Anda di halaman 1dari 40

CORE STABILITY EXERCISE

OLEH
SUDARYANTO, S.ST.Ft, M.Fis
STABILITAS

• Struktur dikatakan stabil jika garis gaya gravitasi jatuh


dari pusat tubuh kedalam dasar tumpuan.
• Stabilitas dapat diperbaiki dengan merendahkan pusat
gravitasi atau meningkatkan dasar tumpuan.
• Dalam posisi tegak, tubuh dikatakan relatif unstabil jika
struktur tubuh berada tinggi dengan dasar tumpuan
yang kecil.
• Ketika pusat gravitasi jatuh diluar dasar tumpuan maka
struktur tubuh akan jatuh atau beberapa gaya harus
bekerja untuk mempertahankan struktur tetap tegak.
• Baik struktur inert (pasif) maupun struktur dinamik
akan menopang tubuh melawan gaya gravitasi dan gaya
eksternal lainnya.
• Struktur osseus dan ligamen yang pasif dapat memberi-
kan passive tension pada saat sendi mencapai akhir
ROM.
• Otot bekerja sebagai tali kabel yang dinamik dan ber-
tanggungjawab terhadap gangguan-gangguan yang
dihasilkan oleh gaya gravitasi atau gaya lainnya serta
memberikan stabilitas didalam ROM sehingga tidak
terjadi stress pada jaringan inert/pasif.
Stabilitas Postural Pada Spine

• Stabilitas spine dapat digambarkan sebagai 3 subsistem


yaitu :
– Struktur pasif (struktur inert ; tulang dan ligamen)
– Struktur aktif (otot)
– Kontrol neural
• Ketiga subsistem tersebut saling berhubungan satu
sama lain dan dapat dianggap sebagai stool 3 kaki ; jika
salah satu kaki tidak memberikan support maka dapat
mempengaruhi stabilitas secara keseluruhan.
• Instabilitas segmen spine seringkali terjadi akibat
kombinasi kerusakan jaringan, kekuatan atau daya tahan
otot yang kurang, dan kontrol neuromuskular yang jelek
Struktur inert/pasif ; pengaruhnya terhadap stabilitas

• Penjabi menjelaskan bahwa ROM pada salah satu


segmen dibagi kedalam 2 zone yaitu elastik zone dan
netral zone.
• Ketika segmen spine dalam posisi netral zone (midrange
/netral range) maka struktur inert (kapsul dan ligamen
sendi) akan memberikan tahanan pasif yang minimal
terhadap gerakan sehingga stabilitas yang dihasilkan
adalah minimal.
• Pada saat segmen spine bergerak kedalam elastik zone
maka struktur inert akan mengontrol sebagai tahanan
pasif terhadap gerakan tersebut  terjadi stabilitas.
• Selain memberikan stabilitas pasif saat membatasi
gerakan, receptor2 sensorik pada kapsul dan ligamen
sendi dapat memberikan rasa posisi dan perubahan
posisi.
• Stimulasi pada receptor2 tersebut dapat memberikan
feedback terhadap SSP sehingga mempengaruhi sistem
kontrol saraf.
Otot ; pengaruhnya terhadap stabilitas

• Peran aktivitas global muscle dan core muscle


– Otot-otot leher dan trunk tidak hanya bekerja sebagai prime-
mover atau sebagai antagonist terhadap gerakan yang diha-
silkan oleh gravitasi selama aktivitas dinamik tetapi otot-otot
tersebut juga penting sebagai stabilisasi spine.
– Tanpa aktivitas stabilisasi dinamik dari otot-otot trunk maka
spine akan kolaps dalam posisi tegak.
– Baik global muscle (otot superfisial) maupun core muscle
(otot deep) berfungsi untuk mempertahankan postur tegak.
– Global muscle merupakan otot multisegmental, sebagai tali
kabel yang besar dan bertanggung jawab terhadap beban
external yg terjadi pada trunk.
– Global muscle tidak mampu menstabilisasi segmen2 spine secara
individual, kecuali terjadi beban kompresi karena otot-otot
tersebut memiliki sedikit perlekatan atau tidak ada pada vertebra.
– Jika suatu segmen vertebra mengalami unstabil maka beban
kompresi dari global muscle dapat menyebabkan kondisi nyeri
karena adanya stress yang terjadi pada jaringan inert di akhir
lingkup gerak segmen tersebut.
– Core muscle (deep muscle) memiliki perlekatan segmental yang
bertanggung jawab terhadap arah gerakan.
– Core muscle dapat memberikan dynamic support pada setiap
segmen vertebra dan membantu mempertahankan stabilitas
setiap segmen shg jaringan inert tidak mengalami stress
mekanikal.
– Baik global muscle maupun core muscle memiliki peran yang
sangat penting didalam memberikan stabilitas terhadap
multisegmental spine.
• Kontrol otot pada lumbal spine
– Fokus penelitian baru-baru ini telah dilakukan terhadap peran
otot transversus abdominis dan multifidus sebagai core stabilizer.
– Kedua otot deep ini memiliki perlekatan segmental pada lumbal
spine sehingga mampu memberikan kontrol dan kekakuan secara
segmental.
– Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa serabut deep dari
multifidus dan transversus abdominis adalah otot pertama yg
menjadi aktif saat terjadi gangguan postural akibat gerakan
extremitas yang cepat.
Global muscle dan Core muscle Global muscle dan Core muscle
pada cervical pada lumbal
Global muscle Core muscle
Karakteristik : Karakteristik :
Superfisial ; lebih jauh dari axis gerak Deep ; lebih dekat dengan axis gerak
Melewati beberapa segmen vertebra Melekat pada setiap segmen vertebra
Menghasilkan gerakan dan memberikan Mengontrol gerak segmental ; fungsi
fungsi tali bubutan yang besar segmental tali bubutan
Menghasilkan beban kompresi dengan Memiliki persentase serabut tipe I yang
kontraksi yang kuat besar untuk muscle endurance
Regio lumbal : Regio lumbal :
Rectus abdominis Transversus abdominis
External dan internal obliques Multifidus
Quadratus lumborum (bagian lateral) Quadratus lumborum (bagian deep)
Erector spine Deep rotators
Iliopsoas
Regio cervical : Regio cervical :
Sternocleidomastoid Rectus capitis anterior dan lateralis
Scaleni Longus colli
Levator scapula
Upper trapezius
Erector spine
– Secara teoritis otot-otot deep lainnya berperan penting dalam
stabilitas segmental meskipun sulit diperiksa karena letaknya
yang sangat dalam seperti otot-otot intersegmental yaitu otot
rotator dan intertransversarii serta serabut deep quadratus
lumborum.
• Otot-otot abdominal :
– Otot rectus abdominis, external oblique, dan internal oblique
adalah otot-otot yang besar atau global muscle yang multi-
segmental dan penting sebagai stabilisasi spine melawan
gangguan postural.
– Otot transversus abdominis adalah otot abdominal yang
paling dalam dan merespon secara khas terhadap gangguan
postural  otot ini melekat kearah posterior pada vert
lumbal melalui lapisan posterior dan middle dari fascia
thoracolum-bal serta aksinya sebagai girdle support disekitar
abdomen dan vert lumbal.
– Hanya otot transversus abdominis yang aktif saat fleksi &
ekstensi trunk secara isometrik, sedangkan otot abdominal
lainnya akan menurun aktivitasnya saat extensi yang ditahan.
Global muscle dan core muscle abdominal
• Otot multifidus dan erector spine :
– Otot erector spine merupakan otot yang panjang, ekstensor
multisegmental, sebagai massa muskulotendinous yang besar
diatas regio lumbal dan sacrum, sebagai tali kabel yang besar
untuk mengontrol trunk melawan gangguan postural.
– Group otot multifidus memiliki distribusi serabut tipe I yang
tinggi dan jaringan kapiler yang besar sehingga menekankan
perannya sebagai tonik stabilizer.
– Perlekatan multifidus yang segmental mampu mengontrol
gerakan pada setiap segmen serta meningkatkan kekakuan
spine.
Aktivasi dan Training Core Muscle (Deep Stabilisasi)

• Otot cervical :
– Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan mengontrol otot-
otot sehingga terjadi kontrol axial extensi (retraksi cervical).
– Latihan ini membutuhkan fleksi kepala, sedikit mendatarkan
lordosis cervical dan mendatarkan kyphosis upper thoracal.
– Aktivasi dan training deep fleksor neck :
• Posisi pasien tidur terlentang.
• Prosedur : untuk gerakan fleksi dan gentle axial extensi pada cranio-
cervical, ajarkan pasien untuk melakukan secara perlahan gerakan
mengangguk kepala yang terkontrol pada upper cervical.
• Untuk mengaktivasi gerakan yang lebih besar dapat digunakan alat
Stabilizer dibawah upper cervical.
• Alat Stabilizer digunakan untuk
memonitor besarnya flattening
cervical dan mengukur daya tahan
otot saat kontraksi dipertahankan.
• Alat tersebut diletakkan dibawah
upper cervical, kemudian dipompa
sampai 20 mmHg.
• Pasien diinstruksikan untuk
melakukan gerakan fleksi upper
cervical sambil menekan cuff dan
dipertahankan kontraksinya.
• Pasien diinstruksikan untuk
melakukan gerakan fleksi upper
cervical sambil mata melihat kedua
kaki, dipertahankan selama 10 detik
dan 3 set.
• Lower cervical dan Upper
Thoracal extensor :
– Posisi pasien : tidur tengkurap
dengan dahi bersandar pada bed &
kedua lengan disisi tubuh.
– Prosedur : instruksikan pasien untuk
mengangkat dahinya dari bed
sambil pertahankan dagu tetap
terlipat masuk dan mata fokus pada
bed sambil pertahankan posisi spine
netral (dapat diperkuat dengan
fleksi craniocervical)
• Otot lumbal :
– Ada 3 teknik untuk aktivasi otot
abdominal dan dapat digunakan di
klinik yaitu drawing-in maneuvre,
abdominal bracing, dan posterior
pelvic tilt.
– Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa setiap teknik akan berbeda
dalam aktivitas stabilitasnya pada
otot abdominal dan multifidus.
– Suatu penelitian menjelaskan
bahwa teknik draw-in maneuvre
adalah lebih selektif dalam meng-
hasilkan ko-aktivasi transversus ab-
dominis dan multifidus daripada
teknik abdominal bracing dan
posterior pelvic tilt
• Drawing-in Maneuvre (abdominal
hollowing exercise) untuk aktivasi
transversus abdominis :
– Posisi pasien tidur terlentang dengan
kedua tungkai fleksi 70o – 90o (posisi
hook lying).
– Prosedur : terapis mempalpasi
transversus abdominis tepat pada
distal SIAS dan lateral dari rectus
abdominis, instruksikan pasien un-tuk
inspirasi dan expirasi dgn perla-han
kmd tarik muscle belly kebawah
sampai terjadi cekungan pada
abdominal sambil mendatarkan
lordosis lumbal.
– Usahakan terjadi kontraksi pada
transversus abdominis tanpa kontraksi
internal oblique, hindari substitusi spt
gerakan lower costa, sangkar thoraks
& penonjolan dinding abdomen.
• Jika pasien mengalami kesulitan
– Menggunakan biofeedback dgn surface
mengaktivasi transversus abdominis elektrode ; surface elektrode diletakkan
maka dapat dilakukan 2 teknik feed- diatas rectus abdominis dan external
back untuk membantu pembelajar- oblique, kemudian instruksikan pasien
an : melakukan drawing-in maneuvre . Pastikan
tidak ada kontraksi pada kedua otot
– Pasien tidur tengkurap, letakkan Stabili-
tersebut atau kontraksi minimal.
zer secara horisontal dibawah abdomen
(pusatnya dibawah puser). Pompa cuff
Stabilizer sampai 70 mmHg, kemudian
minta pasien melakukan draw-in
maneuvre sampai terjadi penurunan 6-
10 mmHg selama draw-in tanpa terjadi
substitusi, untuk menghasilkan aktivasi
transversus abdominis yang benar.
• Abdominal Bracing :
– Sebaliknya dengan drawing-in maneu-
vre, abdominal bracing terjadi dengan
menggunakan abdominal dan secara
aktif mengembangkan kearah lateral
disekitar pinggang.
– Tidak ada gerakan kepala atau fleksi
trunk, tidak ada elevasi lower costa,
tidak ada protrusi abdomen, & tidak
ada tekanan pada kaki.
– Pasien harus mampu mempertahan-
kan posisi brace sambil bernapas
secara relaks.
– Teknik ini dianggap sebagai metode
stabilisasi spine selama beberapa
tahun tetapi hanya mengaktivasi otot
oblique abdominal secara konsisten.
Lumbal Stabilization
Kombinasi Bridging dan abdominal brace
Lumbal Stabilization
• Posterior pelvic tilt :
– Pelvic tilting exercise secara utama
mengaktivasi otot rectus abdominis,
dan secara utama digunakan untuk
aktivitas fleksi trunk dinamik.
– Latihan ini tidak dianggap sebagai
core stabilisasi exercise karena tidak
menekankan pada training core
muscle.
– Latihan ini lebih banyak digunakan
untuk mengajarkan gerakan pelvis
dan lumbal spine dimana diarahkan
pada perbaikan ROM lumbal disertai
pelvic tilt untuk menghasilkan fung-
sional lingkup gerak spine
• Aktivasi dan training multifidus :
– Posisi pasien tidur tengkurap atau tidur
miring (side lying).
– Letakkan ibu jari dan jari telunjuk tepat
dilateral dari proc spinosus lumbal spine.
– Instruksikan pasien untuk menonjolkan
otot multifidus dengan melawan kedua
jari terapis.
– Terapis mempalpasi setiap segmen
untuk merasakan kontraksi otot multi-
fidus secara konsisten.
– Teknik ini dapat difasilitasi dengan
melakukan drawing-in maneuvre &
secara lembut mengontraksikan pelvic
floor muscle.
– Dalam posisi side lying, dapat difaslitasi
dengan mengaplikasikan manual resis-
tance yang lembut pada thoraks atau
pelvic untuk mengaktivasi fungsi rotasi
multifidus.
Lumbal Stabilization
Lumbal Stabilization
Lumbal Stabilization
• Core stability exercise dapat ditingkatkan secara
progresif dengan mengombinasikan global muscle
stabilisasi exercise.
• Global muscle stabilisasi exercise ditujukan pada otot
erector spine cervical dan lumbal, quadratus
lumborum, rectus abdominis, internal dan external
oblique abdominis serta iliopsoas.

Anda mungkin juga menyukai