BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah
visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga
Berkualitas tahun 2015. Dalam paradigma baru program Keluarga
Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati
hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas
keluarga. (Saifuddin, 2006).
Berdasarkan visi dan misi tersebut, Program Keluarga Berencana
Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas
penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional terseut dapat
dilihat pada pelaksanaan Program Making Pregnancy Safer (MPS). Salah
satu pesan kunci dalam Rencana Strategi Nasional MPS adalah bahwa setiap
kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan
pesan kunci tersebut, Keluarga Berencana merupakan upaya pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar dan utama (Syaifuddin, 2006).
Lebih dari tiga dasawarsa program Keluarga Berencana Nasional
dilaksanakan di Indonesia. Selama kurun waktu tersebut telah banyak hasil
yang dicapai, salah satu bukti keberhasilan program antara lain semakin
tingginya angka pemakaian kontrasepsi. Menurut data demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 memperlihatkan jumlah peserta
1
Keluarga Berencana untuk semua cara tercatat sebesar 61,4%. Bila dirinci
lebih lanjut, proporsi peserta Keluarga Berencana yang terbanyak adalah
suntik (31,6%), diikuti oleh pil (13,2%), AKDR (4,8%), sterilisasi wanita
(3,1%), implant (2,8%), senggama terputus (2,2%), pantang berkala (1,5%)
kondom (1,3%), sterilisasi pria (0,4%) dan metode lainnya (0,2%) (Data
SDKI, 2007).
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebagai kontrasepsi yang
mempunyai efektifitas cukup tinggi untuk mencegah kehamilan dalam jangka
waktu yang lama. Kegagalannya hanya 0,6 0,8 kehamilan/ 100 perempuan
dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan), jangka
waktu pemakaian 10 tahun, murah dan sederhana, akan segera efektif
begitu terpasang di rahim dan tidak perlu mengingat-ingat atau
pun
kasus mencatat para suami mengeluh bahwa terdapat gangguan pada saat
berhubungan.
Pada Tahun 2010 diperkirakan lebih dari 100 juta wanita yang
memakai AKDR, sebagian besar penggunanya ( 30%) terdapat di Cina. Di
negara maju angka penggunaan AKDR hanya 6% dan di Afrika bahkan hanya
0,5%. Sementara di Indonesia sendiri pemakai AKDR adalah 22,6% dari
semua pemakai metoda kontrasepsi yang berjumlah 29 juta jiwa. (Hanafiah,
2010).
Sementara itu dari dinas kesehatan Pekanbaru tahun 2010, Pasangan
usia subur (PUS) 124.345 dengan jumlah akseptor KB aktif 87.531 orang,
dimana akseptor KB yang menggunakan Metode Operatif Pria/Metode
Operatif Wanita berjumlah 2466 orang (2,56%). Implant 4.520 orang
(5,16%), suntik 35.662 orang (40,74%), AKDR 14.316 orang (16,36%), pil
26.512 orang (30,29%).
Dan data yang penulis dapatkan pada kantor Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011
data akseptor KB Puskesmas Air Molek dengan jumlah PUS 4601 orang,
akseptor KB aktif sebanyak 2815 orang dengan perincian sebagai berikut :
yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebanyak 1953 orang (69.38%),
Pil sebanyak 545 orang (19.36%), kondom sebanyak 66 orang (2.34%),
MOW sebanyak 9 orang (0.32%), dan implant sebanyak 151 orang (5,36%),
dan AKDR sebanyak 91 orang (3,23%).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasikan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan penggunaan kontrasepsi
AKDR
2. Apakah ada hubungan antara karakteristik budaya ibu dengan penggunaan
kontrasepsi AKDR
3. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan penggunaan
kontrasepsi AKDR.
4. Apakah ada hubungan antara sikap ibu dengan penggunaan kontrasepsi AKDR.
5. Apakah ada hubungan antara sosial ekonomi ibu dengan penggunaan
kontrasepsi AKDR.
6. Apakah ada hubungan antara penyuluhan petugas kesehatan dengan
penggunaan kontrasepsi AKDR.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
diatas, dimana penggunaan kontrasepsi AKDR dihubungkan dengan berbagai
faktor yang sangat luas yang tidak mungkin dapat diamati secara keseluruhan,
maka kajian penelitian ini hanya di batasi pada:
1.
2.
3.
2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kontrasepsi AKDR
1. Pengertian Kontrasepsi AKDR
Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Keluarga
Berencana, pengertian keluarga berencana adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
Keluarga Berencana adalah suatu usaha yang mengatur jumlah
kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi,
ayah serta keluarga yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian
sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut (Suratun, 2008).
Keluarga Berencana adalah perencanaan kehamilan, sehingga
kehamilan hanya terjadi pada waktu yang diinginkan. Jarak antara
kelahiran diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila
jumlah anak telah mencapai yang dikehendaki, untuk membina kesehatan
seluruh anggota keluarga dengan sebaik-baiknya, menuju Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) (Erlina, 2008).
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program
keluarga berencana adalah pemilihan alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Kontrasepsi adalah upaya
8
10
sehingga
menimbulkan
respon
perangsangan
lokal
di
endometrium.
d. Mengganggu pergerakan sperma melalui pembentukan mukus servik
yang kental. Memungkinkan untuk mencegah implantasi sel telur
(sperma) dalam uterus.
e. Mungkin mengganggu implantasi melalui perubahan endometrium
yang diperantarai oleh hormon (Glasier, 2005).
4. Persyaratan pemakaian kontrasepsi AKDR
a. Usia produktif.
b. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
c. Setelah melahirkan.
d. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
e. Tidak menghendaki metode hormonal.
f. Tidak menghendaki kehamilan segera (Sarwono, 2003).
5. Cara pemasangan Kontrasepsi AKDR
a. Penderita tidur telentang di meja ginekologi.
11
12
13
14
15
16
terhadap
pembentukan
opini
dan
kepercayaan
orang.
Dalam
17
dansemakinbanyak
hal
yang
dikerjakan
sehingga
menambah pengetahuan.
2). Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah
tua karena mengalami kemunduran, baik fisik, maupun mental.
Dapat di perkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambah nya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain
18
C.
Konsep pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pendapat Word Health Organization(WHO) (1992) mengatakan
bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru,
orang tua, buku, dan media massa.
Sedangkan pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(2003) adalah segala sesuatu yang diketahui ; kepandaian.
Dan Notoatmodjo (2003) mengartikan pengetahuan merupakan hasil
dari atau dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
2. Klasifikasi pengetahuan
Menurut Meliono (2007), klasifikasi pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Pengetahuan Empirisatau pengetahuan Aposteriori
Pengetahuan empiris adalah pengetahuan yang lebih menekankan
pada pengamatan dan pengalaman inderawi.Pengetahuan ini bisa
didapatkan dengan melakukan pengamatan atau observasi yang
dilakukan secara empiris dan rasional.Pengetahuan empiris tersebut juga
dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat
19
melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat dan gejala yang ada
pada objek empiris tersebut.
b. Pengetahuan Rasionalisme
Pengetahuan rasionalisme adalah pengetahuan yang didapatkan
melalui akal budi.Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang
bersifat apriori dan tidak menekankan pada pengalaman.
3. Cara memperoleh pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Cara tradisional atau Non ilmiah
1) Cara Coba-Salah ( Trial and Error )
Cara ini di lakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tidak berhasil, coba
sekali lagi kemungkinan selanjutnya sampai ditemukan pemecahan
masalahnya.
2) Cara kekuasaan
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli ilmu
pengetahuan.
3) Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan cara
untuk
memperoleh
kebenaran
pengetahuan.
Oleh
sebab
itu,
20
yang
dijadikan
milik
diri
manusia
dengan
belajar.
(Koentjoroningrat, 2000).
Terdapat tiga wujud dari kebudayaan menurut Koentjoroningrat (2000)
yaitu :
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu gabungan dari gagasn, norma-norma dan
peraturan yang timbul dari anggota masyarakat dan mempengaruhi
kehidupan bermasyarakat
2) Wujud kebudayaan sebagai komplek aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia,
yang berinteraksi, berhubungan dengan orang lain.
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Kebudayaan
sebagai sesuatu yang merupakan hasil budi daya manusia yang mewujud
21
dalam tingkah laku atau benda, bahasa dan simbol. Kebudayaan tersebut
melingkupi manusia sehingga berpengaruh terhadap prilaku dan tindakan
manusia, yang disebut juga kebudayaan fisik karena merupakan karya dari
aktifitas masyarakat.
Ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa,
yaitu:
1) Bahasa
2) Sistem pengetahuan
3) Organisasi sosial
4) Sistem peralatan
5) Sistem mata pencarian hidup
6) Sistem religi
7) Kesenian.
Kebudayaan yang dimaksud disini adalah
tentang pemasangan
22
E.
Penelitian Terkait
Menurut penelitian dari Imbarwati (2008) dengan judul beberapa
faktor yang berkaitan dengan penggunaan KB AKDR pada peserta KB AKDR
di Kecamatan Pendurung Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan AKDR adalah faktor
pengetahuan, persepsi terhadap biaya AKDR yang mahal,rasa kurang
aman,nilai yang kurang positif yakni ada perasaan malu dengan cara
pemasangan AKDR, informasi AKDR yang kurang cukup dan kualitas
pelayanan KB. Dengan jumlah responden sebanyak 100 responden dengan
metode penelitian deskriptif korelasional.
Menurut penelitian Dewi Haryani (2008) dengan judul faktor-faktor
yang mempengaruhi akseptor KB dalam penggunaan kontrasepsi AKDR di
Kelurahan Prenggan Kecamatan Kotagede, Yogyakarta. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara faktor pendidikan terhadap
penggunaan kontrasepsi AKDR. Terdapat pengaruh antara faktor pengetahuan
terhadap penggunaan kontrasepsi AKDR dan terdapat pengaruh antara faktor
sikap terhadap penggunaan kontrasepsi AKDR. Penelitian ini menggunakan
desain kuantitatif melalui metode cross Sectional dengan jumlah responden 43
orang.
Menurut penelitian Tri Wijayanti (2001) yang berjudul Faktor sosial
budaya dan pelayanan
23
bahwa umur dari responden rata-rata 37-92 tahun, pendidikan <7 tahun
48,9%, ibu yang malu menggunakan AKDR 21,3%, yang menolak karena
agama 4,2%, berperan aktif dalam organisasi sosial dan karier 50,5%.
Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi Square menunjukkan ada
hubungan yang bermakna (p<0,05) antara pendidikan ibu dengan kesertaan
KB AKDR dan uji statistik antara peran tokoh agama atau masyarakat dalam
keikutsertaan KB AKDR menunjukkkan tidak ada hubungan yang bermakna
(p<0,05). Jumlah responden sebanyak 75 orang dengan menggunakan metode
deskriptif corelational.
BAB 3
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep
Dari tinjauan kepustakaan serta masalah penelitian yang telah dirumuskan
diatas, maka
24
Variabel Dependen
(X1)
Pengetahuan
Intrinsik
X1Y
X1X2Y
(X2)
Karakteristik
Kebudayaan Ibu
X2Y
Penggunaan
Kontrasepsi AKDR
(Y)
25
2. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan disini yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan karsa.
3. Karakteristik kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar
D. Definisi Operasional
1.
Penggunaan
Kontrasepsi
AKDR
berupa
Jumlah
responden
yang
alat
kontrasepsi
AKDR
yang
membuat
responden
tidak
26
milik diri manusia dengan belajar, dengan beberapa indicator antara lain :
(1) agama (2) peran aktif organisasi social kemasyarakatan dan (3) keluhan
gangguan hubungan seksual. Skala data yang digunakan adalah skala
interval dengan sumber data primer berupa jawaban responden terhadap 15
pertanyaan dengan hasil ukur atas jawaban responden berupa : 1). Sangat
baik : 76%-100%. 2). Baik : 50%-75%. 3). Tidak baik : 26%-50% dan 4).
Sangat tidak baik :0-25%.
Dari kerangka konsep penelitian, maka defenisi operasional dari
variabel penelitian ini adalah:
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Cara Pengukurannya
N
o
Variabel
indikator
Penggunaan
kontrasepsi
AKDR
Jumlah
responden
yang
mengguna
kan atau
tidak
mengguna
kan AKDR
Jumla
h
Pertan
yaan
Cara ukur
Alat ukur
Skala
ukur
Hasil Ukur
Melihat
Dokumen
Rekam
Medis
Puskesmas
Air Molek
RM
Puskesmas
Air Molek
Interval
1. Tidak
menggunakan
Kontrasepsi
AKDR
2. Menggunakan
Kontrasepsi
AKDR
30
perta
nyaan
Angket
Kuesi
oner
Interval
Sangat baik
76%-100%
Baik :
50%-75%
Tdk baik :
26%-50%
Sangat tdk
baik :
0-25%
15
perta
nyaan
Angket
Kuesi
oner
Interval
Sangat baik
76%-100%
Baik :
50%-75%
Tdk baik :
26%-50%
Sangat tdk baik :
27
n
hubunga
n seksual
0-25%
(Skala Likert,
Aziz, 2007:103)
E. Hipotesa
1. Terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan
AKDR di Puskesmas Air Molek tahun 2012
2. Terdapat hubungan positif antara karakteristik kebudayaan ibu dengan
penggunaan AKDR di Puskesmas Air Molek tahun 2012 3
3. Secara
bersama-sama
terdapat
hubungan
positif
antara
tingkat
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
28
28
29
N
1 N (d ) 2
Keterangan:
N = besar populasi
n = Jumlah sampel
d = Tingkat signifikan ( 0,1)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik simple random
sampling dalam pengambilan sampel yaitu teknik mengambil sampel dari
anggota populasi yang bersifat homogen dengan menggunakan rumus
slovin sebagai berikut :
n
n=
N
1 N (d ) 2
2.815
1+ 2.815 (0,12)
n=
2.815
1+ 2.815 (0,01)
n=
2.815
1+28,15
n=
2.815
29,15
n = 96 responden
Dari
hasil
perhitungan
menggunakan
rumus
diatas
maka
30
tabel (L t .
signifikan = 0,05
2. Uji Lineritas Data dan Keberartian Regresi
Uji ini dimaksudkan untuk melihat persamaan regresi yang diperoleh
berarti apabila digunakan sebagai kesimpulan antar variabel yang
dianalisis. Uji lineritas dengan menggunakan ANOVA. Regresi linier
31
2.
3.
E. Hipotesis Statistik
Pengujian Hipotesis Statistik dalam penelitian ini dengan menggunakan
notasi sebagai berikut :
1. Hipotesis Statitistik 1
H0 : Px1y 0
Ha : Px1y 0
32