Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan ketel diperoleh dari air
sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak
sama walaupun menggunakan sumber air sejenis ini dipengaruhi oleh kandungan
asam mata air tersebut.
Sumber mata air sungai umumnya sudah mengalami pencemaran oleh
penduduk atau industri, oleh sebab itu perlakuan pemurnian air harus dilakukan. Perlu
dilakukan water treatment untuk menghasilkan air yang sesuai untuk pengolahan
dan air umpan air boiler yang reliable dan ekonomis. Pengertian reliable ialah mudah
melakukan operasi secara berkelanjutan selama dibutuhkan. Dan ini merupakan
usaha-usaha menghindarkan kerusakan-kerusakan terutama pada korosi pipa dan
sebagainya ( Ponten M, 1996).
setelah terjadinya hujan sering disebut sebagai air yang mengkilat. Air semacam ini
lebih sulit untuk diolah daripada air yang tingkat kekeruhannya hampir-hampir tetap.
c. Warna
Air kadang-kadang mengandung warna yang banyak yang diakibatkan oleh
jenis-jenis tertentu dari bahan organik yang terlarut dan koloidal yang terbilas dari
tanah atau tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Warna adalah suatu sampel tentang
warna organik yang koloidal. Warna yang sebenarnya terjadi karena pencemar
terlarut. Limbah-limbah dari kegiatan industri sering menjadi sebab dari adanya warna
didalam air. Intensitas warna diukur dengan perbandingan visual dari sampel air yang
bersangkutan dengan tabung-tabung Nessler, yaitu tabung-tabung gelas yang berisi
intensitas warna standar yang berbeda.
d. Rasa dan Bau
Rasa dan bau pada air disebabkan oleh adanya bahan organik yang membusuk
atau bahan kimia yang mudah menguap. Pengukurannya dengan melarutkan sampel
air yang bersangkutan hingga rasa dan baunya tak dapat lagi ditemukan dengan
pengujian oleh manusia. Air minum secara praktis harus bebas dari warna, rasa dan
bau.
e. Suhu
Suhu air merupakan hal yang penting sehingga dikaitkan dengan tujuan
penggunaan,
pengolahan
untuk
membuang
bahan-bahan
pencemar
serta
pengangkutannya suhu tergantung pada sumber airnya. Suhu air tanah akan bervariasi
menurut kedalaman dan ciri-ciri akifer yang menjadi sumber air itu. Suhu air
permukaan yang disadap dari suatu waduk yang dalam bervariasi juga menurut
kedalamannya (Linsley, K.Ray, 1986).
b. Kesadahan
Kesadahan digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium dan
magnesium yang terlarut, dinyatakan sebagai ekuivalen ( setara) kalsium karbonat,
kesadahan air dapat dibagi atas dua kelompok: karbonat dan nonkarbonat, atau
kesadahan sementara (temporary) dan kesadahan permanen (kekal) . Tingkat
kesadahan sementara biasanya dapat diturunkan dengan pemanasan, untuk
menurunkan kesadahan permanen disebabkan oleh sulfat dan klorida kalsium dan
magnesium. Unsur-unsur kesadahan (seperti Mg, Ca dan lain-lain) menyebabkan erosi
pada sudu-sudu turbin. Dengan demikian diperlukan proses pelunakan air, yaitu
demineralisasi dan softener untuk menghilangkan unsur-unsur perusak tersebut.
( Iyung Pahan, 2008).
0-55
56-100
101-200
201-500
Lunak
Sedikit lunak
Moderat sadah
Sangat sadah
(Suripin, 2001)
c .Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan oleh senyawa karbonat, garam
hidroksida, kalium, magnesium, dan natrium dalam air. Semakin tinggi kesadahan
suatu air semakin sulit air membuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air
yang mempunyai kesadahan rendah karena zat tersebut dalam konsentrasi tinggi
menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam ketel maupun pada pipa pendingin.
d. Klorida
Klorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda. Bahan ini berasal
dari proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain-lain. Klorida merupakan zat
terlarut dan tidak mudah menyerap. Sebagai klor bebas berfungsi desinfetans, tapi
dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin
dan merusak pipa-pipa instalasi.
e. Sulfit
Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat
terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesa. Pada industri
kaustik soda ion sulfat terdapat sewaktu pemurnian garam. Ion sulfat oleh bakteri
direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah
menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana anaerob hidrogen sulfida teroksidasi secara
bakteriologis menjadi sulfida. Dalam bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk.
Pada proses digester lumpur H2S yang bercampur dengan metana CH4 dan CO2 akan
bersifat korosif (Agusnar,H.2008).
f. Total Dissolved Solid (TDS)
Total dissolved Solid ialah jumlah keseluruhan zat yang larut dalam air, yang
dimasukkan dalam kelompok ini ialah mineral dan garam-garam yang terlarut dalam
air, zat tersebut berbentuk koloid (Ponten.M, 1986).
g. Silika
Konsentrasi silika yang diijinkan pada operasi air boiler tekanannya
bermacam- macam, ditunjukkan pada tabel 2. Reduksi silika tidak selalu penting,
khususnya saat kosongnya kondensat turbin. Rendahnya konsentrasi pada silika
kadang-kadang menghasilkan lumpur, yang lengket pada boiler dengan tekanan
rendah perlakuannya menggunakan posfat.
Rekomendasi
Diperoleh
0-300
150
150
301-450
90
90
451-600
40
55
601-750
30
35
751-900
20
20
901-1000
15
(Frank N, 2006)
Dalam penilaian mutu air, pencemar didalam air biasa diklasifikasikan atas fisik,
kimiawi dan biologis. Dengan demikian, bakteri yang koloidal, non-ionik dan
pencemar-pencemar tak larut . Air menangkap pencemar-pencemar sejak saat
pembentukannya diawan. Beberapa pencemar tidaklah berbahaya, yang lain secara
estetika mungkin bersifat ofensif atau bahkan berbahaya berkenaan dengan tujuan
pemakaian airnya. Untuk menetapkan mutu air atau membandingkan air satu dengan
yang lainnya, diperlukan dasar penetapan mutu atau dasar perbandingan yang harus
dilakukan. Biasanya, dasar dari air yang bersangkutan ( Linsley,K.Ray.1986).
Air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Sekalipun air
hujan, meskipun awalnya murni, telah mengalami reaksi dengan gas-gas diudara
dalam perjalanan turun ke bumi dan selanjutnya terkontaminasi selama mengalir di
atas permukaan bumi dan didalam tanah. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian
air terhadap penggunaan tertentu (Suripin, 2001).
2.4 Pemurnian Air
Pabrik kelapa sawit membutuhkan air bersih untuk pengolahan, untuk kebutuhan
rumah tangga dan air umpan boiler membutuhkan kemurnian yang memenuhi
kebutuhan air minum. Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan
boiler diperoleh dari air sungai, air waduk, sumur bor, dan sumber mata air lainnya.
Kualitas air tersebut tidak sama walaupun menggunakan sumber air sejenis ini
dipengaruhi oleh lingkungan asal mata air tersebut. Sumber mata air sungai umumnya
sudah mengalami pencemaran oleh penduduk atau industri, oleh sebab perlakuan
pemurnian air harus dilakukan. Berdasarkan sumber air alam yang selalu mengandung
senyawa-senyawa kimia, maka diperlukan beberapa perlakuan sebelum digunakan di
pabrik. Air sangat dibutuhkan dalam proses pengolahan minyak sawit sebagai air
pengencer, air umpan boiler dan air pencuci (Ponten M, 1996).
Untuk menyingkirkan bahan-bahan organik biasanya cukup dengan koagulasi
dan filtrasi melalui pasir atau batu bara keras serta oksidasi dengan cara aerasi.
Pengolahan ini sekaligus membersihkan air dari sebagian organisme
(Austin T., George, 1996).
2.5 Demineralisasi
Sistem demineralisasi sangat banyak digunakan, bukan saja untuk pengolahan air
umpan ketel uap tekanan tinggi, tetapi juga untuk berbagai air proses dan air cuci.
Pemilihan sistem penukar ion untuk ini bergantung pada:
(1) volume dan komposisi air mentah,
(2) persyaratan kualitas hasil pengolahan, sesuai dengan tujuan penggunaanya, dan
(3) biaya investasi dan operasi. Singkatnya, jika penyingkiran silika tidak diperlukan,
sistem itu bisa terdiri atas unit penukar kation-hidrogen dan unit penukar anion basa
lemah, dan biasanya diikuti dengan unit degasifikasi untuk membuang, dengan cara
daerasi, sebagian besar karbondioksida yang terbentuk dari bikarbonat dalam langkah
pertama. Jika ada silika yang harus disingkirkan, sistemnya boleh terdiri atas unit
penukar kation-hidrogen dan unit penukar anion basa kuat, biasanya dengan unit
degassifikasi diantara keduanya untuk membuang karbon dioksida sebelum unit
penukar anion basa kuat. Unutk penggunaannya yang memerlukan air hasil yang
berkualitas tinggi unit ini bisa diikuti lagi dengan unit pemoles (penguapan) kedua
yang terdiri atas unit penukar kation-hidrogen dan unit penukar anion basa kuat atau
satu unit tunggal tanur yang berisi campuran penukar kation-hidrogen dan unit
penukar anion basa kuat.
Proses lain yang dapat mengeluarkan semua ion dari air adalah distilasi.
Pengangkutan air distilasi maupun air deionisasi harus dilakukan didalam basa tahan
karat atau kaca untuk mencegah agar air murni itu tidak menyebabkan korosi pada
pipa mengalir. Timah juga digunakan untuk ini, tetapi kelemahannya ialah bahwa
bahan ini sangat lunak. Bahan lain yang cukup baik sebagai gantinya ialah pipa
aluminium atau polivinil klorida untuk menyalurkan air murni. Kadang-kadang
polietilena, polipropilena, dan polikarbonat juga dipakai.
Penyingkiran garam, atau desalinisasi, biasanya diterapakan dalam proses
untuk demineralisasi parsial atau total air yang berkadar garam tinggi seperti air laut
(35.000) ppm garam terlarut) atau air payau. Proses pertama (penyingkiran parsial)
digunakan untuk menurunkan kadar garam sampai air itu layak untuk diminim (500
ppm atau kurang) atau untuk penggunaan lain. Proses keduanya (penyingkiran
menyeluruh) digunakan terutama untuk mempersiapkan air umpan ketel uap
Ion exchanger (penukar ion) sebagai water softener merupakan fungsi umum dan
digunakan sangat luas di industri yang memerlukan soft water untuk proses dan bahan
baku boiler. Air baku yang tingkat ke-sadahan-nya (hardness) tinggi karena
kandungan kalsium dan magnesium harus diturunkan dengan cara menggantikannya
dengan muatan ion natrium yang terdapat pada resin.
Proses pertukaran ion terus berjalan sampai tercapai kesetimbangan dan jenuh
dan sesudah kondisi resin jenuh maka segera dilakukan re-generasi dengan dicuci
dengan air yang mengandung garam NaCl tinggi. Soft water digunakan untuk boiler
air umpan guna mencegah terjadinya endapan (scaling) pada pipa saluran air baik
pada sistem boiler maupun pada sistem pendingin ( Hartomo & Dofner, 1995).
CaX
Mg++
MgX
Fe++
+ H2X
FeX
2Na+
Na2X
2NH4+
(NH4)2X
+ 2 H+
Selanjutnya dari water tower, air dipompakan kembali untuk diproses dengan
sistem demineralisasi, dengan tujuan untuk menghilangkan semua/ sebagian unsurunsur kimiawi yang dikandung oleh air tersebut. Air yang bersal dari water tower
dimasukkan ke dalam tangki kation Exchanger resin, setelah air kontak dengan resin,
maka semua ikatan-ikatan unsur kimiawi dari garam alkali, seperti Ca2+, Mg2+, Fe2+,
dan lain sebagainya yang dikandung oleh air, diikat dengan 1 (satu) atom Hidrogen
(H+)
CaSO4 + 2 RH
CaR2 +H2SO4
MgCO4 + 2 RH
MgR4 + H2CO3
H2CO3
H2O + CO2
Tabel 3 Operasi dan proses satuan serta penerapannya dalam pemurnian air.
Operasi atau Proses
Operasi satuan
Penyaringan
Penerapan
Saringan kasar dipergunakan untuk melindungi pompa
terhadap bahan-bahan mengambang
Saringan mikro
Aerasi
Pencampuran
Flokulasi
Pengendapan
Filtrasi
Menyatakan proses penambahan bahan kimia untuk
mendorong penggumpalan partikel-partikel dalam proses
flokulasi.
Koagulasi
Dipergunakan membunuh organisme-organisme patogen
yang mungkin ada dalam air alamiah.
Disinfeksi
Presipitasi
Dipergunakan untuk pembuangan selektif atau sepenuhnya
ion-ion anion dan kation terlarut di dalam larutan.
Pertukaran ion
Adsorpsi
Oksidasi Kimia
(Linsley.K.,Ray, 1995).
Pada umumnya senyawa yang digunakan untuk kerangka dasar resin penukar
ion asam kuat dan basa kuat adalah senyawa polimer stiren divinilbenzena. Ikatan
kimia pada polimer ini amat kuat sehingga tidak mudah larut dalam keasaman dan
sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada suhu diatas 150oC.
Polimer ini dibuat dengan mereaksikan stiren dengan divinilbenzena, setelah
terbentuk kerangka resin penukar ion maka akan digunakan untuk menempelnya
gugus ion yang akan dipertukarkan.
Resin penukar kation dibuat dengan cara mereaksikan senyawa dasar tersebut
dengan gugus ion yang dapat menghasilkan (melepaskan) ion positif. Gugus ion yang
biasa dipakai pada resin penukar kation asam kuat adalah gugus sulfonat dan cara
pembuatannya dengan sulfonasi polimer polistyren divinilbenzena (matrik resin).
Resin penukar ion yang direaksikan dengan gugus ion yang dapat melepaskan
ion negatif diperoleh resin penukar anion. Resin penukar anion dibuat dengan matrik
yang sama dengan resin penukar kation tetapi gugus ion yang dimasukkan harus bisa
melepas ion negatif, misalnya N (CH3)3+ atau gugus lain atau dengan kata lain
setelah terbentuk kopolimer stiren divinilbenzena (DVB), maka diaminasi kemudian
diklorometilasikan untuk memperoleh resin penukar anion.
Material penukar ion yang utama berbentuk butiran atau granular dengan
struktur dari molekul yang panjang (hasil co-polimerisasi), dengan memasukkan
gugus fungsional dari asam sulfonat, ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung
dengan ion pasangan seperti Na+, OH atau H+. Senyawa ini merupakan struktur yang
porous. Senyawa ini merupakan penukar ion positif (kationik) untuk menukar ion
dengan muatan elektrolit yang sama (positif) demikian sebaliknya penukar ion negatif
(anionik) untuk menukar anion yang terdapat di dalam air yang diproses di dalam unit
Ion Exchanger.
H2 + R + Ca 2+
Urutan Penukar Kation : Ra2+ < Ba2+ < Sr2+ < Ni2+ < Cu2+ < Co2+ < Zn2+ < Mn2+
< UO2+ < Ag2+ < Cs+ < K+< NH4+< Na+< Li+
2.8.2 Resin Penukar anion
- Bahan: NaOH
- Reaksi yang terjadi pada regenerasi resin penukar anion
R.SO4 + 2 OH -
R. (OH)2 + SO42-
c.Pembilasan
Bila unit beroperasi kembli, akan terdapat sejumlah kecil leakage (kelewatan ion)
yang harus dibersihkan dengan melakukan pembilasan.
Larutan
Waktu
Air umpan
Air umpan
10-20 menit
Regenerasi
H2SO4 98%
20-30 menit
Air kation
30-60menit
Air umpan
20-60 menit
2. Unit anion
Tahap-tahap regenerasi dalam unit anion adalah :
a. Pencucian kembali
Pencucian kembali akan menghilangkan kotoran-kotoran, lumpur, dan bahan-bahan
tersuspensi dari unit dan mendistribusikan kembali lapisan resin.
b. Penambahan Kaustik Soda
Larutan kaustik diinjeksikan kedalam unit anion dan akan kontak langsung dengan
resin. Sesudah melalui permukaan resin, Kaustik Soda (larutan NaOH) atau ion
hidroksi dan menggantikan anion-anion yang terdapat dipermukaan resin.
c. Pembilasan
Apabila unit sudah kembali beroperasi akan terdapat sejumlah kecil ion leakage,
maka harus dibersihkan dengan pembilasan
Larutan
Waktu
Air umpan
10-20 menit
Regenerasi
2-8 % NaOH
20-30 menit
Air dekation
30-60menit
Air anion
20-60 menit
Diusahakan jangan sampai ada kelebihan H2SO4 dan NaOH masuk kedalam ketel uap
(Austin.T.G.1996).