Anda di halaman 1dari 69

 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

BUKU-1

KONSTRUKSI PERALATAN dan


KOMPONEN PESAWAT LIFT
(ELEVATOR)

Ditulis oleh:
Ir. Sarwono Kusasi

69
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

KATA PENGANTAR

Materi pelatihan ini disajikan sebagai pendahuluan dalam rangka program pelatihan system
transportasi vertical dalam gedung (TVG). Bagi mereka yang terlah terjun dalam praktek
lapangan sebagai pemasang instalasi (fitter) lift selama dua atau tiga tahun tentunya telah
paham dengan tiap-tiap komponen dan fungsinya.

Kami berpendapat pelatihan pengenalan konstruksi peralatan harus dibarengi dengan


tinjauan dilapangan pada instalasi beberapa jenis lift yang berbeda kecepatannya, agar 
memahami bahwa banyak komponen yang berbeda bentuk dan konstruksinya berdasarkan
beda kecepatan dan kapasitas daya angkutnya. Tinjauan dilapangan harus dibimbing oleh
tenaga ahli atau terampil dibidang lift, dan harus memperhatikan syarat-syarat keselamatan,
terutama saat naik keatas atap kereta atau masuk kedalam pit harus mengikuti SOP
pemeriksaan.

Setelah memahami materi ini, peserta pelatihan tidak canggung untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan berikutnya jika diperlukan, dan banyak diantaranya materi pelatihan dalam tahap
persiapan, yaitu :
1. Pekerjaan pemasangan dan perakitan
2. Teknik perawatan dan Reparasi (perbaikan)
3. Konstruksi peralatan eskalator 
4. Manajemen Perawatan
5. Syarat-syarat K3 operasi pesawat lift dan eskalator 
6. Perencanaan teknis sistem mekanik lift
7. Pemilihan sistem TVG
8. Panduan tata cara pemeriksaan (audit)
9. Prinsip kinematika gerakan
10. Kendali operasi kerja dan kendali gerak (drive)
11. Tata cara pengujian layak fungsi sistem dan pelaporan

Demikianlah, mudah-mudahan informasi kata pengantar ini berguna adanya. Kami tetap
menantikan saran dari rekan-rekan agar tulisan ini makin sempurna.

Jakarta, Mei 2012


Penulis

i 66
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

URAIAN SINGKAT

1. Judul Pelatihan : Instalasi Lift dan Eskalator 


2. Mata Pelajaran : “Konstruksi Peralatan dan Komponen”
3. Peserta : Tehnisi lapangan, Perencana dan Penyelia bangunan
4. Waktu : 2 JP
5. Uraian Singkat : Tiap-tiapbagian darisuatupesawat lift mempunyai fungsi
tersendiri, baik yang aktif bergerak, maupun yang diam
(tidak bergerak). Juga ada bagian-bagian yang sifatnya
sebagai pelengkap saja (sebutlah asesories), sehingga
tidak ada pengaruh terhadap kerja pesawat, tetapi tidak
boleh diabaikan. Bahan dan bentuk rekayasa komponen
mempunyai maksud-maksud tertentu dalam
melaksanakan fungsinya.

6. Tujuan Instruksional :
 A. Umum : Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan mampu
mengenali fungsi tiap-tiap komponen lift.

B. Khusus : Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta pelatihan akan


mampu :
1. Menyebutkan fungsi jenis-jenis komponen.
2. Membedakan komponen utama dan pelengkap.

7. Acuan : 1. Vertical Transportation, Elevators and Escalators


2nd edition 1982, George R. Strakosch
John Waley & Sons, New York.
2. Elevator mechanical design.
Lubomir Janousky
3. Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI 03-2190-1999 “Syarat-syarat Umum Konstruksi
Lift yang dijalankan dengan motor traksi”.

ii
67
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………….. i


Uraian Singkat ………………… ii
Daftar Isi …………………….. iii

BAB I : Pendahuluan .............................................. 1

BAB II : Komponen yang tetap (tidak berpindah tempat) .......................... 6


1. Rel pemandu (guide rails) .................................... 6
2. Penyangga dan peredam (buffer ) .................................. 11
3. Mesin, motor dan rem mesin (machine brake) ................................ 11

BAB III : Komponen Bergerak (moving components) ........................... 22


1. Kereta (car)   .......................................... 22
2. Bobot imbang (counterweight ) ……………………….. 23
3. Tali baja traksi (steel wire ropes) ………………….. 23
4. Pintu lantai dan pintu kereta (landing doors) .................................... 25

BAB IV : Komponen Pelengkap ........................................ 29


1. Sinyal dan Indikator ...................................... 29
2. Saklar (switches) .................................... 34
3. Pesawat pengaman kereta (safety device) ..................................... 35

BAB V : Kesimpulan ......................................... 46


BAB VI : Latihan …………….……. 48

Lampiran :
1. Kata Padanan .............................. 50
2. Rujukan …………………. 61
3. Daftar Gambar …………………… 62
4. Daftar Singkatan ………………………… 63

iii
68
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.   Ditinjau dari sistem transportasi vertikal dalam gedung (TVG), secara garis dasar 
komponen lift dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
Bagian 1 : Komponen diam (tidak berpindah tempat)
a. Rel pemandu (guide rails)
b. Penyangga / peredam (buffer)
c. Mesin traksi / mesin hidrolik
d. Motor penggerak (drive)
e. Pintu - pintu lantai (landing doors)
Bagian 2 : Komponen-komponen bergerak
a. Kereta (car, cabin)
b. Bobot imbang (counterweight )
c. Tali baja tarik (hoist ropes)
Bagian 3 : Komponen pelengkap
a. Di ruang mesin : kendali, pengindra kecepatan (speed governor )
b. Di ruang luncur : sinyal, saklar-saklar dan indikator 
Bagian 4 : Alat pengaman atau keselamatan
a. Mekanis (safety devices)
b. Elektris (switches)

Untuk menghasilkan kerja yang sempurna semua komponen saling mendukung,


masing-masing sesuai peranan fungsinya. Tidak semua komponen akan diuraikan
disini karena telah/akan dibahas pada mata pelajaran lain, diantaranya pekerjaan
pemasangan dan perawatan (lihat kata pengantar).

2.   Sejarah perkembangan pesawat lift sejak 1855 telah menghasilkan banyak sekali
penemuan-penemuan jenius, dan bermacam-macam paten. Sebagai contoh, rel
pemandu pada masa awal lift komersil, dibuat dari kayu dan berbentuk profil bulat atau
segi empat. Pada waktu itu operasi lift berangkat dan berhenti harus dilakukan oleh
seorang pelayan (atendan) didalam kereta yang memutar roda kemudi. Atendan juga
harus membukakan pintu secara manual jika kereta telah sampai, dan menutup pintu
dahulu jika lift mau berangkat.

1
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

3.   Sejak tahun 1924 pesawat lift telah mengalami kemajuan luar biasa, karena serba
electric, yaitu   electric signal control, electric door operation. Seorang atendan masih
diperlukan untuk menutup pintu cukup dengan menekan tombol. Atendan harus
memutar roda kendali untuk memulai berangkat. Hebatnya lift telah pandai berhenti
sendiri pada tiap-tiap lantai dimana ada calon penumpang, dan akan berbalik arah
dengan sendirinya, jika semua perlayanan pada arah tertentu diselesaikan.

4.   Sejak tahun 1955 pesawat lift sudah dilengkapi dengan peralatan atau aparatus serba
“electronic” , seperti : rectifiers, transistors, electronic vacum-tube, semi-conductor,  dan
sebagainya. Secara umum “electric control ” berubah menjadi “electronically controlled” 
operation.
Istilah - istilah berikut timbul :
a.  electronic call button
b.   electronic detector 
c.   electronic digital indicator 
d.  electronic decoder  (tacho, generator atau transducer )
e.   electronic chime
f.   electronic speech sythesizer 
g.   electronic display  (liquid crystal )

Seorang atendan tidak diperlukan lagi, karena pesawat lift sudah tahu apa tugasnya,
bahkan jika ada seorang atendan, maka akan mengurangi kinerja lift, karena kerja lift
lebih mementingkan efisiensi kelompok (group operation). Jika ada seorang atendan
dipasang didalam kereta, maka dia lebih cenderung bertugas untuk mengelu-elukan
tamu. Di Jepang dikenal dengan nama  girl starter .

5.   Lift modern dilengkapi dengan saran aparatus yang tidak ada hubunganya dengan
operasi lift dan dipasang atas permintaan (bersifat optional). Diantaranya ialah :
a.   Information display   (biasa dipasang pada hotel)
b.  Speech synthesizer  (berguna bagi penumpang yang mudah lalai/lupa)
c.  Close circuit TV   (berguna mencegah tindakan jahil)
d.   Addressing systems ( public address)

2
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

 Asesories berikut dipasang dan ada manfaatnya, diantaranya merupakan keharusan:


1.   Electronic key card  (option)
2.   Alarm bell  (keharusan)
3.   Emergency lighting automatic charger  (keharusan)
4.   Emergency Rescue Device (ERD atau ARD) (option)
5.   Fire operation (keharusan untuk 8 lantai keatas)
6.   Earthquake operation pada zona 3 (option)
7. Fasilitas bagi penumpang cacat (option)
8.   Intercom didalam kereta (keharusan)

6.   Semua komponen lift harus diproduksi mengikuti standar nasional. Pesawat lift yang
diimpor, mengikuti standar negara asalnya, umpamanya merk dagang dari USA
mengikuti ASME 17.1 dari Jepang mengikuti JIS  (Japanese Industrial Standard), dari
Eropa mengikuti EN.81, SNI di Indonesia dibuat berdasarkan ASME dan BSI   (British
Standard Institute), isinya cukup memenuhi kebutuhan, mendukung mutu dan
keselamatan. Lihat gambar 1 dan 2.

SNI nomor Judul


SNI 05-2189-1999 Definisi dan Istilah
SNI 03-2190-1999 Syarat-syarat Umum Konstruksi Lift dengan Motor Traksi
SNI 03-2190.2-2000 SUK Lift pelayan (dumbwaiter)
SNI 03-6247.1-2000 SUK Lift pasien (bed elevator)
SNI 03-6247.2-2000 SUK Lift khusus perumahan
SNI 03-6247-2000 SUK Eskalator 
SNI 03-2190.1-2000 SUK Lift dengan transmisi hidrolik
SNI 03-6573-2001 Tatacara perancangan sistem transportasi vertikal
SNI 03-7017.1-2004 Pemeriksaan dan Pengujian Serah Terima
SNI 03-7017.2-2004 Pemeriksaan dan Pengujian Berkala
SNI 05-7052-2004 Syarat Umum Konstruksi Lift tanpa kamar mesin

3
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar-1 :
Typical Installation, geared machine

4
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar-2 :
Typical Installation, gearless machine

5
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

BAB II
KOMPONEN DIAM ( s tand s till components )

1. Rel Pemandu ( g uide rails )


Fungsi rel ada empat macam, yaitu :
1) Sebagai pemandu jalannya kereta dan bobot imbang.
2) Sebagai penahan gaya-gaya reaksi saaat bongkar muat.
3) Sebagai penahan gaya reaksi saat pesawat pengaman bekerja
4) Sebagai tempat memasang saklar dan tuas (cam).

Rel pemandu dibuat dari baja canai liat ( ductile steel ) dengan tegangan batas (yield 
 point ) maksimal 370 N/mm 2 biasa disebut  structural steel . Pengerjaan mesin dengan
skrap ( planed ) pada muka bidang kepala (web) sampai kehalusan 2,0  m, dan pada
bagian kaki (base) tidak dimesin. Kelurusan yang dituntut ialah penyimpangan maksimal
(maximum desplacement ) 0,3 mm per meter untuk kecepatan lebih rendah dari 240
m/m, sampai 0,2 mm per meter untuk kecepatan mencapai 420 m/m.

Rel-rel yang bengkok, terputir atau berubah bentuk dan sebagainya tidak boleh
dipasang, oleh karena itu cara pengepakan dan handling selama transport harus
mengikuti aturan, dan petunjuk produsennya.

Rel pemandu harus dipasang secara vertikal dan diikat dengan braket dan diangker 
baut ke dinding beton ruang luncur. Masing-masing kereta dan bobot imbang bergerak
mengikuti sepasang rel yang kekar. Jarak spasi (rentang) braket-braket harus mengikuti
perhitungan agar tidak terjadi tegangan tekuk ( buckling stress) saat rel berfungsi no.3,
menahan gaya reaksi pesawat pengaman.

Tegangan tekuk maksimal yang diizinkan sebesar 140 N/mm 2 untuk baja mutu st 370.
Batang rel panjang 5 m disambung satu sama lain dengan plat  fishplate.

 Ada dua versi ukuran rel, yaitu versi Amerika mengikuti ASME dan versi Eropa
mengikuti ISO, BS dan EN.81. Berikut ini ukuran fisik dengan berat per meter lari. Rel
versi Eropa, mengikuti ISO 7465, perbatang = 5 meter. Contoh beberapa rel tersebut
ialah sebagai berikut :

6
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

  Berat Dimensi (mm) Luas irisan


ISO Code
dalam kg/m B H t n (cm2)

T 70 - 1/A 7,5 70 65 9 34 9,51


T 75 - 3/A/B 8,6 75 62 10 30 10,99
T82 /A/B 8,5 82,5 68,25 9 25,4 10,90
T89 /A/B 12,3 89 62 16 33,4 15,70
T90 /A/B 13,5 90 75 16 42 17,20
T125 /B 18,0 125 82 16 42 22,90
T127 - 1/B 17,8 127 89 16 44,5 22,60
T127 - 2/B 22,7 127 89 16 50,8 28,90
T140 - 1/B 27,6 140 108 19 51 35,10
T140 - 2/B 33,6 140 102 28 51 42,90

Penjelasan gambar -1 :


H = tinggi badan
B = lebar dasar / kaki
t = tebal rel
n = tinggi kepala (web)
g = tebal kaki

Rel versi Amerika dari Jepang = kadang-kadang perbatang panjangnya 16 feet.

  Berat   Luas irisan


No.Kode   B H t n
kg/m (cm2)

K12   T 75 8 89 62 16 31,7 10,2


K 16 16,4 114 89 16 38,1 -
K 18    125/B 18 127 89 16 44 22,90
K 22    T127-2/B 22 127 89 16 49 28,90
K 27    T140-1/B 27 140 114 19 49 35,20
K 34    T140-2/B 34 140 102 28,5 50,8 42,90
K 45 44,7 140 127 31,7 57 -

7
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Fixing guide rail by means of pressed clips

Gambar 3A : Gambar 3B :
Atas : Penjepit rel mati (fixed clip) dengan Penyambungan rel dengan fishplate dan
dua buah moer baut dan cincin pegas dibaut 8 buah 10 s/d 16M
Bawah : Penjepit rel luwes dengan clip pegas (1),
baut (2), lapisan slip anti karat (3), braket (4),
plat shims (5)

8
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 4 : Roda pemandu kereta


Satu satuan terdiri dari 3 roda masing-masing
dilengkapi dengan pegas agar roda menekan
secukupnya pada permukaan rel, tiga arah.
1. Rol glinding (roller wheel )
2. Ban karet
3. Bantalan peluru (ball bearing )
4. Tap poros
5. Batang goyang (rocker arm)
6. Badan dari baja tuang
7. Pegas spiral
8. Moer untuk menyetel tekanan roda glinding

9
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar-5 :
Sepatu Luncur Pemandu

10
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

2. Penyangga dan Peredam (buffer )


a. Penyangga dan peredam ialah alat penahan atas kemerosotan kereta atau bobot
imbang yang masuk kedalam pit melewati batas seharusnya. Penyangga (bumper)
berupa bahan masif kenyal ( polyurethane) untuk lift berkecepatan maksimal 45 m/m,
dan jarak tekan maksimal 10 cm terhadap bahan tersebut. Peredam ( buffer ) berupa
dua macam, yaitu pegas (spring buffer ) untuk lift berkecepatan maksimal 90 m/m dan
oil (hydraulic ) buffer untuk lift berkecepatan 90 m/m keatas, lihat gambar 6A dan 6B.

b. Peredam pegas bersifat mengumpulkan energi kinetis ( energy absorption) saat


kereta atau bobot imbang membentur padanya, sedangkan oil buffer bersifat
menyerap energi kinetis (dissipated energy ), sehingga lebih nyaman, jika memang
direncanakan jarak langkah (stroke) torak dengan betul.

c. Jika peredam dipasang pada bagian bawah dari bobot imbang, sebagai bagian dari
pemberat, maka pada dasar pit harus dipasang penyangga dari kayu sebagai
penahan benturan. Juga harus diperhitungkan tinggi  overhead  agar bagian atas dari
bobot imbang tidak membentur lantai ruang mesin, saat kereta dilantai terbawah.

d. Penyangga dan peredam adalah suatu keharusan dalam instalasi lift, sebagai
pengaman keadaan darurat, walaupun alat ini lebih banyak diam bahkan tidak
pernah bekerja. Alat ini bekerja saat terjadi  overspeed  kereta arah turun menjelang
kelantai-1 (terminal bawah).

e. Rekayasa peredam hidrolis harus mempunyai lisensi, setelah mengalami uji-coba di


laboratorium resmi, atau di pabrik dengan saksi. Ditempat kerja dilapangan peredam
tersebut tidak perlu lagi mengalami uji coba, jika ditunjukkan bukti lisensi dari pabrik.

3. Mesin dan Motor (traction machine, drive)


Mesin dan motor merupakan kesatuan penggerak jalannya kereta yang duduk mati
diruang mesin, diatas ruang luncur atau alternatif dipasang dilantai dasar. Kesatuan
komponen ini terdiri dari :

11
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Penyangga polyurathane atau karet sintetis, duduk pada plat baja 5 mm,
diameter luar 125 mm, diameter dalam 35 mm (lubang) tinggi 100 mm

Gambar 6A :
Peredam pegas ulir (spiral) dari baja
1.   Profil pegas : bulat
2.   Plat dasar 
3.   Plat atas
4.   Karet penahan benturan
5.   Tabung baja pelurus (pendukung)

12
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 6B :
Peredam hidrolik (minyak) dengan gas nitrogen
didalam piston (bikinan L eo International Ltd )
Plunger = torak (bergerak turun karena benturan)
Orifices = lubang-lubang aliran minyak
Metering tube = tabung (silinder) minyak
Oil reservoir = bak cadangan minyak

13
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

14
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

1. Motor listrik penggerak poros berputar ( drive)


2. Mesin berupa roda gigi reduksi (reduction gear )
3. Rem mesin (machine brake)
Catatan: Lift berkecepatan tinggi (diatas 150 m/m) tidak menggunaan roda gigi
reduksi. Poros motor langsung sebagai pemutar roda puli dan dinamakan
gearless machine. Lift berkecepatan dibawah 150 m/m menggunakna
transmisi roda gigi dan dinamakan geared machine. Lihat gambar 8.

a.  Roda gigi reduksi : gigi ulir (worm g ear )


Fungsi roda gigi reduksi ialah untuk mengurangi putaran poros motor ( , dalam
rpm) oleh karena putaran motor terlalu tinggi sedangkan kecepatan lift rendah.
Contoh pada lift dengan sistem pentalian 1:1, dimana kecepatan linier tali sama
dengan kecepatan kereta, umpama S = 60 m/m, maka :
Dimana : S = kecepatan tali, m/m
S =   D  2 D = diameter puli, m
   = 3.14
2   = putaran puli yang diminta

Jika D = 0,8 meter, maka  2  = S /    D = 60/3.14 x 0.8 = 23.8 ~ 24 rpm


Sedangkan putaran motor   = 120 f (1 - S) / P = 120 x 50 (1 - 0,03) / 4 = 1455 rpm
Maka diperlukan roda gigi ulir (worm gear ) dengan gear ratio   1/2  = 1455 : 24,
sama dengan 60 : 1 (60 gigi dengan 1 ulir).
Jika sistem pentalian 2 : 1, kecepatan linier tali 2 x kecepatan lift, dimana  2  = 2 x
24 = 48 rpm, maka diperlukan roda gigi ulir dengan gear ratio 1455 : 48, atau 30:1
atau 60 : 2, yaitu dengan menggunakan roda gigi ulir = 2 ulir. Lihat gambar 7.

b.  Roda gigi reduksi : gigi helical


Bentuk gigi miring - spiral dan biasanya bertahap 2 kali reduksi, yaitu untuk lift-lift
berkecepatan 150 m/m s/d 210 m/m. Contoh lift berkecepatan 180 m/m, dengan
sistem roping 1:1, maka kecepatan tali sama dengan kecepatan kereta, S =    D  ,
 jika D = 0,8 meter, maka   = S /    D = 180 / 3.14 x 0.8 = 71,6 rpm atau 72 rpm.
Gear ratio  1/2  = 1455 / 72 = 20.25 : 1. Gigi tahap pertama gunakan ratio 45:10.
Gigi tahap kedua gunakan ratio yang sama 45:10 (total ratio 4.5 x 4.5 = 20.25).

15
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 7 :
Atas : Gigi reduksi jenis ulir (worm gear)
Bawah : Gigi reduksi jenis helical
1.   Bed plate mesin
2.   Rumah gigi reduksi
3.   Tutup
4.   Roda baja tuang
5.   Roda tarik (puli) besi tuang molebdenum
6. Poros baja tempa, untuk puli dan roda gigi
7.   Gigi ulir dari tembaga campuran
8.   Poros gigi ulir 

16
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 8 :
Atas : mesin tarik roda gigi reduksi dan motor AC
( A C g eared machine)
Bawah : mesin tarik tanpa gigi - motor DC
(DC gearless machine)

c.   Roda puli penarik (traction sheave)


17
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Puli dibuat dari besi tuang campuran molebdenum dengan kekerasan seragam
HB220 (Brinell Hardness). Diameter roda puli minimal 40 kali diameter tali baja. Jika
diameter tali sama dengan 5/8 in = 16 mm, maka diameter puli minimal 40 x 16
= 640 mm. Dari segi keawetan tali baja, diameter diperbesar 10% menjadi 700 mm,
sebagai diameter minimal. Umur puli dapat mencapai 15 tahun jika tegangan tali
baja traksi dijaga senantiasa seragam.

d.  Rem mesin ( machine brake)


Rem mesin lift menggunakan tenaga elektromagnetik ( solenoid ) untuk membuka
rem tiap-tiap kali lift mau berangkat, dan rem bekerja atas gaya pegas tiap-tiap kali
lift berhenti. Sepatu rem dibuat dari bahan ferodo, berjumlah sepasang. Jarak celah
antara sepatu rem dengan tabung rem maksimum 0,1 mm. Sedangkan jarak
solenoid intimagnet (magnetic core) antara yang kiri dan kanan kira-kira 1,0 mm,
sehingga perlu perbandingan batang-batang tuas 10 : 1, untuk membuka rem.
Semua dapat disetel, dan biasanya telah dilakukan di pabrik. Disamping jenis rem
tabung, sekarang banyak digunakan jenis rem cakram ( disc brake).

Kekuatan rem disetel oleh moer dibelakang pegas. Rem harus cukup kuat
menahan kereta dengan beban muatan sampai 125% kapasitas angkat, tanpa
merosot, jika tiba-tiba sumber tenaga listrik putus. Hal ini harus diuji coba, sebelum
instalasi diserah terimakan oleh kontraktor kepada pemilik. Proses berhentinya lift-
lift modern tidak lagi dengan pengereman. Lift berhenti karena kendali kontroler,
motor berhenti, setelah kereta tepat rata dengan lantai ( dynamic braking ). Sesaat
kemudian rem baru bekerja menahan kereta, agar tetap diam dan tidak merosot.

Lift dengan motor AC-2 speed, dimana speed control tidak menggunakan inverter,
maka kecepatan lift diturunkan seperempatnya untuk kira-kira 8 detik, kemudian 2
detik sebelum berhenti rem membantu bekerja  (drop hold braking ). Lihat contoh
gambar 9 dan 10:
1. External, permukaan luar tabung yang dipeluk sepatu rem. Tabung langsung
berhubungan dengan as motor.
2. Internal, expanding brake, pada mesin gearless. Permukaan dalam tabung yang
ditekan oleh sepatu rem.

18
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 9 : Rem mesin tarik gearless


Untuk mesin-mesin gearless, jenis rem internal.
Sepatu rem dengan lining dari ferodo menekan
bagian dalam tabung dengan kekuatan pegas spiral.
Penumpuan dari sepatu rem berbentuk eksentris
agar dapat menyetel celah rem dengan tabung. Celah
berkisar 0.1 s/d 0.15 mm. Celah udara antara kern (inti)
magnet solenoid = 0.4 mm, sehingga perbandingan
tuas ungkit 0.4 s/d 0.15 = + 1 : 3 atau 0.4 / 0.1 = 1 : 4

19
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 10 :
Rem mesin tarik jenis external
Untuk mesin-mesin dengan roda
gigi reduksi. Sepatu rem dapat
“main” oleh karena duduk pada
rem, pivot pins, sehingga
permukaan rem dapat menekan
secara merata.

20
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Pesawat atau alat atau rem pengaman, pada kereta


yang bekerja menjepit rel akibat terjadi kecepatan lebih,
sehingga kereta terhenti pada jarak kemerosotan tertentu

21
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

BAB III
KOMPONEN BERGERAK

Komponen yang senantiasa bergerak dalam sistem pesawat lift ialah :


1. Kereta, termasuk pintu kereta (car and car door )
2. Bobot imbang (counterweight )
3. Tali baja (steel wire ropes, hoistrope)
4. Pintu lantai dan pintu kereta (landing door and car door )
Keempat komponen tersebut telah diuraikan pada mata pelajaran sebelumnya, sehingga
hanya akan disinggung sedikit mengenai kereta dan pintu. Lihat gambar-gambar.

1. Kereta (car, cabin) atau  cab)


Kereta sebagai sarana penumpang yang digerakkan oleh motor listrik ( drive), melalui
beberapa power transmission (roda puli traksi, roda gigi reduksi dan tali baja traksi)
kereta bergerak mengikuti rel pemandu vertikal dengan dibantu oleh 2 pasang roller 
guide (untuk kecepatan diatas 90 m/m) atau dengan sepatu luncur (untuk kecepatan)
lift dibawah 90 m/m). Lihat gambar 4 dan 5.

Banyak orang lebih suka menyebut sangkar (cage) dari pada kereta, walaupun jelas-
 jelas yang menggunakan lift itu manusia, bukan binatang. Berdasar penggunaannya
kereta dibagi menjadi tiga jenis yaitu kereta penumpang, kereta barang dan kereta lift
pelayan (dumbwaiter ). Kereta penumpang ( passenger cab) banyak variasinya. Ukuran
yang dianjurkan seperti tersebut dalam mata pelajaran “tata letak” atau SNI 03-6573-
2001 “Tata cara perancangan”. Sedangkan bentuk kereta lift kaca (observation elevator )
tergantung arsitek perencana. Tetapi semua harus memenuhi syarat luas kereta atas
dasar 0,16 m2/orang (kecuali lift-lift kecil untuk perumahan mencapai 0,2 m 2 tiap
orang).

Semua kereta harus dilengkapi dengan pintu, kecuali lift pelayan ( dumbwaiter ),
walaupun pintu tidak harus otomatis (untuk lift barang dan lift perumahan dipakai pintu-
pintu manual). Pintu kereta dilengkapi dengan tuas ungkit pelepas (seperti pedang)
yang digerakan oleh door operator. Gunanya agar pintu lantai dapat ikut terbuka/tertutup
mengikuti pintu kereta. Tuas tersebut mendorong roller kereta yang dipasang pada pintu
lantai. Lihat gambar 12A dan 12B. Tinggi kereta minimal 2,0 m, tetapi tinggi yang normal

22
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

dapat diterima ialah 2,2 m sampai langit-langit atau 2,4 m sampai ke atap. Atas
permintaan khusus tinggi kereta dapat mencapai 3.0 m, demi prestige.

2. Bobot imbang (counterweight )


Bobot imbang atau bandul adalah pemberat yang berfungsi mengimbangi berat kereta
dan muatannya agar daya motor yang terpakai cukup rendah. Jika berat kereta sebesar 
P kg dan kapasitas lift = Q kg, maka perlu dipasang bobot imbang seberat Z, dimana :

Z = P + 1/2 Q kg
Dimana angka ½ (atau 50%) disebut  counterweight overbalance, yaitu kelebihan berat
bobot imbang terhadap berat kereta kosong. Nilai overbalance untuk lift-lift kecil
(kapasitas 60 kg dan kebawah) = 50%. Lift-lift dengan kapasitas daya angkut 750 kg s/d
1150 kg, nilai overbalance = 45%, sedangkan lift yang kapasitasnya diatas 1150 kg, nilai
overbalance = 42.5%, bahkan 40%. Hal ini berdasarkan observasi lapangan sepanjang
waktu dimana sirkulasi digedung yang lengang (tidak padat) agar efisien jika diperoleh
keseimbangan saat naik-turun. Bobot imbang terdiri dari rangka dari baja profil kanal,
bentuk konstruksi segi empat dan diisi dengan   fillerweight   dari besi tuang dan
dikencangkan dengan 2 baut  tie rod . Bobot imbang bergerak meluncur mengikuti rel
pemandu vertikal dengan sepatu luncur atau dengan roller guide jika kecepatannya
melebihi 120 m/m. Lihat gambar 1:1 Rakitan bobot imbang.

3. Tali kawat baja traksi (hois t steel wire ropes )


Gerakan naik-turun kereta dan bobot imbang ditarik oleh tali. Ujung tali yang satu
diikatkan pada rangka kereta dan ujung tali yang lain pada rangka bobot imbang. Tali-
tali memeluk puli roda traksi dan duduk dialur-alur disediakan pada sisi muka sekeliling
puli. Tali memperoleh gaya gesek dari puli, cukup kuat karena bentuk alur dan koefisien
gesek antara baja (tali) dan besi tuang (puli) sangat laik (f = 0.11, jika kering tidak
berminyak). Lihat gambar 22 dan 23, ada 4 macam sistem pentalian.

Pengikatan ujung-ujung tali pada rangka kereta dan rangka bobot imbang dengan baut
soket tirus atau baut soket baji (wedge socket ). Konstruksi tali yang disetujui oleh semua
pihak untuk dipakaikan pada instalasi lift, ialah: Seale type, 8 x 19 FC, yaitu dengan 8
stand (pilinan) dari 19 elemen kawat dan ditengahnya terdapat fibre core (FC) dari serat
manila atau serat sintetis yang mengandung minyak anti karat. Faktor keamanan (fk)
tali sangat penting dalam perhitungan jumlah lembar tali yang harus menarik beban
(P+Q) kg (berat kereta dan muatan maksimum). Juga batas patah (Bp) tali (dalam N)
yang dinyatakan dalam sertifikat pengujian, sehingga jumlah lembar tali n, adalah :
23
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

n = g (P+Q) fk
Dimana : g adalah gravitasi bumi
Bp

Tali harus diapkir jika diameternya susut 10% dan atau terdapat patahan maksimum 16
elemen kawat pada jarak satu puntiran atau one lay (+ 12 cm jika diameter = 13 mm).
Pada umumnya tali diganti baru jika telah mengalami 1 juta tekukan (useful lift = + 5
tahun untuk gedung kantor).

4. Pintu lantai dan Pintu kereta


Pintu lantai ialah pintu yang dipasang pada ruang luncur ( hoistway door, atau landing 
door ). Istilah “pintu luar” tidak betul. Pintu lantai bersifat pasif, hanya mau membuka
(atau menutup) jika dibuka (ditutup) oleh pintu kereta dengan batang tuas ( retiring cam).
24
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Sedangkan pintu kereta aktif bergerak oleh motor listrik yang dipasang diatap kereta
(biasa disebut door operator ).

Gambar 11 : Rakitan bobot imbang


1.   Kaleng (bejana) minyak pelumas
2.   Sepatu luncur pemandu
3.   Pegas untuk soket thimble rod pengikat tali baja
4.   Rangka bobot imbang
5.   Batang-batang besi tuang pemberat
6.   Rel pemandu
7.   Sepatu luncur sepasang di bawah
8.   Pegas ulir peredam didasar pit

25
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 12 :
Kiri :Penggerak pintu kereta dengan motor DC
dan gigi reduksi. Gerakan diperhalus dengan minyak hidrolis,
dalam dua silinder kiri dan kanan masing-masing untuk buka dan tutup
Gambar memperlihatkan jenis pintu single panel.
Kanan : Penggerak pintu kereta dengan motor AC atau DC dan
reduksi putaran dengan roda-roda sproket berantai.
Jenis pintu : two panel - center opening, masing-masing daun pintu
didorong oleh masing-masing lengan yang bertumpu pada bagian rangka
kereta yang kokoh. Lengan pertama dihubungkan dengan batang (connecting rod )
ke lengan kedua. Dengan penyetelan posisi batang, secara sinkrun kedua panel
membuka / menutup bersamaan.

26
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Semua pintu lantai harus dilengkapi dengan kunci kait ( interlock ) dan kontak listrik,
baik yang otomatis maupun pintu manual. Lihat gambar 12B. Bentuk atau jenis pintu
yang paling populer untuk lift modern ialah sorong horizontal belah tengah ( center 
opening sliding door ). Pintu lift service (serbaguna) harus lebih lebar, maka digunakan
 jenis two-speed door   atau pintu teleskopik dengan 2 panil (daun pintu). Daun pintu
yang dimuka bergerak lebih cepat (dua kali lipat) dari kecepatan daun pintu belakang.
Gambar 13 memperlihatkan lebar pintu ( L) maksimal yang dapat diperoleh dari lebar 
ruang luncur (L) yang tersedia atas dasar jenis-jenisnya.

Tinggi pintu minimal 2,0 meter, tetapi tinggi yang normal dapat diterima masyarakat
ialah 2,1 meter. Tinggi kereta dan tinggi pintu lift barang menyesuaikan kebutuhan atas
dasar jenis barang yang diangkut. Jenis pintu ialah  vertical bi-parting door  dengan
lebar sama dengan lebar kereta. Biasanya pintu lift barang tidak otomatis, tetapi dapat
dilengkapi dengan motor penggerak pada masing-masing unit pintu. Dengan cara
menekan tombol-tombol, pintu dapat dibuka dan atau tutup saat kereta telah berhenti
dilantai.

Gambar 12B :
Kunci kait dilengkapi dengan 2 roller karet
pendorong panel pintu, oleh kerja retiring cam
pada pintu kereta.

27
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 13 :
Jenis-jenis pintu dan lebar maksimal yang dapat diperoleh (l) dan lebar ruang luncur (L)

I = lebar pembukaan pintu


L = lebar ruang luncur 
Satuan dalam milimeter 

28
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

BAB IV
KOMPONEN PELENGKAP

1. Sinyal dan Indikator 


Sinyal dan indikator ialah suatu sistem petunjuk dan pertanda yang berfungsi informasi
membantu operasi lift dan eskalator saat bergerak mencapai tujuannya sebagaimana
mestinya. Termasuk dalam sistem sinyal ialah alat pelengkap pertolongan dalam
keadaan darurat, yaitu :
a. Bel tanda bahaya (alarm bell ) atau tanda minta tolong.
b. Interkom atau interphone
c. Monitor dengan CCTV, dan
d. Pengindera (sensor, detector)
Sinyal memanfaatkan bunyi/suara spesifik, cahaya dan juga perekaman gejala.

Contoh - contoh :
a. Bell berdering untuk minta tolong karena lift macet (suatu ketetapan).

b. Bunyi buzzer (geram) untuk kereta tidak mau berangkat karena beban berlebih.

c. Juga buzzer agak lembut karena pintu ditahan terus menerus tidak dapat menutup
pada hal tengganng waktu telah habis, dan kereta harus berangkat.

d. Bunyi denting satu kali jika lift tiba dilantai arah keatas. Bunyi denting dua kali, jika
lift tiba, tetapi arah kebawah. Bersamaan dengan bunyi denting tersebut lampu
ketibaan turut menyala yaitu warna hijau untuk arah keatas, dan merah untuk arah
kebawah. Bunyi denting tersebut sekarang diganti dengan suara  electronic chime
yang lebih nyaman terdengar.

e. Pijitan tombol-tombol lantai (hall call ) dan tombol kereta (car call ) disertai bunyi “biip”
dan tombol menyala diode merah, suatu tanda bahwa panggilan atau permintaan
telah “didaftar” untuk dilayani.

29
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 14 : Hall Fixtures


Kiri : Kombinasi tombol panggil lantai dengan indikator 
posisi jenis electronic - digital, dan directional light.
Untuk lift simplex.
Kanan : Sama, untuk lift duplex
Bagian bawah ada key switch boleh jadi untuk parking,
atau special operation (umpama : hospital service).

30
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 15 :
Suatu contoh bentuk Car Operating Panel (COP)

31
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 16 :
Penandaan yang terdapat pada Car Operating Panel (COP)

32
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 17 :
Hall fixtures : OTIS Elevator Co.

Hall lantern : lampu ketibaan berbentuk panah atau segitiga.


Warna hijau, arah atas. Warna merah, arah bawah.
1. Tombol panggilan : bentuk segi empat dengan panah menyala ; bentuk bulat dengan hollow ring
menyala.
2. Posisi kereta (indicator) dengan angka-angka digital, electro luminescent.
Posisi diatas pintu atau samping bagian atas.
3. Panel display (informasi) diatas pintu

33
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

f. Peringatan bahwa lift akan berangkat dari lobi karena tenggang waktu telah habis,
ditandai dengan suara buzzer agak geram dan pada saat yang sama lampu panah
warna hijau berkedip (nudging operation).

Semua petunjuk dan petanda tersebut tidak ada ketetapannya, kecuali alarm bell dan
intercom adalah suatu keharusan sebagai dari sarana tanda dalam keadaan darurat.
Indikator posisi kereta yang dipasang pada dinding diobi, hanya bermanfaat untuk
pasangan dua lift ganda (duplex ). Bagi lift-lift dalam kelompok (3 atau lebih), indikator 
posisi tersebut cukup dipasang didalam kereta saja, sedangkan pada tiap-tiap lantai
seharusnya dipasang lampu panah ketibaan berwarna merah dan hijau dengan
kombinasi suara denting. Dalam hal ini pemasangan indikator posisi hanya akan
membingungkan calon penumpang yang menunggu di lobi.

Lift modern dilengkapi dengan detector penilai jumlah calon penumpang dilobi lift dilantai
dasar, sebagai pemicu operasi “up peak demand ”.
Lokasi lampu ketibaan sebaiknya dipasang di samping pintu sebelah kiri (lihat gambar).
 Alternatif dipasang diatas pintu, kecuali jika pintu memakai tingkap ( transom panel )
maka lampu tidak boleh dipasang pada tingkap. Hindari memilih bentuk lampu yang
kurang efektif, tidak tepat guna. Jangan sampai bentuk-bentuk manis mengorbankan
fungsi.
Layar info (screen display  dan speech synthesizer ) didalam kereta berguna terutama
bagi penyandang cacat. Lihat gambar 15 dan 17.

2. Saklar ( switches )
Saklar atau kontak dapat berbentuk tombol, kunci kontak, pisau dengan handel,
automatic circuit breaker , dan saklar-saklar dengan tungkai (limit switches) untuk
pengaman. Berikut ini kode-kode dalam gambar pengawatan.
tombol, (making )

tombol, (breaking )

   kunci kontak

saklar pisau, dua arah

34
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

saklar dengan tungkai (cam), (breaking )

sama dengan diatas, (making )

kontak pintu kereta (gate contact )

kontak pintu lantai (door contact )

Selama lift bergerak semua saklar pengaman harus masuk (sambung), yaitu :
a.   Final limit switch, diatas dan dibawah R/L
b.   Directional limit switch
c.   Governor switch (SO)
d.   Safety overspeed switch (SOS)
e. Kontak pintu-pintu (car contact, gate contact)
f.   Broken tape switch
g.   Emergency stop switch dikereta, diatap kereta dan di pit
h.   Buffer switch
i. Saklar roda penegang di pit

Jika salah satu dari saklar-saklar tersebut lepas atau terbuka, maka lift berhenti (macet)
karena semua tersambung secara seri dan masuk ke relay penggerak motor. Saklar 
terakhir masuk ialah kontak pintu, yaitu pada saat lift mau berangkat, pintu harus rapat
menutup. Lihat gambar berikut : hubungan seri saklar-saklar.

3. Pesawat Pengaman Kereta


Sistem pengaman kereta terdiri dari pengindra kecepatan lebih, disebut speed governor ,
tali baja pemutar roda governor , mekanisme penarik alat pengaman, (linkages) dan rem
pasak yang disebut   safety block . Fungsi   governor  ialah menjepit tali governor agar 
berhenti jika terjadi overspeed . Lihat gambar 18, 19, 20 dan 21.

35
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

36
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Lihat gambar : penjepitan terjadi saat lift melaju melebihi batas tertentu sehingga, putaran
roda governor menimbulkan gaya centrifugal kepada 2 buah bandul, yang keluar membentur 
pengungkit (cam) dan melepaskan kait (tripped).
Tali baja governor merupakan lingkaran tidak terputus dari ujung tuas di kereta, keatas
melingkari roda   governor , turun langsung ke pit melingkari roda penegang, dan kembali
keatas diikat pada tuas tersebut. Jika terjadi  tripped   tali baja dijepit oleh rahang yang jatuh
karena kaitannya lepas. Selanjutnya tali yang berhenti, menarik tuas kiri dan kanan, dan
melalui rangkaian mekanis menarik keatas  lifting rod   dan rem pasak (baji) yang berbentuk
tirus masuk ke rumahnya (block ) menjepit rel. Lihat gambar.

37
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 18 : Sistem Pesawat pengaman kereta.


Rangkaian mekanis (1) disamping rangka atas.
Ujung tuas kiri diikat tali baja governor 
(tuas kanan dihubungkan dengan connecting rod).
Tali baja merupakan lingkaran bertutup,
memutar roda governor dan roda penegang di pit.
Tuas akan menarik keatas “lifing rod” selanjutnya
menarik baji masuk ke rumahnya yang tirus.

38
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 20 :
Arah jarum jam
Atas kiri : governor, 1 dan 5 bandul “terbang”
yang akan memukul ungkit 4,
melepaskan kait, dan menjatuhkan rahang 6.
Rahang 3 diperkuat dengan pegas
menjepit tali bersama rahang yang jatuh,
maka tali baja 2 akan berhenti bergerak.

Gambar 19
Pasak pengeram bentuk
tirus (rem baji)

39
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

40
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar 21 :
Gambar kerja 1. Memperlihatkan posisi tali 235 mm dari garis sumbu rel, 2. Posisi SOS switch dan
3.Connecting rod yang menggerakkan tuas, 4. Pada sisi lain dari tali, 5. Rem baji 6, berbentuk tirus
menjepit rel, setelah ditarik lift rod.

41
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

42
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

43
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar-22 :
Sistem Pentalian (roping)

44
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Gambar-23 :
Sistem Pentalian (roping)

45
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

BAB V
KESIMPULAN

Komponen peralatan pesawat lift yang utama adalah motor penggerak atau  drive. Saat ini
motor yang popular digunakan ialah jenis AC induksi dengan   permanent magnet 
synchronous. Kemudian diikuti dengan  power transmission yaitu mesin traksi dengan roda
puli, roda gigi reduksi dan tali baja traksi.

Kemudian kereta sebagai sarana bagi pengguna (penumpang) dilengkapi dengan bobot
imbang (counterweight ) yang bergerak melalui rel pemandu yang vertikal. Sarana
penumpang lain ialah pintu-pintu, yaitu pintu kereta dan pintu-pintu lantai atau pintu-pintu
hentian (landing doors).

Komponen pelengkap adalah :


1. Kendali, terdiri dan kendali operasi kerja lift, dan kendali gerak kecepatan ( speed control 
atau disebut juga drive).
2. Pengawatan (field wiring ) dan traveling cable
3. Roda penyimpang, dan roda-roda penegang dipit
4. Governor pengindera kecepatan, dan alat pengaman atas terjadinya kecepatan lebih.
5. Penyangga dan peredam (buffer ), gambar 4, 5 dan 6.
6. Sepatu luncur pemandu atau roller pemandu (roller guides). Lihat gambar-3.
7. Tali baja kompensasi, untuk mengimbangi berat tali baja traksi.
8. Sinyal, indicator dan tombol-tombol panggil.

Selain dari tersebut diatas digolongkan sebagai asesori yang dipasang didalam kereta ialah:
1. Petunjuk arah jalannya kereta (directional arrows)
2. Indicator posisi (car position indicator )
3. Kipas angin
4. Lampu penerangan dan lampu darurat
5. Interphone / intercom dan bel darurat
6. Detector bukaan kembali pintu dengan berkas sinar infra red
7. CCTV
8.   Screen display   penayangan informasi dan speech synthesizzer 

46
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Bentuk-bentuk dan rupa  fixtures (tombol, lampu ketibaan dan lampu indikator posisi) oleh
pabrik pembuatnya dipilih atas dasar survey pada berbagai kantor interior designer, agar 
dapat diterima masyarakat. Pabrik selalu berpatokan bentuk dan rupa harus “ functional ”.
Jangan sampai berbentuk manis dan cantik tetapi mengorbankan fungsi  fixtures.

Beberapa hal yang perlu dibahas dalam materi pelajaran terpisah ialah:
1) Lift tanpa kamar msin
2) Lift dengan transmisi hidrolik
3) Tangga jalan (escalator atau passenger converyor)

Beberapa komponen yang belum dibahas secara terperinci ialah:


1) Braket pengencang rel pemandu, dan angker baut
2) Plat penyambung rail
3) Jarak maksimal braket (bracket spacing )
4) Motor penggerak pintu (door operator )

47
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

BAB VI
LATIHAN

1. Seandainya anda seorang manajer operasi bangunan (MOB) apakah anda akan
menganggap instalasi lift lebih penting dibanding dengan instalasi tata udara (AC).
Jelaskan keunggulan fasilitas lift (TVG) dibanding dengan sarana bangunan lain.

2. Peralatan komponen instalasi pesawat lift dapat digolongkan menjadi 4 golongan,


yaitu:
1) Penyedia daya dan penggerak
2) Penyalur daya ( power transmissions)
3) Objek sarana pelayanan pengguna
4) Peralatan pendukung
Sebutkan masing-masing komponen pada 4 golongan tersebut.

3. Sebutkan komponen pesawat lift yang bergerak (pindah) dan komponen-komponen


yang diam.

4. Sebutkan 3 komponen pesawat lift yang berfungsi sebagai alat penyelamat


kemungkinan terjadinya kecelakaan.

5. Mengapa pabrik produsen pesawat lift memilih ukuran rel pemandu (kg/m) tertentu,
sesuai fungsinya?

6. Apa maksud memasng peredam (buffer ) didasar pit. Kenapa dibedakan penggunaan
peredam pegas dan peredam hidrolik?

7. Kenapa tidak digunakan penyangga karet saja agar lebih menekan biaya ( cost 
reduction) dari pada peredam hidrolik yang pasti lebih mahal.

8. Apa fungsi dari pemandu roller guide dan sepatu luncur ( guide shoes). Apa ada
pengaruhnya dengan getaran/goncangan badan kereta.

9. Mengapa berat kereta dan muatannya harus diimbangi dengan bobot imbang dalam
operasinya naik dan turun?

10. Komponen apakah dinamai thimble rod ? Apa ada hubungannya dengan baut?
48
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

11. Apa fungsi dari tuas pelepas (retiring cam) yang dipasang pada panel pintu kereta?

12. Apa fungsi dari kunci kait (interlock ) yang dipasang pada pintu-pintu lantai?

13. Jika lebar ruang luncur (hoistway ) = L, maka agar memperoleh bukaan pintu yang
paling maksimal, harus memilih jenis pintu apa?

14. Mengapa memasang sinyal dan indikator sangat penting?

15. Ada berapa macam konstruksi tali kawat baja? Tali baja jenis apa yang paling cocok
untuk pesawat lift dan apa konstruksinya?

16. Berapa sebaiknya jumlah lembar tali baja untuk lift-lift penumpang? Faktor-faktor apa
yang menentukan diameter tali dan jumlah lembar tali?

17. Apa tujuan memasang alarm bel dan lampu darurat didalam kereta lift?

18. Apakah alat komunikasi didalam kereta lift penting? Jika ya, harap jelaskan.

19. Mengapa tali kawat baja perlu diganti baru saat-saat tertentu. Ada gejala apa, dan apa
akibat jika tidak diganti?

20. Apa kriteria tali baja harus diapkir, dan perlu diganti baru. Atas laporan siapa, maka tali
harus diganti baru.

49
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Lampiran-1
PADANAN KATA-KATA

 Absoption : penyerapan
 Acceleratiion (a) : percepatan saat lift berangkat sampai mencapai
kecepatan penuh (m/detik/detik atau m/s/s).
 Acceptance testing : pengujian makbul atau pelulusan (pada instalasi yang
baru selesai terpasang). Surat izin layak fungsi (resmi).
 Accredited : diakui/disahkan.
 Accupational safety : keselamatan kerja bagian dari SMK3.
 Annual testing : pengujian tahunan/tiap-tiap tahun/ulangan.
 Anti creep device : alat dengan katup berfungsi menaikan kereta kembali
rata lantai, jika mulai merosot (lift hidrolik).
 Applicability : penerapan/dapat digunakan.
 Applicable testing : pengujian yang dapat diterapkan.
 Appropriate manner : cara yang benar/sepadan.
 Arc of contact (A/C) : sudut pelukan tali terhadap roda puli ( , dalam radian).
 Axis : poros
 Average waiting time (AWT) : tempo tunggu rata-rata di lobi mulai satu lif 
meninggalkan lobi sampai satu lift lain datang (detik).
 AWT = WTR.
Balustrade : dinding pelindung penumpang eskalator dikiri dan
kanannya sepanjang lintasan.
Barricade : penghalang bagi umum agar jangan terjatuh/celaka.
Belt drive : alat transmisi ban/sabuk.
Bi-parking door : jenis pintu sorong vertikal dua panel buka ditengah-
tengah untuk lift barang.
Blind hoistway : bagian ruang luncur tidak terdapat pintu hentian
(express run).
Breaking point (Bp) : batas patah tali baja sesuai sertifikat uji lab (kN).
Bracket spacing : jarak rentang braket pengikat rel
Buckling factor () : faktor yang diterapkan pada rumus tegangan tekuk jika
ada gaya menimpa batang langsing yang searah
dengan sumbu tegak (  sesuai    dari daftar).

50
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Buckling stress : tegangan tekuk terjadi pada batang yang langsing


(N/mm2).
Buffer stroke (t) : jarak langkah peredam saat dibebani (mm).
Building compression : kondisi bangunan turun relatif ambles (mm).
Bulging hose : slang yang menggelembung (lift hidrolik).
Bypass : jalan singkat, aliran minyak singkat, kembali ke tangki.
Call back service : pelayanan perbaikan atas panggilan darurat.
Cam : tuas, ungkit
Car enclosure : ruang dalam kereta.
Car sling : rangka kereta yang ditarik oleh tali baja traksi.
Car stiles (= upright channel) : bagian rangka kereta yang tegak sebagai sepasang
tiang.
Car top (roof) : atap kereta.
Car frame : rangka kereta
Cast iron sheave : roda puli dari besi tuang (roda traksi).
Center opening (CO) : bentuk pintu sorong buka ditengah. Lawan: site
opening.
Certified / certificate : sertifikasi surat keterangan dari badan resmi.
Chain drive : alat transmisi rantai.
Checkout procedure : prosedur simak menggunakan daftar.
Circuit braker : pemutus arus tenaga listrik
Clearance : toleransi, jarak luang gerak (mm).
Coated rope : tali baja dilapis metal anti karet.
Coefficient of slenderness ( ) : koefisien kelangsingan batang yang langsing, yaitu
perbandingan panjangnya terhadap radius girasinya
(l/r).
Coefficient of friction (f) : koefisien gesek dua bahan (contoh baja terhadap besi
tuang, f = 0.11).
Comprehensive maintenance : perawatan terpadu termasuk reparasi dan suku cadang.
Compression : penekanan torak pada oil buffer (N).
Conducted/to be carried out : dilakukan, dilaksanakan.
Connecting rod : batang penghubung/penyambung
Cooficient of friction : koefisien gesek antara 2 jenis bahan
Counterweight : bobot imbang terhadap berat kosong kereta (P),
ditambah 45% kapasitas (Z = P + 0.45 Q).

51
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Conformance : kecocokan dengan/kesesuaian/memenuhi syarat.


Core : inti, magnetic core
Cross head channel=sling : bagian rangka kereta atas yang melintang horisontal
CWT rails : rel pamndu untuk bobot imbang
Data plate : plat metal mencatumkan data dilekatkan pada
mesin/peralatan.
Dead end hitches (DEH) : pengikatan baut soket ujung tali pada plat dukung.
Decelaration (-a) : perlambatan, saat lif mau mendarat mulai dari
kecepatan penuh sampai terhenti (satuan m/s/s).
Decoder : alat mencatat gejala alam dan diterjemahkan kepulsa
Deflector sheave : roda/puli penyimpang.
Demand, up peak ; sirkulasi padat arah keatas
Distance between guides (DBG) : jarak antara dua (sepasang) rel pemandu.
Disk brake : rem cakram.
Dissipated energy : energy menyebar menjadi panas
Distribution panel : PHB, perlengkapan hubung bagi atau main circuit
breaker (MCB).
Door interlock : kunci kait yang dipasang pada pintu lantai (pintu
hentian) dilengkapi door contact sebagai pengaman.
Door operator : motor penggerak pintu.
Door time : kecepatan pintu lantai buka dan tutup dalam detik.
Door operation : motor listrik penggerak pintu buka tutup
Double deck elevator (DD) : lift dengan dua kereta digandeng satu diatasi yang lain.
Double wrapped traction (DWT) : sistem penarikan tali dimana tali baja memeluk puli
traksi dua kali, pada lift-lift kecepatan tinggi.
Drive machine : mesin penggerak, traction machine.
Drive motor : motor penggerak.
Dorp hold : pengaman agar kereta berhenti
Drop test : pengujian jatuh bebas dengan beban penuh dan
kecepatan lebih tertentu.
Dumbwaiter : lift khusus untuk barang tinggi kerta terbatas dan
kapasitas maksimal 500 kg, disebut juga ”lift pelayan”.

52
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Ductile : liat, baja liat = ductile steel atau mild steel


Duplex : operasi dua unit kerjasama
Dwell time (t) : tempo henti pada suatu lantai hentian (detik).
Dynamic balance : keseimbangan kereta terhadap bobot imbang.
Efficiency of system () : ratio energi daya guna terhadap energi umpan.
Egress : cara pelarian/penyelamatan adanya peristiwa
kebakaran
Emergency lighting : pencahayaan darurat (Whr, Watt hour).
Energy absorption : pengumpulan energi (w), saat peredam pegas tertekan
Energy dessiption : penyerapan energi oleh peredam hidrolik (w)
Engineering practice : penerapan sesuai dengan ilmu teknik.
Examined : diteliti (selama pemeriksaan).
Exterior panel (cladding) : plat penutup rangka bagian luar langsung dibwah
balustrade dan bagian bawah pada eskalator.
False car : peralatan kerja perancah berupa landas gantung
diruang luncur yang ditarik motor dari atas.
Fibre core : inti dari serat pada tali baja.
Field education : pelatihan/pendidikan mengenai praktek lapangan .
Field wiring : pekerjaan pengawatan didalam ruang luncur pada
waktu pemasangan lift.
Filler weight : pemberat dari besi tuang untuk bobot imbang
Fire resistance : sifat bahan tahan terhadap panas tertentu selama waktu
tertentu.
Fire shutter : selubung menutup seluruh instalasi eskalator bagian
lantai atas (saat eskalator diistirahatkan).
Fish plate : lempengan pelat penyambung batang-batang rel.
Fixed clip : penjepit rel mati (lawan: slip clip).
Fixtures : pasangan asesories pada dinding sebagai petunjuk
Flat groove (V-groove) : bentuk alur V pada keliling puli traksi.
Flight time (t) : tempo tersingkat lift mencapai kecepatan titik nominal
kemudian langsung memperlambat sampai terhenti
(detik).
Floor leveling : gerak perataan kereta terhadap muka lantai hentian,
saat kereta berhenti.

53
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Floor opening : bukaan pada lantai bangunan, dimana bagian atas


eskalator didudukkan.
Functional failure : penyimpangan atau kegagalan dimana komponen tidak
bekerja sesuai dengan fungsinya.
Gear ratio (G/R) : perbandingan putaran roda gigi reduksi.
Governor rope : tali baja governor, tali pengaman.
Gradual safety clamp : alat pengaman bekerja luwes dengan penjepit.
Lawannya: instantaneous safety.
Gradually increasing : penambahan secara bertahap.
Gravity : percepatan oleh gaya tarik bumi, pembulatan g = 9.8
m/s/s.
Group operation : cara kerja sama beberapa unit lift
Guide rails : rel pemandu
Headroom : tinggi sampai langit-langit, pada lantai teratas (m).
Helical gear : roda gigi helikal (sejajar).
Hitch plate : plat tempat bergantung ujung baut soket tali baja traksi.
Hollow square beam : profil baja bentuk segi empat (tidak padat), separator 
beam.
Hose : slang luwes untuk mengalirkan minyak hidrolis.
House keeping : kebersihan alat dan lingkungan (urusan rumah tangga).
Idle sprocket : roda sprocket sebagai pengarah rantai step.
Impact force : gaya tumbuk/bentur (N) pada buffer (peredam).
Insert : plat ganjalan untuk menyesuaikan jarak.
Inspection form : formulir pemeriksaan atau formulir simak atau check list.
Inspection speed : kecepatan lift terendah (30 m/m) untuk maksud
pemeriksaan dari atap kereta, oleh kerja saklar inspeksi.
Inspection switch : sakelar pemeriksaan, biasa dipasang diatas kereta.
Inspector’s manual : panduan bagi pemeriksa yang disahkan (dalam safety
code ANSI No.A17.2).
Instantaneous safety : alat pengaman overspeed dengan cara bekerja
mendadak.
Jump performance (t) : tempo tersingkat (dalam detik) yang dapat dicapai lift
melayani satu lantai (jarak 4.0 m). Disebut juga ”flight
time”.

54
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Junction box : kotak penghubung antara kabel lari dengan


pengkabelan diruang luncur.
Jurisdiction : yang resmi/sah, sesuai ketentuan/peraturan.
Lang lay : arah pilinan dan lilitan sama arahnya pada tali kawat
baja.
Lateral movement : goyang kiri/kanan (mm).
Lay, one lay : satu puntiran (lilitan)
Licence : surat izin resmi dari badan yang berwenang.
Life line : tali penyelamat yang dipasang diruang luncur sampai pit
tempat dimana sabuk pengaman dicantolkan.
Limit switch : sakelar pengaman batas lintas.
Load weighding device (LWD) : alat pengindera jumlah berat muatan kereta.
Main control unit (MCU) : pusat kendali, mengatur kerjasama sekelompok lift.
Main lobby : lobi (balai tunggu) pada lantai utama.
Maintenance : perawatan/pemeliharaan.
Maximum rated load : beban diatas nominal yang didesain oleh produsen (kg).
Malfunction : kelainan fungsi komponen.
Main rails : rel pamndu untuk karet
Metal tag : label logam yang diikatkan atau dilekatkan pada
peralatan
Mild steel : baja lunak (luwes), atau baja liat (biasanya st 370).
Minimal rated load : beban nominal minimal (kg).
Modernization : peremajaan lift melibatkan penggantian komponen-
komponen utama untuk meningkatkan kinerja operasi.
Monitoring : pencermatan/pengindra.
Moving walks/side walks : lantai jalan atau popular disebut travolator disebut juga
passenger conveyor.
Newel : bagian dari balustrade diujung-ujung pendaratan, pada
bagian atas maupun bawah eskalator.
Nudging : menyentuh, dengan sungguh-sungguh menekan
Overbalance (OB) : kelebihan berat dari bobot imbang terhadap berat
kosong kereta, dalam %. Contoh OB = 45%.
Overload : kelebihan beban (%), melebihi kapasitas nominal.
Overspeed switch (OS) : saklar pemutus arus kecepatan lebih tahap pertama.
Overspeed : kecepatan lebih (dari batas nominal semestinya) (%).

55
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Overtravel : kelebihan perjalanan diluar normal (lompatan pada


kereta, jika bobot imbang merosot membentur 
peredam) (mm).
Perform, carried out : melaksanakan/dilaksanakan.
Performance : kinerja, unjuk kerja, tampil kerja.
Periodic : secara berkala dan tetap.
Phase reversal device : alat pengaman yang mencegah motor bekerja jika
urutan 3 phase terbalik.
Pins : pena
Pivot pin : titik tumpu
Platform : landas kereta berupa konstruksi baja, merupakan
satuan yang kokoh dengan rangka kereta.
Plumb bob : unting-unting, pemberat agar kawat lood tegang vertikal.
Plumb line : kawat lood (kawat piano atau kawat baja).
Plunger : torak atau batang piston pada system hidrolik.
Porting : sistem pengaliran minyak akibat tekanan torak.
Power output (Po) : daya maksimal yang dikonsumsi sistem lift (kN).
Power rating (Pr ) : daya yang dirancang optimal untuk suatu motor (kN).
Pre opening : pintu mulai membuka menjelang dua detik kereta mau
mendarat.
Pressure vessel : bejana tekan.
Pull box (PB) : kotak penghubung yang biasa dipasang pada ujung
atas ruang luncur sebagai penyambung kabel-kabel
kamar mesin dengan pengkabelan ruang luncur.
Radial speed ( ) : kecepatan putar (dari as) (rpm).
Radius of gyration (r) : radius putaran girasi dari suatu profil (mm), r =  l /.

Rail deflection ( ) : lendutan pada rel pemandu (mm).


Rated load (Q) : beban (kapasitas) nominal sesuai kontrak (kg).
Rated speed : kecepatan nominal sesuai dengan kontrak (m/m).
Reduction gear : satu komponen transmisi yang merubah kecepatan
putar motor yang tinggi ke kecepatan rendah, gigi
reduksi.
Reference : rujukan.
Regular lay (rope) : cara pilinan kawat tali baja berlawanan dengan arah
lilitan. Lihat: lang lay.

56
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Requirement : ketentuan/persyaratan.
Reservoir : bejana persediaan minyak, tangki minyak.
Retardation : reaksi penahanan (N).
Retiring cam : ungkit pelepas berfungsi melepaskan kunci kait pada
pintu lantai jika kereta sampai masuk zona pintu.
Rod, connecting : batang penarik pasak pengereman
Rope compensation : sistem pengimbangan atas berat tali baja traksi dengan
cara memasang tali baja yang sama berat
menggantung pada bagian bawah kereta dan bobot
imbang.
Rod, lifting : batang penarik pasak pengereman
Rod, tie : batang penarik pasak pengeraman
Rope fastening : baut soket pengikat ujung tali berupa soket tirus atau
soket baji.
Rope lay : satu puntiran 360 0 dari lilitan pada tali baja (mm).
Rope stretch () : kemuluran tali baja (mm).
Roping : sistem pentalian: 1:1 one to one roping, 2:1 two to one
roping.
Round grove (U-groove) bentuk alur U pada keliling puli traksi >< flat groove.
Round trip time (T) : tempo yang ditempuh oleh satu lift mulai berangkat dari
lobi melayani lantai-lantai atas dan kembali ke lobi
(detik).
Routine : rutin, secara tetap dan teratur.
Rule : persyaratan/peraturan/ketentuan.
Runby : luang lari, jarak kereta dengan penyangga (mm), saat
kereta berada dilantai bawah.
Running clearance : ruang (celah) antara dua benda yang bergerak (mm).
Safe clearance : ruang aman minimal 0.6 m pada ujung atas ruang luncur 
dan pada dasar pit.
Safety device : pesawat pengaman atau alat pengaman.
Safety edge : safety shoe, alat pengaman agar pintu membuka
kembali.
Safety operated switch (SOS) : saklar pemutus arus kecepatan lebih tahap kedua, saat
governor tersentak (tripped).
Screen display : layar kaca informasi

57
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Sealed : disegel, setelah ditera.


Shaft : poros
Sheave : roda puli
Shims : plat tipis ganjalan untuk menyetel jarak.
Shuttle service (SS) : pelayanan lift ulang alik (lobi utama ke sky lobby).
Single wrapped traction (SWT) : sistem penarikan tali dimana tali baja traksi hanya sekali
memeluk puli (lawan: double wrapped traction).
Skirt boards (escalator) : pelat pelindung bagian dalam bawah disamping step.
Skirt panel : plat penutup samping bagian dalam, langsung pada sisi
kiri dan kanan step.
Sky lobby : lobi utama atas, dalam sistem bangunan multi rise.
Slack rope : tali kendor, pada lift dengan sistem tabung gulung.
Sliding door : pintu sorong
Slip clips : penjepit rel bebas (lawan, fixed clip).
Solenoid brake : rem yang dioperasikan dengan tenaga elektro magnet
Specified : terinci.
Static balance : keseimbangan dudukan badan kereta pada rangka
kereta.
Step pallet : bidang pijakan pada lantai jalan ( moving walks).
Strand : lilitan/pilinan kawat, bagian dari tali kawat baja.
Striking plate : lempengan pelat dipasang pada bagian bawah rangka
kereta sebagai pembentur buffer.
Striking rubber : potongan karet dipasang pada ujung atas torak sebagai
penahan awal atas benturan pada peredam hidrolik.
Stroke : jarak langkah gerak torak maksimal masuk ke silinder  
(mm)
Submission : penyerahan secara resmi hasil usaha untuk
ditindaklanjuti.
Swing door : pintu ayun
Synthesizer : alat/perangkat elektornic yang dapat menghasilkan
suara percakapan.
Technical assessment : kajian teknis, penilaian kondisi dan kinerja pesawat.
Template : pola dengan lokasi titik-titik utama tata letak komponen.
Tension sheave : roda penegang tali baja governor, dan tali kompensasi
Terminal stopping device : saklar pengaman batas lintas.

58
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Test weight : bobot uji (batang-batang besi tuang @ 50 kg, atau 20


kg).
Tie rod : batang pengencang
Thimble rod : baut soket tirus pengikat ujung tali baja, dicor timbel.
Top of car : diatas atap kereta.
Traction availability (T a) : daya traksi yang dapat dihasilkan dari puli traksi, T a  =
efk.
Traction relation (Tr ) : ratio tegangan antara tali tegang terhadap tali kendor,
atau disebut traction required, T r  = T1/T2.
Traction rope (suspension rope) : tali baja tarik/traksi, tali baja gantung, atau tali kawat
baja.
Traction sheave : puli (roda) penarik atau disebut driving sheave.
Transducer : decoder  
Traveling cable (TC) : kabel lari yang menghubungkan apparatus pada kereta
dengan kendali.
Tripping governor : peristiwa penjepitan tali pengaman oleh governor saat
tersentak (tripped ) terjadi pada kecepatan lebih tahap
kedua.
Tripping speed : kecepatan lebih tahap kedua sesuai rancangan (m/m).
Two speed door (2S door) : jenis pintu 2 panel buka kesamping serempak. Lawan:
center opening.
Undercut groove : alur U-groove yang di coak pada bagian bawahnya
(U/C 900, atau 1050).
Useful life : umur kegunaan komponen.
Valve : katup (pada lift hidrolik).
Ventilation : penggantian udara kamar mesin dengan udara segar 
dari luar (m3 per menit).
Vibration : gerakan bergetar diukur dalam Hertz dan miligrafity
(mg).
Variable frequency (VF) : pengendalian gerak kecepatan motor induksi, dengan
cara merubah besaran frequency.
Waterproofing : kedap air pada dinding-dinding pit ruang luncur.
Wedge socket : baut soket baji pengikat ujung tali baja (lawan: thimble
rod).
Wide flange (WF) : profil baja  I  bentuk lebar, atau profil  Н.

59
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Working pressure : tekanan kerja (tekanan hidrolik dimana kereta beban


penuh naik) (bar atau atm).
Worm gear : roda (as) gigi ulir (roda gigi cacing) berfungsi memutar 
roda gigi dengan arah as siku terhadap as gigi ulir.
Zoning system : pembagian wilayah lantai-lantai yang dilayani oleh
sejumlah lift: low rise, medium zone dan high zone.

60
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Lampiran-2

RUJUKAN

1. Vertical Transportation, Elevators and Escalators, 2nd edition 1982, George R.


Strakosch, John Waley & Sons, New York.
2. Elevator mechanical design, Lubomir Janousky
3. Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-2190-1999 “Syarat-syarat Umum
Konstruksi Lift yang dijalankan dengan motor traksi”.

61
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Lampiran-3

DAFTAR GAMBAR

Gambar-1 : Typical installation, geared machine ……………… 4


Gambar-2 : Typical installation, gearless machine …………. 5
Gambar-3 : Rel pemandu dan penjepit …………… 8
Gambar-4 : Roda pemandu (roller guides) ……….. 9
Gambar-5 : Sepatu luncur pemandu (guide shoes) …………. 10
Gambar-6 : Penyangga dan Peredam pegas dan Hidrolik ………… 12
Gambar-7 : Gigi reduksi ………….. 16
Gambar-8 : Mesin traksi jenis geared dan gearless ……….. 17
Gambar-9 : Rem mesin jenis internal drum ……… 19
Gambar-10 : Rem mesin jenis external drum ………… 20
Gambar-11 : Rakitan bobot imbang …….. 25
Gambar-12 : Motor penggerak pintu kereta ………. 26
Gambar-13 : Jenis-jenis pintu dan lebar pembukaan …….. 28
Gambar-14 : Hall Fixtures ………. 30
Gambar-15 : Car Operating Panel (COP) ……. 31
Gambar-16 : Penandaan ……. 32
Gambar-17 : Hall Fixtures …….. 33
Gambar-18 : Sistem pesawat pengaman dengan governor ……….. 38
Gambar-19 : Pasak pengeram bentuk tirus (rem baji) ……. 39
Gambar-20 : Governor dan lifting rod ……… 39
Gambar-21 : Mekanisme sistem pengereman pesawat pengaman ……. 41
Gambar-22 dan 23 : Sistem pentalian (roping ) …………. 44-45

62
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

Lampiran-4
Daftar Singkatan
Istilah-istilah Instalasi Pesawat Lift

A. Components and parts


 ARD = Automatic Rescue Device (emergency)
 ALD = Automatic Landing Devices
 AC = Alternating Current (AC-motor)
 AC = Air Conditioning
 AN = Anti Nuisance Operation
BMU = Base Man Hour 
CB = “Call Back” service = pelayan perawatan diluar rutin
CRT = Cathode Ray Tube (layar kaca TV)
CPI = Car Position Indicator 
CO = Center Opening
CL = Center Line, garis tengah antara 2 as
COP = Car Operating Panel
DC = Direct Current (DC motor)
DWT = Dumbwaiter, lift pelayan
DBG = Distance Between Guide = RG = Rail gauge
DEH = Dead end Hitch
DLS = Directional Limit Switch
DO = Door Open (button)
DC = Door Close (button)
DWT = Double Wrapped Traction
EFO = Emergency Fire Operation
EPO = Emergency Power Operation
FLS = Final Limit Switch
G/L = Gearless Machine
G/D = Geared Machine
HB = Hall button, tombol panggil
H/W = Hoistway = Ruang Luncur = R/L = shaft
HL = Hall Lantern
HPI = Hall Position Indicator 
KS = Key Switch = kunci kontak

63
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

L x D = Lebar x Dalam (ukuran R/L), W x D


LCD = Liquid Crystal Diode
LD = Lekuk Dasar 
LWD = Load Weighing Device
MCU = Main Control Unit
NSO = Non-stop Operation
OB = Overbalance (CWT), dalam percentage of capacity
OS = Overspeed Switch (pada governor)
OH = Overhead Height
PB = Pull Box, kotak penghubung kawat-kawat listrik
PHB = Peralatan penghubung dan bagi (distribution panel)
PM = Permanent Magnet
RL = Ruang Luncur = H/W = shaft
SO = Side Opening
SOS = Safety Operated Switch
STV = Sistem Transportaion Vertikal
SWT = Single Wrapped Traction
TC = Traveling Cable
TVG = Transportation Vertikal dalam Gedung
TOCI = Top of Car Inspection

B. Management
CM = Construction Management
MK = Manajemen Konstruksi
MOB = Manajemen Operasi Bangunan
NWP = Net Work Planning
SLK = Standar Latihan Kerja (PU)
SDM = Sumber Daya Manusia
SOP = Standard Operating Procedure
SIO = Surat Izin Operasi (diterbitkan oleh Kemen.Nakertrans)
PJPL = Perusahaan Jasa Perawatan Lift
PJK3 = Perusahaan Jasa K3

64
 

KONSTRUKSI PERALATAN dan KOMPONEN KUSASI, 2012

C. Institutional
BSN = Badan Standardisasi Nasional
BNSP = Badan Nasional Sertifikasi Profesi
SNI = Standar Nasional Indonesia
PUIL = Persyaratan Umum Instalasi Listrik
Pusbin KPK = Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi (PU)
BS = British Standard (dilebur menjadi EN)
 ANSI = American Nasional Standard Institute
 ASME = American Society of Mechanical Engineers
JIS = Japanese Industrial Standard
 APPLE = Asosiasi Produsen Pemborong Lift dan Eskalator 
IAPLE = Ikatan Ahli Pesawat Lift dan Eskalator 
LPJKN = Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional

65

Anda mungkin juga menyukai