Anda di halaman 1dari 79

KNEE INJURY

Ajeng Setiyaningsih
Tiara Pradita
Novia Ira Aziza
Herdwianto Primariawan
FUNGSIONAL ANATOMI DAN BIOMEKANIK

• Sendi lutut pada umumnya dianggap sebagai


“hinge joint” karena mempunyai 2 prinsip
gerakan yaitu fleksi dan ekstensi.
• Namun, sendi lutut mampu bergerak di enam
bidang gerakan ( 3 rotasi dan 3 translasi)
sehingga lutut bukan termasuk hinge joint
murni.
• Screw home mechanism
Collateral Ligamen
MCL
• Medial collateral ligamen dibagi menjaid dua bagian
yaitu : a. Bagian kuat di superficial b. Bagian tipis ,
lemah dan lebih dalam (capsular ligamen)
• Fungsi primer dari MCL adalah stabilisasi terhadap
stres valgus.
• MCL tegang pada saat full ekstensi dan akan mulai
relaks saat 200-300 fleksi dan tegang lagi saat 600-700
fleksi. Tujuan utamanya adalah melindungi lutut dari
cidera saat valgus dan eksternal rotasi.
Collateral Ligamen
MCL
• Medial collateral ligamen dibagi menjaid dua bagian
yaitu : a. Bagian kuat di superficial b. Bagian tipis ,
lemah dan lebih dalam (capsular ligamen)
• Fungsi primer dari MCL adalah stabilisasi terhadap
stres valgus.
• MCL tegang pada saat full ekstensi dan akan mulai
relaks saat 200-300 fleksi dan tegang lagi saat 600-700
fleksi. Tujuan utamanya adalah melindungi lutut dari
cidera saat valgus dan eksternal rotasi.
LCL
• Lateral Collateral Ligamen menempel di
epicondilus lateral dari femur dan menuju
head of fibula.
• Fungsi LCL bersama dengan illiotibial band,
tendon popliteus, arcuates ligamens complex
dan tendon m. Biceps untuk memperkuat
aspek lateral dari sendi lutut.
• LCL tegang saat lutut ekstensi dan relaks saat
lutut fleksi.
Cruciate Ligaments
ACL
• Anterior Cruciatum Ligamen mencegah tibia
bergeser kedepan saat weight bearing ,
stabilisasi knee saat full ekstensi dan mencegah
hiperekstensi, melindungi tibia saat internal
rotasi berlebih serta membantu melindungi
lutut saat valgus atau varus
• ACL tegang saat full ekstensi dan kendor saat
fleksi.
Posterolatera
l
ACL
Anteromedial
• Ketika lutut full ekstensi, serat posterolateral
dari ACL tegang dan akan kendor saat fleksi.
• Ketika lutut fleksi, posterolateral fibers akan
kendor dan anteromedial fibers akan tegang.
PCL
• Beberapa bagian dari Posterior Cruciate
Ligament akan tegang selama rentang Range Of
Motion.
• Saat tulang femur bergerak terhadap tibia,
Posterior Cruciate Ligament akan menjadi
tegang dan mencegah gerak yang berlebihan.
• Ketika lutut full ekstensi, serat posterolateral
dari ACL tegang dan akan kendor saat fleksi.
• Ketika lutut fleksi, posterolateral fibers akan
kendor dan anteromedial fibers akan tegang.
PCL
• Beberapa bagian dari Posterior Cruciate
Ligament akan tegang selama rentang Range Of
Motion.
• Saat tulang femur bergerak terhadap tibia,
Posterior Cruciate Ligament akan menjadi
tegang dan mencegah gerak yang berlebihan.
Menisci
• Meniscus medial dan meniscus lateral
berfungsi untuk :
a. Meningkatkan stabilitas sendi lutut,
terutama saat fleksi 90 derajat
b. Meningkatkan shock absorption
c. Mendistribusikan beban dengan luas
permukaan yang lebih luas
• Meniscus Lateral menerima lebih banyak gaya
kontak daripada meniscus lateral
• Selama fleksi meniscus bergerak ke posterior
dan selama ekstensi meniscus bergerak ke
anterior. Gerakan ini disebabkan oleh tautan
dari meniscus mendial ke m. Semimembranosus
dan tautan meniscus lateral ke tendon
popliteus.
• Selama internal rotasi meniscus medial
bergerak ke anterior dan meniskus lateral
bergerak ke posterior.
Fungsi dari Patella
• Secara bersama-sama kelompok otot quadriceps,
tendon quadriceps, patella, dan tendon patella akan
membentuk mekanisme ekstensor.
• Fungsi dari patella :
a. Membantu lutut saat ekstensi dengan
memperpanjang lever arm dari otot quadriceps
b. Mendistribusikan beban pada tulang aha dengan
meningkatkan kontak antara tendon patella dan
femur.
c. Melindungi tendon patella dar gesekan
• Ketika ekstensi penuh patella terletak sedikit
lateral dan proksimal terhadap throclea
• Pada 20 derajat fleksi lutut terdapat rotasi dari
tibia dan patella bergerak menuju throclea
• Pada 30 derajat fleksi lutut patella terlihat
menonjol
• Pada > 30 derajat patella bergerak ke arah
trhoclea
• Pada 90 derajat fleksi patella kembali ke lateral
• Pada 135 derajat fleksi patella berada di lateral
throclea
Gerak Otot
• Agar lutut berfungsi dengan baik, banyak otot
harus bekerjasama dan terkoordinasi.
• Fleksi lutut : m. Biceps femoris, m.
Semitendinosus, m. Gracilis, m. Sartorius, m.
Gastrocnemius, m. Popliteus dan otot plantaris.
• Ekstensi lutut : m. Vastus medial, m. Vastus
lateral, m. Vastus intermedius, m. Rektus
femoris.
• Rotasi eksternal : m. Biceps femoris
• Rotasi internal : m. Semitendinosus, m.
Semimembranosus, m. Sartorius, m. Gracilis
• Rotasi dari tibia hanya ketika lutut fleksi
Medial Collateral Ligament Sprain
• MCL adalah ligamen yang paling banyak
terjadi cidera.
• Sekitar 65% sprain terjadi pada insertio
proksimal pada tulang paha.
• Diagnosis MCL sprain dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik dan tidak memerlukan MRI.
• Grade cedera ligamen biasanya ditentukan
tingkat laxity sendi.
MEDIAL COLLATERAL LIGAMENT
SPRAIN
GRADE 1
• Microtears
• Tidak ada peningkatan laxity
• Ada firm end point
• Tender

• REHAB: treated symptomatically; fully weight


bearing as soon as tolerated
GRADE 2
• Incomplete tear
• Ada peningkatan laxity dan valgus saat 30° flexi dan
minimal laxity saat full extensi
• Masih ada firm end point
• Tender
• Hemorrhage
• Nyeri ketika valgus test

• REHAB: treated symptomatically; fully weight bearing as


soon as tolerated
GRADE 3
• Complete tear
• Significant laxity
• End point tidak jelas
• Painless than 1 or 2

• REHAB: memakai brace selama 4-6 minggu


INJURY MECHANISM
• Kontak langsung dari lateral (valgus force)
• Kontak tidak langsung dengan rotational force
with valgus movement
PRINSIP REHAB
• PRICE + ES
• Menggunakan kruk sampai dapat melakukan
ekstensi penuh dan berjalan normal.
• Serat ligamen harus terjaga kontinuitas dan
vaskularisasinya
• Cukup ketegangan untuk merangsang dan
mengarahkan proses penyembuhan
• Proteksi dari stress yang membahayakan
RETURN TO PLAY
Melalui evaluasi fungsional berdasarkan rekomendasi
SpKFR dengan kriteria:
1. Full ROM tercapai
2. Kekuatan flexi dan extensi lutut simetris
3. No tenderness
4. Mampu melakukan functional performance test
(hopping, shuttle run, co-contraction)

Secara umum, dapat kembali bermain setelah sekitar 3


bulan untuk grade 3
LATERAL COLLATERAL LIGAMENT
SPRAIN
GRADE 1
• Microtears
• Hemorrhage
• Tender
• Tidak ada peningkatan laxity
• Ada firm end point

• REHAB: treated symptomatically; fully weight


bearing as soon as tolerated
GRADE 2
• Incomplete tear
• Hemorrhage
• Tender
• Peningkatan laxity dengan varus stress saat 30° flexi dan
minimal laxity saat full extensi
• Masih ada firm end point
• Pain on varus stress test

• REHAB: treated symptomatically; fully weight bearing as


soon as tolerated
GRADE 3
• Complete tear
• Significant laxity (dengan varus stress test saat full
extensi mengindikasikan cedera pada
posterolateral joint capsule, PCL, dan mungkin juga
ACL
• End point tidak jelas
• Painless than 1 or 2

• REHAB: memakai brace selama 4-6 minggu


INJURY MECHANISM
• Varus stress dari medial lutut
• Terdengar “pop”
• Immediate lateral pain and swelling
PRINSIP REHAB
• Hampir sama dengan prinsip rehab pada MCL
sprain kecuali untuk grade 3
• Grade 3 memerlukan post-op brace dengan
partial weight bearing untuk 4-6 minggu. Pada
minggu ke enam dilakukan monitoring, sport-
specific functional progression.
RETURN TO PLAY
Melalui evaluasi fungsional berdasarkan
rekomendasi SpKFR dengan kriteria:
1. Full ROM tercapai
2. Kekuatan flexi dan extensi lutut simetris
3. Mampu melakukan functional performance test
(hopping, shuttle run, co-contraction)

Secara umum, dapat kembali setelah sekitar 6 bulan


untuk grade 3
ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT
SPRAIN
GRADE 1
• Partial microtears
• Hemorrhage
• Tidak ada peningkatan laxity
• Ada firm end point
GRADE 2
• Incomplete tear
• Hemorrhage
• Some loss of function
• Peningkatan translasi ke anterior
• Masih ada firm end point
• Painful
GRADE 3
• Complete tear
• Significant laxity
• Rotational instability
• End point tidak jelas
• “pop” and “gave out”
• Ada nyeri namun berkurang dalam beberapa
menit
• Insignificant hemarthrosis muncul dalam 1-2 jam
INJURY MECHANISM
• Hiperekstensi lutut berkombinasi dengan
internal rotasi
• Stop-jumping landing phase of movements
(pivoting, jumping, stopping)
• Valgus force (with MCL tear)
PRINSIP REHAB
• Konservatif dimulai setelah fase akut injury telah lewat untuk
kemudian dipersiapkan program rehab (strengthening and
retraining)

• Indikasi operasi:
1. Highly athletic
2. Unwilling to change their active lifestyle
3. Rotational instability in normal activity
4. Injury to other ligaments and/or the menisci
5. Recurrent effusions
6. Failure and instability after 6 months of intensive rehab
RETURN TO PLAY
Setelah melalui evaluasi fungsional berdasarkan
rekomendasi SpKFR dengan kriteria:
1. Tidak ada efusi sendi
2. Full ROM tercapai
3. Kekuatan otot ekstensor dan fleksor kanan kiri simetris
4. Tes stabilitas ligamen menggunakan KT-1000
arthrometer
5. Dapat berlari
6. Dapat melakukan functional performance test (hopping,
shuttle run, cocontraction)
POSTERIOR CRUCIATE LIGAMENT
SPRAIN
GRADE 1
• Microtears
• Hemorrhage
• Tender
• Tidak ada peningkatan laxity
• Ada firm end point
GRADE 2
• Incomplete tear
• Hemorrhage
• Tender
• Ada peningkatan laxity
• Masih ada firm end point
• Nyeri saat posterior drawer test
GRADE 3
• Complete tear
• Significant posterior laxity
• End point tidak jelas
• Painles than 1 or 2
INJURY MECHANISM
• Knee is forced hyperflexion with the foot plantarflexed
• Tibia terdesak ke posterior/Femur terdesak ke anterior
• Knee hyperflexed dan paha menerima tekanan ke
bawah
• Forced hyperextension (both ACL and PCL)
• Valgus or varus force pada full extended knee
• Akan ada bengkak yang ringan atau berat dalam 2-6
jam
PRINSIP REHAB
• PRICE + ES
• Jika diperlukan, bisa menggunakan
immobilizer untuk beberapa hari dan dapat
ambulasi dengan bantuan kruk
• Hindari latihan hamstring untuk meminimalisir
posterior laxity dan fokus pada latihan
quadriceps
RETURN TO PLAY
Setelah melalui evaluasi fungsional berdasarkan
rekomendasi SpKFR dengan kriteria:
1. Tidak ada efusi sendi
2. Full ROM tercapai
3. Isokinetic test menunjukkan kekuatan quadriceps
> 100% tungkai lain
4. Dapat berlari
5. Dapat melakukan functional performance test
(hopping, agility runs)
MENISCAL INJURY
INJURY MECHANISM
• Weight bearing combined with internal or
external rotation while extending or flexing
the knee
• Valgus and varus force
PRINSIP REHAB
• Wait and see approach
• Surgical treatment choices:
1. Partial menisectomy
2. Meniscal repair
3. Meniscal transplantion
RTP
• Setelah melalui evaluasi fungsional berdasarkan
rekomendasi SpKFR dengan kriteria:
1. Tidak bengkak selama aktivitas
2. Full ROM tercapai
3. Kekuatan otot ekstensor dan fleksor kanan kiri
simetris
4. Dapat melakukan functional performance test
(hopping, shuttle run, cocontraction)
PATELLOFEMORAL STRESS
SYNDROME (RUNNER’S KNEE)
• Non-specific pain in the anterior portion of the
knee
• Nyeri meningkat ketika naik-turun tangga atau
dari posisi jongkok ke duduk
• Nyeri ketika duduk terlalu lama (moviegoer’s
sign)
• Perlunya assessment pada static allignment,
dynamic allignment, dan patellar orientation
PRINSIP REHAB
• Hindari aktivitas yang memperburuk nyeri
• Strengthening
• Optimalisasi posisi patella dan trackingnya
• Stretching
• Koreksi orientasi patella → taping
• Menghidupkan kembali kontrol
neuromuskular
RETURN TO PLAY
• Setelah melalui evaluasi fungsional
berdasarkan rekomendasi SpKFR dengan
provocative test dan tidak terasa nyeri
CHONDROMALACIA PATELLA
INJURY MECHANISM
• Dapat terjadi baik sebagai konsekuensi dari
Patellofemoral Stress Syndrome atau dari dampak
langsung ke patela.
• Merupakan pelunakan dan kerusakan tulang rawan
artikular di bagian belakang tempurung lutut.
• Digambarkan dalam tiga tahap:
1. Pembengkakan dan pelunakan tulang rawan articular
2. Retakkan dari tulang rawan artikular melunak
3. Deformasi permukaan tulang rawan artikular akibat
fragmentasi.
PRINSIP REHAB
• Awalnya diobati secara konservatif dengan prinsip yang sama
dengan Patellofemoral Stress Syndrome
• Jika tindakan konservatif gagal, operasi mungkin menjadi satu-
satunya alternatif.
• Beberapa langkah bedah berikut telah direkomendasikan:
1. Realignment procedure
2. Mengubah insertio m. vastus medialis ke depan
3. Menghaluskan permukaan patella dan/atau condylus femoralis
4. Mengangkat tuberculum tibialis
5. Upaya terakhir dengan menghilangkan patella
RETURN TO PLAY
• Selama nyeri dan tidak nyaman dapat ditolerir,
latihan dapat tetap dilakukan.
• Berlatih ketika tidak nyeri dan berhenti ketika
nyeri mulai timbul
ACUTE PATELLAR SUBLUXATION
OR DISLOCATION
ACUTE PATELLAR SUBLUXATION OR
DISLOCATION
• Ketika menjejakan kaki, mengurangi kecepatan,
memotong arah yang berlawanan dengan weightbearing
foot, paha rotasi internal dan kruris rotasi eksternal,
sehingga menyebabkan forced knee valgus. Quadriceps
akan menarik ke posisi lurus dan dapat menarik patella ke
lateral sehingga menyebabkan dislokasi patella
• Ketika kontak langsung dengan atlet lain pada permukaan
medial patella sehingga terdorong ke lateral. Dalam hal ini,
tim medis harus segera mengembalikan patella ke
posisinya dengan sedikit menekan patella sambil
mengekstensikan lututnya.
PRINSIP REHAB
• Strengthening
• Berjalan dengan kruk
• Jika konservatif gagal, operatif dapat dilakukan
dengan merilis lateral retinacular ligaments
RETURN TO PLAY
• Harus memiliki kekuatan quadriceps yang
bagus
• Mampu melakukan VMO control selama
aktivitas fungsional
PATELLAR TENDINITIS
(JUMPER’S KNEE)
INJURY MECHANISM
• Terjadi ketika inflamasi kronis berkembang
pada patellar tendon
• Sering pada atlet yang melakukan lompat
berkali-kali
• Point tenderness pada aspek posterior dari
bagian inferior patella adalah tanda khas
patellar tendinitis
PRINSIP REHAB
• RICE + USD
• Strengthening eccentric
• Transverse friction massage pada inferior
patella (tegak lurus arah tendon patella)
• Tenodesis strap
RETURN TO PLAY
• Nyeri mereda
• Dapat melompat dan berlari tanpa terjadi
pembengkakan atau memburuknya nyeri
• Quadriceps kedua tungkai kuat
BURSITIS
INJURY MECHANISM
• Jatuh pada keadaan knee flexi
• Repetitive crawling or kneeling
PRINSIP REHAB
• PRICE
• Strengthening
• Tenodesis strap
RETURN TO PLAY
• Tidak ada reakumulasi cairan ketika latihan
• Full ROM
• Normal quadriceps control
ILLIOTIBIAL BAND FRICTION
SYNDROME
INJURY MECHANISM
• Lari pada permukaan tanah yang tidak rata
• Downhill running
• Running long distance
• Banyak terjadi pada penderita yang
melakukan stretching inadekuat
PRNSIP REHAB
• PRICE + USD
• Stretching + myofacial release
• Transverse friction massage
RETURN TO PLAY
• Tenderness reda
• Hindari lari pada permukaan tidak rata,
downhill, prolonged workouts
• Lakukan icing setelah berlari
OSGOOD-SCHLATTER DISEASE
INJURY MECHANISM
• Partial evulsion of tibial tubercle
• Avascular necrosis of tibial tubercle
• Stres berulang patellar tendon pada apophysis
tuberculum tibialis
PRINSIP REHAB
• PRICE
• Quadriceps strengthening
• Hamstring stretching
RETURN TO PLAY
Setelah melalui evaluasi fungsional berdasarkan
rekomendasi SpKFR:
• Tidak nyeri pada tuberositas tibia
• Pulih 6-12 bulan
Pertanyaan :
1. Kenapa grade 3 painless than grade 1 dan 2?
(Estu)
2. Maksud co-contraction ? (dimas)
3. Kenapa tindakan operatif pada cedera acl
sangat perllu diperhatikan? (reiza)
4. Kenapa pada cedera pc tidak boleh latihan
hamstring? (andia)

Anda mungkin juga menyukai