Anda di halaman 1dari 30

ROOD APPROACH

Rood’s Sensorimotor Approach

Wawan Ridwan M.
DASAR PEMIKIRAN
Pola motor dikembangkan dari pola
refleks fundamental yang tampak
pada waktu lahir, kemudian
digunakan dan secara bertahap
dimodifikasi melalui stimuli sensori
hingga tercapai kontrol tertinggi
pada level kortikal kesadaran.
Dengan demikian jika stimuli sensori
yang tepat diaplikasikan pada
reseptor sensori yang sesuai
menurut tahapan perkembangan
normal, maka akan menimbulkan
pola respon motor yang tepat pula
(Trombly, 1989).
KONSEP
(REKONSTRUKSI)
• Ada saling ketergantungan aktif antara
tonus otot dan kontrol motor
• Saling ketergantungan aktif antara pola
fleksi dan ekstensi
• Repetisi respon otot menciptakan pola-
pola gerakan
• Maksud atau tujuan (purposeful)
berpengaruh pada gerakan
• Kedekatan dg konteks hidup
meningkatkan efektifitas terapi &
kemampuan generalisasi
• Terapis menggunakan tanda-tanda
somatik (perasaan, emosi) utk menyeleksi
metode-metode interaksi dg klien
Sekuensis / Komponen
Kontrol Motor Rood
• Reciprocal inhibition (innervation)
• Co-contraction (co-innervation)
• Heavy work
• Skill
• Reciprocal Inhibition
(innervation)
 pola mobilitas awal, fungsi
perlindungan
 tipe gerakan phasic atau
cepat, otot agonis kontraksi,
antagonis rileks
 mrp refleks spinal maupun
supraspinal utk memulai
gerakan
• Co-contraction (co-innervation)
 stabilitas, mrp pola otot tonic
atau static
 kemampuan menahan posisi atau
objek dlm waktu tertentu
 kontraksi simultan otot agonis &
antagonis
 dasar kontrol postural, memberi
stabilitas dlm beraktivitas
• Heavy Work
Mobility superimposed on
stability
Otot proksimal kontraksi &
bergerak, segmen distal
terfiksasi
Contoh: menarik, mengangkat
benda, merangkak
• Skill
Level kontrol motor
tertinggi
Mengkombinasikan
mobilitas & stabilitas
Segmen proksimal
terstabilisasi, segmen distal
bebas bergerak
Contoh: menulis, mengetik
POLA PERKEMBANGAN
ONTOGENETIC
1. Supine withdrawal (supine
flexion)
2. Rollover (toward side lying)
3. Privot prone (prone extension)
4. Neck-cocontraction (co-
innervation)
5. On elbow (prone on elbow)
6. All fours (quadruped position)
7. Static standing
8. Walking
• Supine Withdrawal
 Total fleksi seluruh tubuh, fungsi proteksi
 Menuntut reciprocal innervation & heavy
work otot2 proksimal & trunk
 Membantu integrasi TLR
 Utk individu dg pola reciprocal flexion
buruk & individu yg didominasi oleh tonus
ekstensor

(Royeen et al, 2001)


• Rollover
Mrp pola mobilitas ekstremitas,
mengaktivkan otot2 lateral trunk,
leher, & extraocular
Utk individu yg didominasi pola TLR
pd posisi supinasi

(Royeen et al, 2001)


• Pivot Prone
 Total ekstensi leher, bahu, trunk, dan
ekstremitas
 Meliputi pola mobilitas & stabilitas
 Berperan penting dlm persiapan utk
menstabilisasi otot2 ekstensor pd posisi
tegak
 Berhubungan dg labyrinthine righting
reaction kepala
 Indikasi terintegrasinya STNR & TLR

(Royeen et al, 2001)


• Neck Co-contraction
Mengawali kokontraksi trunk &
ekstremitas
Aktivasi otot2 fleksor & deep tonic
extensors leher
Meningkatkan stabilitas leher &
kontrol ekstraokular

(Royeen et al, 2001)


• On Elbows
 Weight bearing pada siku
 Peregangan otot2 upper trunk,
mempengaruhi stabilitas scapula & regio
glenohumeral
 Memberi kemampuan melihat lingkungan
dg lebih baik & kesempatan memindah
beban tubuh dr satu sisi ke sisi lain
 Inhibisi STNR

(Royeen et al, 2001)


• All Fours
 Stabilisasi leher & bahu  lower trunk &
ekstremitas bawah kokontraksi 
kokontraksi fleksor & ekstensor trunk
 Mobility superimposed on the stability:
gerak ke depan, belakang, samping,
diagonal
 Weight shifting  persiapan respon
equilibrium

(Royeen et al, 2001)


• Static Standing
 Skill of upper trunk krn ekstremitas atas
bebas utk melakukan prehension &
manipulation
 Weight on both legs  weight shifting
 Integrasi level neurologi yg lebih tinggi
(righting reactions & equilibrium
reactions)

(Royeen et al, 2001)


• Walking
 Kesatuan skill, mobilitas, & stabilitas
 Normal locomotion: gabungan
kemampuan support tubuh,
keseimbangan, melangkah
 Meliputi: stance phase, push off, swing,
heel strike, stride length
 Proses yg rumit krn menuntut pola
gerakan dari berbagai anggota tubuh yg
terkoordinasi
TREATMENT
• TEKNIK FASILITASI
Cutaneous Facilitation Techniques
Proprioceptive Facilitation
Techniques

• TEKNIK INHIBISI
– Neutral Warmth
– Slow Stroking
– Light Joint Compression
(Approximation)
– Rocking
T Cutaneous Facilitation
E
K Techniques
N
• Fast Brushing
I
K  Dilakukan pd area dermatome, 5 detik tiap
area
F  Tdk ada respon stl 30 det  diulang 3-5 kali
A  Stimulasi C-size sensory fibers
S  Pd kedua sisi tubuh, terutama ekstremitas
I bawah (efeknya lbh terlihat dibanding
L ekstremitas atas)
I
 Precautions:
T
 ujung telinga: stimulasi n. vagus  memperlambat
A jantung, konstriksi & sekresi bronkial
S  posterior primary rami L1-2  BAB
I  posterior primary rami S2-4  inkontinensia
• Light stroking
Stimulasi A-size sensory fibers
Pd dorsum web jari2 tangan & kaki,
telapak tangan/ kaki  menyebabkan
phasic withdrawal motion
Stimulus repetitive  menyebabkan
pola crossed extensor reflex

• Icing
Kurang efektif utk pasien hemiplegia
dibanding fast brushing
Stimulasi C & A-size sensory fibers
• …lanjutan. Icing
 C-icing:
Tekan ice cube pd area yg difasilitasi selama 3-5
det, hapus airnya
Area = fast brushing, kecuali posterior primary
rami  meningkatkan respon saraf simpatetik
 A-icing:
 Sapuan cepat ice cube pd telapak tangan/kaki
atau dorsal web tangan/kaki  menyebabkan
reflex withdrawal
 Pd kuadran kanan atas abdomen (T7-9) 
menstimulasi diafragma
 Pd bibir  membuka mulut
 Pd lidah & bibir bag dalam  menutup mulut
 Precautions = brushing
Proprioceptive Facilitation Techniques
• Fasilitasi muscle spindles, tendon golgi,
joint receptors, vestibular apparatus
• Proprioceptors beradaptasi lebih lambat
drpd exteroceptors (cutaneous), tetapi
menghasilkan pola postural yg lebih
bertahan
• Meliputi:
 Heavy Joint Compression
 Resistance
 Vestibular Stimulation
 Inversion
• Heavy Joint Compression
Kompresi sendi yg lebih besar drpd
berat tubuh, diaplikasikan melalui aksis
longitudinal tulang, mis. humerus,
femur
Fasilitasi kokontraksi pd persendian
selama kompresi
Dikombinasi dg pola perkembangan
(prone on elbows, quadruped, sitting,
standing)
Dpt dilakukan scr manual dg memberi
pembebanan
• Resistance
Tahanan diaplikasikan secara isotonik
menurut pola perkembangan
Sebelum diaplikasikan, gunakan fast
brushing atau quick strech utk
memaksimalkan respon
Pemberian tahanan intermittent
bertahap lebih baik drpd aplikasi
manual stretching
• Vestibular Stimulation
Powerful proprioceptive input
Aktivasi otot2 antigravitasi &
antagonisnya
Mempengaruhi tonus, keseimbangan,
arah gerak, respon protektif, fungsi
saraf cranial, integrasi bilateral,
perkembangan bahasa auditory, eye
pursuits
Distimulasi dlm bidang horizontal,
vertikal, & angular (spinning, rolling,
swinging)
Efek: inhibisi atau fasilitasi, tergantung
kecepatan stimulasi
• Inversion
Menggunakan posisi kepala utk
mempengaruhi tonus otot2 tertentu
Meningkatkan tonus otot2 leher,
midline trunk, & ekstremitas
Efek posisi kepala pd otot skeletal:
tonus ekstensor dimaksimalkan pd
posisi head down, diminimalkan pd
posisi upright
Best result: kepala pd normal
alignment
INHIBITORY TECHNIQUES
• Neutral Warmth
Mempengaruhi reseptor suhu pada
hypothalamus & menstimulasi sistem
saraf parasimpatik
Untuk: individu dg hypertonia (spasticity
& rigidity), ADD
Pasien telentang, tubuh dibungkus
selimut katun selama 5-10 menit 
tonus otot turun  relax
Memberikan panas dg tingkat sedang,
scr homeostatis sesuai dg reseptor
hypothalamus
• Slow Stroking
Pasien pronasi, terapis memberi
fingertip pressure pd kedua sisi
processus spinosus scr ritmik disertai
tekanan bergantian
Dilakukan scr perlahan,
berkesinambungan dr occiput ke coccyx
Lebih efektif jika diiringi musik yg tenang
Tidak lebih dr 3 menit  menimbulkan
rebound phenomenon krn eksitasi
cabang simpatetik dr sistem saraf
otonom
• Light Joint Compression (Approximation)
 Kompresi persendian sebesar berat tubuh atau
kurang dr berat tubuh
 Utk individu dg hemiplegia, mengurangi nyeri &
ketidakseimbangan otot sekitar persendian
 Dilakukan dg duduk atau supinasi, satu tangan
terapis di atas bahu pasien, tangan yg lain di
bawah siku yg fleksi, lengan pasien abduksi 35-
45 derajat  kompresi glenohumeral

• Rocking
 Posisi statik sesuai pola perkembangan,
digerakkan scr perlahan & berirama: forward-
backward, side-to-side, diagonal patterns

Anda mungkin juga menyukai