Anda di halaman 1dari 16

Sistem Pertanian Berkelanjutan

Kasus Proteksi/Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Padi


Organik (SRI)

Disusun oleh :
Tamira Dimyati
150610100137

AGRIBISNIS D

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian


Universitas Padjadjaran
2012
Sistem Pertanian Berkelanjutan

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Seringkali kita mendengar keluhan klasik petani Indonesia, produktivitas hasil


panen turun dan biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan penghasilan yang
didapat. Ketergantungan pada penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia yang
semakin mahal harganya menjadikan biaya produksi petani kian meningkat.
Awalnya memang menggembirakan. Penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia
menjadikan hasil panen petani berlipat ganda. Segalanya menjadi serba mudah
untuk menyiasati kondisi alam yang tidak bersahabat dengan bantuan zat kimia
tesebut.
Tetapi, kita tidak sadar bahwa zat kimia ibarat candu bagi kondisi tanah sebagai
tempat tinggal tanaman. Sebagai contoh, pemberian dosis 1x untuk mendapatkan
hasil panen 2x, pada jangka waktu tertentu akan menjadi pemberian dosis 2x
untuk mendapatkan hasil panen 2x karena Zat kimia merusak struktur tanah.
Tanah menjadi sakit, sudah tidak ada lagi mikroorganisme hidup di dalamnya
yang sebenarnya sangat membantu mempertahankan keseimbangan struktur tanah
secara alami.
Solusinya adalah mulailah mengendalikan penggunaan pupuk dan obat-obatan
kimia dengan cara bijaksana. Bila perlu, tinggalkan dan mulai menerapkan
kembali pola bercocok tanam nenek moyang kita dahulu dengan teknologi
organik untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Salah satu alasan pentingnya pengembangan pertanian organik adalah persoalan
kerusakan lahan pertanian yang semakin parah. Penggunaan pupuk kimia yang
terus-menerus menjadi penyebab menurunnya kesuburan lahan bila tidak
diimbangi dengan penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati. Dan dalam
penanganan hama dan penyakit sering kali menggunakan bahan kimia yang
sintetis itu mengakibatkan tanaman terkena zat kimia yang membahayakan saat
dikonsumsi oleh para konsumen. Dalam paper ini akan dijelaskan tentang

Sistem Pertanian Berkelanjutan

bagaimana mengatasi hama dan penyakit pada tanaman organik yaitu padi SRI (
System of Rice Intensification)

1.2. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui
perlindungan/ mengatasi hama dan penyakit pada pertanian organik dan
khususnya pada padi SRI.

Sistem Pertanian Berkelanjutan

PEMBAHASAN

Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu,
yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami,
sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan
berkelanjutan.
Dalam prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara, antara lain:
1. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO =
genetically modified organisms).
2. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian gulma,
hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi
tanaman.
3. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan
pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan
dipelihara dengan menambahkan residu tanaman, pupuk kandang, dan
batuan mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman.
4. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam
makanan ternak.

Perlindungan/ Mengatasi Hama Dan Penyakit Pada Pertanian Organik


Jika dalam pertanian non organik pengendalian terhadap hama, penyakit dan
gulma bisa dilaksanakan dengan menggunakan berbagai macam bahan sintetis
maka dalam pertanian organik ada hal hal yang harus dipatuhi, yaitu :

Hama, penyakit dan gulma harus dikendalikan dengan salah satu atau
kombinasi dari cara cara berikut :
Pemilihan spesies dan varietas yang sesuai.
Program rotasi tanam yang tepat dan teratur pelaksanaannya.

Sistem Pertanian Berkelanjutan

Pelaksanaan pengolah tanah secara mekanis dan mengikuti kaidah

konservasi tanah.
Perlindungan terhadap musuh alami hama penyakit dan gulma
melalui penyediaan habitat yang cocok seperti pembuatan pagar
hidup (barrier crop) dan tempat sarang serta zona penyangga

ekologi.
Ekosistem yang beragam. Hal ini akan bervariasi antar daerah.
Sebagai contoh, zona penyangga untuk mengendalikan erosi,

agroforestry, merotasikan tanaman


dan sebagainya Pemberian musuh alami termasuk pelepasan

predator dan parasit.


flame weeding (cac)
Pemberian musuh alami termasuk pelepasan predator dan parasit
Pemberian biodinamik dari stone meal, kotoran ternak atau

tanaman.
Penggunaan mulsa
Penggembalaan ternak
Pengendalian
secara

perangkap, penghalang, cahaya dan suarak.


Penggunaan sterilisasi uap bila rotasi

mekanis

seperti

penggunaan
yang

sesuai

untuk memperbaharui tanah tidak dapat dilakukan.

Jika serangan hama dan penyakit sangat berat dan tindakan yang dilakukan
dengan cara cara tersebut diatas dianggap kurang memadai, maka dapat
digunakan bahan bahan lain yang diperbolehkan dalam pertanian organik.

Pengendalian dengan cara Kultur Teknis


Pada prinsipnya pengendalian secara kultur teknis adalah cara-cara
pengendalian

dengan

memanfaatkan

lingkungan

untuk

menekan

perkumbangan populasi hama. Contoh :


a. Pengolahan tanah. Pengolahan tanah setelah panen larva-larva hama
yang hidup di dalam tanah akan mati terkena alat-alat pengolahan seperti
cangkul. Di samping itu akibat lain dari pengolahan tanah ini akan
menaikkan larva dan telur dari dalam tanah ke permukaan tanah. Dengan

Sistem Pertanian Berkelanjutan

demikin larva-larva dan telur larva akan dimakan burung atau mati terkena
cahaya matahari langsung.
b. Sanitasi. Dengan membersihkan tempat-tempat yang kemungkinan
digunakan oleh serangga untuk berkembang biak, berlindung, berdiapause,
maka perkembangan serangga yang menjadi hama tanaman dapat dicegah.
Walang sangit akan lebih cepat berkembang biak bila sanitasi lingkungan
kurang baik.
c. Pemupukan. Penggunaan pupuk organik menjadikan tanaman sehat dan
lebih mudah mentoleransi serangga hama tanaman juga memberikan unsur
hara/nutrisi pada tanaman dan mikroorganisme yang menguntungkan
(musuh alami dari penyebab penyakit. Pupuk organik yang digunakan
adalah pupuk organik cair ataupun mol (mikroorganisme local) yang
merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam bahan seperti air
kelapa atau cucian air beras.
d. Irigasi. Pengolahan air dapat menghalangi perkembangan hama-hama
tertentu. Akan tetapi bila cara pengolahan air kurang tepat dapat
memgakibatkan peningkatan perkembangan populasi hama tanaman.
Penggenangan pada sawah-sawah setelah panen selama kurang lebih 5 hari
merupakan cara yang baik untuk memberantas larva maupun pupa dari
penggerek batang padi.
e. Strip farming. Serangan hama tertentu dapat di atasi dengan cara catch
crop yaitu bercocok tanam secara berselang seling. Antara tanaman yang
berumur panjang dan tanaman berumur pendek. Contoh, walang sangit
(Leptocorixa acuta) menyerang padi yang sedang masak susu, dengan
catch crop di harapkan walang sangit akan menyerang tanaman yang
berumur pendek, kemudian dilakukan npenyemprotan sehingga tanaman
yang berumur panjang dapat terhindar dari serangan.
f. Rotasi tanaman dan pengaturan waktu tanam. Menanam tanaman yang
berbeda-beda jenisnya dalam satu tahun dapat memutus atau memotong

Sistem Pertanian Berkelanjutan

daur hidup hama terutama hama yang sifatnya monofagus (satu jenis
makanan).

Pengendalian secara mekanik (mechanical control)


Pengendalian hama tanaman secara mekanik adalah pengendalian yang
menggunakan alat tenaga manusia. Contoh:
a. pengumpulan ulat Phaedonia inclusa (hama kedelai).
b. Traping (dengan perangkap), misal pengendalian walang sangit
(Leptocorixa acuta) dengan menggunakan obor pada malam hari.
c. Driving (pengusiran), misal pengusiran burung pipit (hama padi)
dengan cara membuat bunyi-bunyian.
d. Memotong bagian tanaman yang telah terserang hama agar tidak
menular ke bagian lain.

Pengendalian secara fisis (physical control)


Pengendalian ini dilakukan dengan cara memanfaatkan faktor-faktor fisis
seperti temperatur, kelembaban, cahaya, dan gelombang suara untuk
mempengaruhi kehidupan hama itu sendiri. Contoh :
a. Temperatur, misal pendingin untuk memberantas hama gudang.
b. Kelembaban, pengurangan tanaman pelindung pada tanaman coklat
untuk mencegah perkembangan hama Helopeltis sp.
c. Cahaya, walang sangit aktif pada keadaan yang terang maka perlu
perangkap obor untuk menjeratnya.

Pengendalian dengan tanaman tahan hama.


Menurut Painter yang dimaksud dengan tanaman tahan hama adalah
tanaman yang mempunyai turunan yang kualiatas atau sifatnya
menyebabkan tanaman mampu menyembuhkan diri terhadap kerusakan

Sistem Pertanian Berkelanjutan

yang diakibatkan oleh populasi hama tanaman. Painter membagi sifat-sifat


alami ketahanan tanaman terhadap hama menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:
a. Non preference (ketidaksukaan), tanaman memiliki zat yang tidak di
sukai oleh hama tanaman
b.

Antibiosis, tanaman memiliki sifat racun atau dapat membuat hama


menjadi mandul.

c. Toleransi, tumbuhan mampu menumbuhkan kembali bagian yang di


serang hama.

Pengendalian secara hayati (biological control)


Pengendalian hama secara hayati adalah pengurangan atau penurunan
populasi serangga atau hama dengan cara meggunakan musuh alami. Yang
termasuk musuh alami dari hama tanaman adalah :
a. Parasit, contoh:

Bracon chinensis

parasit

bagi larva Chilo

suppressalis.
b. Predator, contoh : Coccinella arcuata merupakan pemangsa wereng
hijau (Nephotettix cinticeps)
c. Pathogen, Bacillus papillae (bakteri) penyebab penyakit susu pada
larva Papolia japonica.

Pengendalian secara genetis contoh, cara pengendalian dengan jantan


mandul yang dikenal dengan pengendalian Autocidal.

Tanaman Padi SRI (System of Rice Intensification)


SRI ( System of Rice Intensification) adalah cara budidaya padi yang
pada awalnya diteliti dan dikembangkan sejak 20 tahun yang lalu di Pulau
Madagaskar dimana kondisi dan keadaannya tidak jauh berbeda dengan

Sistem Pertanian Berkelanjutan

Indonesia. Karena kondisi lahan


pertanian

yang

kesuburannya,

terus

menurun

kelangkaan

dan

harga pupuk kimia yang terus


melambung serta suplai air yang
terus berkurang dari waktu ke
waktu, maka dikembangkanlah metoda SRI untuk meningkatkan hasil
produksi padi petani Madagaskar pada saat itu, dengan hasil yang sangat
mengagumkan. Saat ini SRI telah berkembang di banyak negara penghasil
beras seperti di Thailand, Philipina, India, China, Kamboja, Laos, Srilanka,
Peru, Cuba, Brazil, Vietnam dan banyak negara maju lainnya. Melalui
presentasinya Prof. Norman Uphoff dari universitas Cornell, USA, pada
tahun 1997 di Bogor, SRI diperkenalkan di Indonesia. Dan sejak tahun 2003
penerapan dilapangan oleh para petani kita di Sukabumi, Garut, Sumedang,
Tasikmalaya dan daerah lainnya memberikan lonjakan hasil panen yang luar
biasa.
Cara budidaya SRI sebenarnya tidak asing
bagi para petani kita, karena sebagian besar
prosesnya sudah dipahami dan biasa dilakukan
petani. Metoda SRI ini dinamakan bersawah
organik dan menghasilkan padi/beras organik
karena mulai dari pengolahan lahan, pemupukan
hingga penanggulangan serangan hama sama-sekali
tidak menggunakan bahan-bahan kimia . Metoda SRI seluruhnya
menggunakan bahan organik disekitar kita ( petani ) yang ramah lingkungan,
dan bersahabat dengan alam serta mahluk hidup di lingkungan persawahan.
Dari hasil penelitian dan percobaan oleh para ahli selama bertahun-tahun di
berbagai negara menunjukan bahwa hasil yang diperoleh dengan metoda SRI
sangat

tinggi

jika

sepenuhnya

tidak

memakai

bahan-bahan

sintetis( kimia/anorganik) baik untuk pupuk maupun untuk pembasmi hama


dan penyakit padi.

Sistem Pertanian Berkelanjutan

Prinsip dasar budidaya padi organik SRI terdiri dari beberapa kegiatan
kunci dan prosesnya mutlak harus dilakukan agar hasil yang dicapai petani
optimal.
1. Proses Pembibitan.
2. Proses Pengolahan Lahan.
3. Proses Penanaman Bibit Padi.
4. Proses Pemeliharaan.
5. Proses Pemupukan.
6. Proses Pengendalian Hama.

Kasus Perlindungan/ Mengatasi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Padi


SRI (System of Rice Intensification)
Pengendalian hama dan penyakit di lokasi
demplot

SRI

dikendalikan

dengan

konsep

Pengendalian Hama Terpadu (PHT),dengan cara


mempergunakan varietas benih yang sehat dan
resisten terhadap hama dan penyakit, menanam
secara serentak serta mempergunakan pestisida
secara

selektif.

Penggunaan

pestisida

hanya

dilakukan sebagai langkah terakhir, bila ternyata


serangan hama dan penyakit belum dapat diatasi.

Sistem Pertanian Berkelanjutan

Cara

bertani

padi

secara

SRI, selain untuk meningkatkan


produkri padi dengan memanfaatkan
bahan-bahan organik yang ramah
lingkungan, relatif murah, mudah
diperolehnya,

juga

untuk

memperbaiki

struktur

maupun

kondisi lahan persawahan secara berkesinambungan. Artinya dengan


ber-SRI kita bukan saja dapat mempertahankan tingkat produktivitas padi
yang tinggi tetapi juga meningkatkan struktur dan kondisi lahan sawah serta
membaiknya lingkungan hidup biotik di persawahan. Itulah sebabnya dari
data para petani di Sumedang, Tasikmalaya, Sukabumi dll melaporkan adanya
peningkatan produktivitas bertani padi secara SRIdari musim tanam ke
musim tanam berikutnya. Dengan semakin membaiknya sistem lingkungan
hidup biotik tadi berarti semakin dapat ditekan resiko kerusakan akibat
serangan hama dan penyakit karena setiap hama padi akan muncul musuh
alaminya (MA).
Metoda SRI yang diterapkan adalah menggunakan bahan-bahan
organik seluruhnya dan tidak menganjurkan sama sekali pemakaian pupuk
maupun obat-obatan kimia. Pemakaian air yang sangan minim ( 50% ) dari
pada cara konvensional akan dapat menekan berkembang biaknya keong
emas karena secara praktis sawah tidak pernah tergenang air, pangkal batang
padi tidak pernah terendam air, kondisi sawah hanya lembab dan macakmacak saja. Kalau masih terdapat serangan hama keong emas yang cukup
banyak, itu mengindikasikan masih ada genangan air, itu berarti belum
menerapkan SRI sepenuhnya.
Tikus salah satu hama yang sangat dikhawatirkan para petani selama
ini karena serangannya sangat cepat dengan jumlah kerusakan yang sangat
luas. Batang padi metoda SRI relatif lebih besar dan lebih keras sehingga
kurang disenangi hama tikus. Hama siklus tikus sebenarnya hanya 9 bulan
setelah itu ia akan mati, namun setelah usia kurang dari 4 bulan hama ini

Sistem Pertanian Berkelanjutan

10

sudah dapat berkembang biak. Itulah sebabnya hama tikus ini sangat cepat
bertambah populasinya. Hama tikus tidak menyukai bau yang menyengat
seperti bau jengkol dan rasa yang pahit seperti brotowali, sehingga secara
mandiri para petani dapat membuat sendiri ramuan pengusir tikus lalu
disemprotkan ke tanaman padi. Cara ini selain sangat murah dan praktis, juga
ramah lingkungan karena ramuan tadi tidak membunuh musuh alami dari
hama yang lain.
Hama capung dan burung dapat diatasi dengan memperbanyak
ajir/tonggak yang dipancangkan di sawah. Sifat hama ini sangat menyenangi
sesuatu

yang

bersifat

menjulur/tegak/muncul,

untuk

ia

bertengger.

Pancangkanlah ajir dari bambu atau kayu sebanyak mungkin di sawah untuk
menekan kerugian akibat hama ini.
Untuk hama wereng, jika ada indikasi serangan taburkan abu bekas
pembakaran terutama pada telur dari hama ini. Dari pengalaman, penaburan
abu ini akan lebih efektif pada saat telur wereng telah menetas atau
mempergunakan pestisida nabati dan hewani yang terbuat dari daunpaitan,
daun tembakau dan urine sapi yang sudah difermentasi.
Untuk pengendalian hama trip, mempergunakan pestisida nabati yang
terbuat dari daun sere dan bawang putih dan untuk pengendalian belalang,
penggerek batang mempergunakan pestisida nabati yang terbuat dari buah
mahoni, daun tembakau dan daun suren.
Pestisida Nabati
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari
tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah.
Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan
mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil
pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau
bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai
pestisida.

Sistem Pertanian Berkelanjutan

11

Petani di India, menggunakan biji mimba sebagai insektisida untuk


mengendalikan hama serangga. Namun setelah ditemukannya pestisida
sintetik pada awal abad ke-20, pestisida dari bahan tumbuhan atau
bahan alami lainnya tidak digunakan lagi.
Pada tahun 1960-an telah ditemukan beberapa insektisida dari
bahan tumbuhan yang memiliki cara kerja spesifik, seperti azadirakhtin
dan senyawa lain dari tanaman meliaceae yang menghambat aktivitas
makan dan perkembangan hama serangga. Sediaan insektisida dari
tumbuhan mimba juga telah diketahui efektif menekan populasi hama
serangga dan relatif aman terhadap lebah dan beberapa musuh alami.
Pada umumnya pestisida berbahan nabati bersifat sebagai racun
perut yang tidak membahayakan terhadap musuh alami atau serangga
bukan sasaran, sehingga penggunaan pestisida berbahan nabati dapat
dikombinasikan dengan musuh alami. Selain memiliki senyawa aktif
utama dalam ekstrak tumbuhan juga terdapat senyawa lain yang
kurang aktif, namun keberadaannya dapat meningkatkan aktivitas
ekstrak secara keseluruhan (sinergi). Serangga tidak mudah menjadi
resisten terhadap ekstrak tumbuhan dengan beberapa bahan aktif,
karena kemampuan serangga untuk membentuk sistem pertahanan
terhadap beberapa senyawa yang berbeda sekaligus lebih kecil
daripada terhadap senyawa insektisida tunggal. Selain itu cara kerja
senyawa dari bahan nabati berbeda dengan bahan sintetik sehingga
kecil kemungkinannya
Pada umumnya pestisida sintetik dapat membunuh langsung
organisme sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan pestisida
nabati, sebagai contoh insektisida nabati yang umumnya tidak dapat
mematikan langsung serangga, biasanya berfungsi seperti berikut:
1. Refelen, yaitu menolak kehadiran serangga terutama disebabkan
baunya yang menyengat
2. Antifidan, menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman,
misalnya disebabkan rasa yang pahit

Sistem Pertanian Berkelanjutan

12

3. Mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses


penetasan telur
4. Racun syaraf
5.

Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga

6. Attraktan, sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat


digunakan sebagai perangkap

Sistem Pertanian Berkelanjutan

13

KESIMPULAN
Dalam penanganan hama dan penyakit sering kali menggunakan bahan kimia
yang sintetis dan mengakibatkan tanaman terkena zat kimia yang membahayakan
saat dikonsumsi oleh para konsumen. Maka dari itu penggunaan bahan kimia yang
dapat membahayakan merupakan salah satu alasan pentingnya pengembangan
pertanian organik. Dalam pertanian organik penanganan hama dan penyakit tidak
menggunakan bahan kimia melainkan bahan alami seperti pestisida nabati yang
terbuat dari daun sere dan bawang putih juga terbuat dari buah mahoni, daun
tembakau dan daun suren. Selain itu ada banyak lagi pengendalian secara organik
sebagai berikut :
o Pemilihan spesies dan varietas yang sesuai.
o Program rotasi tanam yang tepat dan teratur pelaksanaannya.
o Pelaksanaan pengolah tanah secara mekanis dan mengikuti kaidah
konservasi tanah.
o Perlindungan terhadap musuh alami hama penyakit dan gulma melalui
penyediaan habitat yang cocok seperti pembuatan pagar hidup (barrier
crop) dan tempat sarang serta zona penyangga ekologi.
o Ekosistem yang beragam. Hal ini akan bervariasi antar daerah. Sebagai
contoh, zona penyangga untuk mengendalikan erosi, agroforestry,
merotasikan tanaman dan sebagainya Pemberian musuh alami termasuk
pelepasan predator dan parasit.
o flame weeding (cac)
o Pemberian musuh alami termasuk pelepasan predator dan parasit
o Pemberian biodinamik dari stone meal, kotoran ternak atau tanaman.
o Penggunaan mulsa dan penggembalaan ternak

Sistem Pertanian Berkelanjutan

14

o Pengendalian secara mekanis seperti penggunaan perangkap, penghalang,


cahaya dan suarak.
o Penggunaan sterilisasi uap bila rotasi yang sesuai untuk memperbaharui
tanah tidak dapat dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

http://agri.sucofindo.co.id/Extra/PDF/SNI%20ORGANIK.pdf
http://pub.bhaktiganesha.or.id/itb77/files/Karya%20Nyata/BUKU
%20%20PETUNJUK%20SRI.doc
http://www.smallcrab.com/forex/638-manfaat-pertanian-organikhttp://sri.ciifad.cornell.edu/countries/indonesia/extmats/indoSampoernaManual09.
pdf
(Diakses pada tanggal Maret 2012)

Sistem Pertanian Berkelanjutan

15

Anda mungkin juga menyukai