PENGANTAR
STANDAR KOMPETENSI NASIONAL
BIDANG GAMBAR BANGUNAN
KATA PENGANTAR
Laporan ini merupakan hasil akhir pekerjaan Penyusunan/ Penyempurnaan Standar Kompetensi
Nasional Bidang Gambar Bangunan. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut
Teknologi Bandung (LPPM-ITB) telah ditunjuk oleh Direktorat Pendidikan Menengah dan
Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional (DIKMENJUR-DEPDIKNAS) untuk melaksanakan
pekerjaan ini.
Berbagai standar dalam industri konstruksi, di antaranya standar kompetensi juru gambar,
diperlukan untuk meningkatkan efisiensi industri konstruksi untuk mampu bersaing dalam pasar
global. Kesepakatan di antara para pemanfaat juru gambar atau drafter sangat penting dalam
pengembangan standar tersebut. Sebagai aktor utama dari masyarakat yang berkepentingan atau
stake holder, kesepakatan yang dihasilkan akan menjadi masukan untuk para penyelenggara
program pendidikan dan pelatihan dan dengan demikian akan terjadi peningkatan efisiensi pula.
Ditinjau dari proses perancangan dan pelaksanaan, lingkup pekerjaan ini terutama meliputi tahap
gambar konstruksi, gambar bengkel atau shop drawing dan gambar terbangun atau as built drawing.
Disiplin yang tercakup juga terbatas pada disiplin teknik arsitektur dan teknik sipil struktur.
Pelaksanaan pekerjaan dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan Desember 2003.
Sebagai langkah awal dari strategi kerja yang dikembangkan kami mempelajari bahan yang sudah
ada dari dalam negeri berikut format yang berlaku di DIKMENJUR. Selanjutnya dipelajari rujukan
dari negara maju, antara lain Amerika Serikat dan Australia. Prinsip adapt dan adopt diterapkan
untuk mengembangkan draft pertama yang dijadikan bahan untuk dibahas dalam lokakarya
pertama. Hasil lokakarya tersebut dikembangkan lebih lanjut dengan para stake holder yang
dominan dalam memanfaatkan tenaga para juru gambar atau drafter, dan menghasilkan draft kedua.
Bahan ini selanjutnya dibahas dalam lokakarya ke dua dan menghasilkan Laporan Akhir,
sebagaimana terlampir.
Standar Kompetensi Bidang Gambar Bangunan yang telah disempurnakan mencakup Kompetensi
Umum, Kompetensi Menggambar dengan Alat Manual dan Kompetensi Menggambar dengan
Bantuan Komputer. Sesuai dengan hakekat standar, apa yang dihasilkan pada saat ini masih
mungkin dan perlu disempurnakan lagi sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
Untuk itu perlu dikembangkan jaringan di antara masyarakat yang berkepentingan secara
sinambung agar dapat diperoleh hasil yang maksimum.
Ketua Tim,
14 H. Nawir H. Pedju PT. ENCONA Engineering Jl. Sumur Bandung No. 5 Bandung
16 Ir. Ginandjar
18 Mamat, ST.
22 Ir. Sahid
PT. Hema Cipta Kreastika Jl. Dederuk No. 25 Bandung
23 Medina, ST.
27 Khaeruddin
PT. Ekistindo Jl. Anuang No. 39 Makassar
28 Abdullah Hatta
29 Muallimin, ST.
PT. Culdesac Jl. Pongtiku No. 93 Makassar
30 Rahmat Hidayat
33 Drs. Agung Indaryanto SMK Negeri 5 Bandung Jl. Bojongkoneng No.37A Bandung
Globalisasi perdagangan bebas sudah merupakan kenyataan yang harus kita hadapi dan globalisasi
akan membawa dampak ganda, di satu sisi membuka kesempatan kerja sama yang seluas-luasnya
antar negara, namun di sisi lain membawa persaingan yang semakin ketat dan tajam. Oleh karena
itu tantangan utama di masa mendatang adalah meningkatkan daya saing, kemampuan teknologi
dan manajemen. Sumber daya manusia merupakan unsur utama dalam meningkatkan keunggulan
daya saing di masa mendatang.
Menyadari bahwa globalisasi merupakan tantangan sekaligus peluang, maka dalam era ini, perlu
secara bersama-sama dirumuskan kebijakan dan strategi pengembangan sumber daya manusia
Indonesia. Untuk pengembangan sumber daya manusia perlu memperhatikan hal-hal berikut:
Kecepatan perubahan dan kemajuan teknologi yang diterapkan di industri/ dunia usaha,
menuntut adanya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan beradaptasi dan daya
yang lentur untuk menghadapinya.
Tinggi dan ketatnya persaingan global menuntut dunia usaha/ industri melakukan rencana
strategik yang berdampak pada tuntutan dan penyesuaian organisasi yang lentur dan
penyesuaian organisasi tersebut akan mempengaruhi pada jabatan-jabatan yang ada.
Dengan adanya tuntutan bentuk organisasi yang cenderung berubah, pengembangan sumber daya
manusia yang mengacu kepada standar jabatan yang baku/ tetap, akan cepat tertinggal, maka perlu
dicari model pendekatan lain yang lebih berdaya guna dan berhasil guna. Oleh karena itu telah
diperkenalkan dan dipakai model Standar Kompetensi oleh Internasional Labour Organization
(ILO) di beberapa negara Asia Pasifik yang dinyatakan “Compatible“ secara internasional sebagai
solusi dari permasalahan di atas.
Menjelang tahun akhir abad ke 20, beberapa negara maju telah memperkenalkan dan menerapkan
suatu model yang dikenal dengan “Regional Model Competency Standard“ yang lebih memadai dan
lentur dalam menghadapi perubahan-perubahan yang cepat.
Teori proses belajar dari Benyamin Bloom dan teman yang dikenal dengan “Taxonomi Bloom
Theory“ dan telah dianut di sebagian besar negara di dunia selama ini mengungkapkan bahwa, pada
dasarnya apapun kemampuan seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau sesuatu apapun
merupakan hasil dari proses belajar, baik proses tersebut sengaja direncanakan, maupun terjadi
secara kebetulan. Hasil dari proses belajar biasanya diwujudkan dengan perubahan sikap tingkah
laku, sesuai dengan konteks belajar tersebut. Dengan demikian ada korelasi antara kemampuan
seseorang (dalam hal ini diartikan dengan kompetensi ) dengan teori proses belajar tersebut.
Dalam teori tersebut kemampuan belajar seseorang dapat terbagi atas 3 (tiga) ranah/ domain, yaitu
kognotif, psikomotorik dan afektif. Ranah kognotif dimaksudkan sebagai kemampuan
mengembangkan intelektual yang berkaitan dengan pengetahuan yang menyangkut tentang
konsepsi dan pola fakta-fakta lainnya. Ranah psikomotorik dimaksudkan sebagai kemampuan yang
berkaitan dengan gerakan fisik dari sejumlah bagian tubuh manusia, terutama tangan untuk
mengerjakan suatu tugas dan ranah afektif dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menerima nilai-
nilai atau norma dan menjadikannya sebagai dasar dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam
perkembangan selanjutnya teori belajar tersebut dikembangkan lebih lanjut untuk keperluan
pendidikan dan pelatihan yang kemudian menjadi awal dari konsep “Standar Kompetensi “.
According to ANTA Australia, Competency Standards are simply worded statements about
the performance in work place that describe in output terms:
What the employee is expected to do.
How well the employee is expected to perform.
How to tell when the employee’s performance is at the expected level.
“Competency standard define Competency“ as: The necessary knowledge and skills to
perform a particular work role to the standard required within industry (The Northerm
Territory Public Sector of Australia).
Standar kompetensi adalah pernyatan-pernyataan mengenai pelaksanaan tugas/ pekerjaan di tempat
kerja yang digambarkan dalam bentuk hasil luaran:
Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan yang dilandasi oleh pengetahuan,
keterampilan dan didukung sikap kerja dan penerapannya di tempat kerja yang mengacu pada unjuk
kerja yang dipersyaratkan. Standar kompetensi tidak berarti hanya kemampuan menyelesaikan
suatu tugas/ pekerjaan, tetapi dilandasi pula bagaimana dan mengapa tugas itu dikerjakan. Dengan
kata lain standar kompetensi meliputi faktor-faktor yang mendukung, seperti pengetahuan dan
kemampuan untuk mengerjakan suatu tugas dalam kondisi normal di tempat kerja serta kemampuan
mengalihkan dan menerapkan kemampuan dan pengetahuan pada situasi dan lingkungan yang
berbeda.
Dengan demikian standar kompetensi merupakan rumusan tentang kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk melakukan suatu tugas/ pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan,
yang didukung sikap kerja dan penerapannya sesuai unjuk kerja yang dipersayaratkan.
Dengan dikuasainya kompetensi tersebut oleh seseorang, maka yang bersangkutan akan mampu:
1.4. Manfaat
Standar kompetensi dibutuhkan oleh instansi dan institusi yang berkaitan dengan pengembangan
dan pembinaan sumber daya manusia, sesuai dengan kebutuhannya.
Merumuskan suatu standar kompetensi untuk setiap tugas/ pekerjaan terkecil yang masih
dapat diukur yang baku dalam bidang gambar bangunan (kompetensi juru gambar).
Terciptanya suatu standar klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja dalam lingkup sektor juru
gambar, serta mendapat pengakuan yang sah secara nasional, regional dan internasional.
2.3. Filosofi
Mengambil pendekatan pragmatis, yaitu bila ada standar kompetensi yang cocok yang
berasal dari negara lain atau Standar Internasional, maka standar kompetensi tersebut dapat
diadopsi menjadi standar kompetensi nasional, baik secara keseluruhan atau sebagian/
beberapa bagian (adaptasi).
Program perumusan standar kompetensi dilaksanakan Instansi Teknis Perumus Standar dan
mengajukan program perumusan standar kepada instansi berwenang/ Menteri. Prosedur meliputi
usulan rancangan, rancangan standar kompetensi, validasi, penyebarluasan kesepakatan dan
persetujuan serta peninjauan ulang. Usulan rancangan pihak yang paling tepat adalah dunia usaha/
industri yang bersangkutan dan dilaksanakan dengan menghimpun serta mengkoordinasikan orang-
orang yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman kerja di bidangnya dan memiliki kemampuan
menuangkan dalam bentuk tulisan ke dalam format standar kompetensi dengan bimbingan
fasilitator perumus standar kompetensi.
Berdasarkan pada data empiris, bahwa tenaga kerja yang telah bekerja pada bidangnya dalam
jangka waktu yang cukup dan telah terbukti dalam melakukan pekerjaannya menunjukkan unjuk
kerja sesuai dengan tuntutan pekerjaan, dapat dianggap mampu dan tepat untuk menjadi anggota
tim penyusun rancangan standar kompetensi bidang yang bersangkutan.
Kode Unit
Judul/ Unit Kompetensi
Uraian Kompetensi
Elemen/ Sub Kompetensi
Kriteria Unjuk Kerja
Kondisi Unjuk Kerja/ Persyaratan Pelaksanaan
Acuan Penilaian
Kunci Kompetensi dan Level Kompetensi.
KODE UNIT
Kode Unit bertujuan untuk mempermudah dalam pengelolaannnya. Kode Unit terdiri dari beberapa
huruf dan angka yang disepakati oleh para pengembang standar kompetensi dan industri/ usaha
terkait.
URAIAN KOMPETENSI
Uraian memberikan penjelasan singkat kegunaan kompetensi tersebut dan kemungkinan
berhubungan dengan kompetensi lain (bila ada).
ACUAN PENILAIAN
Acuan penilaian/ indikator kompetensi berhubungan dengan unit kompetensi secara terpadu dan
memberikan panduan tentang interpretasi standar kompetensi dan penilaian terhadap standar
kompetensi. Acuan penilaian/ indikator kompetensi dapat memberikan:
Aspek dari kompetensi yang perlu diberikan tekanan pada saat penilaian
Penilaian apa yang perlu dilakukan bersamaan
Pengetahuan yang diperlukan, terkait dan mendukung tercapainya kompetensi tersebut
Menjelaskan tentang metoda penilaian
Kompetensi kunci
KOMPETENSI KUNCI
Kompetensi kunci adalah kemampuan dasar atau generik yang diperlukan untuk menyelesaiakan
suatu tugas/ pekerjaan di suatu industri/ usaha.
LEVEL KOMPETENSI :
Level kompetensi dimaksudkan sebagai pengelompokan tingkat kemampuan dalam menyelesaikan
suatu tugas/ pekerjaan berdasar pada derajat kesulitan atau kompleksitas tugas/ pekerjaannya.
Kode Unit
Judul Unit
Uraian Unit
1. 1.1.
1.2.
dst.
2. 2.1.
2.2.
dst.
3. 3.1.
3.2.
dst.
Acuan Penilaian
Kode Unit
Terdiri dari beberapa huruf dan angka yang disepakati oleh para pengembang dan industri terkait.
Judul Unit
Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dengan mengarah pada hasil yang ingin dicapai.
Uraian Unit
Penjelasan singkat yang menjelaskan lingkup pekerjaan dan kegunaan kompetensi tersebut.
Bagian dari suatu pekerjaan yang harus dilakukan yang Kriteria unjuk kerja untuk setiap sub
merupakan kegiatan dasar dari pekerjaan tersebut, termasuk kompetensi, yaitu pernyataan/identifikasi
pencegahan timbulnya resiko dari kegiatan/ pekerjaan hasil akhir yang perlu dinilai bila tugas
tersebut. Sub kompetensi ini umumnya terdiri dari 4-6 sub tersebut telah dicapai, sehingga kriteria ini
yang merupakan pembentuk kompetensi. merupakan alat penilai.
Acuan Penilaian
Unjuk kompetensi yang dibutuhkan/ persyaratan kelayakan dan kepastian dari industri. Pembuktian
harus dapat menunjukkan pengertian dari pekerjaan yang berhubungan dengan keberhasilan pekerjaan
yang dilakukan di tempat kerja.
Merupakan butir-butir untuk mengukur hasil kerja.
Menjelaskan prosedur dan metoda penilaian yang harus dilakukan.
Informasi tentang pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, terkait dan mendukung tercapainya
kompetensi tersebut.
Aspek-aspek kritis yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut.
Standar kompetensi untuk sebuah pekerjaan atau fungsi tertentu akan termasuk kompetensi-
kompetensi yang juga dapat ditemukan dalam setiap pekerjaan. Kompetensi-kompetensi umum
seperti ini disebut kompetensi kunci, tidaklah spesifik bagi pekerja tertentu atau industri tertentu,
tetapi menopang kompetensi spesifik dari industri itu. Kompetensi kunci diperlukan agar aktivitas
pekerjaan dapat berfungsi normal.
Kompetensi kunci dapat dilaksanakan dalam salah satu dari jenjang/ level. Pengelompokan tingkat
kemampuan dalam menyelesaikan suatu tugas berdasarkan kesulitan atau kompleksitas tugas dapat
dibagi tiga tingkatan.
Level-1:
Mengerjakan tugas rutin menurut cara yang telah ditentukan, bersifat sederhana, merupakan
pengulangan, serta sewaktu-waktu sering diperiksa perkembangannya. Untuk itu level ini harus
mampu:
Level-3:
Mengerjakan kegiatan yang rumit/ kompleks dan tidak rutin, yang dikerjakan sendiri dan
bertanggung jawab terhadap pekerjaan orang lain. Untuk itu level ini harus mampu:
Mengingat dalam awal pengembangan konsep standar kompetensi didasarkan pada teori psikologi
belajar, maka dalam merumuskan standar kompetensi prinsip-prinsip teori tersebut akan selalu
dipergunakan. Dalam teori belajar tersebut terbagi atas tiga tipe belajar yaitu kognitif, psikomotoris,
dan afektif (pengetahuan, keterampilan dan sikap) yang dapat diajarkan terintegrasi untuk mencapai
tujuan suatu proses pendidikan dan pelatihan. Setiap tipe belajar tersebut memiliki karakteristik dan
tingkat pencapaian didasarkan atas tingkat kesulitan yang dihadapinya.
Aspek kognitif mencakup pengembangan kemampuan intelektual dan pengetahuan yang terdiri atas
enam kategori utama yang tersusun dari yang sederhana hingga yang kompleks berdasar pada
tingkat kesulitan yang ditanganinya. Dalam hal ini aspek yang sederhana harus dikuasai terlebih
dahulu sebelum meningkat ke tingkat kesulitan berikutnya.
Level
Deskripsi Kata Kerja yang Dipergunakan
Taksonomi
Mengetahui terminologi secara
umum Mendefinisikan, mengenal, mencocokkan,
Mengetahui fakta yang spesifik mengingat, mengulang, membedakan,
Pengetahuan
mengidentifikasi, menyebut, melabel, memanggil
Mengetahui konsep dasar kembali, menghubungkan, mencatat
Konsep prinsip
Memahami fakta
Menginterpretasikan chart dan Menterjemahkan, merubah, mengatur kembali,
grafik mengekspresikan, memberi contoh,
mengilustrasikan, menggeneralis, menterjemahkan,
Menjastifikasi prosedur dan metode menyimpulkan, mendiagnosis
Mengestimasikan kebutuhan
Mengaplikasikan konsep dan
prinsip-prinsip ke dalam situasi yang Mengaplikasikan, mengorganisasikan,
baru merestrukturisasi, memecahkan, mentransfer,
Memecahkan problem matematika menggunakan, mengklasifikasi, memilih,
Aplikasi
mendramatisasi, membuat sket,
Menyusun grafik dan chart mendemonstrasikan, mengilustrasikan,
Mendemonstrasikan penggunaan menangani, mengkalkulasi
metode dan prosedur
Analisis Mengenal dan menggunakan logika Membedakan, memilahkan, membandingkan,
Aspek afektif mencakup hal yang berkaitan dengan emosi seperti perasaan, apresiasi, entutiasme,
motivasi, sikap. Aspek afektif terbagi atas lima kategori utama:
Seseorang menyebut
Membuktikan,
Responding/ kembali beberapa
memberitahukan, menolong,
Aktif berpartisipasi keselamatan dan
merespon melakukan dengan sukarela,
kesehatan kerja pada saat
mengklaim
dibutuhkan
Menerima nilai-nilai/
norma Seseorang menyadari
Valuing/ Memilih, mendukung,
Taat kepada nilai/ alasan penggunaan
“sharing” mengapresiasi,
menilai norma perlengkapan keselamatan
mengundang, bergabung
Memegang teguh nilai/ kerja
norma
Menghubungkan nilai/ Seseorang menyadari
norma yang telah akan kemungkinan Memformulasi,
dianutnya kecelakaan kerja dan mempertahankan,
Organizing/
Mengintegrasikan meyakini untuk mengabstrak, menghubungkan,
Mengorganisasi mempraktekan prosedur melakukan dengan benar dan
nilai/ norma ke dalam
kebiasaan hidup keselamatan dan menetapkan
sehari-hari kesehatan kerja
Seseorang selalu
Internalisasi nilai/
menggunakan Bertingkah laku, melakukan,
Characterizing norma menjadi pola
perlengkapan keselamatan menyelesaikan, membedakan
hidup
kerja secara benar
Bidang gambar bangunan tidak bisa dilepaskan dari dunia usaha jasa konstruksi. Usaha jasa
konstruksi sendiri dapat diartikan sebagai bidang usaha jasa pengadaan bangunan (gedung, jalan,
bendungan, dan lain-lain). Jasa pengadaan bangunan sendiri melewati suatu proses yang dapat
diurutkan secara garis besar sebagai berikut:
Tahap perencanaan/ perancangan, dimana pada tahap ini bangunan yang akan dibuat
dimodelkan dalam suatu bentuk 2 dimensi (gambar) atau 3 dimensi (maket) disertai dengan
berbagai dokumen tertulis sebagai pendukung (Rencana Anggaran Biaya/ RAB, spesifikasi
teknis dan lain-lain). Keseluruhan dokumen ini, yang disebut sebagai dokumen perencanaan,
akan dijadikan sebagai acuan bagi tahap selanjutnya.
Tahap asembling/ perakitan, dimana tahap ini merupakan tahap pilihan yang tidak selalu
dilaksanakan, tergantung dari kondisi proyek. Perakitan merupakan pekerjaan konstruksi
skala kecil pada elemen bangunan seperti kuda-kuda baja, elemen pracetak, dan lain-lain.
Tahap ini bisa dilaksanakan di lapangan atau di lokasi workshop/ pabrik.
Tahap konstruksi, dimana tahap ini merupakan tahap akhir pembuatan bangunan di
lapangan. Tahap ini dilaksanakan dengan acuan dokumen perencanaan.
Perencanaan/ perancangan bangunan sendiri, berdasarkan urutan kerjanya dapat dibagi atas:
Desain skematik/ schematic design, yaitu tahap perancangan awal yang menghasilkan
gambar ide dari bangunan yang akan dibuat. Biasanya gambar ini dihasilkan oleh
perancangnya sendiri, atau atas bantuan artis yang khusus membuat gambar still image.
Perancangan awal/ preliminary design, yaitu tahap perancangan yang lebih matang, yang
memberikan gambaran bangunan secara lebih jelas dan terukur, namun belum mengarah
pada hal-hal yang lebih detail.
Pengembangan rancangan/ design development, yaitu tahap pengembangan rancangan awal
menjadi lebih detail, dan sudah memperhatikan keterbangunan (constructability). Hingga
tahap ini, standar penggambaran bangunan masih sangat bervariasi, karena gambar hanya
akan dikomunikasikan kepada pemilik untuk meyakinkan desain.
Setelah tahap perencanaan/ perancangan selesai, tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan. Pada
tahap ini biasanya masih terdapat dua tahap penggambaran, yaitu:
Gambar pelaksanaan/ shop drawing, yaitu gambar yang merupakan pengembangan dari
gambar kerja hingga siap untuk dilaksanakan. Meskipun biasanya beredar di kalangan
internal kontraktor (kadang-kadang harus melalui persetujuan konsultan pengawas) namun
standar penggambaran harus juga bersifat universal dan diperlukan tingkat pengetahuan
lapangan yang lebih tinggi.
Gambar terbangun/ as built drawing, yaitu gambar akhir yang merupakan rekaman dari apa
yang telah dibangun. Gambar ini merupakan elemen penting bagi pemeliharaan/
maintenance bangunan.
Selain pembagian bidang gambar bangunan berdasarkan urutan pekerjaan, baik pekerjaan
perancangan maupun konstruksi, pembagian yang lain yaitu berdasarkan bidang keilmuan, yaitu:
Arsitektur, yang biasanya memberi penekanan pada bentuk dan finishing bangunan.
Termasuk di dalamnya adalah landscaping. Dalam praktek pembangunan gedung, biasanya
bidang ini menghasilkan gambar yang sangat banyak karena beragamnya jumlah bahan yang
dipakai dan banyaknya variasi detail yang harus digambar.
Struktur bangunan gedung, yang memberi penekanan pada keterbangunan dan kekuatan
bangunan gedung.
Sipil, yang masih terbagi atas:
o sipil bangunan air, yaitu bidang kajian yang berhubungan dengan bangunan air
seperti dermaga, sungai, bendungan, dan lain-lain
o jalan dan jembatan, yaitu bidang kajian konstruksi jalan dan jembatan
o pekerjaan tanah/ civil works, yaitu bidang kajian yang berhubungan dengan
pengolahan lahan untuk konstruksi.
Mekanikal, yaitu bidang kajian peralatan mesin dalam bangunan, seperti elevator, eskalator,
dan lain-lain.
Dalam praktek di lapangan penggambaran bangunan berdasar ke lima bidang di atas biasanya
dilaksanakan oleh juru gambar yang berbeda-beda, karena masing-masing memiliki karakter dan
latar belakang ilmu yang jauh berbeda. Tabel pembagiannya adalah sebagai berikut:
Ruang lingkup pekerjaan standarisasi kompetensi bidang gambar bangunan dibatasi pada bidang
keilmuan Arsitektur dan Struktur Gedung, dan juga pada fase produksi gambar kerja, gambar
pelaksanaan dan gambar terbangun. Pembatasan pada sub bidang ini didasarkan pada:
Ketiga tahap terakhir dari proses penggambaran merupakan tahap terpenting perwujudan
bangunan yang membutuhkan standar penggambaran yang baku.
Tahap gambar skematik hingga gambar pengembangan rancangan biasanya dilakukan oleh
perancang/ perencana yang membutuhkan kompetensi yang jauh berbeda.
Di samping itu pembagian bidang gambar bangunan juga dibedakan atas dasar teknik atau cara
penggambaran. Teknik penggambaran secara garis besar dibagi atas dua:
Manual, yaitu penggambaran yang dilakukan dengan peralatan gambar manual (non
komputer), biasanya memakai rapido, pinsil, meja gambar, segitiga dan peralatan tulis/
gambar lainnya.
Digital, yaitu penggambaran dengan menggunakan komputer, dengan output gambar digital.
Teknik penggambaran dengan komputer juga dapat dibagi atas software yang digunakan.
Di dalam dunia industri konstruksi kriteria penerimaan juru gambar sebagai tenaga kerja sangat
beragam antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Bahkan di antara perusahaan yang
bergerak dalam bidang dan lingkup proyek yang sama, kriteria yang ditetapkan juga beragam.
Sebagai sebuah standar yang akan diberlakukan secara nasional, penyusunan standar ini ditujukan
pada sektor yang formal atau perusahaan-perusahaan yang telah mapan terutama dari pengalaman,
organisasi perusahaan dan aspek manajerial perusahaan. Maksud dari pendekatan ini karena ada
kecenderungan perusahaan kecil lebih membutuhkan pekerja yang serba bisa dan jauh dari
spesialisasi.
Namun demikian ada satu benang merah yang dijadikan panduan dalam penyusunan standar
kompetensi bidang gambar bangunan, yaitu bahwa seorang juru gambar hendaknya memiliki dasar-
dasar sebagai berikut:
Kemampuan penguasaan peralatan dan perlengkapan gambar, baik manual atau digital
(menggunakan komputer termasuk software penggambarannya), karena peralatan gambar
ini akan dipakai untuk memproduksi gambar sebagai produk akhir.
Kemampuan penguasaan gambar teknik (termasuk di dalamnya konstruksi geometris),
karena kemampuan ini diperlukan dalam menghasilkan gambar dengan teknik manual.
Pengetahuan ilmu konstruksi, dalam hal ini ilmu konstruksi yang paling umum digunakan,
karena pengetahuan ini sangat diperlukan dalam kelancaran penggambaran dan kebenaran
isi gambar. Mengingat pengetahuan ilmu konstruksi sangat luas, pembatasan pada ilmu
konstruksi yang umum dipakai (general construction) dilakukan berdasarkan keinginan agar
proses penggambaran pada konstruksi yang sifatnya umum tidak lagi diawasi secara ketat
oleh atasan, arsitek atau engineer.
Pengetahuan tentang produk yang dihasilkan dalam gambar bangunan, yang meliputi
rencana tapak, proyeksi bangunan, denah, tampak dan potongan. Pengetahuan tentang
gambar ini diperlukan agar seorang juru gambar memahami aspek-aspek yang harus
diperhatikan dalam penggambaran nantinya.
Berdasarkan hasil kerja Majelis Pendidikan dan Kejuruan Nasional (MPKN) Kelompok Bidang
Keahlian Bangunan, Bidang Gambar Bangunan pada dasarnya merupakan sub-bidang dari bidang
yang lebih besar yaitu Bidang Bangunan. Di samping Sub-Bidang Gambar Bangunan, yang
termasuk di dalam Bidang Bangunan adalah: Sub-Bidang Teknik Pengukuran Bangunan, Sub-
Bidang Teknik Perkayuan, Sub-Bidang Teknik Konstruksi Bangunan, Sub-Bidang Teknik
Plumbing dan Sanitasi, Sub-Bidang Pengendalian Mutu Bangunan. Namun demikian untuk
selanjutnya, Sub-Bidang Gambar Bangunan akan disebut sebagai Bidang Gambar Bangunan.
Di dunia profesi penggambaran bangunan dewasa ini, secara garis besar juru gambar terbagi atas
dua, yaitu juru gambar manual dan juru gambar digital (memakai komputer). Juru gambar manual
adalah juru gambar yang menggambar dengan peralatan gambar manual (non komputer) seperti
penggaris, rapido, mesin gambar dan lain-lain. Sedangkan juru gambar digital menggambar dengan
komputer dan hasil kerjanya dapat berbentuk file atau hasil cetak. Penggambaran dengan komputer
masih dibedakan lagi berdasarkan software penggambaran yang dipakai, misalnya AutoCAD dan
sejenisnya, ArchiCAD dan lain-lain.
Penggambaran dengan kedua metode ini (manual dan digital) membutuhkan kemampuan
penggunaan alat yang jauh berbeda, di samping itu sikap kerja (attitude) di antara keduanya juga
sangat berbeda. Oleh karena itu pengelompokan unit kompetensi Gambar Bangunan sangat
ditentukan oleh faktor ini.
Namun demikian, ada hal-hal lain di luar kemampuan penggunaan alat yang merupakan
kemampuan atau pengetahuan umum yang semestinya dikuasai oleh kedua tipe juru gambar
tersebut. Untuk itu unit-unit ini dikelompokkan dalam unit kompetensi umum.
Untuk itu Unit-Unit Kompetensi Bidang Gambar Bangunan secara umum dibagi atas tiga kelompok
besar, yaitu:
Untuk memudahkan penyusunan kode (kodifikasi) untuk tiap-tiap unit kompetensi, penomoran
untuk masing-masing unit disesuaikan dengan sub-sub bidang yang ada, sebagaimana tabel di
bawah ini:
BGN.GXX.000 A
Versi Keluaran
Nomor Unit
AR : Arsitektur
ST : Struktur
PG : Produk Gambar
MG : Manajemen Gambar
AM : Alat Manual
GT : Gambar Teknik
AK : Alat Komputer
KU : Komputer Umum
GAMBAR
BANGUNAN
I. UMUM
I.1. MENGGAMBAR KONSTRUKSI
ARSITEKTUR
1. BGN.GAR.001 A Menggambar Konstruksi Lantai dari Keramik/ Ubin/ Parket
2. BGN.GAR.002 A Menggambar Konstruksi Bata/ Batako
3. BGN.GAR.003 A Menggambar Konstruksi Penutup Dinding/ Kolom dari Keramik/
Marmer/ Granit
4. BGN.GAR.004 A Menggambar Rencana Kusen dan Daun Pintu/ Jendela dari Kayu
5. BGN.GAR.005 A Menggambar Rencana Kusen dan Daun Pintu/ Jendela dari Aluminium
6. BGN.GAR.006 A Menggambar Konstruksi Finishing Tangga dari Beton
7. BGN.GAR.007 A Menggambar Konstruksi Tangga dan Railing dari Kayu
8. BGN.GAR.008 A Menggambar Konstruksi Tangga dan Railing dari Besi/ Baja
STRUKTUR
1. BGN.GST.002 A Menggambar Konstruksi Pondasi Dangkal Telapak dari Beton Bertulang
2. BGN.GST.003 A Menggambar Rencana Pondasi Dalam
3. BGN.GST.004 A Menggambar Rencana Penulangan Basement
4. BGN.GST.005 A Menggambar Rencana Pelat Lantai
5. BGN.GST.006 A Menggambar Rencana Penulangan Tangga dari Beton Bertulang
6. BGN.GST.007 A Menggambar Rencana Balok dan Kolom dari Beton Bertulang
7. BGN.GST.008 A Menggambar Konstruksi Rangka Atap Sistem Kuda-Kuda dari Kayu
8. BGN.GST.009 A Menggambar Konstruksi Rangka Atap Sistem Kuda-Kuda dari Baja Pelat
Siku
9. BGN.GST.010 A Menggambar Rencana Pelat Atap Datar dari Beton Bertulang
Jenjang kualifikasi juru gambar/ drafter di dalam dunia industri konstruksi terutama di kalangan
konsultan masih sangat beragam. Keberagaman jenjang kenaikan jabatan ini disebabkan oleh
banyak faktor, dan yang paling utama adalah perbedaan struktur organisasi dari masing-masing
konsultan. Di samping itu penamaan dari jabatan-jabatan tersebut juga cukup beragam, bahkan
deskripsi kerjanya juga relatif beragam, bahkan terkadang masuk ke jalur yang lain, seperti quantity
surveyor atau engineer.
Salah satu jenjang kualifikasi yang banyak ditemukan di dalam dunia profesi juru gambar adalah
sebagai berikut:
Juru Gambar/ Drafter Muda, adalah juru gambar dengan pemahaman perangkat lunak
menggambar teknik (AutoCAD atau sejenisnya) dan memiliki kemampuan menggambar
dengan cepat sesuai draft dan bertanggung jawab dengan baik pada pekerjaannya serta
mampu bekerjasama.
Juru Gambar/ Drafter Senior, adalah juru gambar dengan pemahaman perangkat lunak
menggambar teknik (AutoCAD atau sejenisnya) yang lebih baik, yang mampu
memanfaatkan library gambar dengan baik, memiliki pemahaman teknik gambar satu
disiplin tertentu (arsitektur, struktur, mekanikal atau elektrikal) bertanggung jawab dengan
baik pada pekerjaannya dan mampu membimbing bawahannya.
Juru Gambar/ Drafter Kepala, adalah juru gambar yang mampu mengelola pekerjaan dan
bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan kelompoknya. Kelebihan lain dari juru gambar
senior adalah pemahaman teknik gambar berbagai disiplin (arsitektur, struktur, mekanikal
dan elektrikal).
Juru Gambar/ Drafter Desain adalah juru gambar yang diperbantukan dalam proses desain,
terutama pada penuangan ide-ide arsitek/ engineer ke dalam gambar terukur. Juru gambar
ini harus memiliki kemampuan pengelolaan pekerjaan dan pemahaman prinsip desain dan
penerapannya dalam gambar teknik.
Kepala Studio, adalah jenjang kualifikasi juru gambar tertinggi yang bertanggung jawab
terhadap hasil kerja studio.
Trainee Drafter, adalah jenjang kualifikasi juru gambar terendah yang hanya memiliki
kemampuan gambar terbatas, yaitu pada keterampilan penggunaan alat gambar manual atau
kemampuan komputer dengan software terbatas.
Tracer Drafter, adalah juru gambar yang memiliki kemampuan penggunaan alat gambar
(baik manual maupun digital) dan mampu membuat gambar-gambar dari sketsa berskala,
baik dengan skala sama maupun berbeda.
Juru Gambar/ Drafter Detail Junior, adalah juru gambar yang memiliki kemampuan dan
keterampilan untuk membuat gambar-gambar jadi dari sketsa-sketsa berskala atau data lain
(brosur/ buku referensi/ dan lain-lain) dengan baik dan benar. Juru gambar ini juga
mempunyai pengetahuan untuk memulai dan menambahkan detail-detail konstruksi
sederhana yang tidak diberikan oleh atasan atau engineer.
Juru Gambar/ Drafter Detail Senior, adalah juru gambar yang memiliki kemampuan untuk
mengatur tata letak gambar, mempunyai kemampuan menggambar konstruksi bangunan
yang umum dipakai. Juru gambar ini juga memiliki kemampuan untuk menghimpun
informasi yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas.
Juru Gambar/ Drafter Desain, adalah juru gambar yang mempunyai kemampuan dan
keterampilan mengembangkan sketsa atau gagasan yang diberikan oleh arsitek atau engineer
menjadi suatu gambar yang lengkap dan benar, serta memahami prinsip-prinsip berbagai
disiplin ilmu lain seperti struktur, elektrikal dan mekanikal.
Juru Gambar/ Drafter Kepala (Job Captain), adalah juru gambar yang menuntut
kemampuan manajerial dalam mengelola kerja penggambaran dalam suatu proyek dan
memiliki bekal pengetahuan konstruksi bangunan yang mendalam dan memahami prinsip-
prinsip berbagai disiplin ilmu lain seperti struktur, elektrikal dan mekanikal.
Kepala Studio, adalah level kualifikasi juru gambar tertinggi di dalam suatu konsultan yang
menuntut kemampuan manajerial dalam mengelola kerja penggambaran dalam suatu studio
(beberapa proyek sekaligus) dan memiliki bekal pengetahuan konstruksi bangunan yang
mendalam dan memahami prinsip-prinsip berbagai disiplin ilmu lain seperti struktur,
elektrikal dan mekanikal.
Perbedaan kedua pola pembagian jenjang kualifikasi juru gambar di atas terletak pada pemecahan
juru gambar muda pada pola pertama menjadi tiga jenjang kualifikasi juru gambar pada pola kedua,
yaitu: trainee drafter, tracer drafter juru gambar detail junior. Peletakan jenjang juru gambar desain
Penguasaan unit-unit kompetensi seorang juru gambar didasarkan pada peralatan gambar yang
digunakan. Beberapa juru gambar masih menggunakan peralatan gambar manual, sedangkan yang
lain telah menggunakan alat bantu komputer beserta perangkat lunak penggambaran. Namun
demikian ada unit kompetensi yang bersifat umum yang harus dikuasai, baik oleh juru gambar
manual maupun digital. Oleh karena itu semisal Juru Gambar Muda Manual harus menguasai unit-
unit yang berada pada kolom umum dan manual, sedangkan Juru Gambar Muda Digital harus
menguasai unit-unit yang berada pada kolom umum dan digital. Pemaketan/ pengkomposisian unit-
unit kompetensi dalam jenjang kualifikasi secara lengkap adalah sebagai berikut:
BGN.GGT.001 A
BGN.GGT.002 A
BGN.GGT.003 A
BGN.GGT.004 A DTA.MNT.101.(1).A
BGN.GGT.005 A DTA.MNT.102.(1).A
BGN.GGT.006 A BGN.GKU.001 A
Trainee Drafter BGN.GGT.007 A
Juru Gambar Muda BGN.GGT.008 A BGN.GAK.001 A
BGN.GGT.009 A BGN.GAK.003 A
BGN.GGT.010 A
BGN.GGT.011 A
BGN.GGT.012 A
BGN.GGT.013 A
BGN.GGT.014 A
BGN.GGT.015 A
BGN.GGT.016 A
BGN.GGT.017 A
BGN.GGT.018 A
BGN.GGT.019 A
BGN.GGT.020 A
BGN.GPG.001 A
Tracer Drafter BGN.GAK.005 A
BGN.GMG.012 A
BGN.GMG.006 A
BGN.GMG.007 A
BGN.GMG.008 A
BGN.GAR.011 A
BGN.GST.003 A
BGN.GST.004 A
BGN.GST.009 A
BGN.GST.010 A
BGN.GAK.004 A
Juru Gambar Juru Gambar Detail
BGN.GPG.002 A BGN.GAK.006 A
Senior Senior BGN.GAK.007 A
BGN.GPG.003 A
BGN.GPG.004 A
BGN.GPG.005 A
BGN.GMG.003 A
BGN.GMG.004 A
BGN.GMG.005 A
BGN.GMG.001 A
Juru Gambar Juru Gambar BGN.GMG.002 A
Kepala Kepala BGN.GMG.009 A
BGN.GMG.010 A
Posisinya sangat tergantung struktur organisasi perusahaan, memiliki
Juru Gambar Juru Gambar
kemampuan yang lebih ditekankan pada kemampuan pengembangan desain
Desain Desain atas dasar pengalaman
Profesi juru gambar bangunan biasanya diisi oleh tenaga kerja lulusan Sekolah Menengah
Kejuruan, terutama untuk alokasi gambar teknik bangunan (gambar kerja). Namun demikian di
beberapa perusahaan/ konsultan, penerimaan juru gambar disyaratkan memiliki gelar sarjana, baik
dari bidang arsitektur maupun teknik sipil, dengan harapan dapat menangani pekerjaan dari proses
membantu perencanaan/ perancangan hingga produksi gambar kerja.
Hubungan antara jenjang kualifikasi dengan jenjang pendidikan dapat digambarkan dalam tabel
berikut ini:
Jenjang kualifikasi juru gambar muda atau detail junior seharusnya dapat diisi oleh lulusan SMK
karena menuntut keterampilan penggunaan alat manual atau digital dan pengetahuan konstruksi
yang umum dipakai untuk mempermudah penyelesaian tugas. Level pendidikan di bawahnya atau
dari bidang lain dapat masuk di dalam kualifikasi trainee drafter atau tracer drafter asalkan
memiliki keterampilan penggunaan alat manual atau digital. Sedangkan jenjang kualifikasi juru
gambar desain atau kepala studio lebih baik bila diisi oleh juru gambar yang berpengalaman atau
oleh kualifikasi lulusan sarjana, karena unsur pengetahuan teknis dan manajerial sangat diperlukan
dalam penyelesaian tugasnya.
Pedoman ini merupakan acuan dalam pelaksanaan pengujian dan sertifikasi kompetensi oleh
Lembaga/ Unit Sertifikasi Kompetensi Personel/ Profesi, agar dalam melaksanakan pengujian selalu
mengikuti prinsip-prinsip dasar pengujian, taat azas dan absah serta dapat dipertanggungjawabkan.
KOMPETENSI adalah kemampuan individual/ orang perorangan untuk mengerjakan suatu tugas/
pekerjaan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap, sesuai unjuk kerja yang
dipersyaratkan. Dalam perkembangan teori belajar Benyamin Bloom’s dikembangkan lebih lanjut
bersama para pakar psikologi pendidikan, yang kemudian menghasilkan suatu konsep awal Standar
Kompetensi. Standar kompetensi adalah pernyataan-pernyataan mengenai pelaksanan tugas/
pekerjaan di tempat kerja yang digambarkan dalam bentuk hasil keluaran (output) ‘Apa yang
diharapkan dapat dilakukan oleh pekerja’, yang meliputi:
Standar Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan yang harus dimiliki seseorang/
orang perorangan untuk melakukan suatu tugas/ pekerjaan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan,
keterampilan dan didukung sikap kerja serta penerapannya di tempat kerja yang mengacu pada
unjuk kerja yang dipersyaratkan. Standar Kompetensi tidak berarti hanya kemampuan
menyelesaikan suatu tugas, tetapi dilandasi pula bagaimana serta mengapa tugas itu dikerjakan.
Dengan kata lain standar kompetensi meliputi faktor-faktor yang mendukung, seperti pengetahuan
dan kemampuan untuk mengerjakan suatu tugas dalam kondisi normal di tempat kerja serta
kemampuan mentransfer dan menerapkan kemampuan dan pengetahuan pada situasi dan
lingkungan yang berbeda.
Dengan dikuasainya standar kompetensi tersebut oleh seseorang/ orang perorangan, maka yang
bersangkutan akan mampu:
Hasil akhir suatu pelaksanaan pengujian sebagai bagian dari penilaian/ pengujian sertifikasi adalah
untuk konfirmasi atau jaminan bahwa seseorang dapat melaksanakan suatu tugas di tempat kerja
sesuai dengan standar yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi sektor industri/ usaha yang
relevan.
Peran sistem pengujian adalah sebagai acuan prinsip-prinsip, metode pengujian, dan aturan-aturan
pelaksanaan penilaian/ pengujian sertifikasi yang dibutuhkan agar proses penilaian/ pengujian dapat
dijamin berdasarkan Standar Kompetensi, dilaksanakan secara adil, valid, dan konsisten.
Dalam melaksanakan pengujian harus memenuhi prinsip-prinsip dapat dipercaya, fleksibel, adil,
dan valid, oleh karena itu:
Agar dapat dipercaya, maka metode dan prosedur pengujian harus meyakinkan, sehingga
Standar Kompetensi dapat dilaksanakan secara konsisten.
Agar fleksibel, maka pengujian harus dapat dilaksanakan di studio gambar/ tempat kerja, di
kelas, atau perpaduan dari keduanya, serta memberikan keleluasaan tentang: bagaimana,
dimana, dan kapan kompetensi tersebut dicapai/ diperoleh.
Agar adil, maka pengujian tidak boleh ada pembedaan perlakuan antara satu peserta dengan
lainnya.
Agar valid, pengujian harus menguji apa yang seharusnya ditetapkan untuk diuji. Bukti-
bukti yang berkaitan dengan standar yang diujikan harus dikumpulkan secara seksama.
Beberapa prinsip pengujian berikut ini juga perlu diikuti bila menyelenggarakan pengujian dan akan
menjadi acuan dalam mengkaji ulang sistem pengujian itu sendiri. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
Proses yang transparan: penguji dan peserta ujian harus sama-sama mengetahui dan
menyadari apa yang akan diujikan, serta proses dan prosedur pelaksanaannya. Peserta ujian
juga harus menyadari bahwa yang bersangkutan memiliki hak sanggah bila merasa tidak
diperlakukan sesuai dengan aturan yang diberlakukan.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan bukti-bukti harus tepat dalam konteks dengan penguji
dan yang diuji. Metode-metode tersebut meliputi:
Bahan acuan untuk pengujian kompetensi adalah standar kompetensi yang ditetapkan dan
diberlakukan oleh instansi/ institusi yang berwenang. Standar kompetensi tersebut memberikan
uraian secara rinci tentang kompetensi berdasarkan pada tingkat kesulitan dan cakupan pekerjaan
yang dapat ditanganinya, serta kemungkinan pelaksanaannya di dalam atau di luar tempat kerja (on
or off the job).
Pengujian atau penilaian terhadap angkatan kerja dan atau tenaga kerja dilakukan oleh tim penilai/
asesor, yang diangkat dan diberi tugas oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi Personel.
Penilai/ asesor yang ditunjuk harus memenuhi persyaratan kualifikasi minimal, antara lain:
2. Harus mempunyai prosedur dan petunjuk tata cara pengambilan dan pengumpulan
bukti-bukti tentang kompetensi. Dalam hal ini:
o Kapan dilakukan pengumpulan bukti-bukti.
o Dimana dilakukan pengumpulan bukti-bukti.
o Siapa yang mengumpulkan.
3. Menentukan standar.
Ada 3 standar penting, yaitu kuantitas, kualitas dan tingkat kesalahan.
Ada 2 tahap penilaian, yaitu pengumpulan bukti-bukti dan penilaian.
Penilaian kompetensi meliputi:
o Pengembangan kriteria pelaksanaan.
o Pengembangan kriteria penilaian.
o Pengumpulan bukti-bukti.
o Penilaian.
Pertanggungjawaban:
o Apa yang dapat dikatakan penilaian yang dapat dipercaya dalam konteks penilaian
kompetensi.
o Pertanggungjawaban dapat berarti pula adanya kesamaan hasil penilaian yang
dilakukan penilai yang satu dengan penilai yang lain atau bila penilaian dibuat oleh
penilai yang sama pada hari yang lain (berikutnya).
o Menjaga kerahasiaan tentang orang yang dinilai adalah hal yang perlu
dipertanggungjawabkan oleh penilai.
o Untuk meningkatkan pertanggungjawaban maka perlu:
Pembentukan kriteria yang objektif dan disetujui
Pengukuran ulang
Banyak pelatihan dan kegiatan penilaian bagi penilai
5. Efektivitas biaya:
Untuk meningkatkan pertanggungjawaban penilaian, umumnya melibatkan banyak orang
dalam proses pengujian dan penilaian dan sering terjadi pengulangan pengujian/
penelaahan berkali-kali untuk mendapatkan data yang akurat, tetapi manfaat ini
menyebabkan biaya meningkat. Untuk itu perlu meningkatkan pertanggungjawaban,
tanpa pengeluaran biaya yang tidak perlu, dengan tetap memperhatikan efektivitas biaya.
6. Metode penilaian:
Penilaian harus berhubungan erat dengan penampilan kerja dalam pekerjaan (untuk ini
diperlukan waktu dan latihan bagi penilai). Hal ini harus menjadi pernyataan-pernyataan
yang objektif dan kriteria penilaian yang membuat pernyataan objektif tersebut dapat
diukur.
8. Pemeliharaan standar:
Standar-standar yang dipakai dijaga/ dipelihara bukan berarti statis, tetapi dinamis sesuai
dengan perkembangan/ perubahan yang terjadi.
Menerapkan suatu pendekatan terpadu terhadap penilaian kompetensi sebagai kemampuan yang
dapat diambil serta paduan berbagai macam pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk dipakai/
diterapkan di tempat kerja.
KRITERIA PRESTASI: penilaian akan efektif bila seluruh penilai memahami dengan benar dan
konsisten tentang kriteria prestasi.