Anda di halaman 1dari 3

Nama

: Marina Indriani Lestari

Mata Kuliah : TJI B

NPM

: 1106020270

Pengajar

Kelas

:B

: SWD

Februari : Berlin, tempat meleburnya keberagaman.


Berlin adalah sebuah kota yang keberagamannya sangat kental. Saya pernah
tinggal di beberapa wilayah di kota Berlin, dimana di setiap wilayah tersebut
selalu terdapat hal-hal baru. Kita bisa tinggal dimana saja (selain di Berlin),
meskipun begitu kita tetap dapat menyaksikan perubahan kota Berlin.
Sulit untuk mempercayai bahwa dulunya kota Berlin merupakan desa nelayan.
Saat ini, Berlin merupakan kota metropolitan yang sangat sibuk dengan jumlah
penduduk sekitar 3,5 juta jiwa -- menjadikan Berlin sebagai kota tebesar kedua
di Uni Eropa. Jumlah ini bisa saja bertambah sebanyak satu juta jiwa apabila
Perang Dunia ke-2 tidak pernah terjadi. Kota Berlin telah melalui dan
mengalami banyak perstiwa.
Meskipun begitu, Berlin tetap merupakan sebuah kota yang nyaman untuk
berbelanja dan bersantai menghabiskan waktu. Setiap hari kita dapat
mengunjungi galeri, restoran, atau melakukan hal-hal lainnya. Dua minggu yang
lalu, saya mengunjungi sebuah restoran pop-up1 di Berlin Mitte. Berlin Mitte
merupakan salah satu dari dua pusat kota Berlin.
Untuk mencapai tempat ini kita harus melewati reruntuhan pabrik tua. Seperti
tempatnya, makanan yang disajikan di restoran ini pun tua. Sebelumnya tidak
pernah saya mencoba makanan dengan cita rasa seperti itu.

1
Restoran Pop-up adalah sebuah restoran kecil dan bangunannya
tidak permanen dan biasanya terletak di luar ruangan

Namun, saya sering bepergian tanpa tujuan dan berkelana di kota Berlin, entah
untuk mengunjungi teman-teman, untuk bekerja, untuk sekedar berjalan-jalan ,
untuk bersepeda, atau untuk sekedar bermain perahu kayak.
Pada hari ulangtahun saya kemarin malam, saya memutuskan untuk keluar dan
berbaur dengan masyarakat setempat. Saya berpikir untuk mengunjungi sebuah
restoran kecil di sudut kota yang diperuntukkan bagi para wisatawan.
Di sana, saya diberi perkakas. Pelayan restoran dengan potongan rambut
seperti pemain bola di restoran tersebut menyebutnya sebagai satu set peralatan
makan yang terdiri dari sendok, garpu, dan pisau. Selain itu, saya diberi sebuah
tatakan piring dan gelas yang terbuat dari kertas yang desain tulisan di bagian
permukaannya mirip seperti cermin yang retak. Tatakan tersebut terlihat seperti
peta kuno kota Berlin yang terbagi-bagi. Dulu saya tinggal jauh dari tembok
Berlin, yaitu di wilayah Berlin Timur (Jerman Timur). Sekarang saya tinggal
tepat pada perbatasan antara Berlin Timur dan Berlin Barat.
Saat ini, kita sudah tidak dapat lagi melihat jejak-jejak pembagian kota Berlin
dalam empat sektor. Namun, memori tentang sejarah kota Berlin yang pernah
bergejolak akan selalu ada, misalnya terdapat banyak lubang bekas peluru pada
gedung-gedung di kompleks museum. Hal ini menyiratkan karakter kota Berlin
dan penduduknya yang keras. Kau harus bisa membalasnya.

Permasalahan
1. Kesulitan yang saya alami ketika menerjemahkan teks ini adalah saat saya
ragu dalam mengartikan kata Schmelztiegel pada judul teks ini ke dalam
bahasa Indonesia. Schmelztiegel dalam bahasa Inggris berarti Melting Pot,
yaitu metafora untuk masyarakat heterogen yang semakin homogen. Namun
saya tidak dapat menemukan padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia
untuk mengartikan kata Schmelztiegel, maka saya memilih untuk
menggunakan istlah Melting Pot pada judul karena menurut saya sudah

banyak orang Indonesia yang mengetahui arti dari kata Melting Pot,
sehingga orang akan mengerti ketika membaca judul teks.
2. Permasalahan kedua yaitu pada penerjemahan pada kata man. Apabila man
diterjemahkan secara harfiah, maka akan berarti orang-orang. Selain
terdengar tidak praktis, hal ini akan membuat teks terjemahan bernada
informal. Selain itu, penggunaan subjek orang-orang atau orang dalam
bahasa Indonesia lebih cocok digunakan dalam ragam lisan. Oleh karena itu,
saya menerjemahkan man dengan kita, agar teks terjemahan dapat diterima
oleh orang yang menggunakan bahasa Indonesia.

3.

Permasalahan ketiga yang muncul adalah penggunaan istilah yang tidak

lazim untuk bidang tertentu dalam teks ini. Terlihat pada kalimat Eingeweide
einer alten, herunter gekommenen Fabrik. Eingeweide adalah istilah yang biasa
digunakan dalam bidang kedokteran dan dapat diartikan sebagai organ dalam
perut makhluk hidup, terutama hewan dan manusia. Solusi penerjemahan yang
saya lakukan terhadap kalimat ini adalah mencari informasi pendukung dari
internet dan mencoba mengaitkannya dengan konteks kalimat sebelum dan
sesudahnya.

4.

Permasalahan keempat yang muncul adalah jika penerjemah teks ini

tidak begitu menguasai sejarah Jerman, mungkin akan mengartikan kata


Mauer pada kalimat ,,Ich lebte mal einen Huserblock von der Mauer weg,
mitten im russischen Sektor. menjadi tembok saja, padahal ada unsur historis
dalam kata Mauer tersebut yang berarti Tembok Berlin. Solusi untuk
menerjemahkan teks yang memiliki unsur historis seperti ini yaitu dengan cara
mencari informasi terpercaya yang mendukung terjemahan kita, bisa dari
internet atau mana saja.

Anda mungkin juga menyukai