PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung udara (alveoli). Gelembung-gelembung alveoli terdiri dari:
sel-sel epitel dan endotel. Pada lapisan ini terjadi pertukaran darah, O 2masuk
kedalam darah dan CO2dikeluarkan dari darah. Empat proses yang berhubungan
dengan pernafasan pulmoner: ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang
menukar udara dalam alveoli dengan udara luar; arus darah melalui paru-paru,
darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari tubuh
masuk ke paru-paru distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan
jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian difusi gas yang menembus
membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada
oksigen. Asma adalah suatu gangguan jalan nafas pada bronkus yang
menyebabkan spasmr bronkus. Asma merupakan reaksi hypersensitive yang
disebabkan oleh biokimia, imunologi, infeksi, endokrin dan faktor fsikologis. Status
asmatikus adalah suatu keadaan darurat medik yang lain, bila tidak diatasi dengan
secara cepat dan tepat kemungkinan besar akan terjadi kegawatan medik yakni
kegagalan pernafasan. Pada status asmatikus selain spasme otot-otot broncus
terdapat pula sumbatan oleh lendir yang kental dan peradangan. Faktor-faktor ini
yang terutama menyebabkan refrakternya serangan asma ini terhadap obat-obatan
bronkodilator. Serangan Asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan
bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olahraga bisa dihindari dengan minuman
obat sebelum melakukan olahraga. Dan upaya pencegahan asma pada anak dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu pada 2 anak yang asmanya belum bermanifestasi.
Mencegah terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetik merupakan faktor
penting, tetapi manifestasinya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Penghindaraan
terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat elerginitis tinggi pada ibu
hamil dan yang menyusui maupun sang anak. Orang tua terutama ibu dianjurkan
tidak merokok.
B. Tujuan
C. Pembatasan Masalah
Mengingat terbatasnya waktu yang disediakan, maka pada makalah ini penulis
hanya membicarakan tentang anatomi fisiologi dan konsep dasar asmatikus.
D. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
Definisi:
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat madik yang lain, bila tidak
diatasi dengan secara cepat dan tepat kemungkinan besar akan terjadi kegawatan
medik yakni kegagalan pernafasan. Pada status asmatikus selain spasme otot-otot
broncus terdapat pula sumbatan oleh lendir yang kental dan peradangan. Faktorfaktor ini yang terutam menyebabkan refrakternya serangan asma ini terhadap obatobatan bronkodilator.
Definisi Asma
Global Initiative for Asthma
(GINA) mendefinisikan asma sebagai
gangguan inflamasi kronik saluran nafas
dengan banyak sel yang berperan,
khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada
orang yang rentan
inflamasi dapat menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada
tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari.
Nelson mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala
mengi
serta
batuk dengan karakteristik sebagai beriku
t; timbul secara
episodik dan atau kr
onik, cenderung pada malam hari atau
dini hari
(nokturnal), musiman. Adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik
dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan penyumbatan,
serta adanya riwayat asma at
au atopi lain pada pasien atau
keluarga,
sedangkan seba
b
sebab lain sudah disingkirkan (Nelson, 1996).
Pedoman Nasional Asma Anak juga menggunakan batasan yang
praktis dalam bentuk batasan operasional yaitu mengi berulang terkadang
disertai batuk persisten
dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara
epis
odik, cenderung pada malam hari atau
KLASIFIKASI ASMA:
1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :
a. Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon
yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam rangsangan,
yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru
dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan
b. Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional status
asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan respon
terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan wheezing,
ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa
berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena
leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian
berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka
suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal
pernapasan.
c. Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian
2. Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008)
a. Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi
alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap
orang yang sehat.
b. Asma intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari
allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang buruk
seperti klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang berlebihan.
3. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan asma berdasarkan
beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:
1) Asma Intermiten (asma jarang)
gejala kurang dari seminggu
serangan singkat
gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
FEV 1 atau PEV > 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas 20% 30%
2) Asma mild persistent (asma persisten ringan)
gejala lebih dari sekali seminggu
serangan mengganggu aktivitas dan tidur
gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
FEV 1 atau PEV > 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% 30%
3) Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
gejala setiap hari
serangan mengganggu aktivitas dan tidur
gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
FEV 1 tau PEV 60% 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%
4) Asma severe persistent (asma persisten berat)
gejala setiap hari
serangan terus menerus
gejala pada malam hari setiap hari
terjadi pembatasan aktivitas fisik
FEV 1 atau PEF = 60%
PEF atau FEV variabilitas > 30%
4. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan berdasarkan
derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006)
a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu kalimat,
b.
bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi,
Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal kalimat,
lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang
c.
d.
asma
berat
menyebabkan kematian
yang
mengancam
terjadi
henti
nafas yang
dapat
ETIOLOGI ASMA
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang
yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non
imunologi.
1. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen
yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti common
cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat
mencetuskan serangan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
2.
asma :
a. Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan
(bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Trigger dianggap
menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa
menjurus menjadi asma jenis intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul
seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu
singkat. Namun, saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu,
apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang
mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara,
asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang
berlebihan.
b. Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus
hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan. Inducer
dianggap sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik.
Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih
lama (kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah alergen,
yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke tubuh melalui mulut),
inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen
3.
Kadang kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan,
dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan
asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang
bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan
tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.
Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan
sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan
tekanan sistolik.
Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma,
FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang
berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga
bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi
searah jarum jam
Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau
terjadinya relatif ST depresi.
KOMPLIKASI
1.
digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen, defisiensi oksigen darah
4. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran
nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami
kerusakan yang luas.
Penatalaksanaan :
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
I. POLA FUNGSIONAL
1. Persepsi Kesehatan dan Penanganan Kesehatan
Keluhan Utama / Kesehatan umum :
Sesak nafas.
Riwayat Pentyakit Sekarang ( ssi PQRST) :
Kuarang lebih pukul 19.00 malam kx sesak nafas (perlahan-lahan dada sakit, tidak
bisa diam). Kemudian oleh keluarganya dipanggilkan mantri (disuntik Aminophilin)
tapi kx tetap sesak (TD : 120 /90 mmHg, Resp. 16 x/m, nadi : 64 x/m Suhu : 37,1 oC
) sehingga oleh keluarganya sekitar Pukul 20:30 wita di bawa ke RS Ulin ini (Tgl 28
3 02).
Penggunaan obat sekarang
IVFD D5 % + 1 amp Aminopihlin 20 tts/m.
Kalmitahsone 1 amp / 8 jam .
GG 3x 1 tab.
Antasid 2 x 1
Dexamethasone 3 x 1 amp
B. compleks 3x1
O2 3 liter / menit
Riwayat Penyakit dahulu :
Mulai umur 12 th kx mulai sering sesak nafas terutama setelah bermain dan suhu
yang dingin. Dari keluarganya tidak ada DM, Hipertensi, Hepatitis .Klein baru 1 x
masuk RS.
Upaya epncegahan : berobat ke Puskesmas Gambut (disuntik aminophilin dan obat
tablet ) dan ke Mantri (suntik aminopihlin).
Penyakit masa anak :
Panas dan batuk biasa setelah berobat kx sembuh.
Alergi :
Suhu dingin
Kebiasaan :
Tembakau pernah, sejak 12 tahun, jenis Gudang Garam jumlah 1 bungkus / hari.
Alkohol : pernah, jenis bir Bintang 1 2 gelas tidak pernah mabuk. Riwayat
penggunaan obat lain pernah, jenis Asmason jumlah 1x/hari. Bila kx terasa sesak.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Dari 7 bersaudara, 2 orang kakak kx menderita seperti kx. Ayah kx menderita asma
telah meninggal 5 tahun yang lalu.
Riwayat Sosial :
Kx anak paling bungsu dari 7 bersaudara, kx mudah bergaul sehingga banyak
mempunyai teman, kx sering pergi dengan teman-temannya misalnya : ke pameran,
dan ke Sekumpul.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Masukan nutrisi sebelum sakit :
Pagi : nasi + lauk + air putih (1 piring + 2 3 gelas air)
Siang : Sda
Sore : Sda
Pantangan makan : lumbok , sahang, nangka.
Kudapan Sore tidak ada.
Saat sakit
Saat sakit,pagi BB TKTP (2 3 sendok),siang dan malam sama saja dengan pagi.
Nafsu makan normal, tetapi kx hanya makan 2 3 sendok karena sesak nafas (bila
tidak sesak kx dapat menghabiskan diet yang diberikan). Kesulitan menelan tidak
ada, keadaan gigi atas dan bawah penuh. Penggunaan Protesa tidak ada .
fluktuasi BB 6 bualan terakhir tetap 51 Kg.
Pemeriksaan fisik
Tanda vital : TB 158 sm, BB 51 Kg
Kulit :
Warna normal (sawo matang), suhu 35 oC , torgur baik (N < 1 detik). Edema tidak
ada , lesi dan memar tidak ada.
Rambut dan kulit kepala :
Keadaan rambut : kering tebal dan warna rambut hitam.
Mulut :
Hygiene bersih,gusi normal tidak ada perdarahan, warna merah muda, gigi normal,
tidak ada careis. Lidah normal, mocosa warna merah muda, tonsil normal tidak ada
peradangan, Wicara normal tapi saat sesak baicara kx terputus putus dan singkat.
Abdomen :
Pembesaran hepar dan lein tidak ada.
3. Pola eliminasi
Faeces
Kebiasaan defekasi : 1 ( satu )x /hari, defekasi terakhir selama di Rumah Sakit tidak
ada BAB. Masalah konstipasi dan diare tidak ada.
Abdomen struktur simetris, frekuensi bising usus : 9 x/m, distensi tidak ada.
Urine
Kebiasaan miksi :frekuensi > 3 x/hari. Masalah dalam kencing tidak ada tidak
menggunakan alat bantu.
Pemeriksaan fisik
Ginjal tidak teraba, nyeri ketuk negatif. Blast tidak ada distensi.
4. Pola Aktivitas Latihan
Klien dapat beraktivitas secara mandiri seperti mandi, berpakaian, toeliting, mobilitas
di tempat tidur, berpindah, ambulasi dan pemeliharan kesehatan. Klien tidak
menggunakan alat bantu.
Pemeriksaan fisik :
Pernafasan / sirkulasi; tanda vital TD : 110/80 mmHg. Nadi 40 x/m. Resp. 20 x/m.
Kualitas dangkal,cepat dan irreguler. Kx sesekali batuk + dahak (lendir + warna
putih). Bunyi nafas tidak ada . Kelainan wheezing pada waktu ekspirasi.
Kebiasaan 8 jam /hari, siang 2 jam, malam 5 jam , di Rs kx tidak bisa tidur, malam
tadi ( 2 jam ). Setelah bangun tidur kx tidak merasa segar , insomnia kerena sesak
nafas. Penampilan fisik lelah/letih konjunktiva pucat.
6. Pola Kognitif dan Konseptual
Pendengaran normal, vertigo tidak ada, terdapat nyeri akut seperti diremas-remas
pada dada kiri dan kanan. Penatalaksaan nyeri mengatur posisi yang nyaman dan
minum obat.
Pemeriksaan fisik :
Mata pupil isokor, status mental compus mentes, GCS 455
7. Pola Persepsi Diri/ Konsep diri
Kx merasa sanggup dengan masalah financial dan perawatan di RS ini baik.
Kedaan emosional stabil, konsep diri : kx dapat menerima penyakitnya.
8. Pola Peran/Hubungan.
Status pekerjaan tidak tetap, keluarga peduli terhadap kx, terlihat dari banyak
keluarga dan saudaranya yang menengok kx di RS.
9. Pola Seksualitas.
Tidak ada masalah
10. Pola Koping -Toleransi Stress.
Klien dapat beradaptasi dengan penyakitnya, cara pengambilan keputusan, dibantu
oleh kakak dan orang tuanya. Kejadian terbesar seperti PHK, perceraian, dll tidak
pernah terjadi
LAPORAN KASUS :
Nn.B 18 thn ,Agama Islam,dan nama walinya adalah Tn. Eko. Masuk kerumah sakit pada
tanggal 27 april 2011klien masuk melalui poliklinik penyakit dalam , dengan keluhan sesak
napas , saat dilakukan pemeriksaan, Nn. B mengeluh sesak pada saat ia bernapas, batuk
kering dan nyeri pada dada dan abdomen. Klien juga mengatakan lemah,lemas dan hanya
bias berbaring saja karena susah bernapas jika beraktifitas, aktivitas sehari hari klien di
bantu oleh keluarganya. Skala nyeri klien adalah 5 . Klien mengatakan 3 tahun yang lalu
pernah, ia pernah dirawat di rumah sakit dengan sakit yang sama, dan dokter saat itu
mengatakan bahwa dia sakit asma. Nn.B tampak lelah, dan nmengatakan adanya alergi
pada debu, dan sangat rentan kena asma pada udara malam.ny. N Menggunakan otot bantu
pernapasan, tampak adanya pernapasan cuping hidung. Pada saat pengkajian klien tampak
susah bernapas dan ketika ekspirasi terdengar bunyi wheezing. Dari hasil pemeriksaan fisik
klien didapatkan TD : 120/80, RR : 29 x/mnt , Nadi : 113x/mnt, klien tampak lemah dan letih,
wajah klien tampak pucat. Hasil pemeriksaan radiologi paru Nn.B , didapati hiperinflasi pada
parunya.
Pengkajian
Nama Perawat : Perawat Dila
Tanggal Pengkajian : 28 April 2011
Ruang Perawatan Dahlia, Rumah Sakit Respati
Jam Pengkajian : 08.00 wib
Tanggal Masuk : 27 April 2011
1. Biodata :
Pasien
Nama : Nn. B
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Jogjakarta
Diagnosa Medis : Status Asmatikus
Penanggung Jawab
Nama : Tn. Eko
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana Ekonomi
Pekerjaan : Admin di sebuah perusahaan swasta
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jogjakarta
Hubungan dengan klien : Orang tua
2. Keluhan utama :
Klien mengeluh sesak napas.
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien menderita penyakit asma sejak 3 tahun yang lalu.
4. Basic Promoting physiology of Health
1. Aktivitas dan latihan
Klien sangat lemah sehingga untuk aktivitas yang berat dibantu keluarga dan aktivitas yang
dikerjakan pasien hanya sebatas ringan saja, seperti membaca buku, dan menonton TV.
2. Tidur dan istirahat
Untuk istirahat klien mengatakan tidak pernah mengalami masalah, kecuali pada saat
penyakitnya kambuh.
3. Kenyamanan dan nyeri
Klien mengatakan nyeri yang dirasakannya mengganggu. Saat dilakukan pengkajian nyeri
didapatkan :
P : saat terkena debu dan udara malam
Q : nyeri yang dirasakan klien terus menerus
R : pada dada
S : skala nyeri 5
T : sekitar 15 menit
4. Nutrisi
Klien masuk rumah sakit dengan BB 50 kg, sebelum masuk rumah sakit nafsu makan klien
baik. Sejak masuk rumah sakit, klien mengatakan nafsu makannya kurang.
5. Cairan, elektrolit dan asam
Pasien mengatakan dalam sehari minum pasien minum 6 gelas blimbing, dalam 1 gelas
ukurannya 200 cc.
Minum 6 gelas sehari = 6 x 200 = 1200 ml
Infus 500 cc/6 jam = 4 x 500 cc = 2000
Air metabolisme 5/kg BB/hari=5x69=345ml
Intake=1200+2000+345=3545ml
Urin = 5 x 300= 1200 ml/hari
IWL =14/kg/hari=15 x 69= 1035ml
IWL = IWL+200 (suhu sekarang - 370C) = 1035 + 200(38 - 37) = 1235
Output=1500+100+1235=2835
BC =Intake-Output
=4545-2835
= + 1710ml
pH =7,28
6. Oksigenasi
Pada saat masuk rumah sakit klien mengalami sesak nafas dan dyspnea / sakit saat
bernafas, RR karakteristik pernapasan.
7. Eliminasi fekal/bowel
Klien BAB normal dalam sehari 1X, klien mengatakan jarang sekali menderita diare.
8. Eliminasi urin
Klien BAK dengan mudah dan tidak merasa sakit saat BAK ataupun ada keluhan lain saat
BAK.
9. Sensori, persepsi dan kognitif
Klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori. Kllien juga tidak menggunakan alat bantu
penglihatan dan alat bantu untuk berjalan. Pendengaran klien masih normal dan tidak
mengalami gangguan. Penciuman klien masih normal.
5. Pemeriksaan Fisik
kuantia. Keadaan umum pasien tampak lemah dan wajah tampak pucat. GCS berapa,
kualinya apa??? Pemeriksaan TTV didapatkan hasil : TD : 100/70 mmHg, nadi : 110x/menit,
RR : 26x/menit, suhu : 37,7 0C.
b. Pemeriksaan kepala (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi): bentuk kepala klien
mesochepal, tidak terdapat lesi, tidak ada hematom, rambut klien bersih tidak rontok.
Pemeriksaan muka : muka klien tampak pucat, berkeringat, tidak ada lesi pada muka klien.
Sklera klien berwarna putih bersih, terdapat sekret pada mata, konjunctiva anemis. Hidung
klien simetris, tidak ada septum deviasi, tidak ada lesi juga tidak ada epistaksis, tidak ada
polip. Pada pemeriksaan bibir klien didapatkan bibir klien kering, tidak ada stomatitis. Pada
telinga klien bentuknya simetris, telinga klien sedikit kotor.
c. Pemeriksaan leher , leher klien simetris tidak ada penyimpangan, tidak ada pembesaran
kelenjar tyhroid, saat dilakukan pengukuran JVP didapatkan nilai 2 cm, tidak ada kaku
dilakukan tindakan keperawatan pada klien B,selama 2x24 jam. Diharapkan pola nafas
dapat kembali normal. Dengan kriteria hasil:
1. Sesak napas klien mulai berkurang
2. Tidak lagi menggunakan otot bantu pernapasan
3. Tidak ada lagi pernapasan cuping hidung
TD : 110/70-120/80mmHg, RR :4. TTV dalam batas normal yaitu 16-24x/menit, nadi : 60100x/menit, suhu : 36,5-37,50C 1. Kaji TTV klien.
2. Beritahu klien untuk banyak istirahat
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian oksigen ( 2-4 liter/menit )
4. Ajarkan klien untuk nafas dalam
5. kalaborasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan ventilator
mekanis.
1. Mengidentifikasi keadaan umum klien.
2. Untuk memulihakan kondisi kelelahan klien
3. Agar kebutuhan oksigen klien terpenuhi
4. Agar dapat mengatur pernapasan klien
5. Untuk merencanakn terapi oksigen yg akan diberikan pada klien.
Dila
3 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan Setelah dilakukan tindakan kepada Nn. b selama 3 x
24 jam pasien mampu melakukan aktivitas, dengan kriteria hasil :
a. Keadaan umum baik..
b. Klien mampu memenuhi kebetuhan sehari-hari dibantu keluarga dan perawat seminimal
mungkin.
c. klien dapat melakukan ROM pasif
1. Observasi KU klien
2. Dekatkan alat- alat yang dibutuhkan klien.
3. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Dengan mengobservasi keaadaan umum pasien.
2. Dengan mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien dapat melatih pasien untuk tidak
bergantung dengan orang lain.
3. Dengan membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari akan dapat mengurangi
aktivitas klien.
4. Untuk memenuhi kebutuhan klien Dila
d) Catatan Perkembangan
Nama : Nn.B No. CM : 12455
Umur : 18 tahun Tanggal masuk RS : 28 april 2011
Ruang : - Diagnosa : Status Asmatikus
Dx Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi TTD
1 28/4/2011
07.00
07:00
11:00
11:30
1. Mengkaji KU
S : Klien bersedia diukur TTV nya.
O : RR : 26x/menit.
bunyi pernapasan wheezing
2. 28/04/2011
07:00
07:30
11:00
11:30
12.00
1. mengkaji TTV klien.
S : klien mengatakan masih susah untuk bernapas
O: di dapati TTV klien RR : 29 x/mnt , tampak pernapasan cuping hidung, pasien tampak
menggunakan otot bantu pernapasan
07:30
11:00
11:30
12.30 1. Mengobservasi Keadaan Umum
O : Keadaan umum lemah.
2. Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
S : Klien mengatakan tidak bisa mengambil alat-alat yang dibutuhkan.
O : Klien terlihat kesulitan mengambil alat-alat yang dibutuhkan.
3. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
S : Klien mengatakan bahwa klien merasa terbantu dalam memenuhi kebutuhan sehariharinya.
O : Kebutuhan sehari-hari klien dapat terpenuhi.
4. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien.
O : Keluarga klien mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien
karena keluarga belum terbiasa.
5. Mengkolaborasi dengan ahli gisi dengan dalam pemberian nutrisi
Tanggal 03/ 05 / 2011 Pukul 13.50
S : Klien mengatakan belum dapat melakukan aktivitas sendiri.
O : Keadaan umum lemah
Klien menunjukkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara mandiri.Intake nutrisi
klien terpenuhi dengan baik.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi 1,2,3,dan 4 dilanjutkan.