Anda di halaman 1dari 2

Angka Turun dan Mencetak Sejarah

Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan.

Di Indonesia sendiri kemiskinan merupakan masalah yang besar bukan hanya dialami
belakangan ini. Sejak dulu, siapapun presidennya soal kemiskinan menjadi pekerjaan rumah
yang harus segera dituntaskan. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) sejak tahun 1970
hingga 2018, tren angka kemiskinan cenderung turun meski sempat naik.

Berdasarkan data bbc.com pada Maret 2017, provinsi dengan rata-rata garis kemiskinan tertinggi
adalah Bangka Belitung dangn Rp602.942 dan yang terendah adalah Sulawesi Selatan dengan
Rp274.434. dan derdasarkan data kompas.com angka kemiskina tertinggi terjadi pada tahun
1970, di mana terdapat 60% penduduk yang masuk kategori miskin atau 70 juta jiwa.

Baru-baru ini Indonesia untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, tingkat kemiskinan kurang dari
10% setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa angka kemiskinan Indonesia
adalah 9,82%.

Walaupun telah mengalami penurunan angka kemiskinan satu digit, tak sedikit pula yang
melontarkan kritikan seperti akun @pbirtanto yang mengatakan bahwa “walaupun kemiskininan
udah satu digit, 1 dari 10 orang Indonesia hidup di bawah 400.000 buat satu bulan. 3 dari 10
orang hidup dengan 600.000 saja perbulan”

Tren penurunan angka kemiskinan di Indonesia ini merupakan suatu prestasi bagi pemerintahan
Jokowi yang konsisten menjaga hingga berada di bawah angka 10%. Tetapi yang menjadi
pertanyaan apakah yang menjadi faktor penurunan angka kemiskinan ini?

Data yang diambil dari kompas.com Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala


Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan penurunan angka kemiskinan tersebut
dipengaruhi beberapa faktor.

Faktor yang pertama yaitu bantuan sosial dari pemerintah turun tepat waktu. Presiden Joko
Widodo pada Januari lalu memerintahkan para menteri terkait untuk mengucurkan bantuan sosial
kepada msyarakat secara tepat waktu dan tetap sasaran.

Faktor yang kedua yaitu pengendalian inflasi, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
penurunan angka kemiskinan terjadi karena terjaganya inflasi selama periode penelitian profil
kemiskinan dari September 2017 ke Maret 2018 sebesar 1,92% “nah jadi kuncinya adalah
penanggulangan inflasi terutama pada komoditas yang berkontribusi paling besar pada
pengeluaran keluarga miskin” kata Bambang.
Dan faktor yang terakhir yaitu tingginya nilai tukar petani, hal ini mungkin menadi salah satu
yang paling tinggi pengaruhnya dalam penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia mengingat
angaka kemiskinan di Indonesia berada pada desa-desa terpencil yang berada dekat sektor
pertanian. Niali tukar petani pada Maret 2018 yakni 101,94 atau diatas 100. Data dari
kompas.com.

Walaupun nilai tukar petani yang tinggi menjadi faktor yang tinggi pengaruhnya pada penurunan
angka kemiskinan di Indonesia, tetapi penyebarannya tidak merata. Pada faktanya penduduk
miskin yang tinggal di desa lebih banyak dari penduduk yang ada di kota. Berdasarkan kutipan
dari bbc.com menurut Bhima, hal ini disebabkan karena usaha pemerataan yang dilakukan
pemerintah melalui dana desa belum bekerja optimal karena birokrasi pencairan dana masih
lambat.

Jadi tren penurunan angka kemiskinan di Indonesia ini masih kontrofersial walaupun telah
menjadi angka terendah sepanjang sejarah, pada faktanya penyebarannya masih belum merata.
Masih data dari bbc.com Menteri Keungan Sri Mulyani Indrawati bertekad untuk terus
menurunkan angka kemiskinan. “jadi kita tidak berhenti di situ, ingin menurunkan lebih lanjut.
Masalah pemerataannya juga lebih bagus,”kata Sri Mulyani.

Mengingat di Indonesia telah diadakan pemilihan umum (pemilu) hal ini pasti akan berpengaruh
pada angka kemiskinan di Indonesia. Dengan pemerintahan yang baru apakah angka kemiskinan
akan terus berkurang atau justru sebaliknya akan semakin bertambah seiring dengan naiknya
harga energy dan kebutuhan pokok, yang terpengaruh pelemahan kurs. Karena seperti yang
diketahui masyarakat msikin sensitif terhadap kenaikan harga pangan.

Anda mungkin juga menyukai