Anda di halaman 1dari 53

PRESENTASI KASUS

HIPERTENSI GRADE II DENGAN KATARAK SENILIS IMATUR DAN


OSTEOARTHRITIS PADA JANDA LANJUT USIA DISERTAI KESEDIHAN YANG
MENDALAM TERHADAP KEMATIAN BEBERAPA ANGGOTA KELUARGA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Puskesmas Kotagede II

Pembimbing :
dr. Hj. Sita Andiastuti
Disusun oleh:
MIFTAKUR ROHMAH SOFYAN
20090310213

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
HIPERTENSI GRADE II DENGAN KATARAK SENILIS IMATUR ODS
DAN OSTEOARTHRITIS PADA JANDA LANJUT USIA DISERTAI
KESEDIHAN YANG MENDALAM TERHADAP KEMATIAN BEBERAPA
ANGGOTA KELUARGA
Disusun oleh:
Miftakur Rohmah Sofyan
20090310213
Telah dipresentasikan pada
Hari/Tanggal: 19 Maret 2015 di Puskesmas Kotagede II
Dokter Pembimbing Fakultas

Dokter Pembimbing Puskesmas

dr. Oryzati Hilman, MSc.CMFM

dr. Hj. Sita Andiastuti

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kotagede II

dr. Rina Retnowati

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
presentasi kasus ini dengan judul Osteoarthritis, Hipertensi Grade II, Katarak Senilis
Imatur pada perempuan lanjut usia dengan Tingkat Pengetahuan Rendah tentang
Penyakitnya pada Rumah Tangga Yang Tidak Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di Puskesmas Kotagede II.
Penulis menyadari selesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1.
2.
3.
4.
5.

dr. Rina Retnowati, selaku Kepala Puskesmas Kotagede II


dr. Oryzati Hilman, MSc.CMFM selaku dosen pembimbing profesi
dr. Sita Andiastuti selaku dokter pembimbing puskesmas
Seluruh staf dan karyawan Puskesmas Kotagede II
Semua pihak yang telah mendukung penulisan laporan ini
Dalam penulisan laporan ini penulis masih memiliki banyak kekurangan.

Kritik dan saran sangat diharapkan untuk menyempurnakan laporan ini.


Yogyakarta, Maret 2015
Penyusun,

Miftakur Rohmah Sofyan

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................2
KATA PENGANTAR....................................................................................................3
DAFTAR ISI..................................................................................................................4
BAB I LAPORAN KASUS...........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................15
1.

2.

3.

HIPERTENSI....................................................................................................15
A.

Definisi......................................................................................................15

B.

Faktor risiko..............................................................................................15

C.

Etiologi dan Klasifikasi.............................................................................18

D.

Patofisiologi..............................................................................................19

E.

Penatalaksanaan........................................................................................19

KATARAK.......................................................................................................22
A.

Definisi......................................................................................................22

B.

Klasifikasi..................................................................................................22

C.

Patofisiologi..............................................................................................22

D.

Diagnosis...................................................................................................23

OSTEOARTHRITIS.........................................................................................24
A.

Definisi......................................................................................................24

B.

Faktor risiko..............................................................................................24

C.

Epidemologi..............................................................................................25

D.

Tanda dan Gejala.......................................................................................25

E.

Patofisiologi..............................................................................................26

F.

Diagnosis...................................................................................................27

G.

Penatalaksanaan........................................................................................27

BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................29
1.

Analisis Kasus..................................................................................................29

2.

Analisis Kunjungan Rumah..............................................................................29

3.

Perangkat Penilaian Keluarga...........................................................................34

4.

Diagnostik Holistik...........................................................................................40
5

5.

Manajemen Komprehensif...............................................................................40

BAB V.........................................................................................................................48
1.

Kesimpulan.......................................................................................................48

2.

Saran.................................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................49

BAB I
LAPORAN KASUS

Identitas
Nama

: Ny. J

Tanggal Lahir

: 25 juli 1946

Usia

: 69 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Gambiran baru, gang satria IV/ 45, UH

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pekerjaan

: Tidak berkerja

Status Perkawinan

: Janda

Pendidikan Terakhir

: Tamatan SD

No rekam medis

: 000049

Kunjungan Puskesmas

: 13 Maret 2014

Kunjungan Rumah

: 14 Maret 2014

Jaminan Kesehatan

: BPJS

1. Anamnesis
1. Keluhan utama : Nyeri lutut kiri
2. Riwayat Penyakit sekarang : Nyeri pada lutut kiri seperti ditusuk-tusuk,
terutama nyeri bila berjalan/sedang aktifitas dan saat sujud maupun rukuk
sholat, keluhan membaik dengan istirahat. Awalnya nyeri lutut kiri dikeluhkan
1,5 tahun yang lalu, kumat-kumatan setiap bulan dan berlangsung selama 1-2
mingguan. Keluhan nyeri lutut kiri memburuk sekitar 6 bulan terakhir.
Pasien sudah berobat ke puskesmas sejak pertama kali mengeluhkan lutut
nyeri dan teratur minum obat yang diberikan dokter namun keluhan nyeri
masih hilang timbul. Selain itu pasien mengeluh sulit tidur, sulit tidur sering
dirasakan jika teringat kesedihan akan peristiwa yang telah dialami yaitu
peristiwa kematian anak, suami dan ibu kandung. Namun keluhan sulit tidur
memburuk 3 hari terakhir ini, paisen bisa tidur jika sudah larut malam dan
7

terbangun ditengah malam kemudian tidak bisa tidur kembali. Keluhan lain
berupa pandangan kabur yang dirasakan sudah 2,5 tahun terakhir dan sudah di
bawa ke dokter kemudian di diagnosis katarak.
Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat hipertensi
Riwayat katarak immature
Riwayat alergi obat
Riwayat stroke
Riwayat diabetes mellitus
Riwayat penyakit jantung
Riwayat dislipidemia

: 6 tahun yang lalu


: 2,5 tahun yang lalu
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

3. Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat hipertensi

: (+) ibu kandung pasien meninggal

karena komplikasi hipertensi pada tahun 1994


Riwayat penyakit jantung
: (+) suami meninggal karena serangan

jantung pada tahun 1998


Riwayat hipotensi

: (+) anak kedua meninggal pada tahun

1996
Riwayat Diabetes mellitus
Riwayat stoke

: disangkal
: disangkal

4. Riwayat Personal Sosial Lingkungan


Pendidikan
Pasien merupakan tamatan SD, tidak pernah tinggal kelas dan tidak
pernah bermasalah selama menempuh pendidikan sekolahnya, namun
tidak melanjutkan sampai selesai sekolah dasar karena menikah pada usia
9 tahun kemudian pindah ke medan mengikuti suami yang kerja disana.

Pekerjaan
Pasien adalah seorang single parent dan tidak berkerja saat ini, kemudian
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan berobat di dapat dari
pemberian kedua anaknya yaitu kurang lebih 1,5-2 juta/bulan, pasien
merasa cukup dan tidak kekurangan. Dulu disaat masih muda pasien
berkerja jualan baju dan batik dipasar.

Perkawinan dan Keluarga


Pasien menikah tahun 1955 di usia 9 tahun, Pasien menikah dengan suami
yang berkerja sebagai mandor di pabrik. Pasien dikaruniai 3 orang anak
dan 4 orang cucu. Anak pertama lahir pada tahun 1969 dan sekarang sudah
menikah memiliki 2 orang anak kemudian tinggal jauh di jakarta bekerja
sebagai pengusaha taksi. Anak kedua lahir pada tahun 1975, namun
meninggal diusia 21 tahun karena sakit darah rendah. Anak ketiga lahir
pada tahun 1979 dan sekarang sudah menikah memiliki 2 orang anak dan
tinggal di prambanan, bekerja sebagai agen grosir sembako. Hubungan

dan komunikasi pasien dengan seluruh anggota baik dan harmonis.


Sosialisasi
Pasien menjalin hubungan baik dengan tetangga dan masyarakat sekitar,
bergaul dan tidak menutup diri dari aktivitas masyarakat. Rutin mengikuti
pengajian dan perkumpulan yang di adakan di lingkungan rumah.

Gaya Hidup
Tidak minum alkohol, tidak merokok dan konsumsi obat-obatan
terlarang.
Pasien tidur malam 6-7 jam, kadang tidur siang jika merasa lelah.
9

Pasien mengaku sedih dan merasa sepi dirumah sendirian karena


jauh dari anak-anak, serta sedikit khawatir dengan penyakitnya.
Dalam menyelesaikan masalah tersebut pasien selalu terbuka
dengan kedua anak dan tidak lupa untuk sholat serta banyak
berdoa kepada Allah SWT.
Hampir setiap pagi hari pasien berjalan di sekitar rumah sekitar 15
menit bila lutut tidak sakit. Pasien tidak pernah ikut senam lansia
karena diadakan cukup jauh dari rumah.
Pasien sudah melakukan pembatasan makanan sesuai anjuran
dokter, seperti mengurang garam dan perbanyak konsumsi buah

serta sayuran. Pasien hamper setiap hari selalu minum susu.


Pengobatan
Pasien teratur kontrol ke puskesmas bila lutut nyeri dan ketika obat untuk
hipertensi sudah akan habis serta jika ada keluhan lainya. Mengingat jarak
rumah dan puskesmas cukup dekat.

Anamnesis Illness

Perasaan pasien
Pasien merasa sedih dengan sakit pada sendi lutut nya atau osteoarthritis.
Selain itu pasien juga merasa sedih dan sering teringat terhadap kepergian
orang2 tercinta seperti ibu, anak perempuan dan suami dalam kurun waktu
berdekatan yaitu kisaran 2 tahun. Selain itu pasien merasa kesepian tinggal

dirumah sendirian.
Ide pasien
Menurut pasien sakit yang dialami merupakan penyakit usia tua, pasien
berharap dengan control 2 minggu sekali di puskesmas, mengukur tekanan
darah dan minum obat secara rutin dapat mengurangi penyakit yang diderita.
Untuk katarak pasien bersedia mengikuti saran dokter untuk di operasi jika

sudah katarak sudah matang.


Harapan pasien
Pasien berharap nyeri lutut kiri bisa sembuh sehingga tidak menggangu
aktifitas dan bisa sholat dg khusyuk. Kemudian tekanan darah bisa terkontrol
10

normal dan hidup sehat kembali. Kesedihan terhadap ingatan akan kematian
beberapa anggota keluarga juga bisa berkurang. Pasien berharap kedua anak

dan menantu nya pindah kerumah pasien sehingga bisa tinggal bersama..
Efek terhadap fungsi dan sosial
Semenjak mengidap penyakit hipertensi pasien mengaku sering sakit kepala,
mudah capk. Semenjak terkena katarak sulit melihat jauh, pasien hanya
mampu melihat jarak 2-3 meter saja sehingga pekerjaan atau aktifitas sedikit
terganggu, kemudian semenjak nyeri lutut pasien sulit untuk menjalankan

olahraga, jalan sehat serta sholat sehingga sulit untuk khusyuk.


5. Review Anamnesis Sistem:
Sistem indera
: pengelihatan seperti berkabut
Sistem pernapasan
: tidak ada keluhan.
Sistem peredaran darah dan jantung
: tidak ada keluhan.
Sistem pencernaan
: tidak ada keluhan.
Sistem saluran kencing dan kelamin
: tidak ada keluhan
Sistem tulang dan otot
: lutut kiri nyeri
Sistem persarafan
: tidak ada keluhan.

2. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
: Baik
2. Kesadaran
: Compos Mentis
3. Vital Signs
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi
: 72x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
Suhu badan
: 36,7C
Pernapasan
: 22x/menit
4. Antropometri
Tinggi Badan
: 170 kg
Berat Badan
: 60 cm
Indeks Massa Tubuh: 20,7
5. Status Gizi
: Baik/Normal

11

6. Kepala
Bentuk kepala

Rambut

: Normosefal
: keriting, warna putih, distribusi tidak merata

7. Mata

Palpebra

: Edema (-/-)

Konjungtiva

: Anemis (-/-)

Sklera

: Ikterik (-/-)

Kornea

: Arcus senilis (+/+)

Pupil

: Reflek cahaya (+/+), isokor

Lensa

: keruh + (ODS)

Shadow test

: (+/+)

Pemeriksaan oftalmoskopi: Tidak dilakukan

8. Telinga
9. Hidung
10. Mulut

: Otore (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), serumen (-/-)


Pemeriksaan otoskopi
: tidak dilakukan
Tes fungsi pendengaran
: tidak dilakukan
: Sekret (-/-), epistaksis (-/-)
: Faring hiperemis (-), caries gigi (-), gigi berlubang (-)
Stomatitis (-)

11. Leher
Kelenjar tiroid
: Tidak membesar, nyeri (-)
Kelenjar lnn
: Tidak membesar, nyeri (-)
Retraksi suprasternal
: (-)
JVP
: Tidak meningkat
12. Pulmo:
Anterior
Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi (-)
Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus ka=ki
Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Posterior
Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi (-)
Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus ka=ki
Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
12

Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+)


suara tambahan ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
13. Cor:
Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi
: Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicula
sinistra,
tidak kuat angkat.
: Batas jantung
Kanan atas: SIC II linea parasternalis dextra.
Kiri atas: SIC II linea parasternalis sinistra.
Kanan bawah: SIC IV linea parasternalis dextra.
Kiri bawah: SIC V linea midclavicula sinistra.
Auskultasi: S1-S2 reguler, bising jantung (-)
14. Pemeriksaan Abdomen:
Inspeksi : bentuk datar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi
: supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-), hepar lien tak
Perkusi

teraba, massa (-), ascites (-)


Perkusi : timpani pada seluruh lapang perut

Tabel 1 Pemeriksaan ekstrimitas


Pemeriksaan
Gerakan
Tonus
Trofi
Edema
Akral
Nyeri
Pembengkakan sendi
Kekuatan
Tremor
Luka
Tofus
Pale
Pulsatil
Nadi
Krepitasi

Tungkai
Kanan
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
5
Normal
Reguler
-

Lengan
Kiri
Terbatas
Normal
Eutrofi
Hangat
+
+
5
Normal
Reguler
+

3. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
13

Kanan
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
5
Normal
Reguler
-

Kiri
Bebas
Normal
Eutrofi
Hangat
+5
Normal
Reguler
-

13 Januari 2015
Kolesterol total : 159mg/dl
HDL
: 59 mg/dl
LDL
: 127 mg/dl
TG
: 123
Asam urat
: 4,5 mg/dl
2. Usulan pemeriksaan penunjang: Ro. Genue sinistra, oftalmoskop, fungsi
ginjal (ureum, kreatinin), EKG (rekam jantung).
4. Riwayat Tekanan Darah
Data disadur dari rekam medis di puskesmas Kotagede II
Tabel 2 Riwayat Tekanan Darah
No
1
2
3
4
5

Tanggal Periksa
14 Januari 2015
01 Februari 2015
15 Februari 2015
01 Maret 2015
14 Maret 2015

Tekanan darah
150/80 mmHg
170/100 mmHg
160/90 mmHg
150/90 mmHg
160/100 mmHg

5. Diagnosis Kerja
Hipertensi grade II
Osteoartritis

Katarak senilis imature ODS

6. Penatalaksanaan
1. Farmakologis

Diltiazem 3x30 mg (selama 2 minggu)

HCT tab 1x25 mg (selama 2 minggu)

Paracetamol 3x500mg (selama 2 minggu)

2. Non farmakologis

Edukasi pasien tentang :


Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam pengelolaan penyakit pasien

14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. HIPERTENSI
B Definisi

Menurut Joint National Community on prevention, detection,

evaluation

and treatment

of

High

Blood

Preassure

8 dan

WHO,

hipertensi di definisikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau


tekanan diastoliknya 90 mmHg atau sedang memakai obat anti hipertensi
A. Faktor risiko

Menurut JNC 7, hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang

tidak dapat dikontrol serta yang dapat dikontrol, diantaranya:

a. Faktor yang tidak dapat dikontrol


1) Genetik

Individu

dengan

orangtua

yang

menderita

hipertensi,

memiliki resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi.


Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi
dalam keluarga.
2) Umur

Individu

yang

berusia

>60

tahun

memiliki

insidensi

peningkatan

tekanan sistolik darah >140 mmHg atau tekanan darah

diastolik >90 mmHg sebesar 50-60%.


3) Jenis kelamin

Laki-laki memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita

hipertensi lebih

15

awal dibandingkan wanita. Pada usia 55-64 tahun resiko

menderita

hipertensi sebanding antara laki-laki dan wanita.

4) Penyakit ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara,

yaitu:

Jika

tekanan

pengeluaran

darah
garam

meningkat,
dan

air,

ginjal
yang

akan

akan

menambah
menyebabkan

berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah


menjadi normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan menurunkan
pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah
bertambah dan mengembalikkan tekanan darah menjadi normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dan menghasilkan
enzim yaitu renin, yang memicu pembentukkan hormon
angiotensin, yang selanjutnya memicu pengeluaran aldosteron.

b. Faktor yang dapat dikontrol

1) Stress

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer

dan curah

jantung sehingga akan menstimulasi saraf simpatik.

2) Obesitas

Mengalami kelebihan berat badan memberi beban pada

jantung

dan meningkatkan resiko tekanan darah tinggi. Itulah

sebabnya diet untuk menurunkan tekanan darah seringkali juga


dirancang untuk

mengontrol

kalori.

Biasanya

diet

untuk

menambahkan

gula,

dan

mengurangi

makanan

berlemak

dan

meningkatkan

asupan buah-buahan sayuran, protein tanpa lemak, dan serat.

16

3) Intake sodium dan natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler

konsentrasi

serum normal adalah 136-145 mEq/L. Natrium berfungsi

menjaga

keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut dan

keseimbangan

asam basa tubuh dan kontraksi otot. Kelebihan Na yang

jumlahnya mencapai 90-99% dari yang dikonsumsi dikeluarkan


melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron
yang dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na dalam darah
menurun.

Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na

kembali.

17

4) Merokok

Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan

menaikkan

tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat

membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan


penggumpalan

darah

dalam

pembuluh

darah

dan

dapat

menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin


bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung
meningkat, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi
pada pembuluh darah perifer.

5) Aktifitas fisik rendah

B. Etiologi dan Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi 2

golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Disebabkan oleh
berbagai faktor seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, sistem renin angiotensin, dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisitemia.

2. Hipertensi sekunder, adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui.


Penyebabnya banyak disebabkan oleh penyakit ginjal, penggunaan
estrogen, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer,
sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

18

Tabel 1 Klasifikasi Tekanan darah

Sistol

Diastol

Normal
Pre
hipertensi
Stadium I

<120 mmHg
120-139 mmHg

<80mmHg
80-89 mmHg

140-159 mmHg

89-99 mmHg

Stadium II

>160mmHg

>100 Mmhg

C. Patofisiologi

RpFPVID
nteRaS
tnsGgfd
risdtolh

a ee i
sk n
f t iu o
e
gNi e
n
sk S
ia ,k
a i ska e
n an n
e
ea t ao
sn
rn
i m s

ateLvkn
pdnguom
rnsea
gIds
rsati
mur

i
k
s
i

i oi a
eam

nr n

lt
in

sr
f

iki

n r
oR
t
o
u

g
i
r

, A
k
n

n e

i
n

a
a

h
l

n
HIPERTENSI

Bagan 1 Patofisiologi Hipertensi (Fauci, 2008)

D. Penatalaksanaan

Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah :


a. Penurunan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi.
Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan organ target

19

(misal: kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung,


dan penyakit ginjal).
b. Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan
pilihan terapi obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang
menunjukkan pengurangan resiko.

Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC 7.

Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg

Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg

Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg

Penatalaksaan hipertensi dapat dilakukan dengan:

a. Terapi nonfarmakologi

Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting

untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting
dalam penanganan hipertensi. Disamping menurunkan tekanan darah
pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga
dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada
pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup
yang

penting

yang

terlihat

menurunkan tekanan

darah

adalah

mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;


mengadopsi

pola

makan

DASH

(Dietary

Approach

to

Stop

Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah


natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja.

Program diet yang mudah diterima adalah yang didesain

untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang


gemuk dan obese disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol.
Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril. Natrium
yang direkomendasikan <2.4 g (100 mEq)/hari.

20

Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga

aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari/minggu


ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan jika olah raga aerobik,
seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat
menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun
tanpa disertai penurunan berat badan.

penyakit

Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk


kardiovaskular.

Pasien hipertensi

yang

merokok

harus

dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh


merokok.

b. Terapi farmakologi

Ada beberapa golongan obat antihipertensi utama yaitu diuretik,

penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI),

penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium.

Terapi Kombinasi

Alasan mengapa pengobatan kombinasi pada hipertensi dianjurkan:

1)
2)
3)
4)
5)

Mempunyai efek aditif


Mempunyai efek sinergisme
Mempunyai sifat saling mengisi
Penurunan efek samping masing-masing obat
Adanya fixed dose combination akan meningkatkan kepatuhan

pasien (adherence)

Fixed-dose combination yang paling efektif adalah sebagai berikut:


a)
b)
c)
d)
e)

Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan diuretic


Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) dengan diuretic
Penyekat beta dengan diuretic
Diuretik dengan agen penahan kalium
Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan antagonis

kalsium
f) Agonis -2 dengan diuretic
g) Penyekat -1 dengan diuretic

21

Terapi lini pertama untuk kebanyakan pasien


Petunjuk dari JNC 8 merekomendasikan diuretik tipe tiazid bila
memungkinkan sebagai terapi lini pertama untuk kebanyakan pasien, baik
sendiri atau dikombinasi dengan salah satu dari kelas lain (ACEI, ARB,
penyekat beta, CCB). Diuretik tipe thiazide sudah menjadi terapi utama
antihipertensi pada kebanyakan trial.

2. KATARAK

A Definisi

Katarak adalah setiap kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang

dapat terbentuk akibbat hidrasi lensa mata, denaturasi protein lensa mata, atau
akibat keduanya sehingga menyebabkan penurunan/gangguan pengelihatan
(Ilyas, 2003)

E. Klasifikasi

Berdasarkan usia, katarak dapat dibedakan menjadi :

a) Katarak kongenital

Katarak yang timbul sejak lahir yang sering dilahirkan pada ibu

penderita DM, galaktosemia, hipoparatiroid, toksoplasmosis dan rubella


b) Katarak senil

Semua kekeruhan lensa yang terdapat ada usia lanjut, yaitu di atas usia

50 tahun
c) Katarak Juvenil

Adalah katarak yang berkembang di usia lebih dari 1 tahun oleh

beberapa kondisi, yaitu : DM, distrofi miotonik, dermatitis atopik.

22

F. Patofisiologi

Proses pengeruhan lensa berkaitan dengan materi penyusun lensa

mata, terutama protein. Protein lensa terdiri dari kristalin, protein sitoskeletal,
dan membran. Kristalin adalah penyusun terbanyak dan bertanggung jawab
atas kejernihan lensa mata, bersifat larut dalam air, dan berhubungan erat
dengan enzim yang bekaitan dengan metabolisme glukosa. Ketersediaan
glukosa lensa dan metabolisme aktif serta asam amino akan menjaga
kejernihan lensa mata. Bila terjadi gangguan metabolisme pada lensa mata
karena proses kimiawi, trauma mekanik, elektrik, maupun radiasi maka akan
terjadi kekeruhan lensa mata (Suharjo, 2007)

G. Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
Pengklasifikasian menggunakan tes Snellen
Tipe 1 bila ketajaman pengelihatan lebih baik dari 20/40 pada mata
yang terkena
Type 2 bila ketajaman pengelihatan 20/40 atau lebih buruk pada mata

yang terkena
Tes fundoskopi
Tes pin hole
Pemeriksaan slit lamp dan Tonometri

3. OSTEOARTHRITIS
A. Definisi

American

College

of

Rheumatology

(ACR),

mengklasifikasikan 13 kelompok penyakit pada sendi yang biasa disebut


dengan arthropaties dan dibagi menjadi dua kelompok besar, yatu penyakit
sendi inflamasi dan non inflamasi. (Hochberg, 2012)

23

Osteoartritis

(OA)

merupakan

penyakit

sendi

multifaktorial yang melibatkan faktor lingkungan, genetik, serta gaya hidup


(lifestyle). Penyakit ini sangat erat katannya dengan usia, karena itu disebut
juga dengan penyakit sendi degeneratif. OA ditunjukkan dengan adanya
degenerasi kartilago persendian (terutama lutut, pinggul dan tangan), diikuti
dengan osteofit sehingga menyebabkan nyeri pada sendi pada saat
digerakkan atau menampung beban, dan membaik dengan istirahat. (Usatine,
2012)

B. Faktor risiko

Faktor risiko OA antara lain :


1. Usia lanjut
2. Riwayat trauma, pada sendi (sprain, strain, dislokasi, fraktur)
3. Stress mekanis dalam waktu lama ataupun aktifitas fisik yang repetitif,
biasanya berhubungan dengan pekerjaan (misal : atlet, penari balet)
4. Adanya inflamasi pada struktur sendi. Ketika proses inflamasi tersebut
berlangsung, dihasilkan enzim yang memiliki kemampuan mencerna
sel-sel kartilago
5. Instabilitas sendi karena kerusakan struktur anatomi seperti kapsul
sendi, ligamen, atau tendon
6. Kelainan neurologis (misal : neuropati dibaetes, charcot neuropatic
joints). Kelainan ini menyebabkan berkurangnya rasa nyeri dan
menurunnya reflek proprioseptor sehingga meningkatkan
kecenderungan terjadinya gerakan ataupun posisi abnormal
7. Adanya deformitas tulang kongenital atau didapat
8. Obat-obatan (colchicine, indometasin, steroid) yang menstimulasi
aktivitas enzim collagen digesting pada membran sinovial
9. Kelainan hematologis atau endokrin, seperti hemofilia (menyebabkan
perdarahan kronis pada persendian) dan hiperparatiroid (menyebabkan
hilangnya kalsium tulang)
10. Obesitas, yang menyebabkan sendi menopang berat yang berlebihan
dalam waktu lama
24


C. Epidemologi

OA dialami 10 % laki-laki dan 13 % wanita berusia lebih dari 60


tahun. Resiko OA juga semakin meningkat bla mengalami cedera pada lutut
di masa remaja ataupun dewasa (RR 2,95) dan obesitas (RR : 1,5 sampai
2,07). (Usatine, 2012)

D. Tanda dan Gejala


1. OA biasanya muncul pada dekade ke-5 atau 6 kehidupan. Meskipun
asimptomatis, perubahan permukaan sendi umum ditemukan setelah usia
40 tahun.
2. Tanda umum adalah nyeri dan kaku, pembesaran/pembengkakan, nyeri
tekan, terbatasnya pergerakan, dislokasi parsial dan deformitas
3. nyeri/kaku pada 1/lebih sendi, biasanya pada sendi-sendi yang berfungsi
untuk menopang berat badan.
4. Gejala biasanya membaik dengan istirahat/mengurangi penggunaan sendi
5. Pada pemeriksaan fisik terdapat keterlibatan sendi sentral dan perifer.
Sendi perifer yang biasanya terlibat : tangan, pergelangan tangan, lutut
dan kaki. Sendi sentral : lower cervical spine, lumbosacral spine, bahu
dan pinggul.
6. Nyeri di malam hari (nocturnal pain) biasanya tidak membaik dengan
istirahat dan sangat mungkin diikuti dengan parestesia ( kebas, perih,
ataupun terasa seperti ditusuk-tusuk)
7. Adanya pembesaran jaringan tulang pada bony elargement pada Sendi
DIP (Heberden nodes)/ sendi PIP (Bouchard nodes)

25

B
g
f
F
,z
p
e
itb
s
r
d
o
K
A
O
lh
m
ju
k
y
n
a
c
E. Patofisiologi

Bagan 2 Patofisiologi OA (Fauci, 2008)

26

F. Diagnosis

The American College of Rheumatology menggunakan kriteria berikut

:
1. Lutut
Nyeri lutut, osteofit pada pemeriksaan radiologi, dan 1 dari 3 : usia
>50 tahun, kekakuan yang berlangsung <30 menit, atau didapatkan
krepitasi pada pemeriksaan fisik
2. Pinggul
Nyeri pinggul, dan 2 atau 3 dari : Laju Endap Darah (LED)
<20mm/jam, adanya osteofit femoral atau asetabular pada pemeriksaan
radiologi; adanya penyempitan superior, axial atau medial joint space
3. Tangan
Nyeri pada tangan atau pun kekakuan disertai 3 atau 4 dari :
pembesaran jaringan keras pada 2 atau lebih send DIP, terdapat < 3
pembengkakan pada sendi metakarpophalangeal, adanya pembesaran
jaringan keras (2/lebih) dan deformitas (1/lebih) pada sendi I dan II DIP;
II dan III PIP; metocarpophalangeal I pada kedua tangan.

G. Penatalaksanaan
a) Non Farmakologis
Pasien dengan OA pada lutut, sangat dianjurkan untuk :
Menjalani olahraga/latihan aerobik dan olahraga air
Melakukan latihan penguatan otot tungkai
Menurunkan berat badan pada pasien dengan berat badan berlebih
Secara kondisional, pasien dengan OA lutut dianjurkan untuk :
Mengikuti program self management
Mendapatkan terapi farmakologi monoterapi dikombinasikan
dengan olahraga
Mendapatkan intervensi psikososial
Menggunakan directed patellar taping
Diarahkan untuk menggunakan agen termal dalam mengurangi
nyeri

27

Menggunakan alat bantu berjalan bila dibutuhkan


Mendapatkan terapi akupunktur
Pasien dengan OA lutut sangat tidak dianjurkan untuk :
Melakukan olahraga keseimbangan dan angkat beban
Mendapatkan hanya obat monoterapi
Menggunakan knee braces

b) Farmakologi
Pasien dengan OA pada lutut, sangat dianjurkan untuk
menggunakan salah satu obat dari:

Asetaminofen
NSAID oral
NSAID topikal
Tramadol
Injeksi kortikosteroid intraartikuler

Secara kondisional, direkomendasikan untuk tidak menggunakan:


Sulfat kondroitin
Glukosamin
Kapsaisin Topikal

Tidak dianjurkan untuk penggunaan :


Injeksi hialuronat intraartikuler
Duloxetine
Analgesik opioid

28

BAB III
PEMBAHASAN

H. Analisis Kasus

Diagnosa kerja pada pasien ini adalah Hipertensi grade II dan Katarak

senilis imature dengan osteoartritis. Diagnosis ini diperoleh berdasarkan hasil


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang mengarah pada
tanda dan gejala penyakit tersebut.
I. Analisis Kunjungan Rumah
Berikut adalah hasi analisis kunjungan rumah yang telah dilakukan sebanyak
dua kali pada tanggal 14 Maret 2014 :
1. Kondisi pasien

Kunjungan rumah dilakukan pada tanggal 14 Maret 2015 pukul


14.00-16.00 WIB. Kondisi pasien tampak baik, sadar penuh meskipun
keluhan pada lutut kiri masih terasa. Pasien terbuka menceritakan keadaan
diri dan keluarganya. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah darah
130/80mmHg, nadi 72x/menit, frekuensi pernapasan 22x/menit, dan suhu
36,7C.
2. Pekerjaan

Pasien berumur 69 tahun tidak bekerja, pasien tinggal sendirian


dirumah.
3. Keadaan rumah
a. Lokasi rumah
Rumah terletak di lingkungan padat penduduk
b. Kepemilikan
Rumah milik pribadi.
c. Kondisi rumah
Rumah tergolong bangunan permanen dengan dinding batu bata, lantai
keramik, kamar tidur 3 buah, kamar mandi 1.
d. Ruang rumah
Rumah terdiri dari satu ruang depan yang berfungsi menjadi ruang
tamu sekaligus ruang nonton tv

29

Skala 1 : 100
Skala 1 : 100

11 m

4,5 m

Keterangan:
A. Ruang kamar tempat tidur
B. Ruang tengah/ ruang
keluarga/nonton tv
C. Dapur
D. Kamar mandi

Gambar 1 Denah ruang rumah pasien

E. Kamar tidur

Jendela

Pintu

Halaman depan

e. Pencahayaan

Terdapat jendela dan ventilasi di ruang tamu, kamar tidur. Kamar


mandi dan dapur memiliki ventilasi dengan jendela, pencahayaan lampu listrik
cukup.
30

f. Kebersihan:

Ruang tamu, dapur, kamar mandi dan ruang tidur bersih. Ruang tengah
banyak barang-barang berserakan seperti baju, kertas, bantal, kasur dan
perabotan dan agak berdebu.
g. Kepemilikian barang

Dalam rumah pasien terdapat satu buah tv 21 inchi, 1 buah kasur busa,
satu buah kasur kapuk, satu buah meja, dua buah kursi bambu, satu kipas
angin di ruang tengah. 1 buah lemari pakaian kayu di ruang tengah.
h. Sanitasi dasar:
Sumber air bersih
Sumber air yang digunakan untuk minum, mandi dan mencuci berasal
dari air sumur pompa air. Secara fisik air tidak berwarna, tidak berasa dan

tidak berbau.
Jamban keluarga
Pasien memiliki jamban keluarga di rumahnya berupa satu WC duduk.

Kondisi jamban mudah dibersihkan, lokasinya terletak luar rumah.


Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
Air bekas cuci disalurkan melalui saluran menuju selokan yang berada
di samping rumah. Saluran pembuangan lancar. Septic tank berada

dibagian belakang rumah.


Tempat sampah
Sampah hanya diletakkan dalam plastik depan halaman rumah, setiap

pagi hari sampah diantar ke ke tempat pembuangan sampah.


i. Halaman

Terdapat halaman depan dan belakang rumah yang relatif sempit.

Halaman depan tidak berpagar dan hanya digunakan sebagai tempat pot
tanaman hias, sedangkan halaman belakang digunakan sebagai tempat
menjemur pakaian sekaligus tempar parkir kendaraan.
3. Indikator Penilaian Rumah Sehat
Nama Keluarga: Ny. J

Kompo
nen
Rumah
yang

Kriteria

31

Dinilai
Komp
onen
Ruma
h
Langitlangit

Dindin
g

Tidak ada

Ada, kotor dan rawan kecelakaan

Ada, bersih dan tidak rawan


kecelakaan

Bukan tembok (terbuat dari anyaman


bambu atau ilalang)

Semi permanen/setengah
tembok/pasangan bata atau batu
yang tidak kedap air
Permanen (tembok, pasangan batu
bata atau batu yang diplester), papan
kedap air.
Tanah

Lantai

Papan/anyaman bambu yang dekat


dengan tanah/plesteran yang retak/
berdebu
Diplester/ubin/keramik/papan/rumah
panggung

Jendela
kamar
tidur

Tidak ada

Ada

Jendela
ruang
keluarg
a
Ventila
si

Tidak ada

Ada

Tidak ada

Ada, tetapi luasnya < 10% luas lantai

Ada, luas ventilasi 10% luas lantai

32

31

Sarana
pembu
angan
asap
dapur

Tidak ada

Ada, luas tabung ventilasi/asap dapur


10% dari luas lantai dapur

Pencah
ayaan

Ada, dengan lubang ventilasi 10%


luas lantai dapur ( asap keluar dengan
sempurna atau ada exhaust fan atau
ada peralatan lain yang sejenis )
Tidak terang, tidak bisa dipergunakan
untuk membaca

Sarana
Sanitas
i
Sarana
Air
Bersih
(SGL/S
PT/PP/
KU )

Kurang terang, sehingga kurang jelas


untuk membaca normal

Terang dan tidak silau sehingga dapa


dipergunakan untuk membaca
dengan normal

248

Jumlah

Jamban
(Sarana
Pembu
angan
Kotora
n)

Tidak ada

Ada, bukan milik sendiri dan tidak


memenuhi syarat kesehatan

Ada, milik sendiri dan tidak


memenuhi syarat kesehatan

Ada, bukan milik sendiri dan


memenuhi syarat kesehatan

Ada, milik sendiri dan memenuhi


syarat kesehatan

Tidak ada

Ada, bukan leher angsa, tidak ada


tutup, disalurkan ke sungai/kolam

Ada, bukan leher angsa ada tutup


( leher angsa ), disalurkan ke
sungai/kolam
Ada, bukan leher angsa ada tutup,
septic tank

Ada, leher angsa, septic tank

33

25

Sarana
Pembu
angan
Air
Limbah
(SPAL
)

Tidak ada, sehingga tergenang tidak


teratur di halaman rumah

Ada, diresapkan mencemati sumber


air ( jarak dengan sumber air < 10
m)
Ada, dialirkan ke selokan terbuka

Sarana
Pembu
angan
Sampa
h
(Tempa
t
Sampa
h)

Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak


ada tutup

Ada, kedap air dan tidak tertutup

Ada, kedap air dan bertutup

Perilak
u
Pengh
uni
Membu
ka
jendela
kamar
tidur.

Membu
ka
jendela
ruang
keluarg
a

Ada, diresapkan dan tidak mencemari


sumber air ( jarak dengan sumber air
10 m)
Ada, dialirkan ke selokan tertutup
( saluran kota ) untuk diolah lebih
lanjut
Tidak ada

350

Jumlah

Tidak pernah dibuka

Kadang-kadang

Setiap hari dibuka

Tidak pernah dibuka

Kadang-kadang

Setiap hari dibuka

34

44

Tidak pernah

Kadang-kadang

Setiap hari

Dibuang ke sungai / kebun / kolam


sembarangan

Kadang-kadang dibuang ke jamban

Setiap hari di buang ke jamban

Dibuang ke sungai / kebun / kolam


sembarangan

Kadang-kadang dibuang ke tempat


sampah

Setiap hari di buang ke tempat


sampah

Membe
rsihkan
rumah
dan
halama
n
Membu
ang
tinja
bayi
dan
balita
ke
jamban
Membu
ang
sampah
pada
tempat
sampah

Jumlah

Total Hasil Penilaian

Status
Rumah
Sehat

308
906
Rumah Tidak Sehat

4. Perangkat Penilaian Keluarga

Berikut adalah perangkat penilaian keluarga yang terdiri atas family

genogram; family map; bentuk keluarga; family life cycle; family life line;
family APGAR; family SCREEM; indikator rumah sehat; identifikasi
pengetahuan, sikap, dan perilaku; dan identifikasi lingkungan hidup keluarga.

35

1. Genogram

Nama keluarga : Ny, Juminten

Disusun tanggal : 16 Maret 2015

HT,1994
Ny.W

Tn.W

Ny.S

Tn.S

Ny.J/69
Ht,OA,K
C

46
Tn.A
C/B

20
00

10

2. Family Map

Tn.R
Jantung,1998
Laki-laki

36

Perempuan
3
Nn.G Tn.S

Pasien
21
C/B

B : Bread winer
C : Caregiver
D : Decision maker
7

Keterangan:
o
o

Ny.J

A
Q

: Functional
: Dysfunctional
o : Clear but
negotiable

Tn.S

boundaries

Tn.A
Gambar 3 Family map Keluarga Ny. J

36
Gambar 2 Genogram Keluarga Tn. S

3. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga pasien adalah single parent family
4. Family Life Cycle
o Menurut Duval (1967)

Tahap VIII

: Pada tahap ini suami istri telah berusia lanjut sampai

meninggal dunia
o Menurut Howell (1975)

Tahap VII

: Fase kelenyapan yaitu terhitung sejak masa pension,

suami istri, stu persatu meninggal dunia sehingga akhirnya lenyaplah keluarga
tersebut.

5. Family APGAR
Tabel 4 Family APGAR

Komp
onen

Adapt
ation

Indikator

Saya puas dengan keluarga saya


karena masing-masing anggota keluarga
sudah menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya

Ha
mpir Tidak
Pernah

Ha

K
adangkadang

Partn
ership

Growt
h

Affecti
on

Resol
ve

Saya puas dengan keluarga saya


karena dapat membantu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang saya hadapi

Saya puas dengan kebebasan yang


diberikan keluarga saya untuk
mengembangkan kemampuan yang saya
miliki

Saya puas dengan


kehangatan/kasih sayang yang diberikan
keluarga saya

Saya puas dengan waktu yang


disediakan keluarga untuk menjalin
kebersamaan

TOTAL SKOR

37

o
o
o

Klasifikasi: Fungsi Keluarga Sehat (8 10)


Keterangan klasifikasi APGAR:
8 10 : Fungsi keluarga sehat
47
: Fungsi keluarga kurang sehat
03
: Fungsi keluarga sakit

6. Family SCREEM
Tabel 5 Family SCREEM

Kom
ponen

Social

Cultu
ral

Religi
ous

Econo
mic

Sumber Daya

Patologis

Educa
tion

Hidup bermasyarakat dengan


lingkungan sekitar baik, keluarga
harmonis
Adaptasi baik dengan lingkungan
sekitar, tidak percaya dengan mitor
atau penyakit akibat diguna-guna
Taat beribadah, menjalankan sholat 5
waktu dan mengikutikegiatan
keagamaan di masyarakat
Pasien merasa pemberian dari kedua
anak sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari

Memiliki kartu BPJS


Medic Bila ada yang sakit, pasien dan keluarga
al
berkunjung ke puskesmas.
Jarak puskesmas dan rumah tergolong dekat.

38

Pendidikan sampai SD
Pasien kurang memahami
penyakit-penyakit yang
dideritanya, dan hanya
mengandalkan obat serta
istirahat

7. Family Life Line

Tabel 6 Family Life Line

Life Event/Crisis

Severity

Ye

19

19

pekerjaan suami

Lahir anak kesatu

19

Lahir anak kedua

19

Lahir anak ketiga

19

19

19

of Illness
Menikah, kemudian pindah ke medan dr

ponorogo
Pindah ke yogyakarta mengikuti

Ibu kandung pasien meninggal

Stress
psikologis

Anak ke kesatu kerja merantau ke


Jakarta, kemudian menikah dan tinggal
39

Stress
psikologis

disana

19

19

20

20

20

20

20

Anak kedua meninggal

Stres
psikologis

Suami meninggal

Stres
psikologis

Anak ketiga menikah

Terdiagnosis hipertensi

Aanak ketiga pindah rumah daerah

prambanan
Terdiagnosis katarak immature senilis

ODS
Terdiagnosis osteoartritis

8. Identifikasi Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


a. Pencegahan Penyakit

Pasien mempunyai kesadaran terhadap pencegahan penyakit.pasien


sering membersihkan rumah. Namun ventilasi dan pencahayaan kurang.
b. Gizi Keluarga

Pemenuhan gizi keluarga dapat dikatakan baik sesuai standar yang


ditetapkan oleh kementrian Kesehatan melalui 10 Pedoman Umum Gizi
Sehari-hari (PUGS)

40

PUGS

w
a
b
a

Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan

n
Y

Banyak makan sayuran dan buah-buahan

a
Y

Biasakan

berprotein

a
Y

tinggi
Biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan

a
T

konsumsi

lauk-pauk

pokok

d
a

Batasi konsumsi pangan manis, asin dan

k
Y

berlemak
Biasakan Sarapan

a
Y

Berikan minum air putih yanhg cukup dan

a
Y

aman
Biasakan membaca label pada makanan yang

a
T

dikemas

d
a

Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

41

k
Y

mengalir
Lakukan aktivitas cukup dan pertahankan

a
Y

berat badan normal


Total

Total skor: 8 yang artinya menerapkan pedoman umum gizi seimbang


c. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

Keadaan rumah pasien terasa kurang nyaman karena ventilasi dan


pencahayaan kurangserta kerapian bagian dalam rumah masih kurang rapi.
Keadaan sekitar rumah pasien sangat berdekatan antara rumah satu dan
lainnya, pasien memiliki halaman depan yang sangat sempit bahkan untuk
mencapai ke rumah pasien hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki.

9. Indikator Rumah Sehat

1.

Indikator PHBS

Persalinan ditolong oleh tenaga


kesehatan
Memberi bayi ASI eksklusif

Menimbang bayi dan balita

42

Y
a/
T
id
a
k

Menggunakan air bersih

Y
a

Mencuci tangan dengan air bersih


dan sabun

Y
a

Menggunakan jamban sehat

Y
a

Memberantas jentik di rumah

Y
a

Makan buah dan sayur setiap hari

Y
a

Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Y
a

Tidak merokok di dalam rumah

Y
a

Kesimpulan : Terdapat perilaku hidup bersih sehat .


5. Diagnostik Holistik
Hipertensi grade II, Katarak senilis immature ODS dan osteoarthritis pada
janda lanjut usia disertai kesedihan yang mendalam terhadap kematian beberapa
anggota keluarga.
6. Manajemen Komprehensif
1. Promotif

Edukasi pasien dan keluarga (minimal libatkan satu orang) :

Gambaran osteoartritis, hipertensi , katarak senilis immature sebagai


penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan tapi bisa dikendalikan dan
itu tergantung pada pasien sendiri (perilaku pasien) untuk melakukan
modifikasi gaya hidup

43

Menjelaskan penyakit berupa penyebab, faktor resiko, gejala, pengelolaan

dan komplikasi
Pentingnya modifikasi

osteoartritis dan hipertensi


Pentingnya minum obat secara terartus sesuai rekomendasi dokter
Pentingnya monitoring tekanan darah secara teratur yaitu 2 minggu sekali

ke puskesmas
Pentingnya segera periksa ke dokter mata bila mengalami pandangan

gaya

hidup

untuk

pengelolaan

penyakit

ganda (diplopia), penurunan visus, dan kelainan persepsi warna, serta


paham kapan lagi kunjungan ke dokter mata harus dilakukan
Pentingnya dukungan keluarga dalam pengelolan penyakit pasien
2. Preventif
Mengatur pola dengan diet DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension.) Rendah Garam membatasi konsumsi natrium sampai
1.500 mg/hari. Menurut penelitian, diet DASH Rendah Garam sangat
berguna untuk membantu menurunkan tekanan darah untuk orang dewasa
yang berusia 50 tahun ke atas atau orang yang sudah terkena penyakit

hipertensi.
Berikut adalah makanan yang baik untuk dikonsumi pada diet DASH.
- Biji-bijian
(6-8
Kali
Konsumsi/hari)
Termasuk roti, sereal dan pasta. Pilihlah gandum utuh karena
mengandung lebih banyak serat dan nutrisi. Misalnya, gunakan beras
merah untuk mengganti beras putih, roti gandum untuk pengganti roti
biasa. Roti gandum biasanya rendah lemak, hindari mengoleskan
-

mentega atau krim.


Sayur-sayuran

(4-5

Kali

Konsumsi/hari)

Konsumsi sayuran yang mengandung banyak serat, vitamin dan mineral


seperti kalium dan magnesium. Jangan hanya mengkonsumsi sayuran
-

sebagai lauk saja, tetapi konsumsi sayuran sebagai menu utama


Buah-buahan
(4-5
Kali
Konsumsi/hari)
Buah-buahan juga mengandung banyak serat dan mineral yang

44

diperlukan untuk tubuh, dan biasanya rendah lemak kecuali alpukat


dan kelapa. Tetapi ada beberapa macam buah-buahan yang bersifat
kontradiktif dengan beberapa obat, maka sebaiknya konsultasikanlah
-

kepada dokter atau ahli diet Anda buah-buahan apa yang harus dihindari.
Produk
Susu
(2-3
Kali
Konsumsi/hari)
Susu, yoghurt, keju adalah sumber vitamin D, kalsium dan protein.

Tetapi pilihlah produk olahan susu yang rendah atau tanpa lemak.
Kurangi
konsumsi
daging
Meskipun daging adalah sumber protein, vitamin B dan zat besi, tetapi
daging juga mengandung banyak lemak dan kolesterol. Kurangi
mengkonsumsi daging 1/3 atau 1/2 porsi dari biasanya. Buanglah lemak
pada

daging

sebelum

dimasak

atau

memasak

ayam

tanpa

kulitnya.Makan ikan yang banyak mengandung Omega 3 seperti Salmon


-

dan Tuna, ini akan membantu menurunkan kolesterol Anda.


Kacang-kacangan
Biji bunga matahari, almond, kacang merah, kacang polong dan kacangkacangan lain merupakan sumber dari magnesium, kalium dan protein,
serta mengandung banyak serat dan senyawa yang dapat mencegah
penyakit kanker dan jantung. Tetapi makanan ini harus dikonsumsi
dalam jumlah yang kecil karena kacang-kacangan mengandung kalori
yang tinggi. Makanan yang mengandung kedelai seperti tahu dan tempe,

dapat menjadi alternatif pengganti daging sebagai sumber protein.


Lemak
Lemak berguna untuk membantu tubuh menyerap vitamin esensial dan
membantu menjaga imunitas tubuh. Tetapi terlalu banyak lemak,
terutama lemak tak jenuh, dapat meningkatkan resiko penyakit jantung,
obesitas dan diabetes. Diet DASH berfokus pada lemak tak jenuh seperti
minyak zaitun, minyak kanola, minyak jagung. Namun minyak ini tidak
stabil pada suhu yang tinggi sehingga lebih baik digunakan sebagai
campuran salad atau untuk menumis.
45

Gula
Anda tidak perlu berpantang makan yang manis-manis dalam mengikuti
diet DASH. Bila ingin makan makanan yang manis, pilihlah makanan
yang rendah kalori seperti permen rendah kalori, es buah atau biskuit
rendah kalori. Anda dapat juga menggunakan pemanis buatan seperti
aspartame, tetapi sebaiknya gunakanlah secara bijaksana.

Pengaturan kebutuhan kalori perhari dan contoh menu :

a) kebutuhan kalori basal

Kebutuhan kalori harian istirahat atau BMR (basal metabolic rate):


Kebutuhan kalori basal: 25x45-5%+30%-20%= 1185.50 kkal
Kebutuhan untuk mengurangi berat 0,5kg perminggu:
Kalorie
: 1080.06 kkal
Karbohidrat : 594.03 kkal/4 = 148.51 gram
Protein
: 162.01 kkal/4 = 40.50 gram
Lemak
: 324.02 kkal/4 = 36.00 gram

Sarapan 30%, makan siang 40% dan makan malam 30% yang
disesuaikan dengan ekonomi pasien.
W

Menu

Bahan

URT

Be

(g

m
a
k
(

g
r
S

Bubur

beras
Tumis

r
a

labu

Beras
Miny

40

ak
goren

46

2 Gls
sdt
2 Gls
1 ptg

17

)
5

3
-

45

10

25

10

a
n

siam+T
ahu
Pisang

g
Labu
siam
Tahu
Pisan

bsr
1bh
sdg

50

50

0
)
S
i
a
n
g
(

Nasi

Nasi

Putih
Sayur

Putih
Miny

10

ak

goren

sdg
1 dh

bening
bayam
Tempe
Goreng
Pisang

1
3

g
Baya
m
Temp
e
Pisan

0
0
)
M
a
l
a
m

Gls
sdt
2 Gls
2 ptg

17

45

20

25

80

50

5
3
-

sdg

50

50
Nasi

Nasi

Putih
Sayur

Putih
Miny

10

ak

goren

sdg
1 dh

bening
bayam
Tempe

47

Gls
sdt
2 Gls
2 ptg

17

45

5
3
-

goreng
Pisang

g
Baya

sdg

25

m
Temp

20

80

50

e
Pisan

1
9

50

50

)
Total

12

Konsumsi air putih 8-10 gelas perhari


Pembatasan garam <6gr perhari

Aktivitas fisik
Teruskan dan rutinkan jalan pagi 15-30 menit setiap hari, tambah
hingga 25-40 menit bila lutut tidak sedang sakit
Anjurkan senam lansia dan bersepeda
Anjurkan aktivitas sehari-hari yang dapat

ditingkatkan

membereskan rumah, membersihkan kamar tidur/kamar mandi, ,


tidak menggunakan remote TV, dll
Anjurkan dan ajarkan senam/latihan untuk lutut dan penguatan otot

tungkai, dilakukan 2-3 kali per hari, 10-15 menit setiap kali latihan
Istirahat cukup yaitu 6-8 jam perhari
Manajemen stress
Konseling CEA untuk mengatasi kekurangan dan kekhawatiran terhadap

pemahaman penyakitnya
Client center conseling pada kesedihan yang mendalam terhadap

kematian beberapa anggota keluarga


Melakukan SEFT (spiritual emotional freedom teqnique) pada kesedihan
yang mendalam terhadap kematian beberapa anggota keluarga
3. Kuratif
- Diltiazem 3x30 mg (selama 2 minggu)

48

HCT tab 1x25 mg (selama 2 minggu)


Paracetamol 3x500mg (selama 2 minggu)

4. Rehabilitatif
Fisioterapi untuk mengurangi keluhan fisik pasien akibat osteoartritis
berupa gerakan strengthening, yang merupakan gerakan penguatan
sendi-sendi tungkai dengan cara berjinjit, menekuk kaki dilakukan
berulang kali dan sesering mungkin.

. Berdasarkan WebMD, 2014 tentang Living With Knee Pain Exercises

for OA of the Knee, beberapa gerakan exercise mudah yang

dapat dilakukan untuk menguatkan otot sekitar sendi antara lain seperti :

Gambar 1. Calf Stretch

Gambar 2. Straight Leg Raise

Gambar 3. One Leg Balance

Gambar 4. Sit to Stan

49

Gambar 5. Hamstring Stretch

Gambar 6. Side Leg Raise

Gambar 7. Heel Raise

Gambar

8.

Squeeze

Gambar 9. Seated Hip March

Gambar 10. Quad Set

50

Pillow

Gambar 11. Step Ups

Gambar 12

5. Paliatif

Belum diperlukan pada pasien ini

51

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil laporan kasus, analisis catatan medis dan daftar tilik kunjungan
rumah dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis pasien yaitu Hipertensi grade
II, Katarak senilis immature ODS dan osteoarthritis pada janda lanjut usia
disertai kesedihan yang mendalam terhadap kematian beberapa anggota keluarga.
Dokter keluarga melalui institusi puskesmas dapat menjadi salah satu sektor
yang berperan dalam menangani kasus OA secara holistik serta diperlukan
kerjasama antara petugas kesehatan, pasien, dan keluarga menentukan
keberhasilan terapi.

Saran

1. Bagi mahasiswa
a. Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam menganalisis
permasalahan kesehatan, baik pada keluarga maupun lingkungannya.
b. Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke masyarakat.
2. Bagi puskesmas
a. Hendaknya terus melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan usaha
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
b. Hendaknya terus menindaklanjuti kasus dengan pendekatan kepada
masyarakat sehingga pasien dapat terus terkontrol.

52

DAFTAR PUSTAKA

Anthony Fauci, e. b. Harrison's Principles of Internal Medicine


17th edition . McGraw Hill Medical.

Dines Khanna, J. F. (2012). 2012 American College of


Rheumatology Guideline for management of Gout. Part 1 :
Systematic Nonpharmacologic and Pharmacologic Therapeutic
Approach to Hyperuricemia. Arthritis Care & Research , 14311446.

Marc Hochberg, R. A. (2012). American College of Rheumatology


Recommendation for the Use of nonpharmacologic dan
Pharmacologic Therapie in Osteoarthritis of The hand, Hip, and
knee. Arthritis care and reasearch , 465-474.

Paul James, S. O. (2014). 2014 Evidence-Based Guideline for the


Management of High Blood Pressure in Adults. JAMA , 507-519.

Richard P. Usatine, m. a. (2012). Color Atlas of Family Medicine


2nd edition. Missouri: McGraw Hill Medical.

Sidarta Ilyas, M. T. (2003). Sari Ilmu penyakit mata. Jakarta: balai


penerbit FKUI.

Suharjo SU, H. (2007). Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta: Ilmu


penyakit mata FK UGM.

53

Anda mungkin juga menyukai