HIP JOINT RM ALFIAN ST, M.Si (021922008) YUSUF WILDAN (021911004) DONI TRAESER (021911013) AMALINA ERFARANI (021911023) DIMAS ARYA (021911032) ATIKA SURI RUMASONA (021911040) Struktur Anatomi Hip
• Hip joint dibentuk oleh caput
femur yang kon-veks bersendi dengan acetabulum yang konkaf. • Hip joint adalah ball and socket (spheroidal) triaxial joint. • Acetabulum terbentuk dari penyatuan os ilium, ischium, dan pubis. • Seluruh acetabulum dilapisi oleh cartilago hyaline, & pusat acetabulum terisi oleh suatu massa jaringan lemak yang tertutup oleh membran synovial. • Jaringan fibrokartilago yang melingkar datar di acetabulum disebut dengan labrum acetabular, yang melekat disekeliling margo acetabulum. • Labrum acetabular menutup cartilago hyaline & sangat tebal pada sekeliling acetabulum dari- pada pusatnya hal ini menambah kedalaman acetabulum. • Acetabulum terletak di bagian lateral pelvis, menghadap ke lateral, anterior & inferior. • Hip joint diperkuat oleh kapsul sendi yang kuat, ligamen iliofemoral, pubofemoral, dan ischiofemoral. • Hip joint juga diperkuat oleh ligamen transver-se acetabular yang kuat & bersambung dengan labrum acetabular. • Ligamen teres femoris merupakan ligamen triangular yang kecil, melekat pada apex fovea capitis dekat pusat caput femur ke tepi ligamen acetabular. • Ligamen teres femoris berfungsi • Ligamen iliofemoral sebagai pe-ngikat caput femur ke bagian bawah acetabu-lum memperkuat kapsul sendi
dan memberikan stabilisator bagian anterior.
yang kuat didalam sendi • Ligamen pubofemoral terdiri (intraartikular). dari ikatan se-rabut yang kecil • Stabilisator bagian luar pada kapsul sendi bagian dihasilkan oleh 3 liga-men yang medial anterior dan bawah. melekat pada collum/neck femur • Ligamen ischiofemoral yaitu : ligamen iliofemoral, merupakan ligamen triangular pubofemoral & is-chiofemoral. yang kuat pada bagian • Ligamen iliofemoral disebut juga ligamen “Y”, karena arah belakang kapsul.
serabut mirip huruf Y terbalik.
Otot – otot Regio Hip • Hip joint diperkuat oleh otot-otot panggul dan paha. • Otot-otot panggul dan paha terdiri atas otot one-joint dan two joint Group Otot One-Joint Two-Joint Anterior Iliopsoas Rectus femoris Sartorius Medial Pectineus Gracilis Adductor magnus Adductor longus Adductor brevis Posterior Gluteus maximus Semimembranosus Deep rotator Semitendinosus Biceps femoris Lateral Gluteus medius Tensor fascia latae Gluteus minimus Gerakan Pada Hip • Karena hip joint merupakan triaxial joint maka terdapat 3 pasang gerakan yang terjadi pada hip joint. • Gerakan tersebut adalah fleksi – ekstensi, ab-duksi – adduksi, external rotasi – internal rotasi • Gerakan yang paling luas adalah fleksi hip dan yang paling terbatas adalah ekstensi/hipereks-tensi hip. A. ANAMNESIS
• Apakah pasien pernah mengalami trauma pada sendinya
• Apakah ada gejala dari nyeri ? • Berapa umur pasien • Menyangkut pekerjaan, hoby serta kebiasaan pasien • Ada pergerakan pasien yang di rasakan abnormal ? (Keterbatasan Gerak ) Contohnya, pada piriformis syndrome, saraf pada hip mungkin tertekan, otot piriformis halus dan abduksi hip, lateral rotasi mengalami kelemahan B. INSPEKSI Adapun hal-hal yang perlu di inspeksi adalah : • Postur tubuh pasien • Warna dan tekstur dari kulit • Apakah ada bekas luka • Pola berjalan • Adanya penyusutan yang nyata pada tungkai • Apakah posisi tungkai tidak simetris • Posisi tulang belakang Anterior View Posterior View • Perhatikan sikap berdiri • Posisi kedua tungkai • Perhatikan kedaan abnormal • Postur tulang belakang dari tubuh pasien dan kontur dari soft tissue pasien • Perhatikan apakah ada swelling • Atrofi otot ( otot – otot pada tungkai pantat, otot Quadriceps, • Posisi pelvic
• Apakah SIAS terletak pada garis Otot- otot tungkai
horisontal bawah, Otot Hamstring ) • Keadaan otot PEMERIKSAAN PADA REGIO HIP • Gerak TIMT untuk mengetahui kekuatan otot 1. Fleksi yang ditahan : bila gerakan ini menimbulkan rasa nyeri atau berkurangnya kekuatan otot, indikasi adanya gangguan pada m. iliopsoas. 2. Ekstensi yang ditahan : bila menimbulkan rasa nyeri adanya gangguan pada m. gluteus 3. Abduksi yang ditahan : indikasi adanya gangguan pada otot-otot abduktor 4. Adduksi yang ditahan : indikasi adanya gangguan pada otot-otot adduktor 5. Endorotasi dan eksoratasi yang ditahan indikasi adanya kelemahan pada otot- otot endorotator dan otot- otot eksorotator. FLEKSI YG DI TAHAN EKSTENSI YG DI TAHAN ADDUKSI YG DI TAHAN ABDUKSI YG DI TAHAN EKSOROTASI YG DI TAHAN ENDOROTASI YG DI TAHAN Squat and Bouncing •Untuk melihat irama gerakan, dan keterbatasan ROM •Pasien di minta melakukan jongkok berdiri kemudian fisioterapi memperhatikannya. •Jika pasien tidak mampu melakukan gerakan dari posisi berdiri ke posisi jongkok, indikasi adanya kelemahan pada otot Quadricep. •Apabila terjadi gerakan sebaliknya, indikasi terjadi kelemahan pada otot hamstring. Gaenslen’s Test Tujuan : tes untuk mengidentifikasi lesi sacroiliac jint ipsilateral, hip patologi atau lesi akar saraf L-4.
Prosedur tes : pasien terlentang dengan
satu tungkai hiperekstensi hip (pada tungkai yang di tes), sementara tungkai pasien satunya difleksikan dengan menahan knee melawan dada, fisioterapis meletakkan satu tangan untuk menstabilisasi pelvis pasien diatas SIAS dan tangan satunya menambah ekstensi hip pasien dengan menekan kearah lantai.
Positif tes : menimbulkan nyeri.
Interpretasi : positif tes mengindikasikan lesinsacroiliac joint ipsilateral, hip patologi atau lesi akar saraf L-4. Ely’s Test
• Tujuan : tes untuk
mengidentifiksi pemendekan muscle illiopsoas. • Prosedur tes : Posisi pasien prone lying lalu secara pasif fleksi knee, tangan fisioterapis memfiksasi distal tibia dan fibula dan fiksasi di pelvic. • Positif tes : terjadi hip fleksi. • Interpretasi : positif tes mengindikasikan pemendekan muscle illiopsoas. Hip Scour Test/ Quadrant Test • Tujuan : tes untuk mengidentifikasi arthritis, osteochondral defects, avascular necrosis atau acetabular labrum defects. • Prosedur tes : posisi pasien supine dengan fleksi hip dan knee , tangan fisioterapi memfiksasi knee dan distal tibia fibula pasien, kemudian lakukan adduksi dan external rotation hip. • Positif tes : terasa nyeri pada hip joint • Interpretasi : Positif tes mengindikasikan arthritis atau osteochondral defects atau avascular necrosis atau acetabular labrum defects. 90-90 Straight Leg Raise Test
• Tujuan : tes untuk
mengidentifikasi pemendekan m. Hamstring • Prosedur tes : Posisi pasien supine lying dengan full fleksi knee, kemudian pasien diminta aktif fleksi hip 900 dan ekstensi knee pada salah satu kaki. • Interpretasi : apabila knee fleksi lebih dari 20 derajat maka terindikasi adanya pemendekan m. Hamstring. Patrick/ Faber Test • Tujuan : tes untuk mengidentifikasi iliopsoas, sacroiliac atau abnormal dari hip joint • Prosedur tes : Posisi pasien supine lying lalu pasien diminta untuk fleksi knee, abduksi hip, dan external rotatsi hip, Fisioterapis memberikan fiksasi pada knee dan pelvic • Positif tes : adanya rasa nyeri tertarik dan tertusuk-tusuk pada iliopsoas, sacroiliac atau hip joint • Interpretasi : terasa nyeri tertarik tertusuk-tusuk mengindikasikan dari iliopsoas, sacroiliac atau abnormal dari hip joint Trendelenburg’s Test
• Tujuan : tes untuk
mengidentifikasi kelemahan pada muscle gluteus medius • Prosedur tes : Posisi pasien berdiri, Instruksikan pasien fleksi knee dextra dan pertahankan selama 10 detik. • Positif tes : pelvic tidak simetris. • Interpretasi : apabila pelvic tidak simetris mengindikasikan kelemahan pada m. digluteus medius. Piriformis Test • Tujuan : tes untuk mengidentifikasi pemendekan m. Piriformis dextra • Prosedur tes : Posisi pasien supine lying, fisioterapis memfiksasi pada SIAS dan knee dextra, flexi knee dextra, eksorotasi ditambah fleksi hip, kemudian mobilisasi patella kesisi kiri lalu tekan atau dorong ke bawah. • Positif tes : nyeri pada hip. • Interpretasi : Positif tes mengindikasikan pemendekan muscle piriformis dextra Thomas test • Untuk mengetahui luas kontraktur otot, dan untuk mengevaluasi Rom fleksi • Pasien tidur terlentang dengan pelvic dan trunk sejajar, kemudian tarik garis khayal diantara SIAS yg tegak lurus dgn axis tubuh • Stabilisasi pelvic dgn tangan dibawah lumbal spine + fleksi hip • Kemudian peganglah tungkai pasien yg satu pada dada, dan biarkan tungaki yg lain tetap dibawah hingga rata dgn bed. Ober Test • Pasien tidur miring • Abduksikan tungkai + fleksi knee 90 ˚, sambil memegang tungkai pasien • Kemudian lepaskan tungkai yg di abduksikan • Jika tractus iliotibia normal maka tungkai akan turun keposisi adduksi • Jika terjadi kontraktur pada fascia latae, maka tungkai akan tetap pada posisi abduksi • Indikasi adanya poliomyelitis Hip Abduction Stress Test • Tujuan : tes untuk mengidentifikasi sprain atau subluksasi sacroiliac joint. • Prosedur tes : posisi pasien terlentang, fisioterapis meletakkan kedua tangan masing- masing pada angkle pasien, pasien lalu meminta pasien untuk melakukan abduksi kedua hip secara kuat, sementara fisioterapis menahan gerakan yang terjadi dengan kedua tangan. • Positif tes : jika tes menimbulkan nyeri pada pelvic dekat SIPS • Interpretasi : positif tes mengindikasikan sacroiliac sprain atau subluksasi Daftar Pustaka
• Hoppenfeld stanley. 1976. physical examination of the spine
and extremities. Appleton century crofts, newyork • Maggie. J David. 1978. orthopedic physical assessment. W.B. Saunders Company, Canada • De wolf A.N, J.M.A Mens. 1994. pemeriksaan alat penggerak tubuh TERIMA KASIH