Anda di halaman 1dari 17

KINESIOTAPING DAN PENGGUNAANNYA UNTUK KOREKSI POSTUR

Oleh: Ari Sudarsono*) **)

I. PENDAHULUAN
Tubuh yang sehat memerlukan postur tubuh yang baik dan benar. Postur tubuh yang
baik dan benar dapat meningkatkan fungsi kaki dan tangan dengan baik, mengurangi
jumlah energi yang digunakan, mempertahankan keseimbangan, memperluas ekspansi
paru, dan memingkatkan sirkulasi renal dan gastrointestinal dan lain-lain.
Definisi postur tidak terbatas namun umunya postur dinyatakan sebagai posisi atau sifat
tubuh yaitu suatu pengaturan relatif dari bagian tubuh untuk aktifitas tertentu. Kata
“posture” berasal dari bahasa latin “ponere”, yang artinya "menempatkan/
meletakkan." Postur tubuh merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh
(persendian, tendon, ligamen, dan otot). Kesejajaran tubuh atau postur merupakan
istilah yang sama dengan posisi sendi, tendon, ligament, dan otot ketika posisi berdiri,
duduk, dan berbaring. Kesejajaran tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada
struktur muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot secara adekuat, dan menunjang
keseimbangan.
Suatu penyakit atau gangguan tertentu bisa menyebabkan kelainan postur tubuh
demikian juga sebaliknya. Di dalam praktik fisioterapi banyak sekali pasien yang datang
dengan keluhan muskuloskeletal dan saraf yang sebenarnya berasal dari gangguan
postur atau ketidak seimbngan panjang dan tonus otot (muscle imbalance) dan tidak
sedikit pula yang datang karena memang masalah utamanya pada postur tubuh yang
tidak normal (kebanyakan kasus skoliosis)

II. ANALISA POSTUR


Analisa Postur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Analisa postur statik
Analisa postur statik adalah analisa postur pada saat tubuh tidak bergerak dalam
posisi tertentu seperti berdiri, duduk dan tidur.
2. Analisa Postur Dinamik

*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III


**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
Analisa postur dinamik adalah analisa postur pada saat tubuh bergerak dalam posisi
tertentu seperti berjalan, berlari, duduk ke berdiri, berdiri ke duduk dan
sebagainya.
Baik analisa statik dan dinamik dapat dilakukan dengan dua metode yaitu:
a. Metode Manual
Metode ini yang selalu dilakukan di praktik klinik yaitu analisa postur statik
yang diawali dengan inspeksi secara general pada posisi tertentu (berdiri,
duduk) dan menggunakan alat bantu plumb line serta papan/ kertas berpola
kotak diamati dari depan, belakang dan samping.
Pada posisi berdiri:
Dilihat dari depan/ belakang (A/P): Plumb line harus melalui midline tubuh
membaginya secara simetris menjadi separuh kanan dan kiri yang
mengindikasikan distribusi berat yang merata pada sisi kiri dan kanan.
Shoulder dan pelvis harus dalam garis lurus antara kana dan kiri
Dilihat dari samping (sagittal): Plumb line harus melewati tengah telinga,
procesus odontoid C2, corpus vertebrae cervical, center dari glenohumeral
joint, corpus vertebrae lumbar, center dari acetabulum, sedikit posterior dari
patella, dan melalui tarsal kaki di depan maleolus
Setelah melakukan analisa secara general dilanjutkan dengan analisa postur
secara spesifik yaitu per bagian misal leher, shoulder, scapula, lutut dan lain-
lain yang biasanya dibantu dengan alat lain misal gonimmeter dan meteran
kain.
Pada posisi duduk:
Inspeksi dari samping: Pelvis diasumsikan sedikit posterior tilting dengan
Spina Iliaka Posterior Inferior (SIPI) pada bidang horizontal yang sama dengan
ramus pubis superior.

*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III


**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
b. Metode alat/ mesin
Pada analisa postur dengan alat ada beberapa cara:
1. Menggunakan foto rontgen (roentography)
2. Menggunakan alat/ software analisa gerak 3D
Dengan sistem blurtooth
3. Rasterstereography
Seperti rontgen tapi bukan radiasi ion sehingga aman dan dipakai pada
trunk saja. Otomatis menampilkan tonjolan tulang seperti C7, ASIS, dll.
4. Menggunakan foto/ kamera
Menggunakan kamera biasa dan menempelkan benda yang berpendar
pada bagian tubuh tertentu yang ingin diamati

*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III


**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
III. GANGGUAN POSTUR
Gangguan Postur dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. Sindrom nyeri postural
Ini adalah gangguan postur berupa malalignment postur dari postur normal namun
tidak ada keterbatasan struktural (tidak ada abnormalitas muskuloskeletal). Ada
nyeri karena penekanan berlebih secara mekanik pada salah satu sisi namun dapat
menghilang dengan aktifitas atau perubahan posisi.
Penyebabnya bisa karena kebiasaan postur yang tidak baik, kurang latihan atau
idiopatik
2. Disfungsi postural
Adalah kondisi postur yang tidak normal dikarenakan adaptasi dari pemendekan
jaringan lunak atau kelemahan otot sehingga menimbulkan ketidakseimbangan
pada kekuatan dan fleksibilitas struktur muskuloskeletal. Sehingga dapat dikatakan
ini adalah bentuk progresif dari Sindrom nyeri postural
Beberapa gangguan postural yang sering terjadi
a) SIDE/ LATERAL VIEW
1. Kepala dan leher:
Kesalahan postur umum meliputi:
* Forward Head: Dapat disebabkan karena:
- Lordosis servikal berlebihan.
- Otot ekstensor leher, upper trapezius, dan levator skapula kaku.
- Otot fleksor leher memanjang / terulur.
* Flattened lordotic cervical curve: plumb line merentang ke anterior dari
corpus vertebral. Dapat disebabkan oleh:
- Otot extensor dan posterior cervical ligaments and extensor overstretched
- Otot cervical flexor yang kaku.
* Excessive Lordotic curve: plumb line merentang ke posterior dari corpus
vertebral. Dapat disebabkan karena:
- Overstretched ligamen longitudinal anterior.
- Ketegangan ligamen posterior dan otot-otot extensor leher.
- Otot levator scapulae yang terulur.

*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III


**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
2. Shoulder:
Kelainan yang umum meliputi:
* Forward shoulders: Processus acromion terletak anterior terhadap plumb
line; scapulae abduksi. Dapat disebabkan karena:
- Pectoralis major dan minor yang kaku, otot-oto serratus anterior dan
intercostal.
- Kifosis thoraks yang berlebih dan forward head.
- Kelemahan extensor thoraks, otot middle trapezius dan rhomboid.
- Otot middle dan lower trapezius yang memanjang.

3. Thoracic vertebrae:
Kelainan yang umum meliputi:
* Kyphosis: Peningkatan konveksitas posterior dari vertebra. Dapat
disebabkan karena:
- Kompresi diskus intervertebralis ke arah anterior.
- Otot extensor thoraks, trapezius middle dan lower yang memanjang
- Ketegangan ligamen longitudinal anterior, otot upper abdominal dan
otot-otot dada sisi anterior.
* Pectus excavatum (Funnel chest): Depression dari sisi anterior thorax
dan sternum.
* Barrel chest: Peningkatan diameter rib cage dari antero-posterior.
* Pectus cavinatum (Pigeon chest). sternum menonjol ke arah anterior
dan bawah.

4. Lumbar vertebrae:
Kelainan yang umum meliputi:
* Lordosis: Hyperextensi lumbar vertebrae. Dapat diakibatkan karena:
- Anterior pelvic tilt.
- ligamen longitudinal ant dan otot lower abdominal yang terulur.
- Ketegangan ligamen longitudinal posterior, otot extensor pinggang
dan hip flexor.
* Sway back: lumbar vertebrae yang rata (pelvis mengarah ke depan).
*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
Dapat disebabkan karena:
- Posterior pelvic tilt.
- ligamen hip anterior terulur – hip hyperextended.
- Compression vertebrae ke arah posterior.
- ligamen longitudinal posterior, otot back extensors dan hip flexors
terulur.
* Flat back: Dapat disebabkan karena:
- Posterior pelvic tilt.
- Ketegangan otot hamstring.
- Kelemahan otot hip flexor.
- Ligamen posterior longitudinal yang terulur.

5. Pelvis and hip:


Kelainan yang umum meliputi:
* Anterior pelvic tilt. spina iliaka anterior superior (SIAS) terletak anterior
terhadap symphysis pubis. Dapat disebabkan karena:
- Peningkatan Lordosis lumbar dan Kyphosis Thoraks.
- Compression vertebrae ke arah posterior.
- Otot abdominal, sacro-tuberous, ligamen sacroiliac dan sacro-spinous
terulur.
- Ketegangan hip flexors.
* Posterior pelvic tilt. symphysis pubis terletak anterior terhadap SIAS.
Dapat disebabkan karena:
- Sway back dengan kyphosis thoracic.
- Compression vertebrae ke arah anterior.
- Otot Hip flexors, lower abdominal dan joint capsule yang terulur.
- Ketegangan otot hamstring.

6. Knee:

*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III


**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
Kelainan yang umum meliputi:
* Genu recurvatum: Lutut hyperextensi dan tekanan gravitasi terletak jauh
ke depan dari axis sendi. Dapat disebabkan karena:
- Ketegangan otot quadriceps, gastrocnemius dan soleus.
- Otot popliteus dan hamstring terulur pada sisi sendi lutut.
- Bentuk tibial plateau.
* Flexed knee:

7. Ankle:
Kelainan yang umum meliputi:
* Forward posture: Plumb line terletak posterior terhadap tubuh; berat
badan tubuh tertumpu pada kepala metatarsal. Dapat disebabkan oleh:
- Dorsifleksi ankle dengan inklinasi ke depan tungkai; otot-otot sisi
posterior terulur.
- Ketegangan otot-otot sisi dorsal.
- Otot-otot trunk sisi Posterior tetap berkontraksi.

b) Posterior view
1. Head and neck:
Kelainan yang umum meliputi:
* Head tilt: Kepala lebih berat ke salah satu sisi.
* Head rotated

2. Shoulder dan scapula:


Kelainan yang umum meliputi:
* Dropped shoulder: Salah satu sisi shoulder lebih rendah dari yang lain.
Dapat disebabkan karena:
- Sisi tangan yan dominan (sisi dominan, shoulder lebih rendah).
- Otot Lateral trunk memendek dan hip tinggi dan adduksi.
- Ketegangan otot rhomboid dan latissimus dorsi.
* Elevated shoulder: Salah satu sisi shoulder lebih rendah dari yang lain.

*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III


**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
Dapat disebabkan karena:
- Ketegangan otot upper trapezius dan levator scapulae pada satu sisi ;
hypertrophy dapat terlihat pada sisi yang dominan.
- Otot lower trapezius dan pectoralis minor memanjang dan lemah.
- Scoliosis vertebra thoracalis.
* Shoulder medial rotation: medial epicondyle humerus mengarah ke
posterior. Dapat disebabkan karena:
- Keterbatasan sendi pada lateral rotation.
- Ketegangan otot medial rotator.
* Shoulder lateral rotation:
* Adducted scapulae:
* Abducted scapulae:
* Winging of the scapulae:

3. Trunk:
Kelainan yang umum meliputi:
* Lateral deviation (Scoliosis): processes spinous vertebrae ke arah lateral
terhadap midline trunk.
- otot-otot Intrinsic trunk memendek pada satu sisi.
- otot-otot Intrinsic trunk memanjang pada sisi kontralateral
- Compression vertebra pada sisi konkaf.
- Perubahan struktural pada iga atau vertebrae.
- Leg-length discrepancy.
- Gangguan organ Internal.

4. Pelvis and Hip:


Kelainan yang umum meliputi:
* Lateral pelvic tilt:
* Pelvic rotation:
* Abducted hip
5. Knee:

*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III


**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
Kelainan yang umum meliputi:
 Genu varum: Segmen distal (tungkai) deviasi ke midline terhadap segmen
proximal (paha); Dapat disebabkan karena:
- Ketegangan otot medial rotator hip dengan hyper-extended knees, otot
quadriceps dan evertor kaki.
- Compression struktur medial sendi.
- Femoral retroversion.
- Ototo lateral rotator hip, popliteus dan tibialis posterior terulur.
 Genu Valgum: Dapat disebabkan karena:
- Ketegangan ilio-tibial band dan struktur sendi lutut sisi lateral.
- Femoral ante-version.
- struktur sedi lutut sisi medial terulur.
- Compression sisi lateral sendi lutut.
- Foot pronation.

6. Ankle and Foot:


Kelainan yang umum meliputi:
 Pes planus (Pronated):
 Pes Cavus (supinated):

c) Anterior View
1. Head and Neck:
Kelainan yang umum meliputi:
 Mandibular asymmetry: mandibula deviasi ke satu sisi. Dapat disebabkan
karena:
- Ketegangan otot pengunyah pada satu sisi.
- otot pengunyah pada sisi kontralateral terulur.
- Mal-alignment sendi temporo-mandibular.
- Mal-alignment gigi.

2. Shoulder:

*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III


**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
Kelainan yang umum meliputi:
 Clavicle and joint asymmetry: Dapat disebabkan karena:
- trauma sendi.
- Subluxation/dislocation dari sendi sterno-clavicular atau acromio-clavicular.
- fraktur klavicula.

3. Elbow:
Kelainan yang umum meliputi:
 Cubitus valgus:
 Cubitus varus:

4. Hip:
Kelainan yang umum meliputi:
 Lateral rotation:
 Medial rotation:

5. Knee:
Kelainan yang umum meliputi:
 External tibial torsion: Normalnya, ujung distal tibia rotasi ke lateral 25° dari
ujung proximal. Rotasi lebih dari 25 adalah peningkatan lateral tibial torsion (ibu
jari ke arah luar). Dapat disebabkan karena:
- Ketegangan otot tensor fasciae latae muscle atau ilio-tibial band.
- mal-alignment tulang.
- Kerobekan Cruciate ligament.
- Femoral retroversion.
 Internal tibial torsion: Kaki lurus ke arah depan atau kedalam.
- Ketegangan otot medial hamstring dan gracilis.
- Deformitas struktural tibia (traumatic atau developmental).
- pronasi kaki.
- Genu valgus.
6. Ankle and Foot:

*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III


**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
Kelainan yang umum meliputi:
 Hallux valgus
 Claw toes:
 Hammer toes:

2) Sitting Posture
Hip and Pelvis:
Observation: pelvis diasumsikan posterior tilt dengan spina iliaka posterior inferior
dalam bidang horizontal yang sama dengan ramus pubis superior. Kelainan yang
umum meliputi:
 Posterior pelvic tilt: ramus pubis superior lebih superior terhadap spina iliaka
posterior inferior. Dapat disebabkan karena:
- Lumbar vertebrae flexi terlalu berlebih.
- Ketegangan otot hamstring.
- Otot extensor pinggang memanjang.
 Anterior pelvic tilt: ramus pubis superior lebih inferior terhadap spina iliaka
posterior inferior. Dapat disebabkan karena:
- Ketegangan otot extensor pinggang.
- Otot extensor hip memanjang.
- lordosis lumbar berlebih.

IV. KINESIOTAPING
Taping adalah sejenis plester yang digunakan untuk berbagi keperluan di dalam
penanganan cidera/ gangguan muskuloskeletal. Awalnya Taping yang dikenal adalah
Athletic taping yaitu taping yang kaku/ rigid dan digunakan untuk mencegah cidera dan
mengatasi cidera akut (dan bersifat sementara) pada atlet, misalnya untuk mencegah
dan menangani ankle sprain, tennis elbow hingga menghentikan perdarahan di kepala
akibat adanya robekan.
Karena tidak adanya unsur terapetik dan rehabilitatif maka seorang pengobat
tradisional dari Jepang bernama Kenzo Kase ingin menciptakan taping yang dapat
digunakan ketika di rumah oleh pasien dan tetap dapat memberi efek terapi. Sampai

*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III


**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
akhirnya di akhir tahun 1970-an beliau menciptakan taping yang elastis dan metode
pemakaiannya yang spesifik sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan mobilitas
otot dan ROM, bukan hanya membatasi ROM sebagaimana taping yang kaku.
Kinesiotaping memilki 4 fungsi fisiologis utama yaitu:
 Mengurangi nyeri atau rasa tidak nyaman dari kulit danotot
 Membantu otot dalam pergerakan
 Mengalirkan endapan cairan limfatik dibawah kulit
 Membantu mengkoreksi misalignment sendi
Kinesiotaping bekerja sebagai pengganti tangan kita sebagai terapis (tactile stimulation)
dengan cara menstimulasi reseptor yang ada di kulit. Jika tekanan ringan maka akan
merangsang merkel disk atau meissner sementara bila tekanan berat akan merangsang
ruffini atau pacinian. Jika kita mengaplikasikan taping dengan tekanan yang ringan maka
akan timbul konulasi (kerutan) sehingga terjadi dekompresi yang akan mengurangi
inflamasi dan mendorong pengaliran cairan oleh pembuluh limfe di kulit.
Tarikan pada taping juga berperan besar dalam menentukan efek terapi yaitu jika kita
memberikan tarikan ringan maka selain input sensori yang diteruskan juga akan
memberikan informasi ke jaringan di sekitar kulit antara lain fascia dan otot.
Aplikasi Kinesiotaping adalah dengan berbagai bentuk potongan (cut) yaitu:
a. I shape
b. Y shape
c. X shape
d. Fan/ Web Shape
e. Donut

Kinesiotaping bisa dipakai untuk koreksi:


*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
1. Otot
Dalam aplikasinya bisa dipakai untuk inhibisi ataupun fasilitasi otot. Jika kita
ingin memberikan efek fasilitasi otot maka arah taping harus dari arah origo ke
insersio karena kita mengharapkan efek balik (recoil effect) sebaliknya jika kita
mengharapkan efek inhibisi otot maka arah aplikasi tping dari inserio ke origo
2. Lymphatic Drainage
Dengan menggunakan potongan “fan shape” atau ‘web” dan dialirkan menuju
lymph node terdekat
3. Space Correction
Digunakan untuk mengurangi ketegangan struktur yang dapat mengakibatkan
nyeri atau inflamasi (misal pada Carpal Tunnel Syndrome)
4. Mechanical Correction
Digunakan untuk mengkoreksi struktur sendi yang tidak sesuai dengan
alignment normal baik yang disebabkan oleh jaringan otot atau jaringan
pembentuk sendi lainnya
5. Functional Correction
Digunakan untuk mengkoreksi bagian tubuh yang fungsi normalnya tidak
berjalan (misal droop foot atau drop hand)
6. Fascia Correction
Digunakan untuk mengkoreksi disfungsi gerak atau nyeri yang diakibatkan oleh
masalah pada fascia otot
7. Ligamen/ tendon Correction
Digunakan untuk mengkoreksi tendon (biasaya strain) atau ligamen yang lemah
(laxity), robek (sprain) atau terlau tegang
Besar Stretch/ tarikan Kinesiotaping:
1. Muscle (15 - 35%)
 Facilitation (15 - 35%)
 Inhibition (15 - 25%)
2. Space correction (10 - 35%)
 I strip (25 - 35%)
 Donut (15 - 25%)

*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III


**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
 Web cut (10 - 20%)
3. Lymphatic correction (0 - 20%)
In hematoma (0 - 10%)
4. Fascia Correction (10 - 50%)
 10 – 25% for superficial fascia
 25 – 50% for deepfascia
5. Mechanical Correction (50 - 75%)
6. Functional Correction (50 - 75%)
7. Ligament/ tendon Correction (50 - 100%)
 50 – 75% for tendon
 75– 100% for ligament
Persiapan melakukan Kinesiotaping:
 Cukur rambut jika mengganggu perlengketan
 Jangan ada minyak atau lotions pada kulit
 Jangan gunakan hair dryer pada taping
 Jika diperukan gunakan alkohol untuk membersihkan kulit
 Ukur panjang yang tepat – sesuai tarikan/ stretch yang diinginkan
 Gosok taping setelah applikasi untuk mengaktifkan perlengketan (adhesive)
 Assess – Tape – Reassess
 Selalu dokumentasikan setelah melakukan taping

V. KOREKSI BERBAGAI GANGGUAN POSTUR DENGAN KINESIOTAPING


1. FORWARD HEAD POSTURE
Asesemen:
ㄱ- Otot yang memendek/ kaku
ㄴ- Otot yang lemah/ overstretched
ㄷ- Kelainan struktur

Aplikasi :
Inhibisi otot yang memendek (levator Scapula dan Upper trapezius)

2. LORDOSIS
*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
Asesemen:
ㄹ- Otot yang memendek/ kaku
ㅁ- Otot yang lemah/ overstretched

Aplikasi :
Inhibisi otot yang memendek (cervicothoracic erector spine)
Fasilitasi otot yang lemah (levator scapulae)

3. KYPHOSIS
Asesemen:
ㅂ- Otot yang lemah/ overstretched

Aplikasi :
Fasilitasi otot yang lemah (Erector Spine)

4. SCOLIOSIS
*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III
**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
Asesemen:
ㅅ- Otot yang memendek/ kaku
ㅇ- Otot yang lemah/ overstretched

Aplikasi :
Inhibisi otot yang memendek
Fasilitasi otot yang lemah
Mechanical correction

*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III


**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)
5. UPPER CROSS & LOWER CROSS SYNDROME
Bagaimana Kinesiotaping pada kasus ini?

VI. PENUTUP
Kinesiotaping adalah ADJUNCTIVE THERAPY...! Jadi harus ada terapi yang utama.
Dalam kinesiotaping yang paling penting adalah Asesmen sehingga untuk kasus
yang sama, tapingnya belum tentu sama.
Setelah aplikasi taping harus dicatat dalam Medical Record kegunaannya, arah
dan besar tarikan supaya tidak terjadi kesalahan.

*) Dosen Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Jakarta III


**) KT Certified (KT1, KT2, KT3)

Anda mungkin juga menyukai