GANGGUAN GERAK
FUNGSIONAL PADA LANSIA
Oleh :
Filly Mamuaja
PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK
Pemeriksaan fungsi motorik pada lansia,
meliputi :
1. Pemeriksaan kekuatan otot
2. Pemeriksaan tonus otot
3. Pemeriksaan luas gerak sendi
4. Pemeriksaan postur
5. Pemeriksaan pola jalan
1. Pemeriksaan Kekuatan Otot
• Pemeriksaan kekuatan otot dapat
dilakukan dengan
– Pengujian otot secara manual MMT
– Menggunakan dinamometer
• Lansia yang tdk mampu mengkontraksikan
ototnya secara aktif dan volunter, tidak
tepat apabila diberikan MMT standar.
• Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan
MMT bertujuan :
– Membantu penegakkan diagnosa klinis
– Penentuan jenis terapi
– Jenis alat bantu yg diperlukan
– Prognosis.
• Hal-hal yg perlu diperhatikan saat pemeriksaan MMT
pd lansia :
– Pelaksanaan dan interpretasi hasil pemeriksaan dgn MMT pd
lansia harus disesuaikan dengan keadaan
– Penggunaan tahanan yg maksimal harus memperhatikan
kemampuan sistem yg lain seperti sistem kardiovaskuler dan
muskuloskeletal
– Penjelasan dan contoh gerakan harus lebih jelas dan diulang
– Jangan terlalu sering mengubah posisi krn mengakibatkan
kelelahan
– Semua otot yg diperiksa dlm satu posisi harus diselesaikan
terlebih dahulu baru kemudian beralih posisi.
– Dalam penentuan hasil nilai kekuatan otot, perlu diperhatikan
adanya gangguan / hambatan, mis.nyeri, kontraktur, spasme
dan koordinasi.
– Utk mencapai tujuan, terapi pencapaian nilai kekuatan otot
lansia disesuaikan dgn kebutuhan lansia, yaitu ditekankan
pada kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
• Prosedur pelaksanaan MMT
– Lansia diposisikansedemikian rupa shg otot mudah berkontraksi
sesuai dgn kekuatannya.
– Bagian tubuh yg di tes bebas dari pakaian yg menghambat
– Berikan penjelasan dan contoh gerakan yg dilakukan
– Stabilisasi diberikan pd segmen proksimal.
– Selama terjadi kontraksi gerakan yg terjadi diobservasi, baik
palpasi pd tendon atau perut otot
– Memberikan tahanan pd otot yg dpt bergerak dgn LGS penuh
dan dgn melawan gravitasi
– Melakukan pencacatan hasil MMT.
• Prosedur pemeriksaan menggunakan dinamometer
– Posisi lansia disesuaikan dengan kebutuhan
– Dinamometer dihubungkan dengan anggota tubuh yg akan
diperiksa
– Lansia diminta utk mengkontraksikan otot secara isometrik dgn
usaha maksimal
– Kontraksi dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval waktu 1
menit
– Kekuatan kontraksi rata-rata dari ketiga kontraksi yg telah
dilakukan.
2. Pemeriksaan Tonus Otot
• Pemeriksaan postur
dilakukan dengan cara
INSPEKSI pada posisi berdiri.
• Posisi yg baik / normal, jika
dilihat dari samping, pd
satu garis lurus adalah :
– Tampak telinga
– Akromion
– Trunk
– Trokanter mayor
– Patela bagian posterior
– Maleolus lateralis
…..Lanjutan pemeriksaan postur lansia
1. Heel strike
• Tidak terjadi dengan baik, kemungkinan terdapat kelemahan
otot dorsalflexor ankle atau pemendekan otot plantarflexor
ankle
• Bila lutut tdk bisa lurus, kemungkinan kelemahan otot extensor
lutut atau pemendekkan otot flexor lutut
• Bila sendi panggul tdk dpt flexi, kemungkinan penurunan
kekuatan otot flexor panggul atau pemendekkan otot extensor
panggul.
2. Mid-stance
• Bila tdk terjadi dengan baik, kemungkinan nyeri pada sendi
panggul, lutut dan ankle, kelemahan otot tungkai, terutama
extensor panggul, lutut dan plantarflexor ankle, atau
pemendekkan ototflexor panggul, lutut dan dorsalflexor ankle.
• Bila posisi goyang, kemungkinan gangguan sendi panggul,
lutut dan ankle atau nyeri pada sendi panggul, lutut dan ankle.
• Bila panggul jatuh ke arah homolateral, kemungkinan
kelemahan otot abduktor panggul.
3. Push off
• Bila push off tdk berlangsung dengan baik, kemungkinan
kelemahan plantar flexor ankle, pemendekkan plantar
flexor ankle atau pemendekan flexor panggul.
4. Ascelerasi
• Bila tdk berlangsung dgn baik, kemungkinan kelemahan
flexor lutut, kelemahan flexor panggul, pemendekkan
extensor lutut, atau pemendekkan extensor panggul.
5. Mid-swing
• Bila tdk berlangsung dengan baik, kemungkinan
kelemahan flexor panggul dan lutut, kelemahan
dorsalflexor ankle, pemendekan extensor panggul dan
lutut atau pemendekan plantarflexor ankle
6. Descelerasi
• Bila tdk berlangsung dgn baik, kemungkinan kelemahan
flexor panggul, kelemahan extensor lutut, pemendekan
extensor panggul dan flexor lutut.
PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK
• Pemeriksaan fungsi sensorik yang berkaitan dgn
lansia antara lain :
– Sensasi protektif (protopatik) :
• Nyeri superfisial
• Temperatur
• Sentuhan ringan
– Sensasi diskriminatif (epikritik)
• Taktil
• Diskriminasi 2 titik
• Kinestesia
• Proprioseptif
– Pemeriksaan nyeri, yg dilakukan dengan cara
• VAS (visual analog scale)
• VDS (verbal descriptive scale)
• Skala 5 tingkat.
• Dalam pemeriksaan fungsi sensorik dimulai dengan
pemeriksaan sensasi protektif kemudian diikuti
dengan pemeriksaan sensasi diskriminatif. Hal ini
dilakukan krn sensasi protektif merupakan respons yg
lebih primitif. Jika pemeriksaan menunjukkan adanya
gangguan respon protektif, kemungkinan besar juga
akan terjadi gangguan pd sensasi diskriminatif.
• Prosedur pengujian terdiri dari 2 komponen, yaitu
– Aplikasi stimulus
– Respons terhadap stimulus
• Selama pemeriksaan data yg harus dikumpulkan
meliputi tipe sensasi yg terkena, kuantitas atau
derajat kerusakan, lokalisasi, dan perasaan subyektif
pasien terhadap perubahan yang dialami.
• Peralatan yang diperlukan dalam pemeriksaan
sensorik
– Jarum yg berujung tajam dan tumpul
– Tabung reaksi
– Sikat bulu / kain katun
– Dermatom chart
PEMERIKSAAN FUNGSI SENSOMOTORIK
N AKTIVITAS NILAI
o BANTUAN MANDIRI
1. Makan 5 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya 5 – 10 15
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur, dan menggosok 0 5
gigi.
4. Aktivitas di toilet (menyemprot, mengelap) 5 10
5. Mandi 0 5
6. Berjalan di jalan yang datar (jika tdk mampu berjalan, lakukan dgn 10 15
kursi roda)
7. Naik turun tangga 5 10
8. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu 5 10
9. Mengontrol defekasi 5 10
10 Mengontrol berkemih 5 10
JUMLAH 100
2. Indeks Katz
• Untuk mengukur aktivitas fungsional yang mencakup 6
kemampuan aktivitas :
• Mandi
• Berpakaian
• Pergi ke toilet
• Berpindah
• Mengontrol defekasi dan berkemih
• Makan
• Klasifikasi hasil pemeriksaan
• A : mandiri, untuk 6 fungsi
• B : mandiri, untuk 5 fungsi
• C : mandiri, kecuali utk mandi dan 1 fungsi lain
• D : mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian dan 1 fungsi
lain
• E : mandiri, kecuali utk mandi, berpakaian, pergi ke toilet
dan 1 fungsi lain
• F : mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian, pergi ke toilet,
transfer dan I fungsi lain
• G : tergantung untuk 6 fungsi.
Indeks Katz :
Bantuan berarti aktivitas dilakukan dgn pengawasan, pengarahan, atau bantuan org lain
Mandiri berarti aktivitas dpt dilakukan tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan seseorg
Mandi
( ) dpt mengerjakan sendiri ( ) sebagian/ pd bagian tertentu ( ) sebagian besar /
dibantu seluruhnya dibantu
Berpakaian
( ) seluruhnya tanpa bantuan ( ) dapat mengerjakan sendiri ( ) seluruhnya dengan
kecuali mengikat sepatu bantuan
Pergi ke Toilet
( ) dpt pergi ke WC dan ( ) dpt pergi ke WC, tetapi ( ) tdk dpt pergi ke WC
dpt mengerjakan sendiri memerlukan bantuan
Berpindah
( ) tanpa bantuan ( ) dpt melakukan dgn bantuan ( ) tdk dpt melakukan
Makan (feeding)
( ) dpt melakukan tanpa ( ) dpt makan sendiri, kecuali ( ) seluruhnya dibantu
bantuan hal-hal tertentu
3. Indeks Kenny self-care
• Merupakan pertimbangan untuk menilai sarat minimal
kemandirian individu atau tempay lain dengan
lingkungan terbatas.
• Hal-hal yang akan dinilai, meliputi 7 kategori :
• Aktivitas di tempat tidur
• Berpindah
• Ambulasi
• Berpakaian
• Higiene
• Defekasi / berkemih
• Makan
• Skala penilaian
• 0 : ketergantungan penuh
• 1 : perlu banyak bantuan
• 2 : perlu bantuan sedang
• 3 : perlu bantuan minimal / pengawasan
• 4 : mandiri penuh
Hasil penilaian merupakan jumlah rata-rata tiap bidang
kemampuan.
Indeks Kenny self-care :
PINTU
• Pintu utama Lebar bukaan minimal 90 cm, pintu kurang
penting minimal 80 cm
• Sedapat mungkin dihindari ramp (perbedaan ketinggian)
• Daun pintu yang tidak dianjurkan :
• Pintu geser
• Pintu yang berat dan sulit dibuka/ditutup
• Pintu yang terbuka kekedua arah
• Pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil
• pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan
•Hindari bahan lantai licin disekitar pintu
TANGGA
• Dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran
seragam
• Kemiringan tangga kurang dari 60 derajat
• dilengkapi pegangan rambat (handrail) minimum
pada
salah satu sisi
• Handrail mudah dipegang dg ketinggian 65-80 cm
dari lantai
• Tidak ada air hujan yang menggenang (bila di
luar)
• tinggi anak tangga 15 – 19 cm, lebar pijakan 27-30
cm