Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN V
ALDEHID DAN KETON

NAMA : ANNISA SYABATINI


NIM : J1B107032
KELOMPOK : 5
ASISTEN : RIZKY EMMALIA

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2008

PERCOBAAN V

ALDEHID DAN KETON

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton dan
penggunaan aldehid dan keton untuk identifikasi senyawa.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu gugus fungsi yang kita yaitu aldehid. Aldehid adalah suatu senyawa yang
mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen.
Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran ana dengan
al. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida
(Petrucci, 1987).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada
nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai
berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana,
reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, 1997).
Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol primer.
Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi asam
karboksilat. Oksidasi khrompiridin komplek seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator
yang dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam
karboksilat (Petrucci, 1987).
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat
pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa

organik yang karbon karbonilnya dih ubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak
mengandung atom hidrogen y ang terikat pada gugus karbonil (Wilbraham, 1992).
Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir
semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO3),
phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4)
(Respati, 1986).
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi
oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah sekali dioksidasi, sedangkan
keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator yang sangat
lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol,
reduksi menjadi hidrokarbon dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung
hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada
alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik
elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan
tertarik pada bagian negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).
III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah termometer 1 buah, water bath 1
buah, tabung reaksi 6 buah, tutup tabung reaksi, plat pemanas, pipet tetes 10 buah.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aseton, asetaldehid,
sikloheksanon, eter, benzaldehid, NaOH, HCl, es batu, KMnO4, Besi (III) klorida,
pereaksi tollens, pereaksi benedict, pereaksi fenilhidrazin, larutan iodin dalam KI, larutan
amoniak 10%, larutan asam kromat, pereaksi fehling (A dan B), Natrium bisulfit,
AgNO3, fuchsin, formal dehida.
IV. PROSEDUR KERJA

1. Uji Fehling
a. Diisi masing-masing tabung reaksi 0,5 ml larutan reagen fehling A dan 0,5 ml reagen
fehling B.
b. Ditambahkan 0,5 ml asetaldehida dan dipanaskan selama 5 menit.
c. Diamati perubahan yang terjadi.
d. Diulangi percobaan dengan sampel aldehida dan keton lainnya.
2. Uji Tollens (Uji cermin Perak)
a. Dimasukkan 0,5 ml AgNO3 5%, 1 tetes larutan NaOH 6 N tetes demi tetes serta
amonia encer tetes demi tetes.
b. Diaduk kuat-kuat hingga tercampur sempurna.
c. Ditambahkan 0,5 ml sampel, dikocok, dan dibiarkan selama 5 menit.
d. Jika tidak ada reaksi, dipanaskan di dalam water bath suhu 400 C selama 5 menit.
e. Diamati perubahan yang terjadi.
3. Uji Iodoform
a. Dimasukkan 1 ml sampel dan 1 ml I2 dalam KI ke dalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan NaOH 6 M tetes demi tetes sampai larutan iodin berwarna kuning muda.
c. Didiamkan, bila dalam 5 menit belum terbentuk endapan, dipanaskan tabung reaksi dalam
penangas air bersuhu 600 C.
d. Diamati perubahan yang terjadi.
4. Oksidasi

a. Oksidasi dengan KMnO4


1. Dimasukan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml asam format dan ditambahkan 2 tetes
KMnO.
2. Dipanaskan dalam penangas selama 2 menit dan diamati perubahan yang terjadi.
3. Diulangi percobaan dengan asam asetat.
b. Osidasi dengan pereaksi fehling
1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml asam format dan ditambahkan 0,5 ml fehling A dan B.
2. Dipanaskan dalam penangas selama 2 menit dan diamati perubahan yang terjadi.
3. Diulangi percobaan dengan asam asetat.
5. Reaksi Garam Karboksilat
1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml Na-Asetat dan ditambahkan 0,5 ml FeCl3
hingga terbentuk warna merah.
2. Diamati perubahan yang terjadi.
V. HASIL PENGAMATAN

A. Hasil
1. Pembentukan asam karboksilat
No.
1.
2.
3.

Langkah Percobaan

Hasil Percobaan

Oksidasi Aldehid

Panas, dari ungu menjadi cokelat,

0,5 ml KMnO4 + 2 tetes H2SO4

Ada gelembung, ada endapan.

Pekat

Bau menyengat, 3 lapisan (putih,


cokelat, cokelat muda)

Dikocok
Panas, warna bening, bau balon
Ditambahkan 0,5 ml asetaldehid lalu
dipanaskan dalam penangas air.

Warna bening, bau kapur barus.

Diperhatikan bau yang timbul.


Hidrolisis ester
0,25 ml H2SO4 + 0,5 ml etil asetat.
Diperhatikan bau yang timbul.
Reaksi garam karboksilat dengan
asam sulfat.
0,5 ml larutan Na-asetat + 0,5 ml
H2SO4 encer.
Diperhatikan bau yang timbul.
2. Pembentukan garam karboksilat

No.

Langkah Percobaan

1.

0,5 ml larutan garam asetat + 0,5 ml

2.
3.

Hasil Percobaan
Warna bening

NaOH.
Warna bening
Dikocok dan diamati perubahan yang
terjadi.
Diulangi percobaan dengan asam

Warna bening, ada gelembung.

format
Diulangi percobaan dengan asam
propionat.
3. Esterifikasi
No.
1.
2.

Langkah Percobaan

Hasil Percobaan

0,5 ml etanol 70% + 0,5 ml asam

Warna

asetat + 3 tetes H2SO4 pekat

dipanaskan

Dikocok dan dipanaskan dalam

menyengat.

bening,

setelah

tetap,

bau

penangas air selama 5 menit.


Warna
Dituang isi tabung reaksi ke dalam

bening,

setelah

dipanaskan ada gelembung, bau

air dan dicatat bau ester yang timbul. menyengat.


Sampel asam format

Warna

bening,

setelah

dipanaskan ada 2 lapisan (atas


Sampel asam propionat
Diulangi percobaan dengan etanol
absolut.
Sampel asam asetat

bening, bawah kuning), bau


sangat menyengat.
Warna
dipanaskan

bening,
tetap,

setelah
bau

tidak

menyengat
Sampel asam format
Warna
Sampel asam propionate

bening,

setelah

dipanaskan bau menyengat


Warna

bening,

setelah

dipanaskan ada 2 lapisan (atas


bening, bawah kuning), bau
menyengat
4. Oksidasi

No.

Langkah Percobaan

1.

a. oksidasi dengan KMnO4

2.

0,5 ml asam format + 2 tetes KMnO.

3.
1.
2.
3.

Dipanaskan dalam penangas selama


2 menit dan diamati perubahan.
Diulangi percobaan dengan asam
asetat.

Hasil Percobaan
Warna cokelat
Warna bening, tidak ada
endapan.
Warna ungu, dipanaskan ada
endapan merah bata.
Warna

Diulangi percobaan dengan asam


propionat.
b. oksidasi dengan pereaksi fehling
0,5 ml asam format + 0,5 ml fehling

merah

kekuningan,

dipanaskan ada endapan cokelat


tua.
Warna biru
Tetap

A dan B.
Warna biru, dipanaskan tetap.
Dipanaskan dalam penangas selama
2 menit dan diamati perubahan.

Warna biru, dipanaskan tetap.

Diulangi percobaan dengan asam


asetat.
Diulangi percobaan dengan asam
propionat.
1. Reaksi garam karboksilat

No.
1.
2.

Langkah Percobaan
0,5 ml Na-Asetat + 0,5 ml FeCl3

Hasil Percobaan
Warna orange

hingga terbentuk warna merah.


Warna orange tua

Dipanaskan
Diamati perubahan yang terjadi.
B. Pembahasan
1. Pembentukan Asam Karboksilat
a. Oksidasi aldehid
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukkan 0,5 ml KMnO4 ke dalam
tabung reaksi dan menambahkan 2 tetes H2SO4 pekat. Kemudian dikocok agar larutan homogen.
Menambahkan 0,5 ml sampel asetaldehid lalu dipanaskan dalam penangas air, pemanasan
dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan perubahan yang terjadi
adalah larutan terasa panas, mengalami perubahan warna dari ungu menjadi cokelat, muncul
gelembung, dan bau menyengat. Percobaan di atas menunjukkan adanya reaksi positif dari
sampel asetaldehid karena terbentuknya asam karboksilat yang dibuktikan dengan bau yang
menyengat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O
R C H + [ O ] RCO2H
b. Hidrolisis ester
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukkan ke dalam tabung reaksi 0,25
ml H2SO4 dan 0,5 ml etil asetat. Maka didapatkan perubahan yang terjadi adalah larutan terasa
panas berwarna bening, dan bau yang dihasilkan adalah bau balon. Hal tersebut menunjukkan
adanya reaksi positif dari etil asetat karena munculnya bau balon yang menunjukkan ada proses
pembentukan asam karboksilat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O
+
H

/ OH-

R C OR + H2O RCO2H + HOR

c. Reaksi garam karboksilat dengan asam sulfat


Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukkan 0,5 ml larutan Na-asetat dan
0,5 ml H2SO4 encer. Kemudian mengocok agar larutan menjadi homogen dan dipanaskan agar
reaksi berlangsung lebih cepat. Maka didapatkan perubahan yang terjadi adalah larutan berwarna
bening, dan bau yang dihasilkan adalah bau kapur barus. Hal tersebut menunjukkan adanya
reaksi positif dari Na-asetat karena munculnya bau kapur barus yang menunjukkan ada proses
pembentukan asam karboksilat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2CH3CO2Na + H2SO4 Na2SO4 + 2CH3CO2H
2. Pembentukan Garam Karboksilat
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan 0,5 ml larutan sampel (asam asetat,
asam format, asam propionat) ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 0,5 ml NaOH. Kemudian
dikocok agar larutan homogen. Maka didapatkan perubahan yang terjadi secara berturut-turut
adalah pada sampel asam asetat larutan berwarna bening, sampel asam format larutan berwarna
bening, sampel asam propionat larutan berwarna bening dan terdapat gelembung. Hal tersebut
menunjukkan hanya asam propionat yang bereaksi positif pada pembentukan garam karboksilat,
yang ditunjukkan dengan munculnya gelembung. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Asam asetat
HCOOH + NaOH HCOONa + H2O
Asam format
C2H5COOH + NaOH C2H5COONa + H2O
Asam propionat
3. Esterifikasi

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml
etanol 70% lalu ditambahkan 0,5 ml asam asetat dan 3 tetes H2SO4 pekat Kemudian dikocok
agar larutan homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit, pemanasan dilakukan
untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan sebagai berikut pada sampel
asam format warna larutan bening, ada gelembung, setelah dipanaskan bau menyengat. Sampel
asam propionat warna larutan bening, setelah dipanaskan tetap bau sangat menyengat. Sampel
asam asetat warna larutan bening, setelah dipanaskan bau menyengat. Percobaan tersebut
diketahui bahwa asam propionat lebih reaktif daripada sampel yang lain, karena menghasilkan
bau yang sangat menyengat. Sampel asam asetat yang paling tidak bereaksi.
Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml
etanol absolut lalu ditambahkan 0,5 ml asam asetat dan 3 tetes H2SO4 pekat Kemudian dikocok
agar larutan homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit, pemanasan dilakukan
untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan sebagai berikut pada sampel
asam format ada gelembung, setelah dipanaskan bau menyengat. Sampel asam propionat warna
larutan bening, ada 2 lapisan (atas bening, bawah kuning) setelah dipanaskan tetap bau
menyengat. Sampel asam asetat warna larutan bening, setelah dipanaskan bau tidak menyengat.
Percobaan tersebut diketahui bahwa asam propionat lebih reaktif dari pada sampel yang lain,
karena menghasilkan bau yang menyengat. Asam asetat paling tidak bereaksi. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
+
H , kalor

CH3CO2H + CH3CH2OH CH3CO2CH2CH3 + H2O


Asam asetat etanol H2SO4 etil asetat
Reaksi yang terjadi pada etanol 70% dan etanol absolut adalah sama seperti di atas. Bedanya
hanya pada bau yang dihasilkan. Etanol 70% baunya adalah bau balon dan sedikit bau asetat
(menyengat). Sedangkan pada etanol absolut berbau balon (keton) saja. Hal ini disebabkan pada
etanol 70% terdapat 30% air, yang berfungsi sebagai pengikat air, sehingga ketika larutan
dituangkan ke air menghasilkan bau yang menyengat.
4. Oksidasi

a. Oksidasi dengan KMnO4


Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml
asam format dan ditambahkan 2 tetes KMnO4. Kemudian dipanaskan dalam penangas selama 2
menit, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan
utnuk sampel asam format warna cokelat, kemudian warna larutan menjadi bening setelah
ditambah sampel, setelah dipanaskan tidak ada endapan. Sampel asam asetat didapatkan warna
ungu, setelah dipanaskan ada endapan merah bata. Sampel asam propionat didapatkan warna
merah kekuningan, setelah dipanaskan ada endapan cokelat tua. Hal tersebut menunjukkan
bahwa asam asetat dan asam propionat lebih reaktif dari pada asam format dalam reaksi Oksidasi
dengan KMnO4. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Kalor

HCOOH + KMnO4- CO2+ H2O


Asam format
Kalor

CH3COOH + KMnO4- CH2 + CO2 + H2O


Asam asetat
Kalor

CH2CH3COOH + KMnO4- 2CH2 + CO2 + H2O


Asam propionat
b. Oksidasi dengan pereaksi fehling
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml asam
format dan ditambahkan 0,5 ml fehling A dan B. Kemudian dipanaskan dalam penangas selama
2 menit pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Pada sampel asam
format larutan terdiri atas dua bagian, lapisan atas berwarna biru tua dan lapisan bawah berwarna
kuning kecoklatan. Pada asam asetat, setelah dilakukan pemanasan pada larutan, tidak terjadi

perubahan secara fisik pada larutan, yakni larutan tetap berwarna biru muda. Hal ini
menunjukkan bahwa asam asetat tidak bisa dioksidasi oleh reagen fehling disebabkan karena
asam asetat tergolong asam lemah, sehingga memiliki daya oksidasi yang lemah pula dan tidak
dapat mereduksi larutan fehling. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:
Fehling A dan B (Kalor)

HCOOH + 2CuO CO2 + H2O + Cu2O


Asam format
Fehling A dan B (Kalor)

CH3COOH + 2CuO CH2CO2 + H2O + Cu2O


Asam asetat
Fehling A dan B (Kalor)

CH2CH3COOH + 2CuO CH2CH2CO2 + H2O + Cu2O


Asam Propionat
5. Reaksi garam karboksilat
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml
Na-Asetat dan ditambahkan 0,5 ml FeCl3 hingga terbentuk warna merah. Maka didapatkan
larutan berwarna orange setelah dipanaskan warna larutan berubah lagi menjadi warna orange
tua. Hal tersebut menunjukan bahwa terjadi reaksi positif dari na-asetat. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
3NaCH3COO + FeCl3 3NaCl + 3CH3COO- + Fe3+
6CH3COO- + 3Fe3+ + 2H2O [Fe (OH)2 (CH3COO)6]+ + 2H+
VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:


1. Percobaan dengan oksidasi aldehid didapatkan asetaldehid reaktif dalam pembentukan
asam karboksilat.
2. Percobaan hidrolisis ester didapatkan reaksi positif dari etil asetat karena timbulnya bau
balon yang menunjukkan proses pembentukan asam karboksilat.
3. Reaksi garam karboksilat dengan asam sulfat didapatkan reaksi positif dari Na-asetat
karena timbulnya bau kapur barus yang menunjukkan proses pembentukan asam
karboksilat.
4. Percobaan pembentukan garam karboksilat didapatkan asam propionat yang bereaksi
positif pada pembentukan garam karboksilat, ditunjukkan dengan munculnya gelembung.
5. Percobaan esterifikasi, dengan etanol diketahui sampel asam propionat lebih reaktif dari
pada sampel yang lain, karena menghasilkan bau yang sangat menyengat. Asam asetat
yang paling tidak bereaksi.
6. Percobaan oksidasi dengan KMnO4 didapatkan asam asetat dan asam propionat lebih
reaktif dari pada asam format dalam reaksi Oksidasi dengan KMnO4.
7. Percobaan reaksi garam karboksilat terjadi reaksi positif dari Na-asetat karena terjadi
perubahan pada saat pemanasan, dengan terbentuknya warna orange tua.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina Aksara.
Jakarta.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Binarupa Aksara. Jakarta.
Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. ITB. Bandung.

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN V
ALDEHID DAN KETON

NAMA : ANNISA SYABATINI


NIM : J1B107032
KELOMPOK : 5
ASISTEN : RIZKY EMMALIA

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2008
PERCOBAAN V

ALDEHID DAN KETON

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton dan
penggunaan aldehid dan keton untuk identifikasi senyawa.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu gugus fungsi yang kita yaitu aldehid. Aldehid adalah suatu senyawa yang
mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen.
Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran ana dengan
al. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida
(Petrucci, 1987).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada
nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai
berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana,
reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, 1997).
Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol primer.
Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi asam
karboksilat. Oksidasi khrompiridin komplek seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator
yang dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam
karboksilat (Petrucci, 1987).

Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat
pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa
organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak
mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Wilbraham, 1992).
Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir
semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO3),
phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4)
(Respati, 1986).
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi
oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah sekali dioksidasi, sedangkan
keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator yang sangat
lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol,
reduksi menjadi hidrokarbon dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung
hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada
alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik
elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan
tertarik pada bagian negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).
III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah termometer 1 buah, water bath 1
buah, tabung reaksi 6 buah, tutup tabung reaksi, plat pemanas, pipet tetes 10 buah.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aseton, asetaldehid,
sikloheksanon, eter, benzaldehid, NaOH, HCl, es batu, KMnO4, Besi (III) klorida,
pereaksi tollens, pereaksi benedict, pereaksi fenilhidrazin, larutan iodin dalam KI, larutan
amoniak 10%, larutan asam kromat, pereaksi fehling (A dan B), Natrium bisulfit,
AgNO3, fuchsin, formal dehida.

IV. PROSEDUR KERJA

1. Uji Fehling
a. Diisi masing-masing tabung reaksi 0,5 ml larutan reagen fehling A dan 0,5 ml reagen
fehling B.
b. Ditambahkan 0,5 ml asetaldehida dan dipanaskan selama 5 menit.
c. Diamati perubahan yang terjadi.
d. Diulangi percobaan dengan sampel aldehida dan keton lainnya.
2. Uji Tollens (Uji cermin Perak)
a. Dimasukkan 0,5 ml AgNO3 5%, 1 tetes larutan NaOH 6 N tetes demi tetes serta
amonia encer tetes demi tetes.
b. Diaduk kuat-kuat hingga tercampur sempurna.
c. Ditambahkan 0,5 ml sampel, dikocok, dan dibiarkan selama 5 menit.
d. Jika tidak ada reaksi, dipanaskan di dalam water bath suhu 400 C selama 5 menit.
e. Diamati perubahan yang terjadi.
3. Uji Iodoform
a. Dimasukkan 1 ml sampel dan 1 ml I2 dalam KI ke dalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan NaOH 6 M tetes demi tetes sampai larutan iodin berwarna kuning muda.
c. Didiamkan, bila dalam 5 menit belum terbentuk endapan, dipanaskan tabung reaksi dalam
penangas air bersuhu 600 C.
d. Diamati perubahan yang terjadi.

4. Oksidasi
a. Oksidasi dengan KMnO4
1. Dimasukan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml asam format dan ditambahkan 2 tetes
KMnO.
2. Dipanaskan dalam penangas selama 2 menit dan diamati perubahan yang terjadi.
3. Diulangi percobaan dengan asam asetat.
b. Osidasi dengan pereaksi fehling
1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml asam format dan ditambahkan 0,5 ml fehling A dan B.
2. Dipanaskan dalam penangas selama 2 menit dan diamati perubahan yang terjadi.
3. Diulangi percobaan dengan asam asetat.
5. Reaksi Garam Karboksilat
1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml Na-Asetat dan ditambahkan 0,5 ml FeCl3
hingga terbentuk warna merah.
2. Diamati perubahan yang terjadi.
V. HASIL PENGAMATAN

A. Hasil
1. Pembentukan asam karboksilat
No.
1.

Langkah Percobaan
Oksidasi Aldehid

Hasil Percobaan
Panas, dari ungu menjadi cokelat,

2.
3.

0,5 ml KMnO4 + 2 tetes H2SO4

Ada gelembung, ada endapan.

Pekat
Bau menyengat, 3 lapisan (putih,
Dikocok

cokelat, cokelat muda)

Ditambahkan 0,5 ml asetaldehid lalu Panas, warna bening, bau balon


dipanaskan dalam penangas air.
Warna bening, bau kapur barus.
Diperhatikan bau yang timbul.
Hidrolisis ester
0,25 ml H2SO4 + 0,5 ml etil asetat.
Diperhatikan bau yang timbul.
Reaksi garam karboksilat dengan
asam sulfat.
0,5 ml larutan Na-asetat + 0,5 ml
H2SO4 encer.
Diperhatikan bau yang timbul.
2. Pembentukan garam karboksilat

No.

Langkah Percobaan

1.

0,5 ml larutan garam asetat + 0,5 ml

2.
3.

Hasil Percobaan
Warna bening

NaOH.
Warna bening
Dikocok dan diamati perubahan yang
terjadi.
Diulangi percobaan dengan asam

Warna bening, ada gelembung.

format
Diulangi percobaan dengan asam
propionat.
3. Esterifikasi
No.
1.
2.

Langkah Percobaan

Hasil Percobaan

0,5 ml etanol 70% + 0,5 ml asam

Warna

asetat + 3 tetes H2SO4 pekat

dipanaskan

Dikocok dan dipanaskan dalam

menyengat.

bening,

setelah

tetap,

bau

penangas air selama 5 menit.


Warna
Dituang isi tabung reaksi ke dalam

bening,

setelah

dipanaskan ada gelembung, bau

air dan dicatat bau ester yang timbul. menyengat.


Sampel asam format

Warna

bening,

setelah

dipanaskan ada 2 lapisan (atas


Sampel asam propionat
Diulangi percobaan dengan etanol
absolut.
Sampel asam asetat

bening, bawah kuning), bau


sangat menyengat.
Warna
dipanaskan

bening,
tetap,

setelah
bau

tidak

menyengat
Sampel asam format
Warna
Sampel asam propionate

bening,

setelah

dipanaskan bau menyengat


Warna

bening,

setelah

dipanaskan ada 2 lapisan (atas


bening, bawah kuning), bau
menyengat
4. Oksidasi

No.

Langkah Percobaan

1.

a. oksidasi dengan KMnO4

2.

0,5 ml asam format + 2 tetes KMnO.

3.
1.
2.
3.

Dipanaskan dalam penangas selama


2 menit dan diamati perubahan.
Diulangi percobaan dengan asam
asetat.

Hasil Percobaan
Warna cokelat
Warna bening, tidak ada
endapan.
Warna ungu, dipanaskan ada
endapan merah bata.
Warna

Diulangi percobaan dengan asam


propionat.
b. oksidasi dengan pereaksi fehling
0,5 ml asam format + 0,5 ml fehling

merah

kekuningan,

dipanaskan ada endapan cokelat


tua.
Warna biru
Tetap

A dan B.
Warna biru, dipanaskan tetap.
Dipanaskan dalam penangas selama
2 menit dan diamati perubahan.

Warna biru, dipanaskan tetap.

Diulangi percobaan dengan asam


asetat.
Diulangi percobaan dengan asam
propionat.
1. Reaksi garam karboksilat

No.
1.
2.

Langkah Percobaan
0,5 ml Na-Asetat + 0,5 ml FeCl3

Hasil Percobaan
Warna orange

hingga terbentuk warna merah.


Warna orange tua

Dipanaskan
Diamati perubahan yang terjadi.
B. Pembahasan
1. Pembentukan Asam Karboksilat
a. Oksidasi aldehid
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukkan 0,5 ml KMnO4 ke dalam
tabung reaksi dan menambahkan 2 tetes H2SO4 pekat. Kemudian dikocok agar larutan homogen.
Menambahkan 0,5 ml sampel asetaldehid lalu dipanaskan dalam penangas air, pemanasan
dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan perubahan yang terjadi
adalah larutan terasa panas, mengalami perubahan warna dari ungu menjadi cokelat, muncul
gelembung, dan bau menyengat. Percobaan di atas menunjukkan adanya reaksi positif dari
sampel asetaldehid karena terbentuknya asam karboksilat yang dibuktikan dengan bau yang
menyengat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O
R C H + [ O ] RCO2H
b. Hidrolisis ester
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukkan ke dalam tabung reaksi 0,25
ml H2SO4 dan 0,5 ml etil asetat. Maka didapatkan perubahan yang terjadi adalah larutan terasa
panas berwarna bening, dan bau yang dihasilkan adalah bau balon. Hal tersebut menunjukkan
adanya reaksi positif dari etil asetat karena munculnya bau balon yang menunjukkan ada proses
pembentukan asam karboksilat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O
+
H

/ OH-

R C OR + H2O RCO2H + HOR

c. Reaksi garam karboksilat dengan asam sulfat


Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukkan 0,5 ml larutan Na-asetat dan
0,5 ml H2SO4 encer. Kemudian mengocok agar larutan menjadi homogen dan dipanaskan agar
reaksi berlangsung lebih cepat. Maka didapatkan perubahan yang terjadi adalah larutan berwarna
bening, dan bau yang dihasilkan adalah bau kapur barus. Hal tersebut menunjukkan adanya
reaksi positif dari Na-asetat karena munculnya bau kapur barus yang menunjukkan ada proses
pembentukan asam karboksilat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2CH3CO2Na + H2SO4 Na2SO4 + 2CH3CO2H
2. Pembentukan Garam Karboksilat
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan 0,5 ml larutan sampel (asam asetat,
asam format, asam propionat) ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 0,5 ml NaOH. Kemudian
dikocok agar larutan homogen. Maka didapatkan perubahan yang terjadi secara berturut-turut
adalah pada sampel asam asetat larutan berwarna bening, sampel asam format larutan berwarna
bening, sampel asam propionat larutan berwarna bening dan terdapat gelembung. Hal tersebut
menunjukkan hanya asam propionat yang bereaksi positif pada pembentukan garam karboksilat,
yang ditunjukkan dengan munculnya gelembung. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Asam asetat
HCOOH + NaOH HCOONa + H2O
Asam format
C2H5COOH + NaOH C2H5COONa + H2O
Asam propionat
3. Esterifikasi

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml
etanol 70% lalu ditambahkan 0,5 ml asam asetat dan 3 tetes H2SO4 pekat Kemudian dikocok
agar larutan homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit, pemanasan dilakukan
untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan sebagai berikut pada sampel
asam format warna larutan bening, ada gelembung, setelah dipanaskan bau menyengat. Sampel
asam propionat warna larutan bening, setelah dipanaskan tetap bau sangat menyengat. Sampel
asam asetat warna larutan bening, setelah dipanaskan bau menyengat. Percobaan tersebut
diketahui bahwa asam propionat lebih reaktif daripada sampel yang lain, karena menghasilkan
bau yang sangat menyengat. Sampel asam asetat yang paling tidak bereaksi.
Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml
etanol absolut lalu ditambahkan 0,5 ml asam asetat dan 3 tetes H2SO4 pekat Kemudian dikocok
agar larutan homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit, pemanasan dilakukan
untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan sebagai berikut pada sampel
asam format ada gelembung, setelah dipanaskan bau menyengat. Sampel asam propionat warna
larutan bening, ada 2 lapisan (atas bening, bawah kuning) setelah dipanaskan tetap bau
menyengat. Sampel asam asetat warna larutan bening, setelah dipanaskan bau tidak menyengat.
Percobaan tersebut diketahui bahwa asam propionat lebih reaktif dari pada sampel yang lain,
karena menghasilkan bau yang menyengat. Asam asetat paling tidak bereaksi. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
+
H , kalor

CH3CO2H + CH3CH2OH CH3CO2CH2CH3 + H2O


Asam asetat etanol H2SO4 etil asetat
Reaksi yang terjadi pada etanol 70% dan etanol absolut adalah sama seperti di atas. Bedanya
hanya pada bau yang dihasilkan. Etanol 70% baunya adalah bau balon dan sedikit bau asetat
(menyengat). Sedangkan pada etanol absolut berbau balon (keton) saja. Hal ini disebabkan pada
etanol 70% terdapat 30% air, yang berfungsi sebagai pengikat air, sehingga ketika larutan
dituangkan ke air menghasilkan bau yang menyengat.
4. Oksidasi

a. Oksidasi dengan KMnO4


Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml
asam format dan ditambahkan 2 tetes KMnO4. Kemudian dipanaskan dalam penangas selama 2
menit, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan
utnuk sampel asam format warna cokelat, kemudian warna larutan menjadi bening setelah
ditambah sampel, setelah dipanaskan tidak ada endapan. Sampel asam asetat didapatkan warna
ungu, setelah dipanaskan ada endapan merah bata. Sampel asam propionat didapatkan warna
merah kekuningan, setelah dipanaskan ada endapan cokelat tua. Hal tersebut menunjukkan
bahwa asam asetat dan asam propionat lebih reaktif dari pada asam format dalam reaksi Oksidasi
dengan KMnO4. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Kalor

HCOOH + KMnO4- CO2+ H2O


Asam format
Kalor

CH3COOH + KMnO4- CH2 + CO2 + H2O


Asam asetat
Kalor

CH2CH3COOH + KMnO4- 2CH2 + CO2 + H2O


Asam propionat
b. Oksidasi dengan pereaksi fehling
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml asam
format dan ditambahkan 0,5 ml fehling A dan B. Kemudian dipanaskan dalam penangas selama
2 menit pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Pada sampel asam
format larutan terdiri atas dua bagian, lapisan atas berwarna biru tua dan lapisan bawah berwarna
kuning kecoklatan. Pada asam asetat, setelah dilakukan pemanasan pada larutan, tidak terjadi

perubahan secara fisik pada larutan, yakni larutan tetap berwarna biru muda. Hal ini
menunjukkan bahwa asam asetat tidak bisa dioksidasi oleh reagen fehling disebabkan karena
asam asetat tergolong asam lemah, sehingga memiliki daya oksidasi yang lemah pula dan tidak
dapat mereduksi larutan fehling. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:
Fehling A dan B (Kalor)

HCOOH + 2CuO CO2 + H2O + Cu2O


Asam format
Fehling A dan B (Kalor)

CH3COOH + 2CuO CH2CO2 + H2O + Cu2O


Asam asetat
Fehling A dan B (Kalor)

CH2CH3COOH + 2CuO CH2CH2CO2 + H2O + Cu2O


Asam Propionat
5. Reaksi garam karboksilat
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml
Na-Asetat dan ditambahkan 0,5 ml FeCl3 hingga terbentuk warna merah. Maka didapatkan
larutan berwarna orange setelah dipanaskan warna larutan berubah lagi menjadi warna orange
tua. Hal tersebut menunjukan bahwa terjadi reaksi positif dari na-asetat. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
3NaCH3COO + FeCl3 3NaCl + 3CH3COO- + Fe3+
6CH3COO- + 3Fe3+ + 2H2O [Fe (OH)2 (CH3COO)6]+ + 2H+
VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:


1. Percobaan dengan oksidasi aldehid didapatkan asetaldehid reaktif dalam pembentukan
asam karboksilat.
2. Percobaan hidrolisis ester didapatkan reaksi positif dari etil asetat karena timbulnya bau
balon yang menunjukkan proses pembentukan asam karboksilat.
3. Reaksi garam karboksilat dengan asam sulfat didapatkan reaksi positif dari Na-asetat
karena timbulnya bau kapur barus yang menunjukkan proses pembentukan asam
karboksilat.
4. Percobaan pembentukan garam karboksilat didapatkan asam propionat yang bereaksi
positif pada pembentukan garam karboksilat, ditunjukkan dengan munculnya gelembung.
5. Percobaan esterifikasi, dengan etanol diketahui sampel asam propionat lebih reaktif dari
pada sampel yang lain, karena menghasilkan bau yang sangat menyengat. Asam asetat
yang paling tidak bereaksi.
6. Percobaan oksidasi dengan KMnO4 didapatkan asam asetat dan asam propionat lebih
reaktif dari pada asam format dalam reaksi Oksidasi dengan KMnO4.
7. Percobaan reaksi garam karboksilat terjadi reaksi positif dari Na-asetat karena terjadi
perubahan pada saat pemanasan, dengan terbentuknya warna orange tua.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina Aksara.
Jakarta.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Binarupa Aksara. Jakarta.
Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. ITB. Bandung.

IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN 3

IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

NAMA : RADEN ALIP RAHARJO

STAMBUK : A1C4 08 027

KELOMPOK :

LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2010

I. Tujuan dan Prinsip Percobaan


A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui teknik identifikasi senyawa aldehid dan keton

B. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan kali ini adalah identifikasi aldehid dan keton yang memiliki gugus karbonil didasarkan
pada test pereaksi 2,4 dinitrofenilhidrasin yang ditandai dengan endapan berwarna kuning atau merah

II. Teori
Sebagian besar komponen-komponen flavor yang terbentuk melalui reaksi-reaksi Mailard adalah dari
golongan aldehida, keton, diketon dan asam-asam lemak rantai pendek. Selain itu, senyawa-senyawa
heterosiklik yang mengandung nitrogen, sulfur atau kombinasi keduanya juga berkontribusi dalam

pembentukan flavor dari bahan organik yang mengalami reaksi-reaksi pencoklatan. Namun,
pembentukan flavor dari golongan aldehida, keton, alkohol, ester dan asam-asam dari komponen
lemak-minyak dalam bahan organik tanaman, secara alami mungkin saja dapat terjadi terutama selama
penyimpanan, melalui reaksi hydroxyacid cleavage membentuk senyawa-senyawa lakton, atau reaksi
beta oksidasi dan/atau reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh lipoksigenase (Yasni, 2003)

Keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah gugus karbonil sebuah ikatan
rangkap C=O. Keton termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugusgugus reaktif yang lain seperti OH atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon di gugus karbonil seperti yang bisa ditemukan misalnya pada asam-asam karboksilat yang mengandung gugus - COOH.
Contoh-contoh keton. Pada keton, gugus karbonil memiliki dua gugus hidrokarbo yang terikat padanya.
Sekali lagi, gugus tersebut bisa berupa gugus alkil atau gugus yang mengandung cincin benzen. Disini kita
hanya akan berfokus pada keton yang mengandung gugus alkil untuk menyederhanakan pembahasan
(Novan, 2008)

Aldehida dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya aldehida lebih reakstif
dibandingkan dengan keton. Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehida dengan
mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi gugus fungsi ini. Hasilnya mudah dilihat. Uji yang
paling banyak digunakan untuk deteksi aldehida adalah uji Tollens, Benedict, dan Fehling (Matta,1992)

Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa yang memiliki gugus karbonil. Identifikasi secara
umum dapat dilakukan dengan test reaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin. Reaksi ini menunjukkan positif untuk
gugus karbonil senyawa aldehid maupun keton dengan terbentuknya senyawa 2,4-dinitrofenihidrasin
berupa endapan berwarna kuning/merah (Abraham, 2010)

Sejak kita sudah melihat di teori bagaimana suatu nucleophile menyerang suatu carbonyl kelompok,
lets kembali untuk reaksi yang riil dengan mana kita memulai bab ini: cyanohydrin formasi dari suatu
carbonyl campuran dan sianida sodium. Sianida berisi sp yang hybridized C dan N atom, dan yang HOMO
nya adalah suatu sp orbital pada atas karbon. Reaksi adalah suatu reaksi penambahan nucleophilic khas
bagi suatu carbonyl menggolongkan: elektron memasangkan dari HOMO dari CN ( suatu sp yang orbital
pada [atas] karbon) pindah ke C=O* orbital; elektron dari C=O gerak orbital ke atas atom oksigen.
Reaksi pada umumnya dilaksanakan di hadapan cuka, yang mana protonates menghasilkan alkoxide

untuk memberi kelompok hidroksit dari golongan fungsional gabungan mengenal sebagai suatu
cyanohydrin. Reaksi bekerja dengan kedua-duanya ketones dan aldehid (Clayden, 2001)

III. Metode Praktikum


A. Alat dan bahan yang digunakan
Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
a) Tabung reaksi
b) Pipet tetes
c) Gelas ukur
d) Corong
e) Penangas air
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
a) Larutan uji (aldehid, keton, dan senyawaa organik lain yang tidak memiliki gugus karbonil)
b) Etanol 95%
c) Asam sulfat pekat
d) Ammonium hidroksida encer
e) Larutan perak nirat
f) Larutan NaOH 10%
g) 2,4-dinitrofenilhidrasin
h) Aquades
i) Kertas saring

C. Pembahasan
Gugus karbonil ialah satu atom karbon dan satu atom oksigen yang dihubungkan dengan ikatan ganda
dua. Gugus ini merupakan salah satu gugus fungsi yang paling banyak terdapat di alam. Aldehida adalah
senyawa karbonil yang karbon karbonilnya (karbon yang terikat pada oksigen) selalu berikatan dengan
paling sedikit satu hidrogen. Sedangkan keton adalah senyawa organik yang karbon karbonilnya
dihubungkan dengan dua karbon lain. Karena keduanya menggandung gugus karbonil, sifat kimia
aldehid dan keton hampir serupa. Baik aldehid dan keton sangat reaktif, tetapi aldehida lebih reaktif
dibandingkan dengan keton. Aldehida dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul. Titik
didihnya lebih rendah dibandingkan dengan alkohol karena tidak terdapat gugus hidroksil (-OH) pada
aldehida dan keton Percobaan yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah identifikasi senyawa
Aldehid dan Keton yang bertujuan untuk mempelajari dan memperkenalkan salah satu metode
identifikasi senyawa berdasarkan perbedaan gugus fungsi serta identifikasi secara kimia senyawa yang
termasuk dalam golongan aldehid maupun keton. Percobaan dilakukan dengan dua tahap, yaitu pada
tahap pertama uji senyawa aldehid dan keton menggunakan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin, yang
kedua adalah uji senyawa aldehid dan keton dengan metode uji tollens. Hal yang dilakukan pertama kali
dalam percobaan ini yaitu menguji pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin dengan menggunakan asam sulfat
(H2SO4) pekat yang bertujuan untuk melarutkan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin dimana kita ketahui
bahwa asam bersifat korosif sehingga mampu melarutkan 2,4-dinitrofenilhidrasin. Pereaksi 2,4dinitrofenilhidrasin perlu dilarutkan sebab aldehid dan keton cenderung berwujud cairan bila massa
molekulnya rendah. Selain itu juga dilakukan penambahan aquades. Aquades di sini berfungsi sebagai
katalis saja yakni membantu asam sulfat pekat untuk melarutkan 2,4-dinitrofenilhidrasin. Yang
menghasilkan warna orange atau kuning kemerahan yang merupakan warna dari pereaksi 2,4dinitrofenilhidrasin.

Langkah selanjutnya dilakukan penambahan etanol, sehingga terbentuk endapan orange. Endapan yang
timbul akibat penambahan etanol disebabkan karena di dalam larutan tersebut terdapat asam sulfat.
Etanol bersifat basa karena mempunyai gugus hidroksil (-OH) sehingga pada saat ditambahkan dengan

larutan yang bersifat asam, maka akan terbentuk endapan dalam hal ini endapan garam, yang memiliki
warna orange karena dalam larutan tersebut terdapat 2,4-dinitrofenilhidrasin yang memilki warna
orange.

Setelah itu dilakukan pengujian terhadap beberapa sampel. Sampel pada pengujian ini berjumlah 5
sampel. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sampel mana yang menggandung gugus karbonil (
C=O). Sejalan dengan tujuan tersebut, untuk mengetahui apakah dalam sampel tersebut terdapat gugus
karbonil, maka larutan sampel tersebut diuji dengan menggunakan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin
dengan sedikit bantuan aquades (H2O). Penambahan aquades (H2O) akan menambah jumlah proton
pada oksigen yang negatif. Penambahan jumlah proton pada oksigen ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan konsep serangan terhadap gugus karbonil baik itu elktrofil maupun nukleofil. Dalam
pembahasan ini dianggap bahwa air memiliki muatan positif yang berasal dari H+ dan memiliki muatan
negatif yang berasal dari OH-. Nukleofil dalam hal ini OH- menyerang atom karbon (C) pada ikatan ganda
dua karbon-oksigen. Serangan OH- terhadap karbon disebabkan karena karbon mempunyai muatan
positif parsial, karena elektron lebih tertarik pada atom oksigen, sebab oksigen memiliki
keelektonegatifan yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbon ( C ).

Pengujian selanjutnya adalah dengan uji tollen, dimana ion kompleks perak ammonia direduksi oleh
aldehid menjadi logam perak. Hal ini ditunjukkan dengan adanya cermin perak yang mengendap pada
permukaan sebagai cermin dalam reaksi senyawa aldehid, formaldehid dan glukosa. Penambahan
Amonia encer dalam uji menggunakan tollen dimaksudkan untuk diperoleh komplek Cu sebab perak
hidroksida tidak larut dalam air, jadi ion perak harus dikomplek dulu oleh ammonia dalam suasana basa
agar tetap larut. Reaksi pembentukan cermin perak adalah
RCHO + 2Ag(NH3)2+ + 2HO- 2Ag + RCOO- + H2O + NH4+ + NH3
cermin perak

V. Simpulan

Simpulan pada percobaan ini adalah bahwa Aldehid dan keton merupakan senyawa yang memiliki gugus
karbonil. Identifikasi aldehid dan keton dapat dilakukan dengan test reaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin, yang
berupa endapan berwarna kuning/merah. Test pereaksi tollen digunakan untuk membedakan aldehid
dengan keton, yang menghasilkan endapan perak sebagai cermin.
RCHO + 2Ag(NH3)2+ + 2HO- 2Ag + RCOO- + H2O + NH4+ + NH3
cermin perak

Daftar Pustaka

Abraham. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Laboratorium Pengembangan Unit Kimia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Haluoleo. Kendari
Clayden. J. 2001. Organic Chemistry. McGraw-Hill. Sydney
Yasni, Sedarnawati. 2003. Isolasi dan Identifikasi Komponen Volatil Biji Atung (Parinarium glaberrimum
Hassk). Kampus IPB Darmaga. Bogor

LAPORAN PRAKTIKUM ALDEHID DAN KETON

ALDEHID DAN KETON

5.1 PENDAHULUAN
5.1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton.
2. Menggunakan aldehid dan keton untuk mengidentifikasi senyawa.

5.1.2 Latar Belakang


Di alam ini terdapat bermacam-macam jenis senyawa di antaranya adalah senyawa-senyawa
karbonil yang terdiri atas senyawa keton dan aldehid. Di mana kedua senyawa tersebut banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saja pada senyawa aldehid berupa formalin yang
sering digunakan dalam pengawaten mayat. Etanal atau asetaldehida digunakan dalam pembuatan zat
pewarna. Sedangkan dalam senyawa keton misalnya saja aseton yang yang digunakan oleh wanita untuk
membersihkan koteks pada kuku. Dari sini dapat kita ketahui bahwa betapa pentingnya mempelajari
senyawa-senyawa ini.

5.2 DASAR TEORI

Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil (C =
O). Rumus umum struktur aldehid dan keton seperti tertulis dibawah ini dengan R adalah alkyl atau aril
O


R-C-H
suatu aldehid

R-C-R
suatu keton

(Fessenden dan Fessenden, 1990).


Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas yang membedakannya. Umumnya aldehid berbau
merangsang dan keton berbau harum. Misalnya, transinamaldehida adalah komponen utama minyak
kayu manis dan enantiomerenantiomer karbon yang menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen
(Fessenden dan Fessenden, 1997).
Sifat fisis dari aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon Sp2 yang
dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan pi. Ikatanikatan
sigma gugus karbonil terletak dalam suatu bidang dengan sudut ikatan kira-kira 120oC di sekitar karbon
Sp2. Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang ikatan-ikatan sigma
tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan elektron-elektron dalam ikatan sigma dan terutama
elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonil
mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Semua sifat-sifat struktural ini kedataran, ikatan pi,
polaritas dan adanya elektron menyendiri, mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil
(Fessenden dan Fessenden, 1990).
Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul, karena tidak ada gugus
hidroksil dan dengan demikian titik didihnya menjadi lebih rendah dari alkohol padanannya. Tetapi
aldehid dan keton tarik menarik melalui interaksi antara polar-polar, sehingga titik didihnya menjadi
lebih tinggi dibanding alkana padanannya (Wilbraham, 1992).
Ciri polar gugus karbonil memberikan petunjuk untuk mengerti sifat kimia senyawa karbonil. Atom
karbon gugus karbonil adalah ujung positif dipol dan atom oksigen adalah ujung negatif. Nukleofil
mengadisi pada atom karbon karbonil, dan elektrofil mengadisi pada atom oksigen karbonil (Pine, 1988).
Formaldehida, suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40 % dalam air dinamakan
formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan. Formaldehida juga digunakan dalam
pembuatan resin sintetik. Polimer dari formaldehida, yang disebut para formaldehida, juga digunakan
sebagai antiseptic dan insektisida (Petrucci, 1999).

Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air yang polar. Anggota
deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan aseton yang bersifat larut dalam air dalam
segala perbandingan. Aldehida bersifat netral, suku-suku dengan 4 karbon tak larut dalam HO berbau
tajam dan enak, tetapi yang mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga dan di
dalam industri wangi-wangian (Riawan, 1989).
Aldehid dan keton bersifat netral. Siku-siku yang rendah larut dalam air dan pelarut organik. Siku
yang lebih dari 4c akan tidak larut dalam air. Aldehid-aldehid yang rendah seperti formaldehida dan
asetaldehida berbau tidak sedap dan menyengat. Sedangkan aldehid yang berantai panjang dalam
larutan encer baunya seperti bunga (Riawan, 1989).

5.3 METODOLOGI
5.3.1 Alat Dan Bahan
5.3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah termometer, water bath, tabung reaksi, tutup
tabung reaksi, plat pemanas dan pipet tetes.
Gambar 5.1 Deskripsi Alat

5.3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah dietil eter, formaldehid, sikloheksanon, NaOH, HCl, Es batu, KMnO4,
larutan iodin dalam KI, larutan amonia 10%, pereaksi fehling A dan B, Natrium Bisulfit, AgNO3, asam
sulfat dan fenilhidrazin 1%.

5.3.2 Prosedur Kerja


5.3.2.1 Uji Fehling
1. Mengisi tiap tabung reaksi dengan 1 ml reagen Fehling A dan B.
2. Menambahkan pada tiap tabung reaksi dengan masing masing sampel aldehid dan keton.
3. Memanaskan selama 5 menit, mengamati perubahan yang terjadi.
4. Mengulangi percobaan di atas untuk semua sampel aldehid dan keton.

5.3.2.2 Uji Tollens (uji cermin perak)


1. Memasukkan 1 ml AgNO3 5%, 2 tetes larutan NaOH 10% serta amonia encer tetes demi tetes, aduk
hingga tercampur.
2. Menambahkan dengan 1 ml sampel aldehid ataupun keton, kocok dan mmembiarkan selama 5 menit.
3. Memanaskan dalam water bath bersuhu 40oC selama 5 menit, mengamati perubahan yang terjadi.
4. Mengulangi percobaan di atas dengan semua sampel aldehid dan keton.

5.3.2.3 Uji Iodoform

1. Memasukkan 1 ml sampel pada tiap tabung reaksi.


2. Menambahkan pada tiap tabung 1 ml I2 dalam KI.
3. Menambahkan NaOH 6 M tetes demi tetes hingga iodine berwarna kuning, mendiamkan.
4. Memanaskan jika dalam 5 menit tidak terdapat endapan, mengamati perubahan yang terjadi.
5. Mengulangi percobaan di atas dengan semua sampel aldehid dan keton.

5.3.2.4 Pembentukan Damar


1. Memasukkan setiap 1 ml sampel aldehid atau keton ke dalam setiap tabung reaksi.
2. Menambahkan 1 ml NaOH pekat dalam tiap tabung reaksi.
3. Memanaskan selama 5 menit (sampai terbentuk endapan)
4. Mendinginkan secepatnya dalam air.
5. Mengamati warna dan bentuk gumpalan yang terjadi.
6. Mengulangi prosedur di atas dengan semua sampel aldehid dan keton.

5.3.2.5 Uji Adisi Natrium Bisulfit


1. Menyiapkan 2 tabung reaksi.
2. Mengisi tabung reaksi 1 dengan 1 ml Na-bisulfit dan menambahkan dengan 1 ml sampel aldehid atau
keton, mengocok dan mengamati perubahannya.
3.

Mengisi tabung reaksi 2 yang dicelupkan dalam es lalu menambahkan 1 ml Na-bisulfit jenuh dan
menambahkan 1 ml sampel aldehid atau keton, mengocok dan mengamati perubahannya.

4. Mengulangi percobaan di atas untuk semua sampel aldehid dan keton.

5.3.2.6 Uji Pembentukan Asam Karboksilat


1. Memasukkan 1 ml KMnO4, 4 tetes larutan asam sulfat pekat dan 1 ml sampel.
2. Memanaskan dan memperhatikan bau yang timbul.
3. Mengulangi percobaan di atas untuk semua sampel aldehid dan keton.

5.3.2.7 Reaksi Pembentukan Fenilhidrazin


1. Memasukkan 1 ml sampel dan 1 ml fenilhidrazin 1% (dalam HCl 5%).
2. Mengamati perubahan yang terjadi.
3. Mengulangi prosedur di atas dengan semua sampel aldehid dan keton.

5.4 HASIL DAN PEMBAHASAN


5.4.1 Data Hasil Pengamatan
Tabel 5.4.1.1 Uji Fehling
No.
1.

Langkah Kerja

Hasil Pengamatan

1ml fehling A + 1ml fehling B ke dalam tabung Warna biru tua


reaksi

2.

Menambahkan masing-masing sampel


1ml fehling A + 1ml fehling B + 1ml dietil eter
Memanaskan selama 5 menit

Terdapat 2 lapisan diatas


bening, di bawah biru tua

1ml fehling A + 1ml fehling B + 1ml Warna biru tua


sikloheksanon
Memanaskan 5 menit

Terdapat 2 lapisan, di atas


bening di bawah biru tua

1ml fehling A + 1ml fehling B + 1ml Terdapat 2 lapisan,di atas


formaldehida

bening di bawah keruh

Memanaskan 5 menit

Terdapat 3 lapisan, hijau

muda, hijau tua, biru tua


Warna menjadi coklat keruh

Tabel 5.4.1.2 Uji Tollens


No.
1.

Langkah Kerja

1ml AgNO3 5% + 2 tetes larutan NaOH 10% + 10 Warna abu-abu tua, terdapat
tetes amonia

2.

Hasil Pengamatan

endapan

AgNO3 5% + NaOH 10% + amonia + 1ml dietil Warna endapan abu-abu


eter
Memanaskan 5 menit
AgNO3 5% + NaOH 10% + amonia + 1ml

Warna endapan coklat dan

di

sikloheksanon

permukaan

terdapat

endapan

AgNO3 5% + NaOH 10% + amonia + 1ml


formaldehid

Terdapat endapan berwarna


abu-abu tua di atas endapan
ada larutan yang berwarna

Memanaskan 5 menit

bening

Tabel 5.4.1.3 Uji Iodoform


No.
1.

Langkah Kerja

Hasil Pengamatan

1ml dietil eter + 1ml I2 dalam KI + 10 tetes NaOH Warna larutan kuning susu
6M
Memanaskan

2.

1ml sikloheksanon + 1ml I2 dalam KI + 10 tetes kuning di bawah putih susu


NaOH 6M
Memanaskan
1ml formaldehid + 1ml I2 dalam KI + 10 tetes

3.

Terdapat 2 lapisan di atas

NaOH 6M
Memanaskan

Warna larutan bening

Tabel 5.4.1.4 Pembentukan Damar


No.
1.

Langkah Kerja
1ml dietil eter + 1ml NaOH pekat

Hasil Pengamatan
Terdapat 2 lapisan di atas
bening di bawah keruh

2.

Memanaskan 5 menit lalu mendinginkan


1ml sikloheksanon + 1ml NaOH pekat

Warna menjadi bening


terdapat 2 lapisan di atas
bening di bawah kuning
keruh
warna tetap

3.

Memanaskan 5 menit lalu mendinginkan

warna bening

1ml formaldehid + 1ml NaOH pekat

warna tetap

Memanaskan 5 menit lalu mendinginkan

Tabel 5.4.1.5 Uji Adisi Natrium Bisulfit


No.
1.

Langkah Kerja
1ml Na bisulfit jenuh + 1ml dietil eter

Hasil Pengamatan
Warna bening, terdapat 2
lapisan di bawah lebih kental
Warna bening, terdapat 2
lapisan di atas cairan lebih

1ml Na bisulfit jenuh + 1ml dietil eter


(tabung dicelupkan dalam es)

sedikit
Terdapat butiran-butiran gel
Dalam gel terdapat lapisan

2.

1ml Na bisulfit jenuh + 1ml sikloheksanon

di bawah lebih kental

1ml Na bisulfit jenuh + 1ml sikloheksanom Warna jernih


(tabung dicelupkan dalam es)

Warna jernih

1ml Na bisulfit jenuh + 1ml formaldehid


1ml Na bisulfit jenuh + 1ml formaldehid

tabung dicelupkan dalam es )

3.

Tabel 5.4.1.6 Reaksi Pembentukan Asam Karboksilat


No.
1.

Langkah Kerja

Hasil Pengamatan

1ml KmnO4 + 4 tetes asam sulfat pekat + 1ml Berbau menyengat


dietil eter dan memanaskan

2.

1ml KmnO4 + 4 tetes asam sulfat pekat + 1ml


sikloheksanon dan memanaskan
1ml KmnO4 + 4 tetes asam sulfat pekat + 1ml

3.

Berbau tapi tidak menyengat


Berbau tapi tidak menyengat

formaldehid dan memanaskan

Tabel 5.4.1.7 Reaksi Pembentukan Fenilhidrazin


No.

Langkah Kerja

Hasil Pengamatan

1.

1ml dietil eter + 1ml fenilhidrazin

Terdapat 2 lapisan di atas


kuning bening di bawah
kuning susu
lapisan di atas kuning di

2.

1ml sikloheksanon + 1ml fenilhidrazin

bawah bening
warna kuning susu

3.

1ml formaldehid + 1ml fenilhidrazin

5.4.2 PEMBAHASAN
5.4.2.1 Uji fehling
Uji fehling dilakukan untuk mengetahui kekuatan suatu aldehida dan keton teroksidasi. Larutan
fehling terdiri dari fehling A yaitu CuSO4 yang berwarna biru muda dan fehling B adalah NaOH +
Naktartat. Larutan fehling kemudian ditambahkan dengan sampel formaldehida, aseton dan
sikloheksanon menghasilkan warna biru tua. Hal ini terjadi karena Cu2+ terdapat dalam ion kompleks.
Setelah larutan dipanaskan, pada formaldehid terdapat endapan coklat dan larutan keruh. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
O


HCOH + 2Cu2+ + 5OH-

H-COO - + 3 H2O + Cu2O

. . .(1)

Endapan coklat terjadi kemungkinan besar karena tabung reaksi yang digunakan kurang bersih.
Pada sampel dietil eter dan sikloheksanon tidak terjadi endapan merah bata. Hal ini karena dietil eter
dan sikloheksanon lebih sulit untuk dioksidasi daripada formaldehid. Jadi untuk formaldehid
menghasilkan reaksi (+) pada uji fehling dan pada sampel dietil eter dan sikloheksanon nenghasilkan
reaksi (-) pada uji fehling.

5.4.2.2 Uji tollens


Percobaan uji tollens atau cermin perak digunakan untuk dapat atau tidaknya keton dan aldehid
dioksidasi menjadi asam karboksilat. Untuk dietil eter terdapat endapan berwarna abu-abu,
sikloheksanon terdapat warna endapan coklat, dan di permukaan terdapat endapan, sedangkan pada
formaldehid terdapat endapan berwarna abu-abu tua dan di atas endapan terdapat larutan yang
berwarna bening. Hal ini membuktikan bahwa pada dietil eter dan formaldehid (+) menjadi cermin
perak karena terdapat endapan logam, ini terjadi karena Ag+ yang ada tereduksi dan Ag+ inilah yang
bertindak sebagai oksidator. Hal ini menunjukkan bahwa aldehid lebih mudah teroksidasi daripada
keton. Reaksi cermin perak pada formaldehid dapat ditulis sebagai berikut:
2 AgNO3+2NaOHAg2O+H2O+2NaNO3
Ag2O+4NH3+H2O2Ag(NH3)2+2OH-

. . . . . (2)
. . . . . (3)

CH2O+2Ag(NH3)2+3OH-H-C-O-NH4+2Ag+3H2ONH3

O
Berarti untuk uji tollens aldehid bereaksi (+) dan keton (-).

5.4.2.3 Uji Iodoform

. . . . (4)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui bisa atau tidaknya suatu aldehid dan keton untuk diionisasi.
Pada tiga sampel yang ditambahkan pada iodin dan NaOH semuanya tidak membentuk endapan. Pada
sampel dietil eter warna larutan kuning susu, sikloheksanon terdapat 2 lapisan di atas kuning di bawah
putih susu sedangkan pada formaldehid larutan berwarna bening. Seharusnya pada sikloheksanon dapat
membentuk endapan iodoform (CHI3) dan terbentuk jika asam H alfa mengikat gugus keton metil.
Contoh reaksi keton sebagai berikut:
CH3COOCH3+3I2CH3COOH- +CH3I

. . . . . (5)

Aseton
Kemungkinan tidak terbentuk endapan pada sikloheksanon ialah karena pemanasan yang kurang
lama atau pengamatan yang kurang teliti. Kemungkinan lain adalah karena sampel sikloheksanon yang
digunakan terkontaminasi unsur lain atau karena penggunaan tabung reaksi yang kurang bersih.
5.4.2.4 Pembentukan Damar
Pada percobaan ini sampel ditambahkan larutan HCL 6 M dan semuanya tidak menghasilkan
endapan. Pada dietil eter terdapat 2 lapisan di atas bening dan di bawah keruh, sikloheksanon terdapat
2 lapisan di atas bening di bawah kuning keruh dan pada formaldehid warna bening. Damar atau amorf
hanya dapat terjadi bila suatu keton atau aldehida memiliki hidrogen alfa yang berikatan dengan basa
kuat. Reaksi pembentukan damar adalah sebagai berikut:
O

O
NaOH pekat

2HCH

HCONa + CH3OH

. . . . . (6)

5.4.2.5 Uji Adisi Natrium Bisulfit


Pada saat 1ml Natrium bisulfit ditambahkan dengan formaldehid ternyata tidak terjadi reaksi.
Berbeda ketika senyawa natrium bisulfit ditambahkan pada sikloheksanon yang kemudian membentuk
gumpalan putih (gel). Hal ini akibat terjadinya pemutusan ikatan gugus karbonil pada reaksi adisi.

Pada umumnya keton kurang reaktif pada nukleofil, kedua gugus ini merapat sehingga keterikatan
yang ditimbulkan pada adisi terhadap aldehid lebih kecil daripada keton.
Reaksi adisi dengan natrium bisulfit akan menghasilkan senyawa yang berbentuk kristal. Reaksi
yang terjadi sebagai berikut:

CH3

CH3-C-CH3 + NaHSO3CH3- C-SO3Na

. . . . . (7)

OH

5.4.2.6 Reaksi Pembentukan Asam Karboksilat


Pada percobaan ini diketahui senyawa apa saja diantara aldehid dan keton yang dapat dioksidasi
dengan menggunakan KMnO4 encer. Pada uji ini oksidator yang digunakan adalah KmnO4 dengan
pemberian suasana asam, yaitu: H2SO4.

5.4.2.7 Reaksi Pembentukan Fenilhidrazin

Pada percobaan ini dihasilkan dieil eter dicampur dengan 1ml fenilhidrazin terdapat 2
lapisan di atas kuning bening, di bawah kuning susu. Pada sikloheksanon terdapat 2 lapisan diatas
kuning dan di bawah bening sedangkan formaldehid larutan berwarna kuning susu. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut:
O

NH H-

R C R + H2N NHC6H5

RCR + H2O

. . . . . (8)

NH H-

R C H + H2N NHC6H5

RCH + H2O

. . . . . (9)

5.5 PENUTUP
5.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Pada uji tollens (uji cermin perak) menghasilkan bahwa pada sampel dietil eter dan formaldehid (+)
menjadi cermin perak dan sikloheksanon (-).
2. Pada uji fehling formaldehid menghasilkan reaksi (+) dan pada sampel dietil eter dan sikloheksanon
menghasilkan reaksi (-).
3. Pada uji iodoform seharusnya sikloheksanon membentuk endapan

iodoform, kemungkinan karena

praktikan kurang teliti dan tabung reaksi kurang bersih sehingga sikloheksanon tidak membentuk
endapan.
4. Aldehid memiliki bau yang merangsang sedangkan keton memiliki bau yang harum.
5. Pada reaksi pembentukan fenilhidrazin, semua reaksi ini menghasilkan molekul air.

5.5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya praktikan lebih teliti lagi dalam mengamati perubahan
yang terjadi pada sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R. J. dan Joan, S. Fessenden, 1990, Kimia Organik, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Fessenden, R. J. dan Joan, S. Fessenden, 1997, Dasar-Dasar Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.

Petrucci,R. H, 1999, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga, Jakarta.

Pine, Stanley. H, 1988, Kimia Organik I, Penerbit ITB, Bandung.

Riawan, S, 1989, Kimia Organik, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Wilbraham, A. C. dan Michael S, Matta, 1992, Pengantar Kimia Organik dan Hayati, ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai