Laporan Kasus DHF Danez
Laporan Kasus DHF Danez
Status Pasien
I.
Identitas
Nama
: Ny. S U
Usia
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Status
: Menikah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Tanggal MRS
: 22 November 2013
: 24 November 2013
II. Anamnesis
Anamnesis dan pemeriksaan dilakukan pada tanggal 24 November 2013 di
ruang rawat inap Anturium RSD. dr. Soebandi Jember pukul 16.00 WIB.
a. Keluhan Utama
Demam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh demam sejak 3 hari yang lalu. Demam terus menerus
sepanjang hari, namun demam dirasakan paling berat pada malam hari. Demam
turun setelah pasien minum obat penurun panas, namun beberapa jam kemudian
demam naik lagi. Demam tidak sampai menggigil. Pasien juga mengeluh mual
namun tidak sampai muntah. Pasien mual bila hendak makan. Pasien juga
mengeluh kepalanya pusing. Pusing dirasakan paling berat pada bagian belakang
kepala seperti tertindih benda berat. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada sendi
atau linu-linu. Pasien mengeluh nyeri pada bagian ulu hati. Nyeri terutama pada
saat ditekan. Pasien juga mengatakan nafsu makan berkurang sejak pasien
demam.
Pasien mengaku sejak 2 hari sebelum MRS pasien sempat dirawat di PKM
setempat karena demam tinggi (38C). Pada demam hari kedua, pasien juga
mengeluhkan gusi berdarah. Gusi berdarah timbul waktu sore hari ketika pasien
dari kamar mandi. Pada saat itu pasien merasakan tiba-tiba keluar darah dari
gusinya. Pasien mengaku tidak pernah mengalami gusi berdarah sebelumnya.
Kemudian pasien dirujuk ke RSD dr Soebandi karena demam dan gusi berdarah
yang belum berhenti.
Hari kedua dirawat di RSD dr Soebandi pasien merasakan keadaannya
lebih baik. Pasien sudah merasa demamnya mulai menurun serta gusi tidak
berdarah lagi. Pasien tidak merasakan batuk. Pasien merasakan buang air besar
normal, tidak diare. Pasien juga kencing normal, berwarna kuning. Pasien juga
mengatakan sebelum demam ada tetangga sebelah rumah yang beberapa hari lalu
mengalami demam berdarah dan sedang dirawat di rumah sakit.
c. Anamnesis Saat Pemeriksaan
Pasien mengeluh sudah tidak demam lagi. Demam sudah turun sejak
masuk rumah sakit. Pasien mengaku masih mual namun tidak muntah. Mual tidak
terlalu sering. Sudah tidak mengeluh nyeri otot dan sendi. Namun masih
mengeluh nyeri ulu hati, namun sudah lebih baik daripada sebelumnya. Pasien
juga terkadang masih pusing. Nafsu makan sudah mulai membaik. Gusi berdarah
dirasakan sudah mulai berkurang. Pasien tidak mengeluh sesak. BAK dan BAB
normal.
d. Riwayat Pemakaian Obat
Obat parasetamol diminum 3x1 tablet.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat pernah terkena demam berdarah disangkal.
Anamnesis Sistem
Kepala
Leher
Sistem kardiovaskular
Sistem pernapasan
Sistem gastrointestinal
6. Sistem urogenital
7. Sistem integumentum
8. Sistem muskuloskeletal
dan kaki
: oedema(-), atrofi(-), akral hangat(+), nyeri
sendi(+)
Kesan : demam, pusing/nyeri kepala, nafsu makan menurun, mual, BAB dan
BAK normal, perdarahan pada gusi, dan nyeri sendi.
2. Kesadaran
- Kualitatif
- Kuantitatif
: Komposmentis
: GCS 4-5-6
3. Tanda vital
-
4. Kulit
5. Kelenjar Limfe
6. Otot
7. Tulang
Rambut
Mata
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, edema palpebra -/-, mata
cowong -/-, hematom peripalpebra -/-, reflek cahaya +/+.
Hidung
: tidak ada sekret, tidak berbau, tidak ada perdarahan, nafas tidak
cuping hidung.
Telinga
Mulut/bibir
Lidah
Tenggorok
Palpasi
: tidak meningkat
Kesan
Dada
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas kanan
Batas kiri
Auskultasi
: S1S2 tunggal
Kesan
Paru:
Anterior
Posterior
normal
Sonor +/+
normal
Sonor +/+
Vesikuler, Rh-/-, Wh
Vesikuler, Rh-/-,Wh
P
A
Kesan
3. Perut
Inspeksi
Palpasi
: hepar dan lien tidak teraba, terdapat nyeri tekan pada perut
epigastrikum, soepel, turgor kulit normal, undulasi (-).
Perkusi
Auskultasi
Kesan
4. Anogenital
Dalam batas normal
5. Anggota Gerak
Superior
Inferior
Kesan
6. Pemeriksaan Tambahan
Dilakukan uji torniket pada pasien, hasil (+)
Keterangan
Hasil
Nilai rujukan
Hemoglobin
13,1
13,4 17,7
10/17
0 15 mm/jam
Lekosit
5,9
4,3 10,3
Hematokrit
38
38 42 %
Trombosit
Uji Widal
30.000
150000 450000
S. typhi O
1/20
Negatif
S. typhi H
1/20
Negatif
S. paratyphi A
1/20
Negatif
S. paratyphi B
1/80
Negatif
SGOT
25
10 35
SGPT
17
9 43
Albumin
3,1
3,4 4,8
Hematologi
Faal hati
Jenis pemeriksaan
Hasil
Nilai rujukan
Hemoglobin
11,6
13,4 17,7
21/42
0 15 mm/jam
Lekosit
5,2
4,3 10,3
Hitung jenis
4/-/-/56/28/12
0-4/0-1/3-5/
Hematologi
54/62/25-33/3-5
Hematokrit
33,9
38 42 %
Trombosit
48
150 450
V. Resume
Pasien mengeluh demam sepanjang hari tidak menggigil sejak 3 hari yang
lalu. Pasien mengeluh mual, tidak muntah, dan pusing. Pasien juga mengeluhkan
nyeri pada sendi atau linu-linu dan nyeri tekan pada bagian ulu hati. Dijumpai
juga gusi berdarah. Pasien tidak merasakan batuk. Pasien merasakan buang air
besar normal, tidak diare. Pasien juga kencing normal, berwarna kuning. Riwayat
pemakaian obat parasetamol 3x1 tablet. Riwayat demam berdarah disangkal.
Riwayat penyakit keluarga disangkal, namun tetangga pasien mengalami demam
berdarah dan sedang dirawat di rumah sakit.
Pada pemeriksaan umum ditemukan keadaan umum lemah, kesadaran
kompos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 88 kali/menit,
frekuensi nafas 20 kali/menit, dan suhu axilla 37,4 oC. Pada pemeriksaan fisik
tidak ditemukan adanya perbesaran dan nyeri tekan pada kelenjar limfe di leher,
tidak ditemukan adanya ruam, nyeri tekan pada perut epigastrikum dan hasil uji
Rempel Leed +. Sedangkan lain-lainya dalam kondisi normal.
VI.
Diagnosis Kerja
DHF derajat 2
VII. Penatalaksanaan
Planning Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium: hematologi, faal hati, elektrolit, dan serologi
i.
Planning Terapi
Infus RL 20 tetes per menit
Injeksi Cefotaxim 3x1gr
Injeksi Acran 3x1
Injeksi Kalnex 3x1ampul
Injeksi Ondancentron 8 mg 3x1 ampul
Metilprednisolon 2x125 mg
Trolit 3x1
Starmuno 3x1
Tirah baring total
Diet tinggi karbohidrat dan tinggi protein
Planning Monitoring
a.
nafas, dan suhu axilla tiap 15-30 menit hingga bebas dari tanda-tanda syok.
b.
Pemeriksaan hematologi tiap 24 jam.
iv. Planning Edukasi
Menjelaskan tentang penyakit yang diderita penderita mulai dari penyebab,
perjalanan penyakit, perawatan, dan prognonis, komplikasi, serta pencegahan
komplikasi.
VIII. Prognosis
Dubia ad bonam
IX. Follow up
Tanggal 22 November 2013 (H1MRS)
Pemeriksaan
Terapi
Infus RL 20 tpm
O:
KU= lemah
Kes= CM
TD= 100/60 mmHg
RR =
20x/menit
N = 88 x/menit
tax= 37,4 C
Ekstremitas=
+ +
Akral hangat
+ +
P= BU +
P= tympani
Oedem
A= soepel
Terapi
Infus RL 20 tpm
O:
KU= lemah
Kes= CM
RR =
20x/menit
N = 80 x/menit
Ekstremitas=
+ +
Akral hangat
+ +
P= BU +
P= tympani
Oedem
A= soepel
Terapi
Infus RL 20 tpm
epigastrikum(-), mual(-)
O:
KU= lemah
Kes= CM
RR =
22x/menit
N = 84 x/menit
Ekstremitas=
I= cembung
+ +
Akral hangat
+ +
P= BU +
P= tympani
Oedem
A= soepel
A: Obs febris H6 e.c DHF
X. Pembahasan
Dengue Hemmoragic Fever
3.1.1. Virus Dengue
denguemengakibatkan
selanjutnya
menyebabkan
mengaktivasi
peningkatan
terbentuknya
kompleks
sistem komplemen.
permeabilitas
virus-antibodi
Pelepasan C3a
dinding
pembuluh
yang
dan C5a
darah
dan
mediator
vasoaktif
yang
kemudian
menyebabkan
peningkatan
Fase Febris
mukosa (hidung dan gusi) dapat terjadi. Petekie dapat muncul pada hari-hari
pertama demam, namun dapat juga dijumpai pada hari ke-3 hingga hari ke-5
demam. Perdarahan vagina masif pada wanita usia subur dan perdarahan
gastrointestinal
Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat demam mulai
cenderung turun dan pasien tampak seakan-akan sembuh, maka hal ini harus
diwaspadai sebagai awal kejadian syok. Saat demam mulai turun hingga dibawah
37,5-38oC yang biasanya terjadi pada hari ke 3-7, peningkatan permeabilitas
kapiler akan terjadi dan keadaan ini berbanding lurus dengan peningkatan
hematokrit. Periode kebocoran plasma yang signifikan secara klinis biasanya
terjadi selama 24-48 jam.2,5
Leukopenia progresif disertai penurunan jumlah platelet yang cepat
merupakan tanda kebocoran plasma. Derajat kebocoran plasma dapat bervariasi.
Temuan efusi pleura dan asites secara klinis bergantung pada derajat kebocoran
plasma dan volume terapi cairan. Derajat peningkatan hematokrit sebanding
dengan tingkat keparahan kebocoran plasma.2,5
Keadaan syok akan timbul saat volume plasma mencapai angka kritis
akibat kebocoran plasma. Syok hampir selalu diikuti warning signs. Terdapat
tanda kegagalan sirkulasi: kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari
dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah,
kecil sampai tak teraba.Saat terjadi syok berkepanjangan, organ yang mengalami
hipoperfusi akan mengalami gangguan fungsi (impairment), asidosis metabolik,
dan koagulasi intravaskula diseminata (KID). Hal ini menyebabkan perdarahan
hebat sehingga nilai hematokrit akan sangat menurun pada keadaan syok hebat.
1,2,5
(3)
Warning
signs,
(4)
Diare,
(5)
Perubahan
status
kadar
hematokrit
(>20%)
yang
menggambarkan
hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka akan
terjadinya perembesan plasma sehingga perlu dilakukan pemeriksaan hematokrit
secara berkala. Nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh penggantian cairan dan
perdarahan.1,2
Pada DBD yang disertai manifestasi perdarahan atau kecurigaan terjadinya
gangguan koagulasi, dapat dilakukan pemeriksaan hemostasis (PT, APTT,
Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP). Pemeriksaan lain yang dapat dikerjakan adalah
albumin, SGOT/SGPT, ureum/ kreatinin.1,2,5
3.2.3. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto toraks (DBD derajat III/IV dan sebagian besar derajat II)
didapatkan efusi pleura, terutama di hemitoraks sebelah kanan. Pemeriksaan foto
toraks sebaiknya dilakukan dalam posisi lateral dekubitus kanan. Asites dan efusi
pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.1
3.2.4. Pemeriksaan Antigen dan Antibodi Virus
3.2.5. Diagnosis
Diagnosis DBD dapat ditegakkan secara klinis dan laboratoris.
Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD secara klinis dapat ditegakkan
bila semua hal di bawah ini terpenuhi:1,9
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif;
petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis, dan
melena.
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml).
4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar.
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi
cairan
perdarahan lain.
Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di
menurut
WHO
2009,
berdasarkan
riwayat
penyakit,
Memotivasi minum oral rehydration solution (ORS), jus buah, dan cairan
lain yang mengandung elektrolit dan gula untuk mengganti cairan yang
Kelompok-B5
Pasien harus dirawat inap untuk observasi ketat, khususnya pada fase
kritis. Kriteria rawat pasien DBD adalah:5
1. Adanya warning signs
2. Terdapat tanda dan gejala hipotensi: dehidrasi, tidak dapat minum,
hipotensi postural, berkeringat sedikit, pingsan, ekstremitas dingin.
3. Perdarahan
4. Gangguan organ: ginjal, hepar (hati membesar dan nyeri walaupun tidak
syok), neurologis, kardiak (nyeri dada, gangguan napas, sianosis).
5. Adanya peningkatan Ht, efusi pleura, atau asites
6. Kondisi penyerta: hamil, DM, hipertensi, ulus peptikum, anemia
hemolitik, overweight/ obese, bayi, dan usia tua
7. Kondisi sosial: tinggal sendiri, jauh dari pelayanan kesehatan tanpa
transpor memadai.
Apabila pasien memiliki warning signs maka hal yang harus dilakukan adalah:
menurun.
Pasien dengan warning signs harus diobservasi hingga fase kritis lewat.
Parameter yang harus dimonitor adalah tanda vital dan perfusi perifer (tiap
1-4 jam hingga lewat fase kritis), urin output (tiap 4-6 jam), Ht (sebelum
dan setelah pemberian cairan, selanjutnya tiap 6-12 jam), glukosa darah,
dan fungsi organ sesuai indikasi.
Motivasi minum. Jika tidak bisa, mulai infus intravena dengan NS 0,9%
atau RL dengan atau tanpa dekstrosa dengan dosis pemeliharaan. Untuk
pasien obese atau overweight digunakan dosis sesuai berat ideal. Berikan
48 jam.
Pasien harus dimonitor: temperatur, asupan dan keluaran cairan, urin
output (volume dan frekuensi), warning signs, hematokrit, leukosit, dan
trombosit. Pemeriksaan laboratorium lain dapat dilakukan sesuai indikasi.
Kelompok-C5
Pasien membutuhkan tatalaksana
emergensi
mengalami DBD berat untuk memudahkan akses intensif dan transfusi darah.
Resusitasi cairan dengan kristaloid isotonik secepatnya sangat penting untuk
menjaga volume ekstravaskular saat periode kebocoran plasma atau larutan koloid
pada keadaan syok hipotensi. Pantau nilai Ht sebelum dan sesudah resusitasi.
Tujuan akhir resusitasi cairan adalah meningkatkan sirkulasi sentral dan perifer
(takikardia berkurang, tekanan darah dan nadi meningkat, ekstremitas tidak pucat
dan hangat, dan CRT <2 detik) dan meningkatkan perfusi organ (level kesadaran
membaik, urin output >0,5 ml/kg/jam, asidosis metabolik menurun).
2.2.7. Indikasi Pulang Pasien DBD
Pasien dapat pulang apabila memenuhi semua kriteria berikut:5
Klinis:
o Bebas demam selama minimal 48 jam
o Terdapat perbaikan ststus klinis (keadaan umum baik, nafsu makan
makan membaik, status hemodinamik stabil, urine output normal, tidak
XI.
DAFTAR PUSTAKA
Organization,
2009.
Diunduh
dari
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241547871_eng.pdf
6. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. 2nd
edition. Geneva : World Health Organization. 1997. Diunduh dari
http://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/Denguepublication/en/pr
int.html
7. Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorrhagic Fever in
Small
8.
Hospitals.
1999.
diunduh
dari
http://www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_Guideline-dengue.pdf
Infections Caused by Arthropod- and Rodent-Borne Viruses. In: Braunwald,
et al. Harrisons Principles of Internal Medicine. 17th ed. USA: McGraw Hill
9.
Companies, 2008.
Anonim. Demam Berdarah Dengue (DBD). Dalam: Sastroasmoro S, et.al.
(editor).
Panduan
Pelayanan
Medis.
Jakarta:
RSUPN
Dr.
Cipto
Mangunkusumo, 2007.p.156-7.
10. Fact Sheet on Dengue and Dengue haemorrhagic fever. World Health
Organization
Sudan,
2005.
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
11. World
Health
Organization.
Dengue
Diunduh
Fever.
Diunduh
dari
dari
www.emro.who.int/sudan/pdf/cd_trainingmaterials_dengue.pdf
12. Estuningtyas A, Arif A. Obat Lokal. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R,
Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi
dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2007. P.522.