung dengan memasukkan nilai tegangan utama ke
persamaan (4.20). Arah ketiga tegangan utama pasti saling tegak lurus.
Tegangan geser maksimum atau sering disebut tegangan utama geser dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan
13 =
1 3
21 =
2 1
2
32 =
3 2
(4.22)
Perlu dicatat bahwa pada saat tegangan geser bernilai maksimum, tegangan normal
belum tentu bernilai nol. Orientasi tegangan geser maksimum adalah 450 terhadap arah
tegangan utama.
Untuk
kasus
tegangan
bidang
(2D),
persamaan
(4.21)
diatas
dapat
disederhanakan menjadi
1,2 =
x + y
2
x y
2
4-20
+ xy 2
(4.23)
p =
2 xy
1
tan 1
+
2
y
x
(4.24)
Sedangkan tegangan geser maksimum untuk kasus dua dimensi juga dapat
disederhanakan menjadi :
max
4.6.
x y
=
2
+ xy 2
s =
x y
1
tan 1
2
2 xy
(4.25)
Lingkaran Mohr
Untuk memberikan gambaran kondisi tegangan pada berbagai arah dalam bentuk
grafis, Otto Mohr (1914) memperkenalkan Mohrs Circle. Lingkaran Mohr ini sangat
reperestatif untuk kondisi tegangan dua dimensi. Sedangkan untuk kasus tiga dimensi,
lingkaran Mohr cukup kompleks kecuali untuk kasus-kasus tertentu seperti misalnya saat
salah satu tegangan utama berhimpit dengan salah satu sumbu koordinat.
Langkah-langkah untuk menggambar Lingkaran Mohr (lihat gambar 4.19) adalah
sebagai berikut :
4-21
Gambar 4.19 Konstruksi Lingkaran Mohr dan hubungannya dengan state of stress
x + y
,0
2
4. Buat dua titik yang saling berlawanan yaitu (x, -xy) dan (y, xy). Lingkaran dapat
digambar dengan titik pusat pada step 2
5. Radius lingkaran dapat dihitung dengan persamaan
2
x y
+ 2xy
r =
(4.26)
6. Tegangan utama terletak pada posisi garis lingkaran memotong sumbu (1, 2)
7. Tegangan geser maksimum sama dengan radius lingkaran
8. Sudut orientasi tegangan utama adalah = setengah dari sudut yang dibentuk oleh
garis yang menghubungkan titik (x, -xy) dan (y, xy) dengan sumbu datar
9. Untuk mendapatkan nilai tegangan pada arah tertentu () : gambar busur 2 dari garis
yang menghubungkan titik (x, -xy) dan (y, xy).
4-22
4.7.
Konsentrasi Tegangan
Adanya diskontinuitas geometri pada elemen mesin seperti lubang, fillet, notch,
inclusi dan lain-lain akan menaikkan nilai tegangan yang terjadi disekitar diskontinuitas
tersebut. Gambar 4.20 menunjukkan distribusi tegangan disekitar pelat yang berlubang
dan diberi beban tarik. Diskontinuitas ini sering disebut stress raiser dan kenaikan nilai
tegangan ini diberi istilah stress concentration (konsentrasi tegangan). Parameter yang
digunakan untuk merepresentasikan konsentrasi tegangan adalah Faktor Konsentrasi
Tegangan (Kc) dengan definisi :
Kc =
(4.27)
Nilai tegangan maksimum yang terjadi pada bagian diskontinuitas sangat sulit untuk
dihitung secara analitik. Metoda yang umum untuk analisis tegangan pada stress raiser
adalah metoda numerik (Finite Element method, Boundary Element Method), dan metoda
ekperimental seperti photoelastic, straingage dan lain-lain.
4-23
4-24
4-25
4-26
4-27
Studi Kasus 4:
Plat datar terbuat dari material britle, tinggi mayor H=4.5 in., tinggi minor h=2.5 in., Jari-jari
fillet r=0.5 in. Tentukan Faktor konsentrasi tegangan dan tegangan maksimal untuk
kondisi :
a.
Pembebanan aksial,
b.
Bending murni,
c.
Analisis :
a.
Pembebanan aksial
H 4.5
=
= 1.8
h 2.5
r 0.5
=
= 0.2
h 2.5
Dari gambar 4.22-a, Kc=1.8. Dari persamaan 4.27, Tegangan maksimalnya adalah :
4-28
P
A
max = 1.8 =
b.
max = 1.5
c.
1.8P
bh
6M 9M
=
bh 2 bh 2
r 0.25
=
= 0.1
h 2.5
Dari gambar 4.22-a, Kc=2.2. Dari persamaan 4.27, Tegangan maksimalnya adalah :
max =
2.2 P
bh
Bisa dilihat, dengan mengurangi jari-jari fillet menjadi setengahnya, akan menaikkan
tegangan maksimal satu stengah kalinya.
4.8.
Regangan Elastis
Benda elastis yang mendapat beban-beban luar seperti ditunjukkan pada gambar
x = Lim
x 0
dx
x
y = Lim
y 0
4-29
dy
y
z = Lim
z 0
dz
z
(4.28)
Gambar
4.25
Ilustrasi
beban
tarik
uniaksial
Jika benda isotropik pada gambar 4.25 diberi beban geser murni dalam pada
bidang y dalam arah x, maka benda tersebut hanya akan mengalami deformasi geser
seperti ditunjukkan pada gambar 4.26. Dari deformasi geser tersebut didefinisikan
regangan geser atau shear strain
xy = Lim
y 0
dx
= tan
y
(4.29)
Dengan cara yang sama, regangan xz dan yz dapat ditentukan dengan memberikan
beban geser murni dalam arah y dan z.
Dari definisi di atas, jelaslah bahwa strain adalah tensor orde dua sehingga dapat
dituliskan dalam bentuk
4-30
xx
ij = yx
zx
xy
yy
zy
xz
yz
zz
(4.30)
xx
ij =
yx
xy
yy
(4.31)
Nilai regangan maksimum serta arahnya untuk suatu elemen regangan dapat dicari
dengan menggunakan lingakaran Mohr seperti pada analisis tegangan.
4.9.
Hubungan Tegangan-Regangan
Hubungan antara tegangan dan regangan untuk benda elastis linear pertama kali
diusulkan oleh Hooke, sehingga sering disebut dengan hukum Hooke. Untuk kasus
regangan bidang hukum Hooke dapat dituliskan
xy =
xz =
yz =
x =
1
x ( y + z )
E
y =
1
y ( x + z )
E
z =
1
z ( x + y )
E
4-31
xy
G
xz
G
yz
G
(4.32)
dengan E adalah modulus elastisitas dan G adalah modulus geser. Hubungan modulus
geser dan modulus elastisitas adalah
G=
E
2(1 + )
(4.33)
x = 2G xx + e
xy = G xy
y = 2G yy + e
xz = G xz
z = 2G zz + e
yz = G yz
(4.34)
e = xx + yy + zz
E
(1 + )(1 2 )
(4.35)
Soal-Soal Latihan
1. Untuk kondisi tegangan dibawah ini, gambarlah diagram Mohr, tentukan tegangan
utama normal dan geser, serta gambarkan elemen tegangan (satuan Mpa).
12 4
4 6
a. ij =
16 4
4 9
b. ij =
2 4
4 8
c. ij =
2. Tentukanlah nilai dan arah tegangan utama untuk kondisi tegangan berikut (satuan
Mpa). Untuk material baja (E = 210 Gpa, = 0,3) tentukanlah juga kondisi regangan
dan regangan utama benda tersebut.
8 4 3
ij = 4 12 2
3
2 6
4-32
3. Sebuah
hook
terbuat
dengan
pada
gambar.
4. Papan loncat indah menggunakan konstruksi (a) overhang dan (b) cantilever seperti
ditunjukkan pada gambar. Tentukanlah tegangan utama yang maksimum pada
konstruksi papan jika orang dengan berat 100 kg berdiri diujung papan. Diketahui
penampang papan adalah 305 mm x 32 mm, dan modulus elastisitas papan papan
adalah E = 10,3 Gpa. Berapakah defleksi maksimum papan ?
torsi,
dan
beban
konsentrasi
bagian
poros
yang
mengalami diskontinuitas.
4-33
lokasi
dimana
terjadi
Tentukan
juga
kondisi
perpindahan
angular
dan
9. Poros dibebani secara aksial seperti pada gambar. Pada segmen yang manakah ratarata tegangan tekan sama dengan P/A? Pada segmen yang manakah tegangan tekan
maksimal sama dengan P/A?
4-34
gaya
ke
bawah
x
0
750
y
-1500
500
z
0
250
xy
750
500
yz
0
0
sebesar
30 kpsi
dan
4-35
zx
0
0
14. Dua macam kunci roda digunakan untuk mengencangkan mur roda, yaitu kunci roda
berbentuk L (a) dan berbentuk T (b). Untuk mengencangkan mur roda dengan
masing-masing bentuk, digunakan 2 buah tangan, A dan B, seperti pada gambar.
Untuk kedua bentuk,
jarak A dan B 1 ft,
diameter
pemegang
ft-lb
untuk
mengencangkan
mur
maksimal
masing-masing bentuk.
15. Sebuah
bracket
seperti
pada
l
100
70
a
400
200
t
10
6
h
20
80
4-36
F
50
85
OD
20
20
ID
14
6
E
steel
steel