Anda di halaman 1dari 67

ANTERIOR CRUCIATUM

LIGAMEN

Presentan: dr. John Hartono


Pembimbing: dr. Tanti Ajoe K., SpKFR, MSi. Med
1
Tujuan Umum :
Mampu memberikan penanganan KFR secara komprehensif
pada kasus cedera ACL untuk mencapai tingkat fungsi yang
optimal.

Tujuan Khusus :
• Mampu menjelaskan biomekanika lutut
• Menjelaskan perbedaan prinsip-prinsip penatalaksanaan
cedera ACL
• Melakukan asesmen KFR pada pasien cedera ACL
• Membuat diagnosis, diagnosis fungsional dan diagnosis
banding cedera ACL
• Menetapkan prognosis fungsional dan tujuan
penanganan rehabilitasi
• Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi performance
pasien dalam melakukan AKS maupun olahraga
• Memilih tata laksana KFR
• Melakukan evaluasi/follow up penanganan
• Mengenali masalah dan penyulit yang mungkin terjadi dan
yang telah ada
• Melakukan rujukan bila perlu 2
Sendi Lutut

CederaACL

Rehabilitasi Cedera ACL

3
SENDI LUTUT
1. Ligamentum
2. Cartilago Semilunaris (Meniscus)
3. CapsulaArticularis
4. Bursa
5. Persarafan
6. Vaskularisasi
7. Sistem Limfe
8. BiomekanikACL
4
SENDI LUTUT
Sendi besar, rentan cedera
Menanggung beban berat dan
beban tekanan sambil
memberikan gerakan yang
fleksibel
Dibentuk oleh :
Tibia bagian proximal
Femur bagian distal
Patella
Stabilitas sendi lutut
Ditentukan oleh integritas otot
dan jaringan penyusunnya

5
SENDI LUTUT
Termasuk jenis sendi engsel  pergerakan dua condylus
femoralis di atas condylus tibialis
Gerakan yang dapat dilakukan:
o Fleksi ( N : 130-140°, posisi jongkok dapat 160°)
o Ekstensi ( hiperekstensi -5 sd -10° masih normal)
o Sedikit rotasi (fleksi 90° memungkinkan terjadi rotasi
sebesar 10°)
Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi 
menimbulkan cedera  robekan pada kapsul dan
ligamentum di sekitar sendi

6
1. Ligamentum
a.Intracapsular
1. ACL
2. PCL
b.Extracapsular
1. Ligamentum Patella
2. Ligamentum
Collateral Fibula (LCL)
3. Ligamentum
CollateralTibia
(MCL)
4. Ligamentum Popliteum
Transversum,
Obliquum,Arcuatum
5. Ligamentum
Transversum Genu
7
2. Cartilago Semilunaris (Meniscus)
Lamella fibrocartilago berbentuk C
Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung
dengan condylus femoris  memperdalam fascies
articularis condylus tibialis untuk menerima condylus
femoris yang cekung
Terdapat 2 Meniscus:
1. Cartilago Semilunaris Medialis
2. Cartilago Semilunaris Lateralis

8
3. Capsula Articularis
• Melekat pada tepi dari permukaan sendi lutut pada aspek samping
dan belakang.
• Pada bagian depan sendi lutut tidak tertutup oleh kaspula artikularis,
sehingga membran synovial akan memenuhi ruang di bawah tendon
m. Quadriceps Femoris  Bursa Suprapatellar
• Capsula ini diperkuat oleh perpanjangan dari Tendon m. Vastus
Lateralis dan Medialis.

9
4. Bursa Sendi Lutut
Bursa Anterior
• Bursa Suprapatella
• Bursa Prepatella
• Bursa Infrapatella
superficial et profunda
Bursa Posterior
• Recessus Subpopliteus (popliteal
bursa)
• Bursa m.semimembranosus
• 4 bursa kecil:
o bursa subtendinea Biceps Femoris
(insertio)
o bursa Anserina
o Bursa Subtendinea m.
gastrocnemius (origo) medialis et
lateralis
Bursa Lateral
• Iliotibialis bursa
• Fibular collateral lig. bursa
10
5. Persarafan
Persarafan pada sendi
lutut adalah melalui
cabang-cabang dari
nervus yang mensarafi
otot-otot di sekitar
sendi dan berfungsi
untuk mengatur
pergerakan pada sendi
lutut
1. N. Femoralis
2. N. Obturatorius
3. N. Peroneus
communis
4. N.Tibialis

11
6. Vaskularisasi
Suplai darah berasal dari anastomosis
pembuluh darah di sekitar sendi
• cabang descending genicular a.
femoralis
• cabang genicular a. popliteal
• cabang descending a.
circumflexia femoralis
• cabang ascending a. tibialis
anterior
Aliran vena pada sendi lutut mengikuti
perjalanan arteri untuk kemudian akan
memasuki vena femoralis

12
7. Sistem Limfe
• Terutama terdapat pada
perbatasan fascia
subcutaneous
• Bergabung dengan nodus
limfatikus subinguinal
superficialis
• Sebagian lagi aliran limfe ini
akan memasuki nodus
limfatikus popliteal,
dimana aliran limfe berjalan
sepanjang vena femoralis
menuju nodus limfatikus
inguinal profundus

13
8. Biomekanik ACL
 Terdiri dari kolagen tipe I (90%) dan kolagen tipe III
(10%)  tensile strength yang lebih besar
 Melekat di area Interkondilar Anterior Tibial
plateu, berjalan oblik ke posterosuperior dan
lateral pada sisi medial Kondilus Lateral Femur
 Innervasi :N. Tibialis Posterior r. posterior
(proprioseptif)
 Vaskularisasi :cabang a. Geniculatum Medial yang
disebut sebagai arteri Interkondilar Tibia

14
Terdiri dari 2 berkas • Ekstensi :posisi
(bundle) yaitu: paralel
• berkas • Fleksi :posisi twisted
anteromedial (AM) (posterolateral
• berkas menyilang
posterolateral (PL) anteromedial)

15
Fungsi ACL :
o Stabilisasi sendi lutut
o Mencegah luksasi anterior
o Membatasi rotasi tibia terhadap femur
o Membatasi gaya valgus dan varus pada
lutut
o Mencegah hiperekstensi

16
CEDERA ACL
A. Klasifikasi Cedera ACL
B. Mekanisme Cedera
C. Patologi
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
F. Diagnosis
G. Diagnosis Banding
H. Komplikasi
I. Penatalaksanaan
J. Tindakan Operatif

17
CEDERA ACL
• Cedera pada ACL persendian lutut
yang mengakibatkan terjadinya
translasi anterior dan medial os tibia
terhadap os femur
• Di AS  200.000 kasus/tahun,
Wanita beresiko 2 x lebih besar
• Faktor resiko :
Umur, lingkungan, anatomi dari
persendian lutut dan jaringan di
sekitarnya (intercondylar area, luas
panggul), hormonal (resiko >> pada
1minggu sebelum menstruasi),
neuromuskular, genetik, core stability,
ketrampilan olahraga dan tingkat
paparan terhadap cedera, kelemahan
otot-otot di sekitar persendian
lutut.
18
A. Klasifikasi Cedera ACL
• Serabut-serabut dari ligamen teregang, tapi tidak terdapat robekan
• Terdapat sedikit nyeri tekan dan pembengkakan
• Lutut terasa tak stabil atau perasaan gamang selama beraktivitas /
Sprain berolahraga
Grade I

• Serabut-serabut dari ligamen robek sebagian


• Terdapat sedikit nyeri tekan dan pembengkakan sedang
Sprain • Lutut terasa tak stabil atau perasaan gamang selama beraktivitas /
Grade II berolahraga

• Serabut ligamen robek secara komplit (ruptur), menjadi dua bagian


• Terdapat nyeri tekan (tapi tidak terlalu nyeri, khususnya
dibandingkan dengan keseriusan cedera tersebut). Mungkin
Sprain terdapat sedikit pembengkakan atau lebih luas
Grade III • Ligamen tidak dapat mengontrol gerakan lutut. Lutut terasa tak
stabil atau ada rasa gamang (giving way) pada saat-saat tertentu
19
20
B. Mekanisme Cedera
70% saat olahraga (soccer, basket, football dan ski es), terjadi perubahan
arah mendadak , misal : gerakan berlari cepat + gerakan lateral (cutting)
dan melompat (jumping)

Mekanisme • 78% adalah non-kontak


• deselerasi dan rotasi dengan posisi menyangga
Non Kontak berat badan (weight bearing) padakaki

Mekanisme • adanya gaya ke arah valgus sehingga bisa


menyebabkan robekan ACL, MCL serta meniskus
Kontak medial dan disebut sebagai Trias O’Donaghue

Mekanisme • ACL akan mengalami regangan yang paling besar


pada saat lutut ekstensi dan fleksi penuh
Hiperfleksi atau • Robekan pada ACL dapat terjadi bila lutut
Hiperekstensi mengalami hiperekstensi dan hiperfleksi akut
21
22
C. Patologi
• Robekan sering terjadi pada
substansi bagian tengah
ligamen
• biasanya berserabut,
tersembunyi oleh sinovium 
sulit untuk menentukan
lokasinya
• Menimbulkan laksitas 
pergeseran ke anterior dari
tibia
• Robekan ACL sering disertai
oleh robekan meniskus
medial dan ligamen kolateral
medial  oleh O’Donoghue
dinamai “unhappy triad” 23
D. Patofisologi
infiltrasi eritrosit, lekosit dan limfosit

72 jam pasca cidera  aliran darah ↓

Sel inflamasi ↑ ,dilatasi & permeabilitas ↑

Fibroblas membentuk matriks baru (kolagen tipe III)

6 minggu  ujung kapiler baru, dan fibroblas  fibrin clot

Ujung ligamen kembali berhubungan melaluifibrin clot

6 minggu - 1 tahun, kolagen tipe I menggantikan kolagen tipe III

Elastin ↓ sedangkan tensile strength ↑

Maturasi jaringan parut


24
Proses Penyembuhan Ligamen Pasca Cedera

Vasodilatation, fibrin Begins immediately


clot formation, and lasts minutes
Inflammatory increased capillary to hours
Phase permeability,
leukocytes migration

Fibroblasts are the 1-6 weeks postinjury


dominates cell type,
Proliferative collagen fibrils (as
Phase early as 4 days
postinjury)
Collagen synthesis 7 weeks up to 1
and increase year
Remodeling density; rarely
Phase regain full elasticity
and strength

25
E. Manifestasi Klinis
• Bunyi “pop” ketika cedera terjadi
• Sendi lutut membengkak cepat setelah cedera 
hemarthrosis
• Nyeri dan bengkak  hilang 2-4 minggu
• Fenomena “giving way”  lutut tidak stabil  lutut
seperti tergelincir ke belakang
• Nyeri meningkat bila berjalan jauh, naik/turun tangga
• Dalam jangka panjang menimbulkan artritis

26
F. Diagnosis
• Anamnesa
o Bagaimana posisi lutut pada saat cedera ?
o Tipe dan arah yang bagaimana gaya pada lutut ?
o Apakah dalam kondisi pembebanan atau tanpa
beban ?
o Apakah ada suara atau sensasi “ pop /crack “ pada
saat cedera ?
o Apakah bengkak terjadi segera ?
o Apakah masih mampu melanjutkan aktivitas
setelah cedera ?

27
Diagnosis
• Pemeriksaan fisik, statuslokalis
◦ Inspeksi :tanda radang aktif, gait,
deformitas valgus
◦ Palpasi :tanda radang aktif, tanda efusi
(ballotement test),diameter
◦ Movement :ROM, kekuatan
• Evaluasi struktur sendi lutut yang lain
o Ketidakstabilan patella (laxity) MCL :
valgus / varus test
o Meniscus: McMurray test

o LachmannTest

o Anterior & Posterior drawer Test

o Pivot Shift test

o Aplley compression & disctraction test

28
Lachman Test
Penderita telentang, lutut flexi
10o-20o
Letakkan tangan pemeriksa pada
proximal tungkai dengan ibu jari
pada tuberositas tibia.
Tangan yang lain diletakkan pada
distal femur untuk stabilisasi
maximal.
Dorong tibia ke depan & femur ke
belakang
(+) : Hilang/berkurangnya
tahanan akhir serta gerak
translasi ke anterior

Grade 0 No laxity and solid end point


Grade I End point present, but loose (3-5 mm)
Grade II No end point (>5 mm)
29
Anterior Drawer Test Posterior Drawer Test
• Penderita telentang, lutut fleksi • Diagnosa cedera PCL
90⁰ dan kaki difiksasi dengan • Penderita telentang, lutut fleksi dan
menduduki kaki pasien kaki difiksasi dengan menduduki kaki
• Pemeriksa memegang tibia pasien
proksimal dengan kedua tangan • Letakkan tangan pemeriksa pada
dan melakukan translasi anterior tungkai proximal dengan ibu jari pada
• (+) :os tibia melucur dari bawah sisi distal patella, jari-jari melingkari
os femur atau mengalami gerak bagian belakang tungkai kemudian
translasi ke anterior tanpa batas dorong tibia ke arah posterior femur
berhenti yang nyata (no distinct
endpoint) • + : peningkatan pergeseran ke arah
posterior dibandingkan sisi sebelahnya

30
Pivot Shift Test
 Penderita telentang pada
meja pemeriksaan
 Pemeriksa berada pada sisi
lateral pasien, pegang
tumit/ankle & lutut dengan ibu
jari pada lateral joint line
 Berikan valgus force pada sendi
lutut dengan tangan proximal,
mulai dari full knee extension &
rotasikan internal tibia
terhadap femur dengan tangan
distal
 Fleksi kan lutut sambil lanjut
memberikan valgus force &
rotasi interna
 + : translasi anterior tibia
terhadap femur dengan knee
flexion & relokasi dengan
extensi
31
Valgus Stress Test Varus Stress Test
• Stabilitas MCL • Stabilitas LCL
• Penderita telentang di atas meja • Penderita telentang di atas
dengan lutut full extensi, meja dengan lutut full extensi
Pemeriksa mensupport LE dengan
• Pemeriksa mensupport LE dengan
satu tangan di bawah aspek
satu tangan di bawah aspek
lateral & posterior lutut sambil
medial posterior lutut sambil
memberikan lateral force pada
memberikan medial force pada
aspek distal tungkai,
aspek distal tungkai,
menghasilkan valgus stress pada
menghasilkan varus stress pada
lutut & tension pada MCL
lutut & tension pada LCL
• Manuver dilakukan pada flexi lutut 0⁰
• Manuver dilakukan pada flexi lutut
& 30⁰
0⁰ & 30⁰
• + : nyeri dan atau bertambahnya
• + : nyeri dan atau bertambahnya
separasi pada medial joint line separasi pada lateral joint line

32
Mc Murray Test
• Robekan meniscus
• Penderita : supine
• Pemeriksa :
◦ Tangan memegang tumit pasien
◦ Tungkai dibuat full flexi. Dengan
posisi kaki external rotasi, tungkai
dibuat full extensi
◦ Ulangi dengan kaki pada posisi
internal rotasi
• (+) : bunyi klik dan timbul nyeri
• Menicus Medialis
◦ Lutut fleksi, tibia rotasi eksternal –
valgus stress
◦ Perlahan-lahan ekstensikan lutut dengan
tungkai rotasi eksternal pada posisi
valgus
• Meniscus Lateral
◦ Lutut fleksi, tibia rotasi internal – varus
stress
◦ Ekstensikan lutut dengan tungkai rotasi 33
internal pada posisi varus
Apley’s Grinding Test Apley’s Distraction Test
• Meniscal pathology • Ligamentous or muscular
• Penderita : prone, flexi injury
lutut 90⁰ • Penderita : prone, flexi lutut 90⁰
• Pemeriksa : Berikan • Pemeriksa : Stabilkan paha pasien
downward force melalui melawan meja pemeriksaan
tumit pasien sambil dengan paha pemeriksa; Tarik
merotasikan tibia internal & ankle pasien ke arah atas sambil
eksternal merotasikan tibia internal &
eksternal
• (+) : nyeri sepanjang
tibiofemoral joint line • (+) : nyeri pada lutut

34
Pemeriksaan Penunjang
 KT-1000 Knee LigamentArthrometer
◦ Menentukan translasi anterior
secara kuantitatif
dibandingkan dengan sisi lutut yang
sehat
◦ Penyimpangan >3 mm 
patologis

 Foto polos
radiografi
◦ AP/L
◦ Kondisi tulang
: fraktur,
segond fraktur

35
Pemeriksaan Penunjang
 Magnetic Resonance  Pemeriksaan
Imaging (MRI) Artroskopik
◦ Membantu saat fase akut, ◦ Dapat diperkirakan derajat
karena nyeri dan bengkak ruptur dari ligamentum yang
◦ Sensitifitas 90-98% mengalami cedera

36
G. Diagnosis Banding
1. Ruptur ligamentum kolateral lateral
2. Ruptur ligamentum cruciatum posterior
3. Fraktur tibial plateau
4. Fraktur osteokondral
5. Dislokasi lutut
6. Dislokasi patella
7. Robekan meniscus

37
H. Komplikasi
• Kontraktur lutut
• Atrofi quadriceps
• Pasca operasi :
o ROM terbatas
o Kontraktur
o Morbiditas pada lokasi donor graft
o Nyeri lutut anterior
o Infeksi
o DVT

38
I. Penatalaksanaan Cedera ACL
• Penanganan tergantung : usia pasien, intensitas dan
level/tingkat aktivitas, derajat instabilitas, jenis olahraga,
abnormalitas lain yang menyertai

• Penatalaksanaan cedera ligament :


o Konservatif
o Operatif/ Rekonstruksi

• Penatalaksanaan awal Tujuannya :


o Mengurangi nyeri & edema
o perbaikan gerakan sendi lutut
o mengurangi resiko terjadinya cedera berulang yang dapat
merusak lapisan chondral & robekan meniskus atau
kelemahan pada regangan sekunder  memicu OA

39
I n d i kasi Ko n s e r vati f
Absolute Relative
• Menolak rekonstruksi • Anterior draw sign +
• Pasien > 40 th, with weak pivot shif
keterbatasan aktifitas sign
fisik • Cruciatum ligamentum
• Infected rupture in children
• Pasien yang tidak kooperatif • Injury that happens more
dengan program rehabilitasi than 14 days
setelah rekonstruksi
• Adequate instability muscle
I n d i kasi Op e rati f / Re kon str uksi
• Usia :< 40 th
• Tingkat aktivitas (pekerjaan)  atlet yg kompetisi utamanya
adalah fungsional lutut
• Derajat kelemahan, bilateral knee injury
• Cedera capsuloligamen yang kompleks
• Fraktur avulsi displace ligamentum cruciatum
• Harapan pasien 40
J. Tindakan Operatif Cedera ACL
Teknik :
1. open arthrostomy
2. Endoscopic / arthroscopic
Bahan substitusi rekonstruksi :
a) Bahan sintetis ( dacron, gortex, carbon fiber )
b) Autograft : Bone patellar tendon bone (BPTB), tendon
hamstring, semitendinosus
c) Allograft : tendon Achilles, patella dan tibialis anterior
• Setelah operasi, lokasi fiksasi graft membutuhkan waktu
untuk penyatuan dengan tulang sekitarnya
• Direkomendasikan 8 - 12 minggu untuk penyatuan graft
jaringan lunak pada lokasi insersio secara tepat
• Jenis fiksasi dan asal graft menjadi faktor utama untuk
pertimbangan pemberian latihan
• Laju penyatuan untuk allografts 2x lebih lama dibandingkan
dengan autograft 41
Graft Advantages Disadvantages
• High graft strength Complications with the
• Good fixation extensor mechanism,
because of such as patellar
Patellar BTB boneto-bone fractures, patellar
Autograft healing tendinitis, patellar
• Ease of obtaining graft tendon rupture, and
material anterior knee pain
• Fewer complications • Complications with
with the extensor fixation of graft
Hamstring mechanism • Possible hamstring
tendon • Comparable results to weakness
Autograft BTB autograft • More technically
complicated procedure
• No complications with • Higher cost
donor sites • Possible disease
Allograft • Increased availability transmission
of material • Possible recipient
rejection
42
REHABILITASI PADA CEDERA ACL
• Pasien dapat terbebas dari disabilitas
(keterbatasan kemampuan fungsional pasien
dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari/AKS)
• Pasien dapat terbebas dari handicap
(keterbatasan dalam peran sosialnya atau
dalam lingkungan pekerjaannya)
• Rehabilitasi Medik:
◦ Konservatif
◦ Post rekonstruksi operatif

43
A. Rehabilitasi Konser vatif
• Initial tx : kontrol bengkak, nyeri & inflamasi (RICE)
• Knee immobilizer (Brace) : comfort & minimal
protection (P)
• Ambulation : crutches until regain full extension & can
walk without extension lag
• Exercises : Quad sets, SLR (Straight Leg Raise), ROM
excercises (knee slides on a treatment table, wall
slides, active-assitive slides, riding an exercises bike),
CKC (close Kinetic chain), OKC (open Kinetic Chain)
• Terapi latihan, dengan prinsip:
a) Menghindari strain padaACL
b) Jenis latihan open / closed-kinetic chain
c) Penguatan stabilisator dinamik sendi lutut

44
REHABILITASI CIDERA ACL

Rehabilitasi Cedera ACL

45
1. Menghindari Strain Pada ACL
• Ketika latihan isometric
quadriceps, peningkatan
strain tertinggi pada
posisi fleksi 15°-30°
Misal : Quad sets
• Isotonik quadriceps,
peningkatan strain
terbesar pada posisi
ekstensi penuh
Misal : Leg Raise
• Peningkatan strain saat
aktifitas berjalan dengan
kecepatan 2,25 mph
dengan treadmill
• Stationary cycling 
strain minimal 46
2. Jenis Latihan : open/closed kinethic chain?
Open Kinetic Chain
• bagian distal bergerak secara bebas tidak terfiksasi
• latihan penguatan otot-otot quadriceps secara isometrik
dan isokinetik
• non weight bearing, tidak ada axial loading
• gaya quadriceps, patellofemoral jointreaction meningkat
• stres pada ACL, merusak graft, translasi tibia ke anterior
pada fleksi 30° sd ekstensi penuh

dihindari pada awal rehabilitasi

47
Close Kinetic Chain ( C K C )

◦ Menyebabkan adanya gerakan pada bagian


proksimal, bagian distal difiksasi / sebagai stabilisasi
diatas permukaan
◦ Kontraksi beberapa kelompok otot baik pada bagian
distal maupun proksimal
◦ Weight bearing, dalam keadaan fleksi (minisquat
position, cycling, leg presses)  loading
patellofemoral joint lebih fisiologis dibanding OKC.
◦ Translasi tibia ke anterior minimal, compression load
meningkat, shear forces dan strain ACL berkurang

digunakan fase awal rehabilitasi

48
3. Penguatan Stabilisator Dinamik Sendi Lutut
• Stabilitas dinamik lutut dicapai melalui interaksi
kompleks;
 Geografi artikuler, jaringan ikat, efek dinamik
compressive load, koordinasi gerakan otot,
kekuatan otot lutut & pelvis, endurance
cardiorespirasi
• Quadriceps femoris  stabilisator dinamik primer
• Hamstring  fleksi lutut dan rotasi tibia 
insersio pada tibia, stimulasi neuromuskuler 
cegah translasi tibia

49
Latihan Statik Untuk Fase Awal Rehabilitasi Robekan ACL

50
B. Postoperative Orthopaedic Rehabilitation
Functional Goals and Restriction
• Swelling control and early motion
0-2 weeks • Quadriceps activation

• Establishing Functional Motion and Quadriceps control


2-6 weeks • Regaining motion and muscle strengthening

• Normal Gait and strengthening


6-12 weeks • Regaining full motion and strength exercise

• Early Sport Training


12- 24 weeks • return to in line sport (cycling and light running

• Advanced Sport Training


24-36 weeks • return to pivoting sport
51
Postoperative Orthopaedic Rehabilitation
Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Fase 5
Minggu 0-2 Minggu 2-6 Minggu 6-12 Minggu 12-24 > Minggu 24
Kompress Weight bearing Transisi lepas Kekuatan otot Dapat kembali
dingin (48 – 72 dgn hinged brace kembali ke olahraga
jam; 3x sehari; knee braced maksimal dengan gerakan
@ 20 menit) unlocked Dapat Full pivot
Fleksi Latihan Pertimbangkan
Weight bearing Off crutches cardiovaskular brace ACL
dgn hinged Berjalan
knee braced Mempertahank dengan heel – Olahraga lari
unlocked + an Full ekstensi toe gait normal
crutches dan fleksi Latihan untuk
(120°) Penguatan otot kecepatan dan
Gentle motion agilitas
 target full Penguatan
extension Quadriceps
(CPM)

Quadriceps
activation
52
Fase 1
• Supine heel slides : 2x 10 rep
• Kain handuk / tension band
• Lutut difleksikan (tahan 5 detik) lalu ekstensi  goal fleksi
lutut 90° dalam 2 minggu
• Sitting heel slides :2 x10 rep
• Duduk di kursi, kaki menapak ke lantai
• Tumit digeser ke arah kursi (tahan 5 detik)  target fleksi
lutut 90°
• Dapat dibantu dengan tubuh yang digerakkan ke depan

53
Fase 1
• Quadriceps setting : 2x 10 Rep
• Supine / sitting
• Extension knee (forcefully), tahan 5 detik
• Dapat ditambahkan handuk di belakang lutut
• Straight leg lift : 2 x 10 Rep
• Berbaring,
• Paha diangkat, usahakan lutut ekstensi, posisi 45°, tahan 1-2
detik, turunkan perlahan

54
Fase 1
• Prone Ankle Hang : 3 set, @ 3-5 menit
• Ekstensi lutut pasif
• Berbaring pronasi, tungkai bawah tergantung di ujung matras
(setinggi bagian atas patella)
• Dapat ditambahkan beban di ankle (1-5 pound)
• Ankle pumps : sesering mungkin
• Menjaga sirkulasi yang baik

55
Fase 2
• Supine Heels Slide : 3 x 20 Rep ; Goal 120° dalam 6
minggu
• Sitting Heel Slide : 3 x 20 Rep ; Goal 120° dalam 6
minggu
• Quadriceps Setting : 3 x 20 Rep
• Straight Leg Lift : 3 x 10 Rep
• Prone Ankle Hang : 3 Set , @ 3-5 menit

56
Fase 2
• Standing toe raise : 3 x 20
Rep
• Berdiri stabil
(berpegangan)
• Ekstensi ankle (menjinjit)
• Standing Hamstring Curl :
3 x 20 Rep
• Berdiri stabil
(berpeganganan pada
meja/dinding/ balance
bar)
• Perlahan fleksi lutut post
operasi
57
Fase 2
• Hip Abduction : 1 x 20
Rep
• Side lying pada sisi yang
sehat
• Lutut postoperatif
ekstensi, abduksi hip joint
sisi postoperatif
• Wall Slides : 3 x 20 Rep
• Berdiri bersandar di
dinding pada punggung
• Posisikan kaki 6-12 inch
dari dinding
• Rendahkan posisi badan,
dengan memfleksikan
lutut sampai 45°
• Tahan 5 detik, lalu kembali
ke posisi semula
58
Fase 3
• Supine Heels Slide : 3 x 20 Rep ; Goal full flexi dalam 12
minggu
• Sitting Heel Slide : 3 x 20 Rep ; Goal full flexi dalam 12
minggu
• Quadriceps Setting : 3 x 20 Rep
• Straight Leg Lift : 3 x 10 Rep
• Prone Ankle Hang : 3 Set , @ 3-5 menit
• Standing toe raise : 3 x 20 Rep
• Standing Hamstring Curl : 3 x 20 Rep
• Hip Abduction : 1 x 20 Rep
• Wall Slides : 3 x 20 Rep

59
Fase 3
• Squat to chair : 3 x 20 Rep
• Posisi berdiri, squat perlahan, sampai menyentuh kursi,
lalu segera kembali keposisi berdiri semula.
• Lengan dapat ditambahkan beban seiring peningkatan
kekuatan
• Seated leg press : 3 x 20 Rep
• Meningkatkan kekuatan Quadriceps.
• Peningkatan beban dievaluasi setiap minggu
• Mulai dengan yang ringan, jangan melampaui BB pasien
• Flexi lutu jangan melebihi 90°.

60
Fase 3
• Stationary bicycle : 20-30 menit / hari
• Bermanfaat untuk melatih gerakan dan kekuatan
• Atur posisi dudukan sepeda agar lutut postoperatif full ekstensi
• Resitensi ditingkatkan perlahan bertingkat selama 4 minggu
• Stretching exercises : 2x 5 Rep/ gerakan
• Gerakan: Prone Quadriceps, Hamstrings dan Calf
• Pertahankan regangan selama 15 – 20 detik

61
Fase 4
• Tipe : Advanced muscular strengthening;
cardicovascular / sports spesific training
(dilakukan bergantian hari)

• Hari Latihan Advanced Strengthening (3 hari


dalam 1 minggu)
• Latihan fase 3 ; 2 x 10-15 Rep
• Step Up/Step Down : 2 x 10-15 Rep
a) Melatih kekuatan, keseimbangan,
propiosepsi
b) Kaki post operatif menapak di landasan,
mencoba untuk mengangkat kaki sehat.
c) Ketinggian landasan dapat diatur 3,6 an
9 inchi
• Single Leg Wall Slide :3 x 5-10 Rep
• Seperti wall slide, hanya kaki sehat
diangkat
• Single Leg Squat to Chair :3 x 5-10 Rep
a) Seperti Squat to chair, tumpuan hanya
pada kaki postoperatif
62
Fase 4
• Latihan Kardiovaskular / Spesifik Olahraga ( 3hari dalam
1 minggu)
• Stationary Bicycle / elliptical machine (30 menit / sesi)
• Lari ringan di atas permukaan empuk
• Mulai 5 menit, meningkat menjadi 30 menit dalam 4 minggu
• Latihan Kecepatan dan Agilitas
• Setelah latihan lari sebelumnya menjadi ringan dan tidak
menimbulkan nyeri / bengkakan di lutut
• Sprint garis lurus, mulai kecepatan setengah untuk 100 yard ( 10
rep)
• Sprint garis lurus, full speed, 100 yard (10 Rep)
• Pasang cone/ lari zig zag
• Tambahkan lari ke depan dan lari mundur
• Lari pola angka delapan
• Tambahkan lari carioca
• Tambahkan lari shuttle
• Latihan melompat dan pylometric

63
Fase 5
• Return to Sport (gerakan pivoting)
• Disarankan menggunakan brace ACL

64
Kriteria Kembali Berolahraga
Setelah Rekonstruksi ACL
• Full ROM
• Perbedaan KT-1000 antar sisi <3mm
• Kekuatan quadriceps ≥ 85% sisi kontralateral
• Kekuatan hamstring 100% sisi kontralateral
• Rasio kekuatan hamstring terhadap quadriceps ≥ 70%
• Uji tes fungsional ≥ 85% dibandingkan sisi kontralateral
– Single-leg hop
– Timed leg hop untuk 20 feet
– Vertical jump
• Efusi ( – ) ,nyeri ( – ) ,gejala lain (– )
65
TERIMA KASIH
MOHON BIMBINGAN

66
Kinesiotaping Cidera ACL
Fase Akut (24 -72 jam)
Mengunakan teknik koreksi
limfatik
Metode 3 bilah:
- Epikondilus medial femur
menyilang patella ke aspek
lateral lutut
- Epikondilus lateral femur
menyilang ke aspek medial
lutut
- Inferior / superior fossa
poplitea

Fase Post Akut (setelah 72 jam)


Menggunakan teknik koreksi
ligamen

67

Anda mungkin juga menyukai