Anda di halaman 1dari 1

Thought Paper Deliberative Democracy or Agonistic Pluralism by Chantal Mouffe

Nungky Kusumawardhani / 1306384454 MK. Pemikiran Politik Kontemporer


Agonistic Pluralism : Solution of Deliberatif Democracy?
Hal yang paling fundamental dalam deliberative democracy ialah menegaskan kebutuhan
untuk membenarkan keputusan yang dibuat oleh warga dan perwakilan mereka. Dengan cara
apa? Jawabannya adalah the conception of public reasoning. Dua tokoh demokrasi deliberatif
dapat diklasifikasikan menjadi dua tokoh yakni John Rawls dan Jurgen Habermas.
Baik Rawls maupun Habermas sebenarnya memiliki kesamaan dalam memaparkan
konsep demokrasi deliberatif mereka yakni keduanya konsisten menjelaskan bahwa demokrasi
dan deliberatif memiliki hubungan yang kuat dengan cara membenarkan the conception of public
reasoning. Rawls dengan konsepsi keadilan politik-nya, di mana kita tidak dapat menentukan
kebenaran sebagaimana yang diberikan oleh keyakinan bahwa kebenaran akan berdiri bahkan
dalam konsensus ideal. Namun apabila kita melihat lebih jauh, setelah kita menerima kenyataan
bahwa pluralisme yang reasonable adalah suatu kondisi permanen budaya masyarakat dibawah
lembaga yang bebas, ide yang masuk akal adalah lebih cocok sebagai bagian dari dasar
pembenaran publik. Sehingga pertanyaannya, bukankah akan terjadi depolitisasi publik?
Di sisi lain ada konsepsi normatif musyawarah demokratis yang diusulkan Habermas
yang mengusung musyawarah bersama dengan wacana etika dan moral. Musyawarah terjadi
dalam kondisi yang menjamin anggapan bahwa secara prosedural hasil yang benar akan menjadi
keputusan di mana warga negara bebas dan setara sehingga terjadi kesepakatan. Habermas
mengkonsepsikan prinsip-prinsip dasar dari negara hukum yang demokratis terutama sebagai
respon terhadap pertanyaan tentang bagaimana kondisi seperti musyawarah rasional dapat
diimplementasikan baik di arena resmi pemerintah dan di arena tidak resmi dari ruang publik
politik. Berbeda dengan Rawls yang tidak menginginkan adanya ruang tidak resmi dalam publik
karena dianggap akan mengancam nilai-nilai liberal.
Menyikapi perdebatan tentang demokrasi deliberatif, Chantal Mouffe memposisikan
dirinya pada agonistic pluralism. Di mana tujuan utama dari agonistic pluralism ialah bukan
untuk menyingkirkan publik dalam pengambilan keputusan dengan cara membuat konsensus serasional mungkin, tapi untuk mengarahkan passion mereka ke desain yang demokratis. Menurut
Mouffe demokrasi deliberatif yang mendalilkan ketersediaan ruang publik eksklusif non
musyawarah di mana konsensus rasional dapat diperoleh, mereka meniadakan sifat inheren
konflik pluralisme modern. Bahwa spesifisitas demokrasi modern terletak pada pengakuan dan
legitimasi dari konflik dan penolakan memberlakukan perintah otoriter untuk menekan itu. Maka
menurut Mouffe dalam negara demokrasi seharusnya ada lembaga-lembaga yang memungkinkan
konflik. Sehingga yang terjadi bukanlah perang antagonistik antara musuh, namun konfrontasi
agonistik.

Anda mungkin juga menyukai