BUKU-1
Ditulis oleh:
Ir. Sarwono Kusasi
69
KATA PENGANTAR
Materi pelatihan ini disajikan sebagai pendahuluan dalam rangka program pelatihan system
transportasi vertical dalam gedung (TVG). Bagi mereka yang terlah terjun dalam praktek
lapangan sebagai pemasang instalasi (fitter) lift selama dua atau tiga tahun tentunya telah
paham dengan tiap-tiap komponen dan fungsinya.
Setelah memahami materi ini, peserta pelatihan tidak canggung untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan berikutnya jika diperlukan, dan banyak diantaranya materi pelatihan dalam tahap
persiapan, yaitu :
1. Pekerjaan pemasangan dan perakitan
2. Teknik perawatan dan Reparasi (perbaikan)
3. Konstruksi peralatan eskalator
4. Manajemen Perawatan
5. Syarat-syarat K3 operasi pesawat lift dan eskalator
6. Perencanaan teknis sistem mekanik lift
7. Pemilihan sistem TVG
8. Panduan tata cara pemeriksaan (audit)
9. Prinsip kinematika gerakan
10. Kendali operasi kerja dan kendali gerak (drive)
11. Tata cara pengujian layak fungsi sistem dan pelaporan
Demikianlah, mudah-mudahan informasi kata pengantar ini berguna adanya. Kami tetap
menantikan saran dari rekan-rekan agar tulisan ini makin sempurna.
i 66
URAIAN SINGKAT
6. Tujuan Instruksional :
A. Umum : Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan mampu
mengenali fungsi tiap-tiap komponen lift.
ii
67
DAFTAR ISI
Lampiran :
1. Kata Padanan .............................. 50
2. Rujukan …………………. 61
3. Daftar Gambar …………………… 62
4. Daftar Singkatan ………………………… 63
iii
68
BAB I
PENDAHULUAN
1. Ditinjau dari sistem transportasi vertikal dalam gedung (TVG), secara garis dasar
komponen lift dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
Bagian 1 : Komponen diam (tidak berpindah tempat)
a. Rel pemandu (guide rails)
b. Penyangga / peredam (buffer)
c. Mesin traksi / mesin hidrolik
d. Motor penggerak (drive)
e. Pintu - pintu lantai (landing doors)
Bagian 2 : Komponen-komponen bergerak
a. Kereta (car, cabin)
b. Bobot imbang (counterweight )
c. Tali baja tarik (hoist ropes)
Bagian 3 : Komponen pelengkap
a. Di ruang mesin : kendali, pengindra kecepatan (speed governor )
b. Di ruang luncur : sinyal, saklar-saklar dan indikator
Bagian 4 : Alat pengaman atau keselamatan
a. Mekanis (safety devices)
b. Elektris (switches)
2. Sejarah perkembangan pesawat lift sejak 1855 telah menghasilkan banyak sekali
penemuan-penemuan jenius, dan bermacam-macam paten. Sebagai contoh, rel
pemandu pada masa awal lift komersil, dibuat dari kayu dan berbentuk profil bulat atau
segi empat. Pada waktu itu operasi lift berangkat dan berhenti harus dilakukan oleh
seorang pelayan (atendan) didalam kereta yang memutar roda kemudi. Atendan juga
harus membukakan pintu secara manual jika kereta telah sampai, dan menutup pintu
dahulu jika lift mau berangkat.
1
3. Sejak tahun 1924 pesawat lift telah mengalami kemajuan luar biasa, karena serba
electric, yaitu electric signal control, electric door operation. Seorang atendan masih
diperlukan untuk menutup pintu cukup dengan menekan tombol. Atendan harus
memutar roda kendali untuk memulai berangkat. Hebatnya lift telah pandai berhenti
sendiri pada tiap-tiap lantai dimana ada calon penumpang, dan akan berbalik arah
dengan sendirinya, jika semua perlayanan pada arah tertentu diselesaikan.
4. Sejak tahun 1955 pesawat lift sudah dilengkapi dengan peralatan atau aparatus serba
“electronic” , seperti : rectifiers, transistors, electronic vacum-tube, semi-conductor, dan
sebagainya. Secara umum “electric control ” berubah menjadi “electronically controlled”
operation.
Istilah - istilah berikut timbul :
a. electronic call button
b. electronic detector
c. electronic digital indicator
d. electronic decoder (tacho, generator atau transducer )
e. electronic chime
f. electronic speech sythesizer
g. electronic display (liquid crystal )
Seorang atendan tidak diperlukan lagi, karena pesawat lift sudah tahu apa tugasnya,
bahkan jika ada seorang atendan, maka akan mengurangi kinerja lift, karena kerja lift
lebih mementingkan efisiensi kelompok (group operation). Jika ada seorang atendan
dipasang didalam kereta, maka dia lebih cenderung bertugas untuk mengelu-elukan
tamu. Di Jepang dikenal dengan nama girl starter .
5. Lift modern dilengkapi dengan saran aparatus yang tidak ada hubunganya dengan
operasi lift dan dipasang atas permintaan (bersifat optional). Diantaranya ialah :
a. Information display (biasa dipasang pada hotel)
b. Speech synthesizer (berguna bagi penumpang yang mudah lalai/lupa)
c. Close circuit TV (berguna mencegah tindakan jahil)
d. Addressing systems ( public address)
2
6. Semua komponen lift harus diproduksi mengikuti standar nasional. Pesawat lift yang
diimpor, mengikuti standar negara asalnya, umpamanya merk dagang dari USA
mengikuti ASME 17.1 dari Jepang mengikuti JIS (Japanese Industrial Standard), dari
Eropa mengikuti EN.81, SNI di Indonesia dibuat berdasarkan ASME dan BSI (British
Standard Institute), isinya cukup memenuhi kebutuhan, mendukung mutu dan
keselamatan. Lihat gambar 1 dan 2.
3
Gambar-1 :
Typical Installation, geared machine
4
Gambar-2 :
Typical Installation, gearless machine
5
BAB II
KOMPONEN DIAM ( s tand s till components )
Rel pemandu dibuat dari baja canai liat ( ductile steel ) dengan tegangan batas (yield
point ) maksimal 370 N/mm 2 biasa disebut structural steel . Pengerjaan mesin dengan
skrap ( planed ) pada muka bidang kepala (web) sampai kehalusan 2,0 m, dan pada
bagian kaki (base) tidak dimesin. Kelurusan yang dituntut ialah penyimpangan maksimal
(maximum desplacement ) 0,3 mm per meter untuk kecepatan lebih rendah dari 240
m/m, sampai 0,2 mm per meter untuk kecepatan mencapai 420 m/m.
Rel-rel yang bengkok, terputir atau berubah bentuk dan sebagainya tidak boleh
dipasang, oleh karena itu cara pengepakan dan handling selama transport harus
mengikuti aturan, dan petunjuk produsennya.
Rel pemandu harus dipasang secara vertikal dan diikat dengan braket dan diangker
baut ke dinding beton ruang luncur. Masing-masing kereta dan bobot imbang bergerak
mengikuti sepasang rel yang kekar. Jarak spasi (rentang) braket-braket harus mengikuti
perhitungan agar tidak terjadi tegangan tekuk ( buckling stress) saat rel berfungsi no.3,
menahan gaya reaksi pesawat pengaman.
Tegangan tekuk maksimal yang diizinkan sebesar 140 N/mm 2 untuk baja mutu st 370.
Batang rel panjang 5 m disambung satu sama lain dengan plat fishplate.
Ada dua versi ukuran rel, yaitu versi Amerika mengikuti ASME dan versi Eropa
mengikuti ISO, BS dan EN.81. Berikut ini ukuran fisik dengan berat per meter lari. Rel
versi Eropa, mengikuti ISO 7465, perbatang = 5 meter. Contoh beberapa rel tersebut
ialah sebagai berikut :
6
7
Gambar 3A : Gambar 3B :
Atas : Penjepit rel mati (fixed clip) dengan Penyambungan rel dengan fishplate dan
dua buah moer baut dan cincin pegas dibaut 8 buah 10 s/d 16M
Bawah : Penjepit rel luwes dengan clip pegas (1),
baut (2), lapisan slip anti karat (3), braket (4),
plat shims (5)
8
9
Gambar-5 :
Sepatu Luncur Pemandu
10
c. Jika peredam dipasang pada bagian bawah dari bobot imbang, sebagai bagian dari
pemberat, maka pada dasar pit harus dipasang penyangga dari kayu sebagai
penahan benturan. Juga harus diperhitungkan tinggi overhead agar bagian atas dari
bobot imbang tidak membentur lantai ruang mesin, saat kereta dilantai terbawah.
d. Penyangga dan peredam adalah suatu keharusan dalam instalasi lift, sebagai
pengaman keadaan darurat, walaupun alat ini lebih banyak diam bahkan tidak
pernah bekerja. Alat ini bekerja saat terjadi overspeed kereta arah turun menjelang
kelantai-1 (terminal bawah).
11
Penyangga polyurathane atau karet sintetis, duduk pada plat baja 5 mm,
diameter luar 125 mm, diameter dalam 35 mm (lubang) tinggi 100 mm
Gambar 6A :
Peredam pegas ulir (spiral) dari baja
1. Profil pegas : bulat
2. Plat dasar
3. Plat atas
4. Karet penahan benturan
5. Tabung baja pelurus (pendukung)
12
Gambar 6B :
Peredam hidrolik (minyak) dengan gas nitrogen
didalam piston (bikinan L eo International Ltd )
Plunger = torak (bergerak turun karena benturan)
Orifices = lubang-lubang aliran minyak
Metering tube = tabung (silinder) minyak
Oil reservoir = bak cadangan minyak
13
14
15
Gambar 7 :
Atas : Gigi reduksi jenis ulir (worm gear)
Bawah : Gigi reduksi jenis helical
1. Bed plate mesin
2. Rumah gigi reduksi
3. Tutup
4. Roda baja tuang
5. Roda tarik (puli) besi tuang molebdenum
6. Poros baja tempa, untuk puli dan roda gigi
7. Gigi ulir dari tembaga campuran
8. Poros gigi ulir
16
Gambar 8 :
Atas : mesin tarik roda gigi reduksi dan motor AC
( A C g eared machine)
Bawah : mesin tarik tanpa gigi - motor DC
(DC gearless machine)
Puli dibuat dari besi tuang campuran molebdenum dengan kekerasan seragam
HB220 (Brinell Hardness). Diameter roda puli minimal 40 kali diameter tali baja. Jika
diameter tali sama dengan 5/8 in = 16 mm, maka diameter puli minimal 40 x 16
= 640 mm. Dari segi keawetan tali baja, diameter diperbesar 10% menjadi 700 mm,
sebagai diameter minimal. Umur puli dapat mencapai 15 tahun jika tegangan tali
baja traksi dijaga senantiasa seragam.
Kekuatan rem disetel oleh moer dibelakang pegas. Rem harus cukup kuat
menahan kereta dengan beban muatan sampai 125% kapasitas angkat, tanpa
merosot, jika tiba-tiba sumber tenaga listrik putus. Hal ini harus diuji coba, sebelum
instalasi diserah terimakan oleh kontraktor kepada pemilik. Proses berhentinya lift-
lift modern tidak lagi dengan pengereman. Lift berhenti karena kendali kontroler,
motor berhenti, setelah kereta tepat rata dengan lantai ( dynamic braking ). Sesaat
kemudian rem baru bekerja menahan kereta, agar tetap diam dan tidak merosot.
Lift dengan motor AC-2 speed, dimana speed control tidak menggunakan inverter,
maka kecepatan lift diturunkan seperempatnya untuk kira-kira 8 detik, kemudian 2
detik sebelum berhenti rem membantu bekerja (drop hold braking ). Lihat contoh
gambar 9 dan 10:
1. External, permukaan luar tabung yang dipeluk sepatu rem. Tabung langsung
berhubungan dengan as motor.
2. Internal, expanding brake, pada mesin gearless. Permukaan dalam tabung yang
ditekan oleh sepatu rem.
18
19
Gambar 10 :
Rem mesin tarik jenis external
Untuk mesin-mesin dengan roda
gigi reduksi. Sepatu rem dapat
“main” oleh karena duduk pada
rem, pivot pins, sehingga
permukaan rem dapat menekan
secara merata.
20
21
BAB III
KOMPONEN BERGERAK
Banyak orang lebih suka menyebut sangkar (cage) dari pada kereta, walaupun jelas-
jelas yang menggunakan lift itu manusia, bukan binatang. Berdasar penggunaannya
kereta dibagi menjadi tiga jenis yaitu kereta penumpang, kereta barang dan kereta lift
pelayan (dumbwaiter ). Kereta penumpang ( passenger cab) banyak variasinya. Ukuran
yang dianjurkan seperti tersebut dalam mata pelajaran “tata letak” atau SNI 03-6573-
2001 “Tata cara perancangan”. Sedangkan bentuk kereta lift kaca (observation elevator )
tergantung arsitek perencana. Tetapi semua harus memenuhi syarat luas kereta atas
dasar 0,16 m2/orang (kecuali lift-lift kecil untuk perumahan mencapai 0,2 m 2 tiap
orang).
Semua kereta harus dilengkapi dengan pintu, kecuali lift pelayan ( dumbwaiter ),
walaupun pintu tidak harus otomatis (untuk lift barang dan lift perumahan dipakai pintu-
pintu manual). Pintu kereta dilengkapi dengan tuas ungkit pelepas (seperti pedang)
yang digerakan oleh door operator. Gunanya agar pintu lantai dapat ikut terbuka/tertutup
mengikuti pintu kereta. Tuas tersebut mendorong roller kereta yang dipasang pada pintu
lantai. Lihat gambar 12A dan 12B. Tinggi kereta minimal 2,0 m, tetapi tinggi yang normal
22
dapat diterima ialah 2,2 m sampai langit-langit atau 2,4 m sampai ke atap. Atas
permintaan khusus tinggi kereta dapat mencapai 3.0 m, demi prestige.
Z = P + 1/2 Q kg
Dimana angka ½ (atau 50%) disebut counterweight overbalance, yaitu kelebihan berat
bobot imbang terhadap berat kereta kosong. Nilai overbalance untuk lift-lift kecil
(kapasitas 60 kg dan kebawah) = 50%. Lift-lift dengan kapasitas daya angkut 750 kg s/d
1150 kg, nilai overbalance = 45%, sedangkan lift yang kapasitasnya diatas 1150 kg, nilai
overbalance = 42.5%, bahkan 40%. Hal ini berdasarkan observasi lapangan sepanjang
waktu dimana sirkulasi digedung yang lengang (tidak padat) agar efisien jika diperoleh
keseimbangan saat naik-turun. Bobot imbang terdiri dari rangka dari baja profil kanal,
bentuk konstruksi segi empat dan diisi dengan fillerweight dari besi tuang dan
dikencangkan dengan 2 baut tie rod . Bobot imbang bergerak meluncur mengikuti rel
pemandu vertikal dengan sepatu luncur atau dengan roller guide jika kecepatannya
melebihi 120 m/m. Lihat gambar 1:1 Rakitan bobot imbang.
Pengikatan ujung-ujung tali pada rangka kereta dan rangka bobot imbang dengan baut
soket tirus atau baut soket baji (wedge socket ). Konstruksi tali yang disetujui oleh semua
pihak untuk dipakaikan pada instalasi lift, ialah: Seale type, 8 x 19 FC, yaitu dengan 8
stand (pilinan) dari 19 elemen kawat dan ditengahnya terdapat fibre core (FC) dari serat
manila atau serat sintetis yang mengandung minyak anti karat. Faktor keamanan (fk)
tali sangat penting dalam perhitungan jumlah lembar tali yang harus menarik beban
(P+Q) kg (berat kereta dan muatan maksimum). Juga batas patah (Bp) tali (dalam N)
yang dinyatakan dalam sertifikat pengujian, sehingga jumlah lembar tali n, adalah :
23
n = g (P+Q) fk
Dimana : g adalah gravitasi bumi
Bp
Tali harus diapkir jika diameternya susut 10% dan atau terdapat patahan maksimum 16
elemen kawat pada jarak satu puntiran atau one lay (+ 12 cm jika diameter = 13 mm).
Pada umumnya tali diganti baru jika telah mengalami 1 juta tekukan (useful lift = + 5
tahun untuk gedung kantor).
Sedangkan pintu kereta aktif bergerak oleh motor listrik yang dipasang diatap kereta
(biasa disebut door operator ).
25
Gambar 12 :
Kiri :Penggerak pintu kereta dengan motor DC
dan gigi reduksi. Gerakan diperhalus dengan minyak hidrolis,
dalam dua silinder kiri dan kanan masing-masing untuk buka dan tutup
Gambar memperlihatkan jenis pintu single panel.
Kanan : Penggerak pintu kereta dengan motor AC atau DC dan
reduksi putaran dengan roda-roda sproket berantai.
Jenis pintu : two panel - center opening, masing-masing daun pintu
didorong oleh masing-masing lengan yang bertumpu pada bagian rangka
kereta yang kokoh. Lengan pertama dihubungkan dengan batang (connecting rod )
ke lengan kedua. Dengan penyetelan posisi batang, secara sinkrun kedua panel
membuka / menutup bersamaan.
26
Semua pintu lantai harus dilengkapi dengan kunci kait ( interlock ) dan kontak listrik,
baik yang otomatis maupun pintu manual. Lihat gambar 12B. Bentuk atau jenis pintu
yang paling populer untuk lift modern ialah sorong horizontal belah tengah ( center
opening sliding door ). Pintu lift service (serbaguna) harus lebih lebar, maka digunakan
jenis two-speed door atau pintu teleskopik dengan 2 panil (daun pintu). Daun pintu
yang dimuka bergerak lebih cepat (dua kali lipat) dari kecepatan daun pintu belakang.
Gambar 13 memperlihatkan lebar pintu ( L) maksimal yang dapat diperoleh dari lebar
ruang luncur (L) yang tersedia atas dasar jenis-jenisnya.
Tinggi pintu minimal 2,0 meter, tetapi tinggi yang normal dapat diterima masyarakat
ialah 2,1 meter. Tinggi kereta dan tinggi pintu lift barang menyesuaikan kebutuhan atas
dasar jenis barang yang diangkut. Jenis pintu ialah vertical bi-parting door dengan
lebar sama dengan lebar kereta. Biasanya pintu lift barang tidak otomatis, tetapi dapat
dilengkapi dengan motor penggerak pada masing-masing unit pintu. Dengan cara
menekan tombol-tombol, pintu dapat dibuka dan atau tutup saat kereta telah berhenti
dilantai.
Gambar 12B :
Kunci kait dilengkapi dengan 2 roller karet
pendorong panel pintu, oleh kerja retiring cam
pada pintu kereta.
27
Gambar 13 :
Jenis-jenis pintu dan lebar maksimal yang dapat diperoleh (l) dan lebar ruang luncur (L)
28
BAB IV
KOMPONEN PELENGKAP
Contoh - contoh :
a. Bell berdering untuk minta tolong karena lift macet (suatu ketetapan).
b. Bunyi buzzer (geram) untuk kereta tidak mau berangkat karena beban berlebih.
c. Juga buzzer agak lembut karena pintu ditahan terus menerus tidak dapat menutup
pada hal tengganng waktu telah habis, dan kereta harus berangkat.
d. Bunyi denting satu kali jika lift tiba dilantai arah keatas. Bunyi denting dua kali, jika
lift tiba, tetapi arah kebawah. Bersamaan dengan bunyi denting tersebut lampu
ketibaan turut menyala yaitu warna hijau untuk arah keatas, dan merah untuk arah
kebawah. Bunyi denting tersebut sekarang diganti dengan suara electronic chime
yang lebih nyaman terdengar.
e. Pijitan tombol-tombol lantai (hall call ) dan tombol kereta (car call ) disertai bunyi “biip”
dan tombol menyala diode merah, suatu tanda bahwa panggilan atau permintaan
telah “didaftar” untuk dilayani.
29
30
Gambar 15 :
Suatu contoh bentuk Car Operating Panel (COP)
31
Gambar 16 :
Penandaan yang terdapat pada Car Operating Panel (COP)
32
Gambar 17 :
Hall fixtures : OTIS Elevator Co.
33
f. Peringatan bahwa lift akan berangkat dari lobi karena tenggang waktu telah habis,
ditandai dengan suara buzzer agak geram dan pada saat yang sama lampu panah
warna hijau berkedip (nudging operation).
Semua petunjuk dan petanda tersebut tidak ada ketetapannya, kecuali alarm bell dan
intercom adalah suatu keharusan sebagai dari sarana tanda dalam keadaan darurat.
Indikator posisi kereta yang dipasang pada dinding diobi, hanya bermanfaat untuk
pasangan dua lift ganda (duplex ). Bagi lift-lift dalam kelompok (3 atau lebih), indikator
posisi tersebut cukup dipasang didalam kereta saja, sedangkan pada tiap-tiap lantai
seharusnya dipasang lampu panah ketibaan berwarna merah dan hijau dengan
kombinasi suara denting. Dalam hal ini pemasangan indikator posisi hanya akan
membingungkan calon penumpang yang menunggu di lobi.
Lift modern dilengkapi dengan detector penilai jumlah calon penumpang dilobi lift dilantai
dasar, sebagai pemicu operasi “up peak demand ”.
Lokasi lampu ketibaan sebaiknya dipasang di samping pintu sebelah kiri (lihat gambar).
Alternatif dipasang diatas pintu, kecuali jika pintu memakai tingkap ( transom panel )
maka lampu tidak boleh dipasang pada tingkap. Hindari memilih bentuk lampu yang
kurang efektif, tidak tepat guna. Jangan sampai bentuk-bentuk manis mengorbankan
fungsi.
Layar info (screen display dan speech synthesizer ) didalam kereta berguna terutama
bagi penyandang cacat. Lihat gambar 15 dan 17.
2. Saklar ( switches )
Saklar atau kontak dapat berbentuk tombol, kunci kontak, pisau dengan handel,
automatic circuit breaker , dan saklar-saklar dengan tungkai (limit switches) untuk
pengaman. Berikut ini kode-kode dalam gambar pengawatan.
tombol, (making )
tombol, (breaking )
kunci kontak
34
Selama lift bergerak semua saklar pengaman harus masuk (sambung), yaitu :
a. Final limit switch, diatas dan dibawah R/L
b. Directional limit switch
c. Governor switch (SO)
d. Safety overspeed switch (SOS)
e. Kontak pintu-pintu (car contact, gate contact)
f. Broken tape switch
g. Emergency stop switch dikereta, diatap kereta dan di pit
h. Buffer switch
i. Saklar roda penegang di pit
Jika salah satu dari saklar-saklar tersebut lepas atau terbuka, maka lift berhenti (macet)
karena semua tersambung secara seri dan masuk ke relay penggerak motor. Saklar
terakhir masuk ialah kontak pintu, yaitu pada saat lift mau berangkat, pintu harus rapat
menutup. Lihat gambar berikut : hubungan seri saklar-saklar.
35
36
Lihat gambar : penjepitan terjadi saat lift melaju melebihi batas tertentu sehingga, putaran
roda governor menimbulkan gaya centrifugal kepada 2 buah bandul, yang keluar membentur
pengungkit (cam) dan melepaskan kait (tripped).
Tali baja governor merupakan lingkaran tidak terputus dari ujung tuas di kereta, keatas
melingkari roda governor , turun langsung ke pit melingkari roda penegang, dan kembali
keatas diikat pada tuas tersebut. Jika terjadi tripped tali baja dijepit oleh rahang yang jatuh
karena kaitannya lepas. Selanjutnya tali yang berhenti, menarik tuas kiri dan kanan, dan
melalui rangkaian mekanis menarik keatas lifting rod dan rem pasak (baji) yang berbentuk
tirus masuk ke rumahnya (block ) menjepit rel. Lihat gambar.
37
38
Gambar 20 :
Arah jarum jam
Atas kiri : governor, 1 dan 5 bandul “terbang”
yang akan memukul ungkit 4,
melepaskan kait, dan menjatuhkan rahang 6.
Rahang 3 diperkuat dengan pegas
menjepit tali bersama rahang yang jatuh,
maka tali baja 2 akan berhenti bergerak.
Gambar 19
Pasak pengeram bentuk
tirus (rem baji)
39
40
Gambar 21 :
Gambar kerja 1. Memperlihatkan posisi tali 235 mm dari garis sumbu rel, 2. Posisi SOS switch dan
3.Connecting rod yang menggerakkan tuas, 4. Pada sisi lain dari tali, 5. Rem baji 6, berbentuk tirus
menjepit rel, setelah ditarik lift rod.
41
42
43
Gambar-22 :
Sistem Pentalian (roping)
44
Gambar-23 :
Sistem Pentalian (roping)
45
BAB V
KESIMPULAN
Komponen peralatan pesawat lift yang utama adalah motor penggerak atau drive. Saat ini
motor yang popular digunakan ialah jenis AC induksi dengan permanent magnet
synchronous. Kemudian diikuti dengan power transmission yaitu mesin traksi dengan roda
puli, roda gigi reduksi dan tali baja traksi.
Kemudian kereta sebagai sarana bagi pengguna (penumpang) dilengkapi dengan bobot
imbang (counterweight ) yang bergerak melalui rel pemandu yang vertikal. Sarana
penumpang lain ialah pintu-pintu, yaitu pintu kereta dan pintu-pintu lantai atau pintu-pintu
hentian (landing doors).
Selain dari tersebut diatas digolongkan sebagai asesori yang dipasang didalam kereta ialah:
1. Petunjuk arah jalannya kereta (directional arrows)
2. Indicator posisi (car position indicator )
3. Kipas angin
4. Lampu penerangan dan lampu darurat
5. Interphone / intercom dan bel darurat
6. Detector bukaan kembali pintu dengan berkas sinar infra red
7. CCTV
8. Screen display penayangan informasi dan speech synthesizzer
46
Bentuk-bentuk dan rupa fixtures (tombol, lampu ketibaan dan lampu indikator posisi) oleh
pabrik pembuatnya dipilih atas dasar survey pada berbagai kantor interior designer, agar
dapat diterima masyarakat. Pabrik selalu berpatokan bentuk dan rupa harus “ functional ”.
Jangan sampai berbentuk manis dan cantik tetapi mengorbankan fungsi fixtures.
Beberapa hal yang perlu dibahas dalam materi pelajaran terpisah ialah:
1) Lift tanpa kamar msin
2) Lift dengan transmisi hidrolik
3) Tangga jalan (escalator atau passenger converyor)
47
BAB VI
LATIHAN
1. Seandainya anda seorang manajer operasi bangunan (MOB) apakah anda akan
menganggap instalasi lift lebih penting dibanding dengan instalasi tata udara (AC).
Jelaskan keunggulan fasilitas lift (TVG) dibanding dengan sarana bangunan lain.
5. Mengapa pabrik produsen pesawat lift memilih ukuran rel pemandu (kg/m) tertentu,
sesuai fungsinya?
6. Apa maksud memasng peredam (buffer ) didasar pit. Kenapa dibedakan penggunaan
peredam pegas dan peredam hidrolik?
7. Kenapa tidak digunakan penyangga karet saja agar lebih menekan biaya ( cost
reduction) dari pada peredam hidrolik yang pasti lebih mahal.
8. Apa fungsi dari pemandu roller guide dan sepatu luncur ( guide shoes). Apa ada
pengaruhnya dengan getaran/goncangan badan kereta.
9. Mengapa berat kereta dan muatannya harus diimbangi dengan bobot imbang dalam
operasinya naik dan turun?
10. Komponen apakah dinamai thimble rod ? Apa ada hubungannya dengan baut?
48
11. Apa fungsi dari tuas pelepas (retiring cam) yang dipasang pada panel pintu kereta?
12. Apa fungsi dari kunci kait (interlock ) yang dipasang pada pintu-pintu lantai?
13. Jika lebar ruang luncur (hoistway ) = L, maka agar memperoleh bukaan pintu yang
paling maksimal, harus memilih jenis pintu apa?
15. Ada berapa macam konstruksi tali kawat baja? Tali baja jenis apa yang paling cocok
untuk pesawat lift dan apa konstruksinya?
16. Berapa sebaiknya jumlah lembar tali baja untuk lift-lift penumpang? Faktor-faktor apa
yang menentukan diameter tali dan jumlah lembar tali?
17. Apa tujuan memasang alarm bel dan lampu darurat didalam kereta lift?
18. Apakah alat komunikasi didalam kereta lift penting? Jika ya, harap jelaskan.
19. Mengapa tali kawat baja perlu diganti baru saat-saat tertentu. Ada gejala apa, dan apa
akibat jika tidak diganti?
20. Apa kriteria tali baja harus diapkir, dan perlu diganti baru. Atas laporan siapa, maka tali
harus diganti baru.
49
Lampiran-1
PADANAN KATA-KATA
Absoption : penyerapan
Acceleratiion (a) : percepatan saat lift berangkat sampai mencapai
kecepatan penuh (m/detik/detik atau m/s/s).
Acceptance testing : pengujian makbul atau pelulusan (pada instalasi yang
baru selesai terpasang). Surat izin layak fungsi (resmi).
Accredited : diakui/disahkan.
Accupational safety : keselamatan kerja bagian dari SMK3.
Annual testing : pengujian tahunan/tiap-tiap tahun/ulangan.
Anti creep device : alat dengan katup berfungsi menaikan kereta kembali
rata lantai, jika mulai merosot (lift hidrolik).
Applicability : penerapan/dapat digunakan.
Applicable testing : pengujian yang dapat diterapkan.
Appropriate manner : cara yang benar/sepadan.
Arc of contact (A/C) : sudut pelukan tali terhadap roda puli ( , dalam radian).
Axis : poros
Average waiting time (AWT) : tempo tunggu rata-rata di lobi mulai satu lif
meninggalkan lobi sampai satu lift lain datang (detik).
AWT = WTR.
Balustrade : dinding pelindung penumpang eskalator dikiri dan
kanannya sepanjang lintasan.
Barricade : penghalang bagi umum agar jangan terjatuh/celaka.
Belt drive : alat transmisi ban/sabuk.
Bi-parking door : jenis pintu sorong vertikal dua panel buka ditengah-
tengah untuk lift barang.
Blind hoistway : bagian ruang luncur tidak terdapat pintu hentian
(express run).
Breaking point (Bp) : batas patah tali baja sesuai sertifikat uji lab (kN).
Bracket spacing : jarak rentang braket pengikat rel
Buckling factor () : faktor yang diterapkan pada rumus tegangan tekuk jika
ada gaya menimpa batang langsing yang searah
dengan sumbu tegak ( sesuai dari daftar).
50
51
52
53
54
55
56
Requirement : ketentuan/persyaratan.
Reservoir : bejana persediaan minyak, tangki minyak.
Retardation : reaksi penahanan (N).
Retiring cam : ungkit pelepas berfungsi melepaskan kunci kait pada
pintu lantai jika kereta sampai masuk zona pintu.
Rod, connecting : batang penarik pasak pengereman
Rope compensation : sistem pengimbangan atas berat tali baja traksi dengan
cara memasang tali baja yang sama berat
menggantung pada bagian bawah kereta dan bobot
imbang.
Rod, lifting : batang penarik pasak pengereman
Rod, tie : batang penarik pasak pengeraman
Rope fastening : baut soket pengikat ujung tali berupa soket tirus atau
soket baji.
Rope lay : satu puntiran 360 0 dari lilitan pada tali baja (mm).
Rope stretch () : kemuluran tali baja (mm).
Roping : sistem pentalian: 1:1 one to one roping, 2:1 two to one
roping.
Round grove (U-groove) bentuk alur U pada keliling puli traksi >< flat groove.
Round trip time (T) : tempo yang ditempuh oleh satu lift mulai berangkat dari
lobi melayani lantai-lantai atas dan kembali ke lobi
(detik).
Routine : rutin, secara tetap dan teratur.
Rule : persyaratan/peraturan/ketentuan.
Runby : luang lari, jarak kereta dengan penyangga (mm), saat
kereta berada dilantai bawah.
Running clearance : ruang (celah) antara dua benda yang bergerak (mm).
Safe clearance : ruang aman minimal 0.6 m pada ujung atas ruang luncur
dan pada dasar pit.
Safety device : pesawat pengaman atau alat pengaman.
Safety edge : safety shoe, alat pengaman agar pintu membuka
kembali.
Safety operated switch (SOS) : saklar pemutus arus kecepatan lebih tahap kedua, saat
governor tersentak (tripped).
Screen display : layar kaca informasi
57
58
59
60
Lampiran-2
RUJUKAN
61
Lampiran-3
DAFTAR GAMBAR
62
Lampiran-4
Daftar Singkatan
Istilah-istilah Instalasi Pesawat Lift
63
B. Management
CM = Construction Management
MK = Manajemen Konstruksi
MOB = Manajemen Operasi Bangunan
NWP = Net Work Planning
SLK = Standar Latihan Kerja (PU)
SDM = Sumber Daya Manusia
SOP = Standard Operating Procedure
SIO = Surat Izin Operasi (diterbitkan oleh Kemen.Nakertrans)
PJPL = Perusahaan Jasa Perawatan Lift
PJK3 = Perusahaan Jasa K3
64
C. Institutional
BSN = Badan Standardisasi Nasional
BNSP = Badan Nasional Sertifikasi Profesi
SNI = Standar Nasional Indonesia
PUIL = Persyaratan Umum Instalasi Listrik
Pusbin KPK = Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi (PU)
BS = British Standard (dilebur menjadi EN)
ANSI = American Nasional Standard Institute
ASME = American Society of Mechanical Engineers
JIS = Japanese Industrial Standard
APPLE = Asosiasi Produsen Pemborong Lift dan Eskalator
IAPLE = Ikatan Ahli Pesawat Lift dan Eskalator
LPJKN = Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional
65