OLEH :
Berland P.E. Candra, S.ked
PEMBIMBING
dr. Laurens Paulus, Sp.OG
Lembar Pengesahan
Laporan Kasus
April 2015
Pembimbing
Daftar Isi
BAB 1
Pendahuluan
(3)
BAB 2
Laporan Kasus
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 37 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
Agama
: Islam
Status
: Menikah
MRS
menjalani pemeriksaan USG dan dinyatakan menderita batu ginjal di bagian kanan.
Riwayat Obstetri
: ? juli- 2015
Riwayat Persalinan
Tanda Vital
: TD 100/60 mmHg
Nadi 94x/menit
Temperatur 38,8 oC
Pernapasan 23 x/menit
Mata
Kulit
Kepala
Telinga
Mulut
Leher
Cor
Auskultasi
Pulmo
Auskultasi
Pulmo Posterior
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang :
Darah Rutin Tanggal 19 Februari 2015
Hb
: 7, 4 g/dL
HCT
: 25,1 (%)
WBC
: 17,87 x 10^3/uL
PLT
: 340 x 10^3/uL
Tanggal 26/2/2015
Darah Rutin
Hb
: 6,3 g/dL
HCT
: 19,2 %
WBC
: 19,02 x 10^3/uL
PLT
: 429 x 10^3/uL
Ureum
:84,2 mg/dL
Creatinin
:1,49 mg/dL
GDS
:94 mg/dL
Urin lengkap
BJ
:1,030
Glu
:-
pH
:6,0
Protein
: +3
Leukosit
:-
Urobilinogen : +4
Nitrit
:-
Eritrosit
:+3
Epitel
:5-7
A
P
:
-
O2 3 L/menit
Guyur RL 1 flash
IVFD RL 500 cc/24 jam
Paracetamol 3x 500 mg tab atau infus bila masih muntah
Cefotaxime 3 x 1 gram IV
Pasang NGT
Metergin 3 x 1 tab
Cek DL
10 | S M F O b s t e t r i d a n G y n e k o l o g i
Tanggal 1/3/2015
S
: pasien masih sadar tapi bicara tidak jelas, demam (+), sesak (+)
O
: kesadaran somnolent
TD
: 80/60 mmHg, nadi : 118x/menit lemah, suhu : 38,2
Pernapasan : 44x/menit
Mata : konjungtiva anemis +/+
Cor
: S1 S2 reguler tunggal, murmur
Pumo : vesikuler +/+
Abdomen : cembung, kontraksi (+)
Nyeri tekan seluruh regio abdomen , bising usus (+)
Ekstremitas : edem Lokia
: (+) sanguilenta
Laboratorium :
- GDS : 90 mg/dL
- Hb : 8,0 g/dL
- WBC : 15.77 x 10^3 uL
- PLT : 836 x 10^3 uL
A
P
:
- O2 3 L/menit
- Guyur RL 500 cc 1 flash
11 | S M F O b s t e t r i d a n G y n e k o l o g i
Pasang DC
Parasetamol infus
Cek GDS, Elektrolit
Pindah ICU
:
- O2 5 L/menit
- Pasang infus 2 line, line 1 drip Vascon 0,5 + dobutamin dalam
D10 % 1 flash
Line 2 :NaCl 0,9 % 1 flash guyur, lanjut HES 16 tpm
- D40% 2 flash IV
- Paracetamol infus
- Cek GDS ulang
12 | S M F O b s t e t r i d a n G y n e k o l o g i
BAB 3
Pembahasan
14 | S M F O b s t e t r i d a n G y n e k o l o g i
Insiden urosepsis 25 % dari seluruh kejadian septikemia dan lebih sering berasal
dari komplikasi infeksi di traktus urinarius.
Sepsis adalah respon inflamasi sistemik trhadap infeksi. Tanda dan gejala
SIRS (systemic inflamatory response syndrome), dianggap sebagai gejala alarm
yang harus ditangani secepatnya. Klasifikasi sindrom sepsis mengikuti beberapa
level kriteria(7)
Kriteria I : terbukti bakteremia atau dicurigai sepsis dari keadaan klinik.
Kriteria II : Synstemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
Suhu tubuh 38o C atau 36o C
Takikardia 90 detak per menit
Tacypnea 20 nafas per menit
Alkalosis respiratorik PaCO2 32 mm Hg
Leukosit 12.000 /mm3 atau 4000 /mm3
Kriteria III : Multiple Organ dysfunction syndrome (MODS)
Jantung, sirkulasi : tekanan darah sistolik arteri 99 mm Hg atau mean
arterial preasure 70 mm Hg, selama 1 jam walaupun carian adekuat
atau resusitasi agen vasopressure diberikan.
Ginjal : Produksi urin < 0,5 Ml/kgBB/ jam wlalupun resusitasi cairan
adekuat.
Paru-paru : Tekanan parsial O2 arterial (PaO2) 75 mm Hg (udara
ruangan) atau konsentrasi inspirasi O2 (FiO2) 250 (pernapasan
bantuan)
Platelet : Thrombosit < 80.000/ mm3 atau berkurang 50 % dalam 3
hari
Asidosis metabolic : Ph darah 7,30 atau plasma laktat 1,5 kali
normal.
Encephalopathy : Somnolen, kebingungan, bergejolak, coma.
Dari kriteria di atas sepsis syndrome dibedakan jadi 3, yaitu :
1. Sepsis
: Kriteria I + 2 kriteria II
15 | S M F O b s t e t r i d a n G y n e k o l o g i
16 | S M F O b s t e t r i d a n G y n e k o l o g i
dengan kateter dan 6,6% pada non-kateter, P.aeruginosa 8,2% pada pasien dengan
kateter dan 4,1% pada non-kateter.(6,7)
Patogenesa dari gejala klinis urosepsis adalah akibat dari masuknya
endotoksin, suatu komponen lipopolisakarida dari dinding sel bakteri yang masuk
ke dalam sirkulasi darah. Lipopolisakarida ini terdiri dari komponen lipid yang akan
menyebabkan(7)
1. Aktivasi sel-sel makrofag atau monosit sehingga menghasilkan beberapa sitokin,
antara lain tumor necrosis factor alfa (TNF ) dan interlaukin I (IL I). Sitokin
inilah yang memacu reaksi berantai yang akhirnya dapat menimbulkan sepsis
dan jika tidak segera dikendalikan akan mengarah pada sepsis berat, syok
sepsis, dan akhirnya mengakibatkan disfungsi multiorgan atau multi organs
dysfunction syndrome (MODS).
2. Rangsangan terhadap sistem komplemen C3a dan C5a menyebabkan terjadinya
agregasi trombosit dan produksi radikal bebas, serta mengaktifkan faktor-faktor
koagulasi.
3. Perubahan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan oksigen. Karena
terdapatnya resistensi sel terhadap insulin maka glukosa dalam darah tidak
dapat masuk ke dalam jaringan sehingga untuk memenuhi kebutuhan sel akan
glukosa terjadi proses glukoneogenesis yang bahannya berasal dari asam lemak
dan asam amino yang dihasilkan dari katabolisme lemak berupa lipolisis dan
katabolisme protein.
Pada pasien ini juga terjadi persalinan prematur. Mekanisme terkait dengan
adanya batu saluran kemih dan hidronefrosis belum diketahui secara jelas.
Beberapa penelitian hanya mengemukakan kemungkinan komplikasi dari tekanan
intra pelvis akibat urolithiasis dan adanya infeksi sebagai penyebab persalinan
prematur.
insidensinya, dari rata-rata 15-86 pasien hamil dengan batu saluran kemih, kejadian
persalinan prematur dan berkisar 11-14 pasien (13 %).(4,5)
3.3 Penatalaksanaan
17 | S M F O b s t e t r i d a n G y n e k o l o g i
18 | S M F O b s t e t r i d a n G y n e k o l o g i
Penderita yang telah melewati masa kritis dari septikemia maka harus secepatnya
dilakukan tindakan definitif untuk kelainan urologi primernya.(7)
Pada pasien Ny. NA, dapat terlihat dalam follow up pasien, resusitasi cairan
yang dilakukan belum sesuai dengan kondisi klinis saat pasien kehilangan darah
dalam jumlah besar saat mulai mual muntah, terutama saat terjadinya abortus.
Seharusnya diperhitungkan kehilangan darah dalam jumlah besar yang terjadi dapat
menjadi penyebab kondisi syok pasien ( terlihat pada tanda vital) dan mendapatkan
resusitasi cairan yang seimbang.
Selain dalam resusitasi cairan, dalam kasus ini pemantauan output cairan
pasien juga seharusnya dilakukan ketat dengan pemasangan kateter urin atau
mengukur keluaran urin pasien secara manual (ditampung). Hal ini untuk
memantau kondisi pasien akibat kekurangan cairan (dehidrasi), juga melihat fungsi
ginjal yang mengalami perburukan. Keterbatasan dalam pengkajian kasus ini
adalah pemantauan output cairan tidak dilakukan sejak awal. Pasien yang tidak
kooperatif menjadi masalah dalam pemantauan. Sehingga untuk mendiagnosa
kemungkinan sepsis yang terjadi sudah menyebabkan gagal ginjal akut masih
berdasarkan penemuan pada pemeriksaan fisik dan faktor resiko.
.Untuk penanganan urolithiasis dalam kehamilan dianjurkan konservatif
terlebih dahulu. Hidrasi intravena dan analgesik menunjukan hasil yang baik untuk
mengeluarkan deposit batu secara spontan dalam 64-84 % pasien. Tirah baring,
antiemetik dan antibiotik juga sangat penting sesuai indikasinya. Pada batu kalsium,
asupan cairan menjadi metode paling aman dalam manajemen batu saluran kemih
selama kehamilan, serta dianjurkan pembatasan asupan kalsium dan natrium.
Tujuan terapi adalah mengurangi ketidaknyamanan maternal, mencegah kerusakan
ginjal dan sepsis serta meminimalkan resiko pada janin. Jika cara konservatif untuk
mengeluarkan cairan tidak menunjukan hasil baik, dapat dipertimbangkan
intervensi bedah.(3,5) Data pengkajian kasus Ny.NA juga memiliki keterbatasan
dalam intervensi bedah yang dapat memberikan pertimbangan penanganan kasus
selama perawatan.
19 | S M F O b s t e t r i d a n G y n e k o l o g i
BAB 4
Penutup
20 | S M F O b s t e t r i d a n G y n e k o l o g i
Daftar Pustaka
http://emedicine.medscape.com/article/455830-review.
21 | S M F O b s t e t r i d a n G y n e k o l o g i