Anda di halaman 1dari 19

MODUL PERKULIAHAN

Perpindahan
Panas
Metode Efektivitas NTU bagi
perancangan Alat Penukar
Kalor
Fakultas

Program Studi

Teknik

Teknik Mesin

Tatap Muka

13

Kode MK

Disusun Oleh

13029

Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir

Abstract

Kompetensi

Metode perancangan dengan


menerapkan konsep efektivitas
perpindahan panas dan konsep NTU di
dalam APK dapat menjadi alternatif
untuk kemudahan perancangan apabila
metode beda temperatur rata-rata
mengalami hambatan iterasi. Materi
modul ini akan membahas konsep

Setelah memahami materi yang


disajikan di dalam modul ini anda
diharapkan mampu menerapkan konsep
perancangan efektivitas perpindahan
panas NTU terhadap design termal
sebuah APK

perancangan tersebut

MODUL - 13
Perancangan sebuah alat penukar kalor mempunya tujuan utama menentukan dimensi
utamanya, yaitu luas permukaan perpindahan panas, diameter shell, dan jumlah tube yang
diperlukan untuk memenuhi fungsi termal tertentu.
Sebuah APK yang dirancang dengan menggunakan metode beda temperatur rata-rata
logaritmik, luas permukaan perpindahan panas total yang diperlukan bagi sebuah APK
dapat ditentukan harganya melalui persamaan laju pertukaran energi panas yang terjadi di
dalam APK. Penggunaan metoda beda temperatur rata rata logaritmik di dalam perhitungan
perancangan dimungkinkan apabila temperatur masuk dan keluar APK bagi kedua fluida
kerjanya diberikan, atau dapat ditentukan melalui balans energinya.
Dalam hal di mana hanya temperatur masuk kedua fluida kerjanya serta laju aliran
massanya

yang diketahui,

maka penerapan metoda beda temperatur rata rata

membutuhkan prosedur iterasi.

Metode perancangan dengan menerapkan konsep

efektivitas perpindahan panas dan konsep NTU di dalam APK dapat menjadi alternatif untuk
kemudahan perancangan.

1. Efektivitas penukar kalor


Semakin efektif proses pertukaran energi panas di dalam sebuah APK maka semakin cepat
pula laju pertukaran energi panas di dalamnya sehingga proses pemanasan atau
pendinginan dapat berlangsung dengan cepat. Dampaknya adalah konsumsi energinya juga
dapat dipertahankan pada tingkat yang serendah-rendahnya.

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Efektivitas proses perpindahan panas di dalam sebuah APK didefinisikan sebagai


perbandingan antara laju pertukaran energi panas yang sebenarnya terjadi terhadap laju
pertukaran energi panas maximum yang mungkin dapat terjadi pada alat tersebut :

qact
qmax

(19)

Harga besaran Efektivitas perpindahan panas adalah di antara angka 0 dan 1.

Sementara itu laju pertukaran energi panas maksimal yang mungkin dapat terjadi di dalam
sebuah APK adalah pada APK jenis aliran berlawanan (counter flow). Besarnya laju
pertukaran energi panas maksimum tersebut dapat diestimasikan dengan menggunakan
persamaan berikut :

qmax = Cmin ( Th ,i Tc ,i )

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

(20)

Dalam persamaan tersebut,


Th,i adalah temperatur aliran fluida panas yang masuk ke dalam APK counter flow
Tc,i adalah temperatur aliran fluida pendingin yang masuk ke dalam APK counter flow
Cmin adalah laju kapasitas panas yang minimum di antara Cc dan Ch.
Cmin = Ch apabila Ch < Cc dan Cmin = Cc apabila Cc < Ch
Laju kapasitas panas bagi aliran fluida pendingin, Cc adalah :

C c = mc c p ,c

(21)

sedangkan laju kapasitas panas aliran fluida panas, Ch :

C h = m h c p ,h

(22)

Pertanyaan yang harus diteliti jawabannya pada bagian selanjutnya setelah ini adalah
mengapa untuk menghitung besarnya qmax digunakan Cmin dan bukannya Cmax

Laju pertukaran energi panas aktual yang terjadi di dalam sebuah APk counter flow dapat
dinyatakan sebagai berikut.

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Apabila aliran fluida panas mengalami perubahan fasa maka :

qact = mh ( hhi hho )


Di mana,
mh : laju aliran massa fluida panas
hhi : enthalpi aliran fluida panas masuk APK
hho : enthalpi aliran fluida panas keluar APK

Sedangkan aliran fluida panas tidak mengalami mengalami perubahan fasa maka :

qact = Ch ( Thi Tho )

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Di mana,
Ch : laju kapasitas panas fluida panas
Thi : Temperatur aliran fluida panas masuk APK
Tho : Temperatur aliran fluida panas masuk APK

Pada sisi yang lain, apabila aliran fluida pendingin mengalami perubahan fasa maka :

qact = mc ( hco hci )

Di mana,
mc : laju aliran massa fluida pendingin
hci : enthalpi aliran fluida pendingin masuk APK
hco : enthalpi aliran fluida pendingin keluar APK

Sedangkan aliran fluida pendingin tidak mengalami mengalami perubahan fasa maka :

qact = Cc ( Tco Tci )

Di mana,
Cc : laju kapasitas panas fluida pendingin
Tci : Temperatur aliran fluida pendingin masuk APK
Tco : Temperatur aliran fluida pendingin masuk APK

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Pada sisi yang lain, bagi sebuah APK, NTU (Number of Transfer Unit) adalah sebuah
parameter yang diberikan oleh persamaan :

NTU

UA
C min

(24)

Di sini,
A : luas permukaan perpindahan panas di dalam APK
U : koefisien perpindahan panas global

Harga efektifitas bagi sebuah APK merupakan fungsi dari bilangan NTU, Cmax dan Cmin.
Hubungan antara efektifitas dan NTU untuk berbagai jenis APK telah tersedia di dalam
literatur tentang APK, biasanya berupa grafik atau tabel persamaan empirik.

Sebagai contoh, bagi APK jenis shell & tube, hubungan antara efektifitas dan NTU
diberikan oleh persamaan :

NTU =

[
[

]
]

(25)

[ ( ) ]
1 exp[ NTU (1 + C ) ]

(26)

2 1 + C *2 (1 + C *2 )1 / 2
1
ln

1 + C *2 2 1 + C *2 + (1 + C *2 )1 / 2

Di sini C* = Cmin / Cmax


Atau :

=
1 + C + (1 + C )
*

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

*2 0, 5

1 + exp NTU 1 + C *2

0,5

*2 0 ,5

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

2. Faktor Pengotoran permukaan


Setelah beberapa lama APK dioperasikan maka akan terbentuk lapisan fouling pada
permukaan perpindahan panasnya, baik di permukaan dalam pipa maupun di permukaan
luarnya. Deposit yang terbentuk umumnya mempunyai konduktivitas termal yang cukup
rendah sehingga akan menyebabkan penurunan laju pertukaran energi panas di dalam
APK.
Pada awal pengoperasian sebuah APK performance alat tersebut bergantung kepada
koefisien perpindahan panas global di mana permukaan tube bagian dalam dan bagian luar
masih dalam keadaan bersih (clean). Kemudian, selang beberapa waktu pengoperasian
tertentu (bergantung kepada jenis APK yang dipergunakan), permukaan dalam dan luar
tube mulai dilapisi oleh lapisan pengotoran yang berasal dari senyawa, atau kandungan
tertentu, atau partikel yang terangkut di dalam kedua aliran fluida kerja. Semakin lama
lapisan pengotoran tersebut akan semakin tebal, dan deposit yang terbentuk di permukaan
menghasilkan tahanan termal termal tambahan di dalam APK sehingga laju pertukaran
energi panasnya mulai berkurang.

Pada keadaan tersebut, APK biasa disebut sebagai dalam keadaan fouled, apabila
permukaan perpindahan panas di kedua sisi telah dilapisi oleh lapisan fouling (pengotoran
permukaan) maka koefisien perpindahan panas globalnya menjadi seperti yang diberikan
oleh persamaan :

1
1 d o 1 d o ln(d o / d i )
d
=
+
+
+ R fi o + R fo
U f hi d i ho
2k
di

Di mana,
Rf,i : tahanan termal fouling bagi aliran di dalam pipa, m2K/W
Rf,o : tahanan termal fouling bagi aliran di permukaan luar pipa, m2K/W

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Hubungan antara koefisien perpindahan panas global fouled dan clean diberikan oleh
persamaan berikut :

1
1
=
+ Rf
U f Uc

Dari persamaan tersebut terlihat bahwa semakin tebal apisan pengotoran atau deposit yang
terbentuk di permukaan semakin tebal maka tahanan termal termal pengotoran juga akan
semakin besar. Hal tersebut berdampak kepada besarnya koefisien perpindahan panas
global (U) yang menjadi semakin lebih kecil, sehingga laju pertukaran energi panas di dalam
APK menjadi berkurang. Artinya kecepatan proses pertukaran energi panasnya menjadi
lebih rendah, atau dapat dikatakan efektivitas penukar kalor menjadi menurun.

Lapisan fouling dapat terbentuk dari partikel partikel atau senyawa kimia lainnya yang
terangkut di dalam aliran fluida. Pertumbuhan lapisan tersebut dapat meningkat apabila
permukaan deposit yang terbentuk mempunyai sifat adhesif yang cukup kuat. Gradien
temperatur yang cukup besar di antara aliran fluida dengan permukaan dapat juga
meningkatkan kecepatan pertumbuhan deposit. Dalam keadaan yang ekstrim, lapisan
tersebut juga akan menyebabkan naiknya kerugian tekanan.
Proses pembentukan lapisan fouling merupakan phenomena yang sangat kompleks
sehingga sukar sekali dianalisa secara analitik. Mekanisme pembentukannya sangat
beragam, dan metoda metoda pendekatannya juga berbeda-beda. Namun demikian, secara
teoritis fouling dapat diklasifikasikan menurut jenis proses pembentukannya yang dominan :
a. Fouling partikel atau sedimentasi adalah lapisan deposit yang berasal dari partikel partikel
yang terangkut di dalam fluida. Jenis fouling ini dapat juga berkombinasi dengan fouling
yang berasal dari senyawa senyawa kimia.
b. Fouling biologi adalah lapisan deposit yang berasal dari senyawa bakteri dan/atau
mikroorganisme lainnya.
c. Scaling adalah lapisan crystalline padat yang terbentuk pada permukaan yang berada
pada daerah bertemperatur cukup tinggi. Apabila temperatur permukaan melebihi batas

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

pelarutan dari sebuah larutan yang mengandung garam (misalnya calsium sulfate, gypsum)
maka lapisan kristal padat akan terbentuk.
d. Fouling oleh reaksi kimia, dalam hal ini lapisan deposit yang terbentuk berasal dari hasil
reaksi kimia antara senyawa senyawa yang berada di sekitar permukaan.
e. Korosi, yang merupakan hasil dari reaksi kimia antara senyawa senyawa yang terdapat di
fluida kerja dengan permukaan.
Di dalam praktek, umumnya lapisan fouling yang terbentuk merupakan hasil kombinasi dari
beberapa jenis fouling.
Di dalam proses perancangan harga tahanan termal fouling yang tepat harus dipilih. Harga
harga tersebut umumnya dapat diperoleh dari standar TEMA (Tubular Exchanger
Manufacturers Association) atau dari data data experimental lainnya.
Pemilihan harga faktor fouling tentu saja akan berdampak pada penambahan luas
permukaan yang harus dirancang. Oleh karena itu untuk memperoleh performance yang
optimal harus dipilih harga faktor fouling yang sebaik-baiknya. Pemilihan harga yang terlalu
tinggi akan mengakibatkan biaya pembuatan alat menjadi terlalu besar. Sedangkan
pemilihan harga yang terlalu rendah akan menyebabkan laju pertukaran energi panas
menjadi lebih rendah pada saat deposit terbentuk di permukaan. Harga harga faktor fouling
yang khas bagi beberapa fluida kerja dapat diperoleh dari berbagai lietratur tentang APK.

Cleanliness Factor (CF) didefinisikan sebagai perbandingan antara koefisien perpindahan


panas global dalam keadaan fouled (kotor) dengan koefisien perpindahan panas global
dalam keadaan clean :

CF =

Uf

(13.9)

Uc

Sedangkan Over Surface (OS) adalah perbandingan antara luas permukaan perpindahan
panas total dalam keadaan fouled (kotor) dengan luas permukaan perpindahan panas total
dalam keadaan clean :

OS ( % ) =

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Af
Ac

= 100.U c . R f

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

(13.10)

3. Perancangan dengan metode EfektivitasNTU


Tujuan utama perancangan sebuah alat penukar kalor (APK) adalah untuk menentukan
dimensi utamanya, yaitu panjang tube, jumlah tube, dan diameter shellnya. Ketiga
parameter dimensi utama tersebut biasanya diwakili oleh besaran luas permukaan
perpindahan panas yang diperlukan di dalam APK.
Sebuah APK yang dirancang dengan menggunakan metode beda temperatur rata-rata
logaritmik, luas permukaan perpindahan panas total yang diperlukan bagi sebuah APK
dapat ditentukan harganya melalui persamaan laju pertukaran energi panas yang terjadi di
dalam APK. Penggunaan metoda beda temperatur rata rata logaritmik di dalam perhitungan
perancangan dimungkinkan apabila temperatur masuk dan keluar APK bagi kedua fluida
kerjanya diberikan, atau dapat ditentukan melalui balans energinya.
Namun demikian, dalam hal di mana hanya temperatur masuk kedua fluida kerjanya serta
laju aliran massanya yang diketahui, maka penerapan metoda beda temperatur rata rata
membutuhkan prosedur iterasi.

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Sebagai alternative dapat dipergunakan metoda lain yang biasa disebut dengan metoda
efektivitas dan NTU.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a) pertama-tama kita hitung terlebih dahulu laju kapasitas panas aliran air pendingin
dan aliran fluida panas (Cc, Ch), untuk kemudian kita tentukan harga besaranbesaran : Cmin dan Cmax serta C*

b) kemudian kita hitung laju pertukaran energi panas maksimum yang mungkin terjadi
di dalam APK

c) selanjutnya, dengan menggunakan harga efektivitas perpindahan panas yang


diperkirakan dimiliki oleh APK kita hitung besarnya harga NTU

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

d) akhirnya, dengan menggunakan besaran NTU dan besaran koefisien perpindahan


panas global yang relevan untuk APK yang kita rancang kita dapat menentukan
besarnya luas permukaan perpindahan panas yang diperlukan oleh APK

Setelah

harga

luas

permukaan

perpindahan

panas

diperoleh

maka

kita

dapat

memperkirakan besarnya Diameter shell Ds yang diperlukan menggunakan persamaan


berikut [1] :
0, 5

2
CL Ao PR d o

Ds = 0,637

L
CTP

0,5

(13.11)

Dengan :
PR adalah jarak antar tube per diameter luar tube
Ao luas permukaan perpindahan panas total
do dan L masing-masing diameter luar dan panjang tube

Sementara itu, CL adalah konstanta susunan tube, dan CTP adalah konstanta jumlah tube
pass.
Harga CL = 1 untuk susunan tube 90o dan 45o, dan CL = 0,87 untuk susunan tube 30o dan
60o.
Sedangkan,
CTP = 0,93 apabila jumlah lintasan aliran fluida di dalam tube adalah satu (one tube pass)
CTP = 0,90 untuk two tube passes dan
CTP = 0,85 untuk three tube passes

Selanjutnya, jumlah tube yang diperlukan di dalam shell, Nt dapat dihitung melalui
persamaan [1]:
2
CTP Ds
N t = 0,785

2 2
CL PR d o

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

(13.12)

Untuk memberikan ilustrasi tentang konsep perancangan tersebut di atas maka marilah kita
tinjau Soal No. 1. Di bawah ini.

Pada sebuah APK shell & tube (one shell pass & 2 tube passes) yang memiliki efektivitas
perpindahan panas 60% aliran air dengan laju 3,5 kg/s dan temperatur 20 oC mengalir
masuk, dan pada saat yang bersamaan 7 kg/s aliran oli panas bertemperatur 100 oC juga
mengalir masuk ke dalam alat tersebut. Perkirakan besarnya temperatur kedua aliran
tersebut pada saat keluar meninggalkan APK.
Koefisien perpindahan panas global di dalam APK dianggap sama dengan 270 W/m2K, dan
Panas jenis pada tekanan konstan bagi kedua aliran tersebut masing-masing dianggap
sama dengan 4178 J/kgK untuk air dan 2100 J/kgK untuk oli.

Gambar sistem :

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Pada bagai di bawah ini, uraian hanya akan membahas langkah-langkah utama perhitungan
perancangan. Sedangkan perincian perhitungannya anda musti melakukannya sendiri.
Tujuan utama perhitungan adalah menentukan besarnya luas permukaan perpindahan
panas total, diameter shell, dan jumlah tube yang diperlukan APK.

a) pertama-tama kita hitung terlebih dahulu laju kapasitas panas aliran air pendingin dan
aliran fluida panas (Cc, Ch), untuk kemudian kita tentukan harga besaran-besaran : Cmin
dan Cmax serta C*

Laju kapasitas panas aliran fluida panas, Ch dihitung menggunakan persamaan :

C h = m h c p ,h

Diketahui :
Aliran fluida panas : aliran oli panas
Panas jenis tekanan konstan cph = 2100 J/kgK
Laju aliran massa mh = 7 kg/s
Temperatur masuk APK Thi : 100 oC = 373 K

Sedangkan Laju kapasitas panas bagi aliran fluida pendingin, Cc dihitung dengan
menggunakan persamaan :

C c = mc c p ,c

Aliran fluida pendingin : aliran air dingin


Panas jenis tekanan konstan cpc = 4178 J/kgK

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Laju aliran massa mc = 3,5 kg/s


Temperatur masuk APK Tci = 20 oC = 293 K

Selanjutnya, kita tentukan besarnya Cmin dan Cmax serta C*

b) kemudian kita hitung laju pertukaran energi panas maksimum yang mungkin terjadi di
dalam APK
Besarnya laju pertukaran energi panas maksimum tersebut dapat diestimasikan dengan
menggunakan persamaan berikut :

qmax = Cmin ( Th ,i Tc ,i )

c) selanjutnya,

dengan menggunakan harga efektivitas perpindahan panas yang

diperkirakan dimiliki oleh APK kita hitung besarnya harga NTU

Diketahui :
APK shell & tube (one shell pass & 2 tube passes) memiliki efektivitas perpindahan panas
60%, berarti = 0,6
Dan kita juga telah memiliki harga C*
sehingga kita dapat menentukan besarnya harga NTU menggunakan persamaan :

[
[

]
]

2 1 + C *2 (1 + C *2 )1 / 2
1
NTU =
ln

1 + C *2 2 1 + C *2 + (1 + C *2 )1 / 2

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

d) akhirnya, dengan menggunakan besaran NTU dan besaran koefisien perpindahan


panas global yang relevan untuk APK yang kita rancang kita dapat menentukan
besarnya luas permukaan perpindahan panas yang diperlukan oleh APK, yaitu
menggunakan persamaan :

NTU

UA
C min

Di sini,
Koefisien perpindahan panas global di dalam APK diketahui sebesar, U = 270 W/m2K

Setelah

harga

luas

permukaan

perpindahan

panas

diperoleh

maka

kita

dapat

memperkirakan besarnya Diameter shell Ds yang diperlukan menggunakan persamaan:

0,5

2
CL Ao PR d o

Ds = 0,637

L
CTP

0,5

Misalnya dalam persoalan ini kita pilih :


PR : jarak antar tube per diameter luar tube = 1,25
Ao luas permukaan perpindahan panas total
Tube yang kita gunakan tube 1, di mana do diketahui = ..m
L panjang tube kita pilih harga tertentu
CL = 0,87 karena kita memilih misalnya susunan tube berbentuk 30o
Sedangkan,
CTP = 0,90 karena dalam persoalan kita di sini, two tube passes

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Setelah diameter shell kita hitung maka kita dapat menentukan besarnya jumlah tube yang
diperlukan di dalam shell, menggunakan persamaan berikut :

2
CTP Ds
N t = 0,785

2 2
CL PR d o

Untuk lebih memahami materi yang dibahas pada modul ini maka anda dipersilahkan
mengerjakan soal No.2 di bawah ini.

Soal No.2.
Pada sebuah Kondenser jenis shell & tube (one shell pass & 2 tube passes) yang memiliki
luas permukaan perpindahan panas total dan Koefisien perpindahan panas global 2500 W/
m2K aliran uap air bertemperatur 100 oC dikondensasikan sehingga menjadi cair jenuh.
Untuk proses kondensasi dilakukan dengan mengalirkan aliran air pendingin dengan laju 1,5
kg/s dan temperatur 20 oC.
Perkirakan besarnya temperatur aliran air pendingin pada saat keluar meninggalkan
kondenser, dan laju aliran massa aliran uap air yang dikondensasikan.
Aliran uap air masuk condenser dianggap memiliki enthalpi 2676 kJ/kg.
Aliran air keluar condenser dianggap memiliki enthalpi 419 kJ/kg.

Daftar Pustaka
1. Incropera, F.P and De Witt, D.P, 1990, Fundamentals of Heat & Mass Transfer, 3th
ed., John Wiley & Sons, New York.
2. Keith Escoe, A., 1986, Mechanical Design of Process Systems, vol. 2, Gulf Pub.
Company, Houston Texas.

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

3. Arthur P. Fraas, 1989, Heat Exchanger Design Handbook, 2 nd edition, John Wiley
& Sons, New York.
4. Kakac, S., 1987, Boilers, Evaporators, and Condensers, chapter 4, John Wiley &
Sons, New York.

13

Metode Efektivitas - NTU


Chandrasa Soekardi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai