Print Tata
Print Tata
Pembimbing :
dr. Hj. Sita Andiastuti
Disusun oleh:
MIFTAKUR ROHMAH SOFYAN
20090310213
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
HIPERTENSI GRADE II DENGAN KATARAK SENILIS IMATUR ODS
DAN OSTEOARTHRITIS PADA JANDA LANJUT USIA DISERTAI
KESEDIHAN YANG MENDALAM TERHADAP KEMATIAN BEBERAPA
ANGGOTA KELUARGA
Disusun oleh:
Miftakur Rohmah Sofyan
20090310213
Telah dipresentasikan pada
Hari/Tanggal: 19 Maret 2015 di Puskesmas Kotagede II
Dokter Pembimbing Fakultas
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kotagede II
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
presentasi kasus ini dengan judul Osteoarthritis, Hipertensi Grade II, Katarak Senilis
Imatur pada perempuan lanjut usia dengan Tingkat Pengetahuan Rendah tentang
Penyakitnya pada Rumah Tangga Yang Tidak Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di Puskesmas Kotagede II.
Penulis menyadari selesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................2
KATA PENGANTAR....................................................................................................3
DAFTAR ISI..................................................................................................................4
BAB I LAPORAN KASUS...........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................15
1.
2.
3.
HIPERTENSI....................................................................................................15
A.
Definisi......................................................................................................15
B.
Faktor risiko..............................................................................................15
C.
D.
Patofisiologi..............................................................................................19
E.
Penatalaksanaan........................................................................................19
KATARAK.......................................................................................................22
A.
Definisi......................................................................................................22
B.
Klasifikasi..................................................................................................22
C.
Patofisiologi..............................................................................................22
D.
Diagnosis...................................................................................................23
OSTEOARTHRITIS.........................................................................................24
A.
Definisi......................................................................................................24
B.
Faktor risiko..............................................................................................24
C.
Epidemologi..............................................................................................25
D.
E.
Patofisiologi..............................................................................................26
F.
Diagnosis...................................................................................................27
G.
Penatalaksanaan........................................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................29
1.
Analisis Kasus..................................................................................................29
2.
3.
4.
Diagnostik Holistik...........................................................................................40
5
5.
Manajemen Komprehensif...............................................................................40
BAB V.........................................................................................................................48
1.
Kesimpulan.......................................................................................................48
2.
Saran.................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................49
BAB I
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama
: Ny. J
Tanggal Lahir
: 25 juli 1946
Usia
: 69 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Tidak berkerja
Status Perkawinan
: Janda
Pendidikan Terakhir
: Tamatan SD
No rekam medis
: 000049
Kunjungan Puskesmas
: 13 Maret 2014
Kunjungan Rumah
: 14 Maret 2014
Jaminan Kesehatan
: BPJS
1. Anamnesis
1. Keluhan utama : Nyeri lutut kiri
2. Riwayat Penyakit sekarang : Nyeri pada lutut kiri seperti ditusuk-tusuk,
terutama nyeri bila berjalan/sedang aktifitas dan saat sujud maupun rukuk
sholat, keluhan membaik dengan istirahat. Awalnya nyeri lutut kiri dikeluhkan
1,5 tahun yang lalu, kumat-kumatan setiap bulan dan berlangsung selama 1-2
mingguan. Keluhan nyeri lutut kiri memburuk sekitar 6 bulan terakhir.
Pasien sudah berobat ke puskesmas sejak pertama kali mengeluhkan lutut
nyeri dan teratur minum obat yang diberikan dokter namun keluhan nyeri
masih hilang timbul. Selain itu pasien mengeluh sulit tidur, sulit tidur sering
dirasakan jika teringat kesedihan akan peristiwa yang telah dialami yaitu
peristiwa kematian anak, suami dan ibu kandung. Namun keluhan sulit tidur
memburuk 3 hari terakhir ini, paisen bisa tidur jika sudah larut malam dan
7
terbangun ditengah malam kemudian tidak bisa tidur kembali. Keluhan lain
berupa pandangan kabur yang dirasakan sudah 2,5 tahun terakhir dan sudah di
bawa ke dokter kemudian di diagnosis katarak.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi
Riwayat katarak immature
Riwayat alergi obat
Riwayat stroke
Riwayat diabetes mellitus
Riwayat penyakit jantung
Riwayat dislipidemia
1996
Riwayat Diabetes mellitus
Riwayat stoke
: disangkal
: disangkal
Pekerjaan
Pasien adalah seorang single parent dan tidak berkerja saat ini, kemudian
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan berobat di dapat dari
pemberian kedua anaknya yaitu kurang lebih 1,5-2 juta/bulan, pasien
merasa cukup dan tidak kekurangan. Dulu disaat masih muda pasien
berkerja jualan baju dan batik dipasar.
Gaya Hidup
Tidak minum alkohol, tidak merokok dan konsumsi obat-obatan
terlarang.
Pasien tidur malam 6-7 jam, kadang tidur siang jika merasa lelah.
9
Anamnesis Illness
Perasaan pasien
Pasien merasa sedih dengan sakit pada sendi lutut nya atau osteoarthritis.
Selain itu pasien juga merasa sedih dan sering teringat terhadap kepergian
orang2 tercinta seperti ibu, anak perempuan dan suami dalam kurun waktu
berdekatan yaitu kisaran 2 tahun. Selain itu pasien merasa kesepian tinggal
dirumah sendirian.
Ide pasien
Menurut pasien sakit yang dialami merupakan penyakit usia tua, pasien
berharap dengan control 2 minggu sekali di puskesmas, mengukur tekanan
darah dan minum obat secara rutin dapat mengurangi penyakit yang diderita.
Untuk katarak pasien bersedia mengikuti saran dokter untuk di operasi jika
normal dan hidup sehat kembali. Kesedihan terhadap ingatan akan kematian
beberapa anggota keluarga juga bisa berkurang. Pasien berharap kedua anak
dan menantu nya pindah kerumah pasien sehingga bisa tinggal bersama..
Efek terhadap fungsi dan sosial
Semenjak mengidap penyakit hipertensi pasien mengaku sering sakit kepala,
mudah capk. Semenjak terkena katarak sulit melihat jauh, pasien hanya
mampu melihat jarak 2-3 meter saja sehingga pekerjaan atau aktifitas sedikit
terganggu, kemudian semenjak nyeri lutut pasien sulit untuk menjalankan
2. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
: Baik
2. Kesadaran
: Compos Mentis
3. Vital Signs
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi
: 72x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
Suhu badan
: 36,7C
Pernapasan
: 22x/menit
4. Antropometri
Tinggi Badan
: 170 kg
Berat Badan
: 60 cm
Indeks Massa Tubuh: 20,7
5. Status Gizi
: Baik/Normal
11
6. Kepala
Bentuk kepala
Rambut
: Normosefal
: keriting, warna putih, distribusi tidak merata
7. Mata
Palpebra
: Edema (-/-)
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Kornea
Pupil
Lensa
: keruh + (ODS)
Shadow test
: (+/+)
8. Telinga
9. Hidung
10. Mulut
11. Leher
Kelenjar tiroid
: Tidak membesar, nyeri (-)
Kelenjar lnn
: Tidak membesar, nyeri (-)
Retraksi suprasternal
: (-)
JVP
: Tidak meningkat
12. Pulmo:
Anterior
Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi (-)
Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus ka=ki
Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Posterior
Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi (-)
Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus ka=ki
Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
12
Tungkai
Kanan
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
5
Normal
Reguler
-
Lengan
Kiri
Terbatas
Normal
Eutrofi
Hangat
+
+
5
Normal
Reguler
+
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
13
Kanan
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
5
Normal
Reguler
-
Kiri
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
+5
Normal
Reguler
-
13 Januari 2015
Kolesterol total : 159mg/dl
HDL
: 59 mg/dl
LDL
: 127 mg/dl
TG
: 123
Asam urat
: 4,5 mg/dl
2. Usulan pemeriksaan penunjang: Ro. Genue sinistra, oftalmoskop, fungsi
ginjal (ureum, kreatinin), EKG (rekam jantung).
4. Riwayat Tekanan Darah
Data disadur dari rekam medis di puskesmas Kotagede II
Tabel 2 Riwayat Tekanan Darah
No
1
2
3
4
5
Tanggal Periksa
14 Januari 2015
01 Februari 2015
15 Februari 2015
01 Maret 2015
14 Maret 2015
Tekanan darah
150/80 mmHg
170/100 mmHg
160/90 mmHg
150/90 mmHg
160/100 mmHg
5. Diagnosis Kerja
Hipertensi grade II
Osteoartritis
6. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
2. Non farmakologis
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. HIPERTENSI
B Definisi
evaluation
and treatment
of
High
Blood
Preassure
8 dan
WHO,
Individu
dengan
orangtua
yang
menderita
hipertensi,
Individu
yang
berusia
>60
tahun
memiliki
insidensi
peningkatan
hipertensi lebih
15
menderita
4) Penyakit ginjal
yaitu:
Jika
tekanan
pengeluaran
darah
garam
meningkat,
dan
air,
ginjal
yang
akan
akan
menambah
menyebabkan
1) Stress
dan curah
2) Obesitas
jantung
mengontrol
kalori.
Biasanya
diet
untuk
menambahkan
gula,
dan
mengurangi
makanan
berlemak
dan
meningkatkan
16
konsentrasi
menjaga
keseimbangan
kembali.
17
4) Merokok
menaikkan
darah
dalam
pembuluh
darah
dan
dapat
golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Disebabkan oleh
berbagai faktor seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, sistem renin angiotensin, dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisitemia.
18
Sistol
Diastol
Normal
Pre
hipertensi
Stadium I
<120 mmHg
120-139 mmHg
<80mmHg
80-89 mmHg
140-159 mmHg
89-99 mmHg
Stadium II
>160mmHg
>100 Mmhg
C. Patofisiologi
RpFPVID
nteRaS
tnsGgfd
risdtolh
a ee i
sk n
f t iu o
e
gNi e
n
sk S
ia ,k
a i ska e
n an n
e
ea t ao
sn
rn
i m s
ateLvkn
pdnguom
rnsea
gIds
rsati
mur
i
k
s
i
i oi a
eam
nr n
lt
in
sr
f
iki
n r
oR
t
o
u
g
i
r
, A
k
n
n e
i
n
a
a
h
l
n
HIPERTENSI
D. Penatalaksanaan
19
a. Terapi nonfarmakologi
untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting
dalam penanganan hipertensi. Disamping menurunkan tekanan darah
pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga
dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada
pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup
yang
penting
yang
terlihat
menurunkan tekanan
darah
adalah
pola
makan
DASH
(Dietary
Approach
to
Stop
20
penyakit
Pasien hipertensi
yang
merokok
harus
b. Terapi farmakologi
Terapi Kombinasi
1)
2)
3)
4)
5)
pasien (adherence)
kalsium
f) Agonis -2 dengan diuretic
g) Penyekat -1 dengan diuretic
21
2. KATARAK
A Definisi
Katarak adalah setiap kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang
dapat terbentuk akibbat hidrasi lensa mata, denaturasi protein lensa mata, atau
akibat keduanya sehingga menyebabkan penurunan/gangguan pengelihatan
(Ilyas, 2003)
E. Klasifikasi
a) Katarak kongenital
Katarak yang timbul sejak lahir yang sering dilahirkan pada ibu
Semua kekeruhan lensa yang terdapat ada usia lanjut, yaitu di atas usia
50 tahun
c) Katarak Juvenil
22
F. Patofisiologi
mata, terutama protein. Protein lensa terdiri dari kristalin, protein sitoskeletal,
dan membran. Kristalin adalah penyusun terbanyak dan bertanggung jawab
atas kejernihan lensa mata, bersifat larut dalam air, dan berhubungan erat
dengan enzim yang bekaitan dengan metabolisme glukosa. Ketersediaan
glukosa lensa dan metabolisme aktif serta asam amino akan menjaga
kejernihan lensa mata. Bila terjadi gangguan metabolisme pada lensa mata
karena proses kimiawi, trauma mekanik, elektrik, maupun radiasi maka akan
terjadi kekeruhan lensa mata (Suharjo, 2007)
G. Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
Pengklasifikasian menggunakan tes Snellen
Tipe 1 bila ketajaman pengelihatan lebih baik dari 20/40 pada mata
yang terkena
Type 2 bila ketajaman pengelihatan 20/40 atau lebih buruk pada mata
yang terkena
Tes fundoskopi
Tes pin hole
Pemeriksaan slit lamp dan Tonometri
3. OSTEOARTHRITIS
A. Definisi
American
College
of
Rheumatology
(ACR),
23
Osteoartritis
(OA)
merupakan
penyakit
sendi
B. Faktor risiko
C. Epidemologi
25
B
g
f
F
,z
p
e
itb
s
r
d
o
K
A
O
lh
m
ju
k
y
n
a
c
E. Patofisiologi
26
F. Diagnosis
:
1. Lutut
Nyeri lutut, osteofit pada pemeriksaan radiologi, dan 1 dari 3 : usia
>50 tahun, kekakuan yang berlangsung <30 menit, atau didapatkan
krepitasi pada pemeriksaan fisik
2. Pinggul
Nyeri pinggul, dan 2 atau 3 dari : Laju Endap Darah (LED)
<20mm/jam, adanya osteofit femoral atau asetabular pada pemeriksaan
radiologi; adanya penyempitan superior, axial atau medial joint space
3. Tangan
Nyeri pada tangan atau pun kekakuan disertai 3 atau 4 dari :
pembesaran jaringan keras pada 2 atau lebih send DIP, terdapat < 3
pembengkakan pada sendi metakarpophalangeal, adanya pembesaran
jaringan keras (2/lebih) dan deformitas (1/lebih) pada sendi I dan II DIP;
II dan III PIP; metocarpophalangeal I pada kedua tangan.
G. Penatalaksanaan
a) Non Farmakologis
Pasien dengan OA pada lutut, sangat dianjurkan untuk :
Menjalani olahraga/latihan aerobik dan olahraga air
Melakukan latihan penguatan otot tungkai
Menurunkan berat badan pada pasien dengan berat badan berlebih
Secara kondisional, pasien dengan OA lutut dianjurkan untuk :
Mengikuti program self management
Mendapatkan terapi farmakologi monoterapi dikombinasikan
dengan olahraga
Mendapatkan intervensi psikososial
Menggunakan directed patellar taping
Diarahkan untuk menggunakan agen termal dalam mengurangi
nyeri
27
b) Farmakologi
Pasien dengan OA pada lutut, sangat dianjurkan untuk
menggunakan salah satu obat dari:
Asetaminofen
NSAID oral
NSAID topikal
Tramadol
Injeksi kortikosteroid intraartikuler
28
BAB III
PEMBAHASAN
H. Analisis Kasus
Diagnosa kerja pada pasien ini adalah Hipertensi grade II dan Katarak
29
Skala 1 : 100
Skala 1 : 100
11 m
4,5 m
Keterangan:
A. Ruang kamar tempat tidur
B. Ruang tengah/ ruang
keluarga/nonton tv
C. Dapur
D. Kamar mandi
E. Kamar tidur
Jendela
Pintu
Halaman depan
e. Pencahayaan
f. Kebersihan:
Ruang tamu, dapur, kamar mandi dan ruang tidur bersih. Ruang tengah
banyak barang-barang berserakan seperti baju, kertas, bantal, kasur dan
perabotan dan agak berdebu.
g. Kepemilikian barang
Dalam rumah pasien terdapat satu buah tv 21 inchi, 1 buah kasur busa,
satu buah kasur kapuk, satu buah meja, dua buah kursi bambu, satu kipas
angin di ruang tengah. 1 buah lemari pakaian kayu di ruang tengah.
h. Sanitasi dasar:
Sumber air bersih
Sumber air yang digunakan untuk minum, mandi dan mencuci berasal
dari air sumur pompa air. Secara fisik air tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau.
Jamban keluarga
Pasien memiliki jamban keluarga di rumahnya berupa satu WC duduk.
Halaman depan tidak berpagar dan hanya digunakan sebagai tempat pot
tanaman hias, sedangkan halaman belakang digunakan sebagai tempat
menjemur pakaian sekaligus tempar parkir kendaraan.
3. Indikator Penilaian Rumah Sehat
Nama Keluarga: Ny. J
Kompo
nen
Rumah
yang
Kriteria
31
Dinilai
Komp
onen
Ruma
h
Langitlangit
Dindin
g
Tidak ada
Semi permanen/setengah
tembok/pasangan bata atau batu
yang tidak kedap air
Permanen (tembok, pasangan batu
bata atau batu yang diplester), papan
kedap air.
Tanah
Lantai
Jendela
kamar
tidur
Tidak ada
Ada
Jendela
ruang
keluarg
a
Ventila
si
Tidak ada
Ada
Tidak ada
32
31
Sarana
pembu
angan
asap
dapur
Tidak ada
Pencah
ayaan
Sarana
Sanitas
i
Sarana
Air
Bersih
(SGL/S
PT/PP/
KU )
248
Jumlah
Jamban
(Sarana
Pembu
angan
Kotora
n)
Tidak ada
Tidak ada
33
25
Sarana
Pembu
angan
Air
Limbah
(SPAL
)
Sarana
Pembu
angan
Sampa
h
(Tempa
t
Sampa
h)
Perilak
u
Pengh
uni
Membu
ka
jendela
kamar
tidur.
Membu
ka
jendela
ruang
keluarg
a
350
Jumlah
Kadang-kadang
Kadang-kadang
34
44
Tidak pernah
Kadang-kadang
Setiap hari
Membe
rsihkan
rumah
dan
halama
n
Membu
ang
tinja
bayi
dan
balita
ke
jamban
Membu
ang
sampah
pada
tempat
sampah
Jumlah
Status
Rumah
Sehat
308
906
Rumah Tidak Sehat
genogram; family map; bentuk keluarga; family life cycle; family life line;
family APGAR; family SCREEM; indikator rumah sehat; identifikasi
pengetahuan, sikap, dan perilaku; dan identifikasi lingkungan hidup keluarga.
35
1. Genogram
HT,1994
Ny.W
Tn.W
Ny.S
Tn.S
Ny.J/69
Ht,OA,K
C
46
Tn.A
C/B
20
00
10
2. Family Map
Tn.R
Jantung,1998
Laki-laki
36
Perempuan
3
Nn.G Tn.S
Pasien
21
C/B
B : Bread winer
C : Caregiver
D : Decision maker
7
Keterangan:
o
o
Ny.J
A
Q
: Functional
: Dysfunctional
o : Clear but
negotiable
Tn.S
boundaries
Tn.A
Gambar 3 Family map Keluarga Ny. J
36
Gambar 2 Genogram Keluarga Tn. S
3. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga pasien adalah single parent family
4. Family Life Cycle
o Menurut Duval (1967)
Tahap VIII
meninggal dunia
o Menurut Howell (1975)
Tahap VII
suami istri, stu persatu meninggal dunia sehingga akhirnya lenyaplah keluarga
tersebut.
5. Family APGAR
Tabel 4 Family APGAR
Komp
onen
Adapt
ation
Indikator
Ha
mpir Tidak
Pernah
Ha
K
adangkadang
Partn
ership
Growt
h
Affecti
on
Resol
ve
TOTAL SKOR
37
o
o
o
6. Family SCREEM
Tabel 5 Family SCREEM
Kom
ponen
Social
Cultu
ral
Religi
ous
Econo
mic
Sumber Daya
Patologis
Educa
tion
38
Pendidikan sampai SD
Pasien kurang memahami
penyakit-penyakit yang
dideritanya, dan hanya
mengandalkan obat serta
istirahat
Life Event/Crisis
Severity
Ye
19
19
pekerjaan suami
19
19
19
19
19
of Illness
Menikah, kemudian pindah ke medan dr
ponorogo
Pindah ke yogyakarta mengikuti
Stress
psikologis
Stress
psikologis
disana
19
19
20
20
20
20
20
Stres
psikologis
Suami meninggal
Stres
psikologis
Terdiagnosis hipertensi
prambanan
Terdiagnosis katarak immature senilis
ODS
Terdiagnosis osteoartritis
40
PUGS
w
a
b
a
n
Y
a
Y
Biasakan
berprotein
a
Y
tinggi
Biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan
a
T
konsumsi
lauk-pauk
pokok
d
a
k
Y
berlemak
Biasakan Sarapan
a
Y
a
Y
aman
Biasakan membaca label pada makanan yang
a
T
dikemas
d
a
41
k
Y
mengalir
Lakukan aktivitas cukup dan pertahankan
a
Y
1.
Indikator PHBS
42
Y
a/
T
id
a
k
Y
a
Y
a
Y
a
Y
a
Y
a
Y
a
Y
a
43
dan komplikasi
Pentingnya modifikasi
ke puskesmas
Pentingnya segera periksa ke dokter mata bila mengalami pandangan
gaya
hidup
untuk
pengelolaan
penyakit
hipertensi.
Berikut adalah makanan yang baik untuk dikonsumi pada diet DASH.
- Biji-bijian
(6-8
Kali
Konsumsi/hari)
Termasuk roti, sereal dan pasta. Pilihlah gandum utuh karena
mengandung lebih banyak serat dan nutrisi. Misalnya, gunakan beras
merah untuk mengganti beras putih, roti gandum untuk pengganti roti
biasa. Roti gandum biasanya rendah lemak, hindari mengoleskan
-
(4-5
Kali
Konsumsi/hari)
44
kepada dokter atau ahli diet Anda buah-buahan apa yang harus dihindari.
Produk
Susu
(2-3
Kali
Konsumsi/hari)
Susu, yoghurt, keju adalah sumber vitamin D, kalsium dan protein.
Tetapi pilihlah produk olahan susu yang rendah atau tanpa lemak.
Kurangi
konsumsi
daging
Meskipun daging adalah sumber protein, vitamin B dan zat besi, tetapi
daging juga mengandung banyak lemak dan kolesterol. Kurangi
mengkonsumsi daging 1/3 atau 1/2 porsi dari biasanya. Buanglah lemak
pada
daging
sebelum
dimasak
atau
memasak
ayam
tanpa
Gula
Anda tidak perlu berpantang makan yang manis-manis dalam mengikuti
diet DASH. Bila ingin makan makanan yang manis, pilihlah makanan
yang rendah kalori seperti permen rendah kalori, es buah atau biskuit
rendah kalori. Anda dapat juga menggunakan pemanis buatan seperti
aspartame, tetapi sebaiknya gunakanlah secara bijaksana.
Sarapan 30%, makan siang 40% dan makan malam 30% yang
disesuaikan dengan ekonomi pasien.
W
Menu
Bahan
URT
Be
(g
m
a
k
(
g
r
S
Bubur
beras
Tumis
r
a
labu
Beras
Miny
40
ak
goren
46
2 Gls
sdt
2 Gls
1 ptg
17
)
5
3
-
45
10
25
10
a
n
siam+T
ahu
Pisang
g
Labu
siam
Tahu
Pisan
bsr
1bh
sdg
50
50
0
)
S
i
a
n
g
(
Nasi
Nasi
Putih
Sayur
Putih
Miny
10
ak
goren
sdg
1 dh
bening
bayam
Tempe
Goreng
Pisang
1
3
g
Baya
m
Temp
e
Pisan
0
0
)
M
a
l
a
m
Gls
sdt
2 Gls
2 ptg
17
45
20
25
80
50
5
3
-
sdg
50
50
Nasi
Nasi
Putih
Sayur
Putih
Miny
10
ak
goren
sdg
1 dh
bening
bayam
Tempe
47
Gls
sdt
2 Gls
2 ptg
17
45
5
3
-
goreng
Pisang
g
Baya
sdg
25
m
Temp
20
80
50
e
Pisan
1
9
50
50
)
Total
12
Aktivitas fisik
Teruskan dan rutinkan jalan pagi 15-30 menit setiap hari, tambah
hingga 25-40 menit bila lutut tidak sedang sakit
Anjurkan senam lansia dan bersepeda
Anjurkan aktivitas sehari-hari yang dapat
ditingkatkan
tungkai, dilakukan 2-3 kali per hari, 10-15 menit setiap kali latihan
Istirahat cukup yaitu 6-8 jam perhari
Manajemen stress
Konseling CEA untuk mengatasi kekurangan dan kekhawatiran terhadap
pemahaman penyakitnya
Client center conseling pada kesedihan yang mendalam terhadap
48
4. Rehabilitatif
Fisioterapi untuk mengurangi keluhan fisik pasien akibat osteoartritis
berupa gerakan strengthening, yang merupakan gerakan penguatan
sendi-sendi tungkai dengan cara berjinjit, menekuk kaki dilakukan
berulang kali dan sesering mungkin.
dapat dilakukan untuk menguatkan otot sekitar sendi antara lain seperti :
49
Gambar
8.
Squeeze
50
Pillow
Gambar 12
5. Paliatif
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil laporan kasus, analisis catatan medis dan daftar tilik kunjungan
rumah dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis pasien yaitu Hipertensi grade
II, Katarak senilis immature ODS dan osteoarthritis pada janda lanjut usia
disertai kesedihan yang mendalam terhadap kematian beberapa anggota keluarga.
Dokter keluarga melalui institusi puskesmas dapat menjadi salah satu sektor
yang berperan dalam menangani kasus OA secara holistik serta diperlukan
kerjasama antara petugas kesehatan, pasien, dan keluarga menentukan
keberhasilan terapi.
Saran
1. Bagi mahasiswa
a. Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam menganalisis
permasalahan kesehatan, baik pada keluarga maupun lingkungannya.
b. Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke masyarakat.
2. Bagi puskesmas
a. Hendaknya terus melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan usaha
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
b. Hendaknya terus menindaklanjuti kasus dengan pendekatan kepada
masyarakat sehingga pasien dapat terus terkontrol.
52
DAFTAR PUSTAKA
53