Anda di halaman 1dari 36

Laboratorium Sedimentology 2015

BAB I
Dasar Teori
I.1. Latar Belakang
Acara lapangan praktikum sedimentology

kali ini adalah mempelajari

tentang batuan karbonat. Batuan karbonat diamati serta dianalisis kemudian dari
hasil analisis serta pengamatan yang dilakukan kita menafsirkan lingkungan
pengendapan melakukan penamaan dan menggambarkan proses diagenesanya.
Batuan sedimen karbonat sendiri mrupakan batuan sedimen dimana memiiki
komposisi dominan lebih dari 50 % kandungan CaCO3nya dan terdiri dari garamgaram karbonat.Batuan Sedimen karbonat sendiri tentunya emiiki arti yang sangat
penting dalam bidang perekonomian, batuan sedimen sendiri memiiki arti penting
karena

memiliki

porositas

yang

memungkinkan

untuk

menjadi

wadah

terkumpulnya minyak bumi dan gas alam, batuan karbonat sendiri dapat menjadi
suatu reservoir yang cukup baik terutama pada batuan karbonat yang sudah
bercampur dengan material yang berasal dari darat ataua sudah mengalami proses
yang sering kita sebut dengan proses dolomitasi dimana terjadi perubahan mineral
dari mineral kalsit yang berubah menjadi mineral dolomit.

I.2. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud diadakannya acara praktikum lapangan batuan karbonat ini
adalah agar praktikan dapat mempelajari batuan karbonat dengan melakukan
pengamatan megaskopis.
Tujuan dari acara lapangan batuan karbonat ini adalah agar praktikan dapat
mengklasifikasikan

(melakukan

penamaan),

menafsirkan

lingkungan

pengendapan, mengetahui proses proses diagenesa dan aspek aspek lain yang
berhubungan dengan batuan karbonat.

I.3. Dasar Teori

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 1

Laboratorium Sedimentology 2015

Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material


karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang
tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers & 1986).
Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang
komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari
50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi Reijers & Hsu (1986) adalah
batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua
batuan karbonat merupakan batugamping.
I.3.1.Karakteristik batuan sedimen mikrofosil

Menurut Tucker (1991) komponen penyusun batugamping dibedakan atas non


skeletal grain, skeletal grain, matrix, dan cement.
1). Non Skeletal Grain
Terdiri dari :
a.

Ooid
Ooid dan Pisolid Ooid adalah butiran karbonat yang
berbentuk bulat atau elips yang mempunyai satu atau lebih
struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti
penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran kuarsa.
Ooid memliki ukuran butir < 2 mm dan apabila memiliki
ukuran > 2 mm disebut pisoid.

b.

Peloid
Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk
bulat, elipsoid atau meruncing yang tersusun oleh micrite
dan tanpa struktur internaL Ukuran dari peloid antara 0,1 0,5 mm.

c.

Agregat
Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam
butiran karbonat yang tersemen bersama-sama oleh semen
mikrokristalin atau tergabung akibat material organik.
Sedangkan intraklas ialah fragmen dari sedimen yang sudah
terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat
pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut/ tidal flat.

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 2

Laboratorium Sedimentology 2015

d.

Pellet
Pellet merupakan partikel berukuran < 1mm
berbentuk spheris atau elips dengan komposisi CaCO3.
Secara genetic pellet merupakan kotoran dari organisme.

2). Skeletal Grain


Merupakan butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari
seluruh mikrofosil, butiran fosil ataupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang
ini merupakan allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping.
3). Lumpur Karbonat dan Micrite.
Micrite adalah matriks yang biasanya berwarna gelap. Pada batugamping
hadir sebagai butir yang sangat halus. Micrite memilliki ukuran butir kurang dari
4 um. Micrite dapat mengalamai alterasi dan dapat tergantikan oleh mosaik
mikrospar yang kasar.

4). Semen
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan
mengisi rongga pori yang terendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat
berupa kalsit, silika, sulfat atau oksida besi.
I.3.2.Klaifikasi Batuan Karbonat

Dalam praktikum ini digunakan 4 macam klasifikasi yaitu klasifikasi


untuk

batugamping

yaitu

klasifikasi

Dunham

(1962)

yang

kemudian

dikembangkan menjadi klasifikasi Embry & Kiovan (1971), klasifikasi Folk


(1959) dan klasifikasi untuk batuan campuran silisiklastik-karbonat yaitu
Klasifikasi Mount (1985).
a. Klasifikasi Dunham (1962) dan Embry & Kiovan (1971)

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 3

Laboratorium Sedimentology 2015

Klasifikasi Dunham (1962) dilasarkan pada tekstur deposisi dari


batugamping. Karena menurut Dunham, dalam sayatan tipis, tekstur deposisional
merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil
Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959). Dasar yang dipakai oleh Dunham
untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud
supported diinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunham
beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan yang berarus
tenang. Sebaliknya Dunham berpendapat bahwa batuan dengan fabrik grain
supported terbentuk pada energi gelombang kuat sehingga hanya komponen
butiran yang dapat mengendap. Batugamping dengan kandungan beberapa butir
(< 10 %) di dalam matrikss Lumpur karbonat disebut mudstone, dan bila
mudstone tersebut mengandung butiran tidak saling bersinggungan disebut
wackestone. Lain halnya bila antar butirannya saling bersinggungan disebut
packstone atau grainstone; packstone mempunyai tekstur grain-supported dan
biasanya memiliki matriks mud. Dunham memakai istilah boundstone untuk
batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi (misalnya :
pengendapan lingkungan terumbu). Dalam hal ini boundstone ekuivalen dengan
istilah biolithite dari Folk. Klasifikasi Dunham (1962) memiliki kemudahan dan
kesulitan. Kemudahannya adalah tidak perjunya menentukan jenis butiran dengan
detail karena tidak menentukan dasar nama batuan. Kesulitan adalah di dalam
sayatan petrografi, fabrik yang menjadi dasar klasifikasi kadang tidak selalu
terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan dua dimensi,
oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk amensi batuannya agar tidak
salalj dalam penafsirannya. Embry dan Klovan (1971) mengembangkan
klasifikasi Dunham (1962 dengan membagi batugamping menjadi dua kelompok
besar yaitu autochtonous limestone dan allochtonous limestone berupa
batugamping yang komponen-komponen penyusunnya tidak terikat secara organis
selama proses deposisi. Pembagian allochtonous dan autochtonous limestone oleh
Embry dan Klovan (1971) telah dilakukan oleh Dunham (1%2) hanya saja tidak
terperinci. Dunham hanya memakainya sebagai dasar penglasifikasiannya saja
antara batugamping yang tidak terikat (packstone, mudstone, wackestone,
Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 4

Laboratorium Sedimentology 2015

grainstone) dan terikat (boundstone) ditegaskan. Sedangkan Embry dan Klovan


(1971) membagi lagi boundstone menjadi tiga kelompok yaitu framestone,
bindstone,dan bafflestone, berdasarkan atas komponen utama terumbu yang
berfungsi sebagai perangkap sedimen. Selain itu juga ditambahkan nama
kelompok batuan yang mengandung komponen berukuran lebih besar dari 2 cm >
10 %. Nama yang mereka berikan adalah rudstone untuk component-supported
dan floatstone untuk matrix supported. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)

Tabel V.1. Klasifikasi Embry & Klovan (Reijers & Hsu,


1986)

Kelebihan yang lain dari klasifikasi Dunham (1%2) adalah dapat dipakai
untuk menentukan tingkat diagenesis karena apabila sparit dideskripsi maka hal
ini bertujuan untuk menentukan tingkat diagenesis.

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 5

Laboratorium Sedimentology 2015

b. Klasifikasi Folk (1959)


Dasar klasifikasi Folk (1959) yang dipakai dalam membuat klasifikasi ini adalah
bahwa proses pengendapan pada batuan karbonat sebanding dengan batupasir,
begitu juga dengan komponen-komponen penyusun batuannya, yaitu :
a. Allochem
Analog dengan pasir atau gravel pada batupasir. Ada empat macam
allochem yang umum dijumpai yaitu intraklas, oolit, fosil dan pellet
b. Microcrystalline calcite ooze
Analog dengan matrik pada batupasir. Disebut juga micrite (mikrit) yang
tersusun oleh butiran berukuran 1- 4 pm.
c. Sparry calcite (sparit)
Analog sebagai semen. Pada umumnya dibedakan dengan mikrit karena
kenampakannya yang sangat jernih. Merupakan pengisi rongga antar pori.
I.3.3.Tipe-tipe Porositas Batuan Karbonat

Ada beberapa ahli geologi yang mencoba memberikan klasifikasi


mengenai tipe-tipe porositas tersebut. Salah satu di antaranya adalah Choquette &
Pray (1970) dalam Reeckmann & Sanders (1981). Klasifikasi ini mencoba
menghubungkan ukuran pori, bentuk dengan kemas dari batuan tersebut. Adapun
klasifikasi dari Choquette & Pray (1970) adalah sebagai berikut :

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 6

Laboratorium Sedimentology 2015

1. Porositas pada batuan karbonat, sepenuhnya dikontrol oleh kemas batuan yang
disebut sebagai fabric selective dan dibagi menjadi:
a. Interparticle :
Bisa termasuk dalam porositas primer yaitu merupakan pori - pori yang
terdapat di antara partikel atau intergranular, dan biasanya tidak mengalami
sementasi Porositas ini bervariasi tergantung pada sortasi, kemas, dan ukuran
butiran.
b. Intraparticle :
Pori-pori yang terdapat di dalam butiran, bisa terbentuk sebagai porositas
primer atau bisa terbentuk pada awal diagenesis, oleh proses yang dikenal sebagai
maceration, dimana material organik yang ada, dibusukkan di antara skeletal.
Jenis porositas ini juga bisa disebabkan oleh proses perpindahan dari interior
butiran yang tidak terlalu mengalami kalsitifikasi. Melalui proses ini tertinggal
bagian cortex-nya raja.
c. Intercrystalline :
Merupakan pori-pori yang terdapat diantara kristal-kristal yang relatif
sama ukurannya, yang tumbuh karena adanya proses rekristalisasi atau
dolomitisasi..
d. Mouldic :
Suatu rongga yang terbentuk karena proses pelarutan fragmen dalam
batuan. Porositas ini termasuk porositas sekunder dan termasuk dalam fabric
selective. Untukmembentuk tipe porositas ini, dibutuhkan perbedaan tingkat
kelarutan antara butiran dan struktur yang ada. Terbentuk dalam batuan
monomineralik berhubungan dengan perbedaan kristalinitas, ukuran kristal,
inklusi organik, porositas primer dan lain-lain.
e. Fenestral :
Merupakan variasi dari interparticle porosity yang terbentuk pada
lingkungan yang khusus, seperti supratidal levee. Terbentuk sebagai akibat
hilangnya beberapa butir pembentuk batuan sehingga terbentuk rongga-rongga
yang besar.
f. Shelter :
Merupakan variasi dari interparticle porosity, dimana adanya butiran yang
berbentuk lempeng, menjadi semacam payung bagi area di bawahnya, untuk
melindungi dari pengisian sedimen yang mengendap.

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 7

Laboratorium Sedimentology 2015

g. Growth framework :
Pertumbuhan kerangka seperti kerangka koral, yang mengakibatkan
rongga yang diisi oleh koral, menjadi terbuka.
2. Porositas batuan karbonat tersebut tidak dipengaruhi atau dikontrol oleh kemas
(fabric) batuan, disebut sebagai not fabric selective, yaitu porositas:
a. Fracture :
Rongga yang berbentuk rekahan, yang terbentuk akibat adanya tekanan luar, dan
biasanya terjadi setelah pengendapan, serta berasosiasi dengan proses perlipatan,
pensesaran ataupun salt doming. Terjadi pada batuan karbonat yang relatif brittle,
biasanya homogen, seperti kapur dan dolomit.
b. Channel :
Saluran antar rongga yang terbentuk akibat pelarutan.
c. Vug
Lubang yang terbentuk sebagai akibat proses pelarutan, seperti gerowong.
d. Cavern :
Pelarutan lubang yang bisa membesar, sehingga dapat dimasuki manusia.
3. Porositas batuan karbonat yang dapat bersifat sebagai kedua-duanya,
disebut sebagai fabric selective or not. Tipe porositas ini antara lain :
a. Breccia :
Terbentuk karena adanya proses retakan yang menyebabkan batuan hancur
menjadi bongkah-bongkah kecil dan terbentuklah pori-pori yang berada di
antaranya.
b.Boring :
Pori-pori yang terbentuk karena adanya aktivitas pemboran oleh organisme.
c Burrow :
Porositas yang terbentuk karena penggalian organisme.
d.Shrinkage :
Penciutan, dimana sedimen yang telah diendapkan, menjadi kering dan menciut,
sehingga terjadi rekahan-rekahan yang dapat menimbulkan pori.

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 8

Laboratorium Sedimentology 2015

I.3.4.Diagenesa Batuan Karbonat

Batuan karbonat sendiri juga mengalami proses diagenesa komposisi dan


tekstur batuan karbonat sendiri pun tentunya dipengaruhi oleh derajat
pembundaranyang terjadi sesudah proses pengendapan berlangsung,biasanya
perubahan-perubahan itu terjadi pada tempat asal batuan sedimen tersebut
dalam waktu yang h ampir bersamaan dengan pengendapan batuan sedimen itu
sendiri, sehingga tidak mudah dalam menentukan suatu tekstur dan komposisi
batuan karbonat tersebut bersal dari endapan atau setelah diagenesa
berlangsung
Proses-proses yang terjadi pada diagenesa batuan Karbonat seperti
dibawah ini:
a. Pelarutan
Proses ini dalam batuan karbonat memerlukan kandungan air yang
kelewat jenuh dalam jumlah yang banyakserta selektivitas terhadap
matriks, bentuk butir, ukuran butir, dan sifat kerangka. Hasil dari pelarutan
akan berupa rongga yang kosong dari material-material yang sudah
terlarut
b. Penyemenan
Penyemenan merupakan proses dari pengisian ruang antar butiran
rekahan yang terjadi akibat proses dari pelarutan
c. Rekristalisasi
Proses ini tentuny akan terjadi jika terdapat zat-zat yang terlarut
diendapkan kembali ditempat yang semula, tanpa merubah komposisinya
d. Penggantian
Proses dimana penggantian mineral dari mineral satu menjadi
mineral yang lain dan tentunya akan merubah komposisinya pula

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 9

Laboratorium Sedimentology 2015

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

II.1. Stopsite 1
II.1.1 Deskripsi Lapangan
Stopsite 1 berlokasi di daerah Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten
Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tiba dilokasi sekitar pukul 09.45
WIB cuaca pada stopsite ini cerah
Morfologi pada daerah ini berupa bukit bukit atau berupa perbukitan
karst serta bentukan cekungan hasil dari pelarutan yang tersusun dari batuan
karbonat.
Stopsite 1 ini merupakan suatu daerah yang termasuk kedalam formasi
wonosari dimana secara startigrafi menumpang pada formasi oyo.Formasi
wonosari ini terbentuk dalam keadaan shallowmarine dengan umur miosen awal
hingga tengah.
II.1.2 Foto Singkapan
II.1.2.1 Foto Singkapan 1

Gambar 1. Foto Singkapan 1 STA 1


Keterangan
Lokasi : Desa Girisuko
Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Azimuth : N3160E

Page 10

Laboratorium Sedimentology 2015

Cuaca : Cerah
II.1.2.2 Foto Singkapan 2

Gambar 2. Foto Singkapan 2 STA 1


Keterangan
Lokasi : Desa Girisuko
Cuaca : Cerah

Azimuth : N3260E

II.1.2.3 Foto Singkapan 3

Gambar 3. Foto Singkapan 3 STA 1


Keterangan
Lokasi : Desa Girisuko
Cuaca : Cerah
Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Azimuth : N3500E

Page 11

Laboratorium Sedimentology 2015

II.1.3 Foto Parameter dan Deskripsi


II.1.3.1 Foto Litologi 1

Gambar 4. Foto Litologi 1 STA 1


Keterangan
Konstitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Fragmental bioklastik

Konstitusi Detritus

: Allochem:15%, Mikrit : 10%, Sparit : 65%

Masa Dasar
Hubungan Butir dengan

: Mikrit

Masa Dasar

: Bersentuhan

Besar Butir

: Arenite (0,064 - 2 mm)

Pemilahan

: Sedang

Keadaan Butir

: Baik

Susunan Butir

: Beraturan

Porositas

: Interparticle

Indeks Energi

: Indeks Energi 1

Nama Batuan

: Wackestone (Dunham, 1962)

Keterangan

: Batuan karbonat ini diendapkan pada


kondisi air laut yang tenang, dicirikan oleh
kandungan lumpur karbonatnya yang dapat

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 12

Laboratorium Sedimentology 2015

mencapai 50%, keadaan fosil masih dalam


keadaan yang utuh, walaupun fosil tersebut
jarang dijumpai.
II.1.3.2 Foto Litologi 2

Gambar 5. Foto Litologi 2 STA 1


Keterangan
Konstitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Fragmental bioklastik

Konstitusi Detritus

: Allochem: 40%, Mikrit : 10%, Sparit : 50%

Masa Dasar

: Mikrit

Hubungan Butir dengan


Masa Dasar

: Bersentuhan

Besar Butir

: Rudit (> 2 mm)

Pemilahan

: Sedang

Keadaan Butir

: Buruk

Susunan Butir

: Beraturan

Porosita

: Interparticle

Indeks Energi

: Indeks Energi 5

Nama Batuan

: Rudstone (Dunham, 1962)

Keterangan

: Batuan ini terbentuk pada kondisi energi


gelombang

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

yang

kuat,

terlihat

dari

Page 13

Laboratorium Sedimentology 2015

kandungan lumpurnya yang kurang dari


5%.
II.1.3.3 Foto Litologi 3

Gambar 6. Foto Litologi 3 STA 1


Keterangan
Konstitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Fragmental bioklastik

Konstitusi Detritus

: Allochem: 40%, Mikrit : 10%, Sparit : 50%

Masa Dasar

: Mikrit

Hubungan Butir dengan


Masa Dasar

: Bersentuhan

Besar Butir

: Rudit (>2 mm)

Pemilahan

: Sedang

Keadaan Butir

: Buruk

Susunan Butir

: Beraturan

Porosita

: Interparticle

Indeks Energi

: Indeks Energi 5

Nama Batuan

: Floatstone (Embry & Klovan, 1971)

Keterangan

: Batuan ini terbentuk pada kondisi energi


gelombang

yang

kuat,

terlihat

dari

kandungan lumpurnya yang kurang dari


5%.
Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 14

Laboratorium Sedimentology 2015

II.1.4 Foto Bentang Alam

Azimuth : N3530E

Cuaca : Cerah

Profil Kasar Singkapan Stopsite 1


Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 15

Laboratorium Sedimentology 2015

II.2. Stopsite 2
II.2.1 Deskripsi Lapangan
Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 16

Laboratorium Sedimentology 2015

Lokasi pada stopsite 2 masih berlokasi di Jalan Siluk, Kecamatan


Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tiba pada
stopsite ini sekitar pukul 11.32 WIB dengan cuaca berawan di stopsite ini.
Pada lokasi ini kita menjumpai tiga jenis batuan sedimen karbonat yang
berbeda yaitu batuan karbonat non klastik terletak pada bagian atas dan batuan
karbonat klastik pada bagian bawah. Singkapan batuan ini menunjukkan struktur
perlapisan di bagian bawah dan massive di bagian atas.
Jika kita mengamati singkapan dari jauh akan terlihat struktur cross beding.
Hal ini dapat mengindikasikan bahwa terjadi perubahan energy atau arus sehingga
mengakibatkan adanya perubahan pada struktur sedimen pada lokasi ini.
II.2.2 Foto Singkapan

Gambar 7. Foto Singkapan STA 2


Keterangan
Lokasi : Desa Girisuko
Cuaca : Cerah
Azimuth : N1600E

II.2.3 Foto Parameter dan Deskripsi


II.2.3.1 Foto Litologi 1
Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 17

Laboratorium Sedimentology 2015

Gambar8. Foto Parameter Lithologi


Konstitusi Utama

: Kerangka

Jenis Kerangka/Butir : Koral


Konstitusi Detritus

:-

Masa Dasar

:-

Hub. Butir
dengan Masa Dasar

:-

Besar Butir

:-

Pemilahan

:-

Keadaan Butir

:-

Susunan Butir

:-

Porositas

:-

Indeks Energi

: Indeks Energi 2

Nama Batuan

: Boundstone (Dunham, 1962)

Keterangan

: Batuan ini terbentuk secara insitu dan


keterbentukannya

ada

pada

kondisi

energi

gelombang rendah, hal tersebut dapat dilihat dari


keadaan cangkang yang masih utuh.

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 18

Laboratorium Sedimentology 2015

II.2.3.2 Foto Litologi 2

Gambar 9. Foto Litologi 2 STA 2


Keterangan
Konstitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Fragmental bioklastik

Konstitusi Detritus

: Allochem: 25%, Mikrit : 15%, Sparit : 60%

Masa Dasar

: Mikrit

Hubungan Butir dengan


Masa Dasar

: Bersentuhan

Besar Butir

: Arenit (0,064 2 mm)

Pemilahan

: Sedang

Keadaan Butir

: Buruk

Susunan Butir

: Beraturan

Porositas

: Fabric selective

Indeks Energi

: Indeks Energi 5

Nama Batuan

: Grainstone (Dunham, 1962)

Keterangan

(Interparticle)

: Batuan ini terbentuk pada kondisi energi


gelombang

yang

kuat,

terlihat

dari

kandungan lumpurnya yang kurang dari


5%.

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 19

Laboratorium Sedimentology 2015

II.2.3.3 Foto Litologi 3

Gambar 10. Foto Parameter Lihologi 3 STA 2


Konstitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Fragmental bioklastik

Konstitusi Detritus

:-

Masa Dasar

Allochem:11%

Mikrit

: 14%

Sparit

: 65%

: Mikrit

Hubungan Butir dengan Masa Dasar : Bersentuhan


Besar Butir

: Lutit (<0,064 mm)

Pemilahan

: Sedang

Keadaan Butir

: Baik

Susunan Butir

: Beraturan

Porositas

: Fabric selective
(Interparticle)

Indeks Energi

: Indeks Energi 1

Nama Batuan

: Wackestone
(Dunham, 1962)

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 20

Laboratorium Sedimentology 2015

II.2.4. Foto Bentang Alam

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Azimuth : N3530E

Cuaca : Cerah

Nama
NIM
Plug

Page 21

Laboratorium Sedimentology 2015

Profil Kasar Singkapan Stopsite 2

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 22

Laboratorium Sedimentology 2015

II.3. Stopsite 3
II.3.1. Deskripsi Lapangan
Stopsite 3 berlokasi di Daerah Planjan, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Tiba sekitar pukul 14.10 WIB dengan cuaca berawan di
stopsite ini.
Pada lokasi ini terdapat suatu singkapan batuan karbonat yang berada
disebelah selatan jalan.Pada Singkapan ini dapat diamati adanya struktur sedimen
berupa perlapisan dan juga terdapat sedimen dengan struktur masif pada bagian
atas. Ketika kita mendekat pada singkapan tersebut dapat diamati adanya
organisme penyusun komposisi dari batuan tersebut seperti adanya pecahan
cangkang pada bagian-bagian tertentu dalam singkapan tersebut.
Pada stopsite ini terdapat suatu singkapan yang bila diamati dari jauh
memiliki dua tekstur, yakni masif dan kesan berlapis. Dari hasil penngamatan
didapat 4 lapisan. Dimana pada lapisan paling bawah berupa lapisan yang masif
serta lapisan kedua. Pada lapisan ketiga nampak perlapisan dan lapisan paling atas
masif yang tebal.
II.3.2. Foto Singkapan

Gambar 11. Foto Singkapan STA 3


Keterangan
Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 23

Laboratorium Sedimentology 2015

Lokasi : Desa Girisuko


Cuaca : Cerah
Azimuth : N2580E
II.3.3. Foto Parameter dan Deskripsi
II.3.3.1 Foto Litologi 1

Gambar 12. Foto Parameter litologi 1 STA 3


Konstitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Fragmental bioklastik

Konstitusi Detritus

:-

Masa Dasar

Allochem: 40%

Mikrit

: 10%

Sparit

: 50%

: Mikrit

Hubungan Butir dengan Masa Dasar : Sebagian-sebagian


Besar Butir

: Arenit (0,064 2 mm)

Pemilahan

: Sedang

Keadaan Butir

: Buruk

Susunan Butir

: Beraturan

Porositas

: Fabric selective

Indeks Energi

: Indeks Energi 4

Nama Batuan

: Rudstone

(Interparticle)

(Dunham, 1962)
Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 24

Laboratorium Sedimentology 2015

Keterangan

: Batuan ini terbentuk pada kondisi energi


gelombang yang kuat, terlihat dari
kandungan lumpurnya yang kurang
dari 5%.

II.3.3.2 Foto Litologi 2

Gambar 13. Foto Parameter litologi 2 STA 3


Konstitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Fragmental bioklastik

Konstitusi Detritus

:-

Masa Dasar

Allochem: 25%

Mikrit

: 15%

Sparit

: 60%

: Mikrit

Hubungan Butir dengan Masa Dasar : Bersentuhan

Nama
NIM
Plug

Besar Butir

: Arenit (0,064 2 mm)

Pemilahan

: Sedang

Keadaan Butir

: Buruk

Susunan Butir

: Beraturan

Porositas

: Fabric selective

Indeks Energi

: Indeks Energi 5

Nama Batuan

: floatstone

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

(Interparticle)

Page 25

Laboratorium Sedimentology 2015

(Dunham, 1962)
Keterangan

: Batuan ini terbentuk pada kondisi energi


gelombang yang kuat, terlihat dari
kandungan lumpurnya yang kurang
dari 5%.

II.3.3.3 Foto Litologi 3

Gambar 14. Foto Parameter litologi 3 STA 3


Konstitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Fragmental bioklastik

Konstitusi Detritus

:-

Masa Dasar

Allochem:11%

Mikrit

: 14%

Sparit

: 65%

: Mikrit

Hubungan Butir dengan Masa Dasar : Sebagian-sebagian

Nama
NIM
Plug

Besar Butir

: Lutit (<0,064 mm)

Pemilahan

: Sedang

Keadaan Butir

: Baik

Susunan Butir

: Beraturan

Porositas

: Fabric selective

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

(Interparticle)

Page 26

Laboratorium Sedimentology 2015

Indeks Energi

: Indeks Energi 1

Nama Batuan

: packestone
(Dunham, 1962)

Keterangan

: Batuan karbonat ini diendapkan pada


kondisi

air

laut

yang

tenang,

dicirikan oleh kandungan lumpur


karbonatnya yang dapat mencapai
50%, keadaan fosil masih dalam
keadaan yang utuh, walaupun fosil
tersebut jarang dijumpai.

II.3.3.4 Foto Litologi 4

Gambar 15. Foto Parameter litologi 4 STA 3


Konstitusi Utama

: Klastik

Jenis Kerangka/Butir

: Fragmental bioklastik

Konstitusi Detritus

:-

Masa Dasar
Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Allochem: 40%

Mikrit

: 10%

Sparit

: 50%

: Mikrit

Page 27

Laboratorium Sedimentology 2015

Hubungan Butir dengan Masa Dasar : Sebagian-sebagian


Besar Butir

: Arenit (0,064 2 mm)

Pemilahan

: Sedang

Keadaan Butir

: Buruk

Susunan Butir

: Beraturan

Porositas

: Fabric selective

Indeks Energi

: Indeks Energi 4

Nama Batuan

: Rudstone

(Interparticle)

(Dunham, 1962)
Keterangan

: Batuan ini terbentuk pada kondisi energi


gelombang yang kuat, terlihat dari
kandungan lumpurnya yang kurang
dari 5%.

II.3.4. Foto Bentang Alam

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Azimuth : N2000E

Cuaca : Cerah

Nama
NIM
Plug

Page 28

Laboratorium Sedimentology 2015

Profil Kasar Singkapan Stopsite 3

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 29

Laboratorium Sedimentology 2015

II.4. Stopsite 4
Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 30

Laboratorium Sedimentology 2015

II.4.1. Deskripsi Lapangan


Stopsite 4 berlokasi di daerah Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten
Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tiba pada stopsite ini sekitar pukul
15.33 WIB dengan cuaca berawan di stopsite ini.
Singkapan yang terdapat pada Stopsite 4 ini kita sebut sebagai Calice.
Idealnya suatu tubuh batuan karbonat yang akan berubah menjadi soil adalah
sebagai berikut :
Soil aktif
Hardpan
Platy
Nodular
Nodular chalky
Chalky
Transition
Hostrock

1. Host Rock, merupakan batugamping murni.


2. Transition, yakni batugamping yang mengalami pengangkata atau terekspose,
di mana kandungan CaCO3 lapisan ini lebih kecil dibanding dengan
kandungan CaCO3 pada Host Rock.
3. Chalky, bertekstur seperti kapur berwarna putih apabila diremas akan mudah
hancur.
4. Nodular Chalky, yakni adanya lubang lubang hasil dari proses pelarutan,
namun masih dikelilingi oleh Chalky.
5. Nodular, yakni adanya lubang lubang hasil dari proses pelarutan yang sudah
tidak dikelilingi oleh Chalky.
6. Platy Caliche, yakni lapisan yang strukturnya membentuk lembaran.
7. Hardpan, yakni lapisan paling keras yang menjorok keluar, yang merupakan
hasil dari pengendapan lime karbonat di permukaan.
Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 31

Laboratorium Sedimentology 2015

8. Soil Active, lapisan soil yang dicirikan dengan warna coklat dan ditumbuhi
banyak vegetasi.
II.4.2. Foto Singkapan

Gambar 16. Foto Parameter Singkapan STA 4


Keterangan
Lokasi : Desa Girisuko
Cuaca : Cerah

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Azimuth : N2400E

Page 32

Laboratorium Sedimentology 2015

(Azimuth foto : N1900E)


Keterangan

Jenis Batuan : Transition chalky

(Azimuth foto : N11850E)


Keterangan

Jenis Batuan : Soil

II.4.4. Foto Bentang Alam

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Azimuth : N2000E

Cuaca : Cerah

Nama
NIM
Plug

Page 33

Laboratorium Sedimentology 2015

II.5. Interpertasi Lingkungan Pengendapan

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 34

Laboratorium Sedimentology 2015

Lingkungan pengendapan daerah telitian terendapkan pada lingkungan laut


dangkal (shallow marine). Hal ini ditandai dengan banyaknya terumbu serta fosil
fosil lain yang terdapat pada batuan. Dimana pada daerah shallow marine ini
terumbu dapat berkembang dengan optimal.

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 35

Laboratorium Sedimentology 2015

BAB III
KESIMPULAN
III.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan lapangan Sedimen di daerah
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut.
1. Pada stopsite 1 didapat 3 litologi, yakni Wackstone, Rudstone dan
Floatstone.
2. Pada stopsite 2 didapat litologi berupa Boundstone pada bagian atas
kemudian

Grainstone

yang

memberikan

kesan

berlapis

dan

Wackestone pada bagian bawah.


3. Pada stopsite 3 didapat 4 jenis litologi dalam 4 lapisan, yakni
Rudstone, Packstone, Floatstone, dan Rudstone.
4.

Pada stopsite 4 didapat tubuh batuan karbonat yang berubah menjadi


soil.Selain itu tubuh batuan karbonat tersebut merupakan suatu tubuh
batuan yang berubah menjadi soil. Batuan ini dapat menjadi
penangkap air yang baik karena pori pori pada lapisan yang terdapat
nodular. Namun dari pengamatan dilapangan jika dibandingkan dengan
susunan idealnya tidaklah sama karena disebabkan oleh berbagai
faktor mungkin karena iklimnya atau hal lain yang menyebabkan tidak
terbentuknya suatu lapisan batuan.

III.2. Saran
Transportasinya kurang mumpuni menurut saya karena masih ada yg tidak
dapat tempat serta ada yang bermasalah hehehe. Kiranya acara lapangan ini terus
ada karena penting untuk mengetahui mengenai batuan sedimen karbonat
lingkungan pengendapannya, penamaannya, serta diagenesa.

Nama
NIM
Plug

: Marthyn Hapyosel
: 111.130.049
: 12

Page 36

Anda mungkin juga menyukai