Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah
visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga
Berkualitas tahun 2015. Dalam paradigma baru program Keluarga
Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati
hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas
keluarga. (Saifuddin, 2006).
Berdasarkan visi dan misi tersebut, Program Keluarga Berencana
Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas
penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional terseut dapat
dilihat pada pelaksanaan Program Making Pregnancy Safer (MPS). Salah
satu pesan kunci dalam Rencana Strategi Nasional MPS adalah bahwa setiap
kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan
pesan kunci tersebut, Keluarga Berencana merupakan upaya pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar dan utama (Syaifuddin, 2006).
Lebih dari tiga dasawarsa program Keluarga Berencana Nasional
dilaksanakan di Indonesia. Selama kurun waktu tersebut telah banyak hasil
yang dicapai, salah satu bukti keberhasilan program antara lain semakin
tingginya angka pemakaian kontrasepsi. Menurut data demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 memperlihatkan jumlah peserta
1

Keluarga Berencana untuk semua cara tercatat sebesar 61,4%. Bila dirinci
lebih lanjut, proporsi peserta Keluarga Berencana yang terbanyak adalah
suntik (31,6%), diikuti oleh pil (13,2%), AKDR (4,8%), sterilisasi wanita
(3,1%), implant (2,8%), senggama terputus (2,2%), pantang berkala (1,5%)
kondom (1,3%), sterilisasi pria (0,4%) dan metode lainnya (0,2%) (Data
SDKI, 2007).
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebagai kontrasepsi yang
mempunyai efektifitas cukup tinggi untuk mencegah kehamilan dalam jangka
waktu yang lama. Kegagalannya hanya 0,6 0,8 kehamilan/ 100 perempuan
dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan), jangka
waktu pemakaian 10 tahun, murah dan sederhana, akan segera efektif
begitu terpasang di rahim dan tidak perlu mengingat-ingat atau

pun

melakukan kunjungan ulang untuk menyuntik tubuh, AKDR tidak memiliki


efek samping hormonal, meskipun demikian kenyataannya masih banyak
wanita pasangan usia subur yang tidak mau menggunakan AKDR sebagai
kontrasepsi. Hal ini karena ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan
keamanan metode kontrasepsi AKDR serta beberapa faktor lain seperti
adanya keluhan suami yang merasakan gangguan saat berhubungan. norma
budaya atau lingkungan karena pemasangan AKDR dilakukan oleh dokter
laki-laki (Syaifuddin, 2006).
Berdasarkan penelitian Ratna (2006), kontrasepsi AKDR merupakan
alat kontrasepsi yang sangat efektif untuk menjarangkan kehamilan, tetapi
kenyataannya dilaporkan terkadang timbul keluhan dari pasangan, beberapa

kasus mencatat para suami mengeluh bahwa terdapat gangguan pada saat
berhubungan.
Pada Tahun 2010 diperkirakan lebih dari 100 juta wanita yang
memakai AKDR, sebagian besar penggunanya ( 30%) terdapat di Cina. Di
negara maju angka penggunaan AKDR hanya 6% dan di Afrika bahkan hanya
0,5%. Sementara di Indonesia sendiri pemakai AKDR adalah 22,6% dari
semua pemakai metoda kontrasepsi yang berjumlah 29 juta jiwa. (Hanafiah,
2010).
Sementara itu dari dinas kesehatan Pekanbaru tahun 2010, Pasangan
usia subur (PUS) 124.345 dengan jumlah akseptor KB aktif 87.531 orang,
dimana akseptor KB yang menggunakan Metode Operatif Pria/Metode
Operatif Wanita berjumlah 2466 orang (2,56%). Implant 4.520 orang
(5,16%), suntik 35.662 orang (40,74%), AKDR 14.316 orang (16,36%), pil
26.512 orang (30,29%).
Dan data yang penulis dapatkan pada kantor Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011
data akseptor KB Puskesmas Air Molek dengan jumlah PUS 4601 orang,
akseptor KB aktif sebanyak 2815 orang dengan perincian sebagai berikut :
yang menggunakan alat kontrasepsi suntik sebanyak 1953 orang (69.38%),
Pil sebanyak 545 orang (19.36%), kondom sebanyak 66 orang (2.34%),
MOW sebanyak 9 orang (0.32%), dan implant sebanyak 151 orang (5,36%),
dan AKDR sebanyak 91 orang (3,23%).

Berdasarkan data di atas dapat di interprestasikan bahwa pengguna


kontrasepsi AKDR masih rendah dibandingkan dengan kontrasepsi suntik.
Padahal kontrasepsi AKDR mempunyai efektivitas yang tinggi, sedikit efek
samping dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal, dan di dukung dengan
program puskesmas untuk menggratiskan AKDR. Salah satu yang
mempengaruhi rendahnya pemakai AKDR di wilayah kerja Puskesmas Air
Molek adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang AKDR. Hal ini
dapat diketahui dari hasil wawancara kepada 8 ibu, 6 orang mengatakan tidak
memilih AKDR karena kurang paham mengenai kontrasepsi AKDR, 2 orang
mengatakan tidak memilih AKDR karena belum mengenal kontrasepsi
AKDR. Wawancara mengenai sikap dari 8 ibu, 7 orang mengatakan takut
karena AKDR dapat berpindah ke Jantung, Pau-Paru, dan Hati, 1 orang
mengatakan kurang setuju karena AKDR dapat menyebabkan tumor pada
rahim. Penulis juga mewawancarai kader dan bidan desa, mereka mengatakan
penyuluhan tentang penggunaan kontrasepsi sudah pernah dilakukan, tetapi
untuk penyuluhan secara spesifik kontrasepsi AKDR belum pernah dilakukan,
metode yang digunakan biasanya ceramah. Hal ini membuat ibu-ibu tidak
memperhatikan sehingga informasi yang disampaikan kurang dimengerti oleh
ibu-ibu. Perlu metode baru untuk menarik minat, serta informasi yang
disampaikan agar

mudah dimengerti oleh ibu, sehingga tujuan dari

penyuluhan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapakan

Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian


yang berjudul Hubungan pengetahuan dan karakteristik budaya ibu terhadap
penggunaan kontrasepsi AKDR di Puskesmas Air Molek tahun 2012

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasikan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan penggunaan kontrasepsi
AKDR
2. Apakah ada hubungan antara karakteristik budaya ibu dengan penggunaan
kontrasepsi AKDR
3. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan penggunaan
kontrasepsi AKDR.
4. Apakah ada hubungan antara sikap ibu dengan penggunaan kontrasepsi AKDR.
5. Apakah ada hubungan antara sosial ekonomi ibu dengan penggunaan
kontrasepsi AKDR.
6. Apakah ada hubungan antara penyuluhan petugas kesehatan dengan
penggunaan kontrasepsi AKDR.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
diatas, dimana penggunaan kontrasepsi AKDR dihubungkan dengan berbagai

faktor yang sangat luas yang tidak mungkin dapat diamati secara keseluruhan,
maka kajian penelitian ini hanya di batasi pada:
1.

Hubungan pengetahuan ibu dengan penggunaan kontrasepsi AKDR di

2.

Puskesmas Air Molek.


Hubungan karakteristik budaya ibu dengan penggunaan kontrasepsi AKDR di

3.

Puskesmas Air Molek.


Hubungan pengetahuan ibu dan karakteristik budaya ibu dengan penggunaan
kontrasepsi AKDR di Puskesmas Air Molek
Disamping hubungan korelasional diatas juga dibatasi waktu penelitian

yang mana dalam penelitian ini yaitu tahun 2012.


D. Rumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah yang diajukan diatas maka dalam
hal ini penulis merumuskan permasalahannya yaitu:
1.

Apakah terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan penggunaan kontrasepsi

2.

AKDR di Puskesmas Air Molek Tahun 2012.


Apakah terdapat hubungan karakteristik budaya ibu dengan penggunaan

kontrasepsi AKDR di Puskesmas Air Molek Tahun 2012.


3. Apakah terdapat hubungan pengetahuan dan karakteristik budaya ibu dengan
penggunaan kontrasepsi AKDR di Puskesmas Air Molek Tahun 2012.
E. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan penggunaan
kontrasepsi AKDR di Puskesmas Air Molek Tahun 2012
2. Untuk mengetahui hubungan karakteristik budaya ibu dengan penggunaan
kontrasepsi AKDR di Puskesmas Air Molek Tahun 2012.

3. Untuk mengetahui secara bersama-sama hubungan pengetahuan dan


karakteristik budaya ibu dengan penggunaan kontrasepsi AKDR di
Puskesmas Air Molek Tahun 2012.
F. Manfaat penelitian
1. Bagi Puskesmas Air Molek
Memberikan masukan dan informasi yang akurat untuk dijadikan sebagai
pedoman dalam meningkatkan akseptor menggunakan AKDR
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi kepustakaan dan bahan
perbandingan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan AKDR

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

Kontrasepsi AKDR
1. Pengertian Kontrasepsi AKDR
Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Keluarga
Berencana, pengertian keluarga berencana adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
Keluarga Berencana adalah suatu usaha yang mengatur jumlah
kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi,
ayah serta keluarga yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian
sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut (Suratun, 2008).
Keluarga Berencana adalah perencanaan kehamilan, sehingga
kehamilan hanya terjadi pada waktu yang diinginkan. Jarak antara
kelahiran diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila
jumlah anak telah mencapai yang dikehendaki, untuk membina kesehatan
seluruh anggota keluarga dengan sebaik-baiknya, menuju Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) (Erlina, 2008).
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program
keluarga berencana adalah pemilihan alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Kontrasepsi adalah upaya
8

untuk mencegah kehamilan, upaya itu dapat bersifat sementara atau


bersifat permanen (Suratun, 2008).
Salah satu alat kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor KB
adalah AKDR Alat kontrasepsi AKDR atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethylene). Alat
kontrasepsi AKDR berbentuk alat kecil yang terdiri dari bahan plastik
yang lentur yang dimasukkan kedalam rongga rahim oleh petugas
kesehatan yang terlatih Kontrasepsi AKDR berasal dari bahan inersintetik
(dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan
berbagai bentuk yang dipasangkan ke dalam rahim untuk menghasilkan
efek kontraseptif (Manuaba, 1999).
Alat kontrasepsi AKDR dikenal oleh masyarakat awam sebagai
kontrasepsi spiral. Alat kontrasepsi AKDR adalah alat kontrasepsi yang
relatif aman, mudah dan murah (Herlina, 2008).
2. Jenis-jenis kontrasepsi AKDR
Ada beberapa jenis AKDR yang beredar atau dipakai di Indonesia
adalah:
a. Inert: terbuat dari plastik (lippes loop) atau baja anti karat (the Chinese
ring).
b. Mengandung tembaga, seperti Tcu 200C, Multiload (MLCu 250 &
375), Nova T. Cut 380 A berbentuk kerangka plastik, kecil, fleksible,

10

menyerupai huruf T diselubungi kawat tembaga halus, sangat efektif,


reversibi dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun).
3. Cara kerja kontrasepsi AKDR
a. Menganggu kemampuan sperma berjalan melewati rongga rahim.
b. Menggangu proses pembuahan di tuba falopii sebelum ovum mencapai
rongga rahim.
c. Menghambat implantasi apabila telur yang sudah dibuahi masuk ke
uterus

sehingga

menimbulkan

respon

perangsangan

lokal

di

endometrium.
d. Mengganggu pergerakan sperma melalui pembentukan mukus servik
yang kental. Memungkinkan untuk mencegah implantasi sel telur
(sperma) dalam uterus.
e. Mungkin mengganggu implantasi melalui perubahan endometrium
yang diperantarai oleh hormon (Glasier, 2005).
4. Persyaratan pemakaian kontrasepsi AKDR
a. Usia produktif.
b. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
c. Setelah melahirkan.
d. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
e. Tidak menghendaki metode hormonal.
f. Tidak menghendaki kehamilan segera (Sarwono, 2003).
5. Cara pemasangan Kontrasepsi AKDR
a. Penderita tidur telentang di meja ginekologi.

11

b. Vulva dibersihkan dengan kapas savlon.


c. Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan besar dan arah
rahim.
d. Duk steril diletakkan di bawah bokong.
e. Spekulum cocor bebek dipasang sehingga servik kelihatan.
f. Servik porsio dibersihkan dengan kapas betadin.
g. Dilakukan sondage untuk menentukan dalamnya panjang rahim dan
arah posisi rahim.
h. Masukkan lengan AKDR dalam tabung pemasangan sterilnya
i. Pakai kembali sarung tangan yang baru.
j. Secara hati-hati jepit bibir atas serviks dengan tenakulum.
k. Masukkan AKDR ke kanalis dengan teknik tanpa sentuh, kemudian
dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai fundus.
l. Tahan pendorong (plunser) dan tarik selubung (inserter) keluar
sehingga lengan AKDR terbebas.
m. Setelah pendorong ditarik keluar baru keluarkan selubung.
n. Gunting benang AKDR, keluarkan tenaculum dan speculum dengan
hati- hati (Erlin, 2008).
6. Keuntungan kontrasepsi AKDR
a. Sebagai kontrasepsi, efektifitas tinggi dengan laporan kegagalan hanya
0,6 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama.
b. Kontrasepsi AKDR dapat segera aktif setelah pemakaian.
c. Metode jangka panjang.

12

d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.


e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil.
g. Tidak ada efek samping hormonal.
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus.
j. Dapat digunakan sampai menopause.
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
l. Membantu mencegah kehamilan ektopik (Saifudin, 2006).
7. Kerugian kontrasepsi AKDR
a. Efek samping yang umum terjadi:
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
b. Komplikasi lain:
1). Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan.
2). Pendarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia.
3). Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar).

13

4). Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual) termasuk HIV/


AIDS
5). Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan.
6). Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri.
7). Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila dipasangkan segera setelah melahirkan) (Saifudin, 2006).
8. Kontra Indikasi Pemasangan Kontrasepsi AKDR
Kontra indikasi untuk pemasangan Kontrasepsi AKDR dibagi dua
golongan:
a. Yang termasuk kedalam kontra indikasi relatif yaitu:
1). Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2). Insufisiensi servik uteri
3). Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas seksio
sesaria
4). Tumor jinak serviks uteri
b. Yang termasuk kontra indikasi mutlak yaitu:
1) Kehamilan
2) Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
3) Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4) Adanya metrogaria yang belum disembuhkan
5) Pemasangan yang tidak steril (Saifudin, 2006).
9. Waktu Pemasangan Kontrasepsi AKDR

14

a. Sewaktu haid sedang berlangsung


b. Segera setelah menstruasi
c. Pada akhir masa nifas
d. Sewaktu post abortus
e. Sewaktu post partum
f. Bersamaan dengan seksio sesaria
g. Hari kedua-ketiga pasca persalinan (Manuaba, 1998).
B.

FaktorFaktor yang mempengaruhi Penggunaan AKDR


Ada 6 faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang
termasuk penggunaan AKDR yaitu sebagai berikut :
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha yang mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup.
Tingkat pendidikan menurut UU Sisdiknas No 20 (2003), indikator
tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian
jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan terdiri dari, pendidikan
dasar jenjang pendidikan awal selama 9 tahun pertama, pendidikan
menengah, jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar, pendidikan
tinggi jenjang pendidikan setelah menengah yang mencakup program

15

sarjana, magister, dokter, dan spesialis yang diselenggarakan oleh


perguruan tinggi.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi, baik
dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang dapat tentang
kesehatan.Namun perlu diketahui bahwa seseorang yang berpendidkan
rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi
juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang
tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek, yaitu aspek positif
dan negative. Kedua aspek inilah yang akhirnya menentukan sikap
seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari
objek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap
objek tersebut.
2. Informasi ( Media massa )
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memeberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau penigkatan pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

16

terhadap

pembentukan

opini

dan

kepercayaan

orang.

Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa


pesan pesan berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
3. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang
akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukannya. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi
ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik .
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dangan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

17

pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar


selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikir nya, sehingga pengetahuan yang di peroleh nya
semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif
dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan
persiapan demi sukses nya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua,
selain itu orang madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu
untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemacahan masalah, dan
kemampuan verbal di laporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
Ada dua sikap tradisional mengenai jalan nya perkembangan selama
hidup:
1).Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai

dansemakinbanyak

hal

yang

dikerjakan

sehingga

menambah pengetahuan.
2). Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah
tua karena mengalami kemunduran, baik fisik, maupun mental.
Dapat di perkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambah nya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain

18

seperti kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori


berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat
sejalan dengan betambahnya usia.

C.

Konsep pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pendapat Word Health Organization(WHO) (1992) mengatakan
bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru,
orang tua, buku, dan media massa.
Sedangkan pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(2003) adalah segala sesuatu yang diketahui ; kepandaian.
Dan Notoatmodjo (2003) mengartikan pengetahuan merupakan hasil
dari atau dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
2. Klasifikasi pengetahuan
Menurut Meliono (2007), klasifikasi pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Pengetahuan Empirisatau pengetahuan Aposteriori
Pengetahuan empiris adalah pengetahuan yang lebih menekankan
pada pengamatan dan pengalaman inderawi.Pengetahuan ini bisa
didapatkan dengan melakukan pengamatan atau observasi yang
dilakukan secara empiris dan rasional.Pengetahuan empiris tersebut juga
dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat

19

melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat dan gejala yang ada
pada objek empiris tersebut.
b. Pengetahuan Rasionalisme
Pengetahuan rasionalisme adalah pengetahuan yang didapatkan
melalui akal budi.Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang
bersifat apriori dan tidak menekankan pada pengalaman.
3. Cara memperoleh pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Cara tradisional atau Non ilmiah
1) Cara Coba-Salah ( Trial and Error )
Cara ini di lakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tidak berhasil, coba
sekali lagi kemungkinan selanjutnya sampai ditemukan pemecahan
masalahnya.
2) Cara kekuasaan
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli ilmu
pengetahuan.
3) Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan cara
untuk

memperoleh

kebenaran

pengetahuan.

Oleh

sebab

itu,

pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh


pengetahuan.
4) Melalui jalan pikiran
Manusia mempunyai penalaran dalam memperoleh pengetahuan.

20

b. Cara Modern atau ilmiah


Cara modern (ilmiah) pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan
ilmiah. Cara ini disebut penelitian ilmiah, dengan cara mengumpulkan
data, merumuskan masalah, menyusun hipotesa, melakukan eksperimen
dan menarik kesimpulan (Notoadmodjo, 2003:122).
Menurut Arikunto (2006) bahwa pengetahuan dibagi kedalam 3
kategori yaitu:
1) Baik
: Bila menjawab benar sebanyak 76-100%
2) Cukup
:Bila menjawab banar sebanyak 56-75%
3) Kurang
: Bila menjawab benar sebanyak <56%
D. Karakteristik Kebudayaan
Menurut Ilmu Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat

yang

dijadikan

milik

diri

manusia

dengan

belajar.

(Koentjoroningrat, 2000).
Terdapat tiga wujud dari kebudayaan menurut Koentjoroningrat (2000)
yaitu :
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu gabungan dari gagasn, norma-norma dan
peraturan yang timbul dari anggota masyarakat dan mempengaruhi
kehidupan bermasyarakat
2) Wujud kebudayaan sebagai komplek aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia,
yang berinteraksi, berhubungan dengan orang lain.
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Kebudayaan
sebagai sesuatu yang merupakan hasil budi daya manusia yang mewujud

21

dalam tingkah laku atau benda, bahasa dan simbol. Kebudayaan tersebut
melingkupi manusia sehingga berpengaruh terhadap prilaku dan tindakan
manusia, yang disebut juga kebudayaan fisik karena merupakan karya dari
aktifitas masyarakat.
Ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa,
yaitu:
1) Bahasa
2) Sistem pengetahuan
3) Organisasi sosial
4) Sistem peralatan
5) Sistem mata pencarian hidup
6) Sistem religi
7) Kesenian.
Kebudayaan yang dimaksud disini adalah

tentang pemasangan

AKDR, sebagian masyarakat yang menganggap pasang AKDR akan


mengganggu hubungan suami istri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari
Ratna (2006), bahwa beberapa kasus mencatat para suami mengeluh bahwa
terdapat gangguan pada saat berhubungan dan adanya faktor dilarang agama.
Penjelasan diatas juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tri Wijayanti (2001) yang menyimpulkan bahwa faktor sosial budaya yang
terdiri dari agama, dan peran aktif akseptor KB dalam organisasi sosial
masyarakat memiliki hubungan dengan keikut sertaan masyarakat PUS dalam
KB AKDR di dua desa Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen.

22

E.

Penelitian Terkait
Menurut penelitian dari Imbarwati (2008) dengan judul beberapa
faktor yang berkaitan dengan penggunaan KB AKDR pada peserta KB AKDR
di Kecamatan Pendurung Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan AKDR adalah faktor
pengetahuan, persepsi terhadap biaya AKDR yang mahal,rasa kurang
aman,nilai yang kurang positif yakni ada perasaan malu dengan cara
pemasangan AKDR, informasi AKDR yang kurang cukup dan kualitas
pelayanan KB. Dengan jumlah responden sebanyak 100 responden dengan
metode penelitian deskriptif korelasional.
Menurut penelitian Dewi Haryani (2008) dengan judul faktor-faktor
yang mempengaruhi akseptor KB dalam penggunaan kontrasepsi AKDR di
Kelurahan Prenggan Kecamatan Kotagede, Yogyakarta. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara faktor pendidikan terhadap
penggunaan kontrasepsi AKDR. Terdapat pengaruh antara faktor pengetahuan
terhadap penggunaan kontrasepsi AKDR dan terdapat pengaruh antara faktor
sikap terhadap penggunaan kontrasepsi AKDR. Penelitian ini menggunakan
desain kuantitatif melalui metode cross Sectional dengan jumlah responden 43
orang.
Menurut penelitian Tri Wijayanti (2001) yang berjudul Faktor sosial
budaya dan pelayanan

kontrasepsi yang berkaitan dengan kesertaan KB

AKDR di dua desa kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen menunjukkan

23

bahwa umur dari responden rata-rata 37-92 tahun, pendidikan <7 tahun
48,9%, ibu yang malu menggunakan AKDR 21,3%, yang menolak karena
agama 4,2%, berperan aktif dalam organisasi sosial dan karier 50,5%.
Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi Square menunjukkan ada
hubungan yang bermakna (p<0,05) antara pendidikan ibu dengan kesertaan
KB AKDR dan uji statistik antara peran tokoh agama atau masyarakat dalam
keikutsertaan KB AKDR menunjukkkan tidak ada hubungan yang bermakna
(p<0,05). Jumlah responden sebanyak 75 orang dengan menggunakan metode
deskriptif corelational.

BAB 3
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep
Dari tinjauan kepustakaan serta masalah penelitian yang telah dirumuskan
diatas, maka

dapat dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian.

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin

24

diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.


(Notoatmodjo, 2005:70)
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggotaanggota suatu kelompok yang berbeda dengan kelompok lain.
Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu pengetahuan merupakan variabel
bebas (X1), karakteristik budaya ibu merupakan variabel bebas (X2), dan
penggunaan kontrasepsi AKDR merupakan variabel terikat (Y).
Hubungan antar variabel tersebut yang merupakan kerangka konsep
penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.
Variabel Independen

Variabel Dependen

(X1)
Pengetahuan
Intrinsik

X1Y
X1X2Y

(X2)
Karakteristik
Kebudayaan Ibu

X2Y

Penggunaan
Kontrasepsi AKDR
(Y)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


26
C. Definisi Konseptual
1. Kontrasepsi AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik
yang halus berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim
dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/ paramedik lain yang
sudah dilatih

25

2. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan disini yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan karsa.
3. Karakteristik kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar

D. Definisi Operasional
1.

Penggunaan

Kontrasepsi

AKDR

berupa

Jumlah

responden

yang

menggunakan atau tidak menggunakan AKDR. Skala data yang digunakan


adalah skala interval dengan sumber data sekunder dengan hasil ukur dari
hasil wawancara berupa : 1). Menggunakan kontrasepsi AKDR 2). Tidak
2.

menggunakan kontrasepsi AKDR


Pengetahuan adalah Segala sesuatu yang diketahui peserta akseptor KB
tentang

alat

kontrasepsi

AKDR

yang

membuat

responden

tidak

menggunakan AKDR dengan beberapa indikator antara lain : (1) pengertian


kontrasepsi AKDR (2) Jenis-jenis dan cara pemasangan kontrasepsi AKDR
(3) keuntungan dan kerugian kontrasepsi AKDR. Skala data yang digunakan
adalah skala interval dengan sumber data primer berupa jawaban responden
terhadap 30 pertanyaan dengan hasil ukur atas jawaban responden berupa :
1). Sangat baik : 76%-100%. 2). Baik : 50%-75%. 3). Tidak baik : 26%-50%
3.

dan 4). Sangat tidak baik :0-25%.


Karakteristik kebudayaan, merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan

26

milik diri manusia dengan belajar, dengan beberapa indicator antara lain :
(1) agama (2) peran aktif organisasi social kemasyarakatan dan (3) keluhan
gangguan hubungan seksual. Skala data yang digunakan adalah skala
interval dengan sumber data primer berupa jawaban responden terhadap 15
pertanyaan dengan hasil ukur atas jawaban responden berupa : 1). Sangat
baik : 76%-100%. 2). Baik : 50%-75%. 3). Tidak baik : 26%-50% dan 4).
Sangat tidak baik :0-25%.
Dari kerangka konsep penelitian, maka defenisi operasional dari
variabel penelitian ini adalah:
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Cara Pengukurannya
N
o

Variabel

indikator

Penggunaan
kontrasepsi
AKDR

Jumlah
responden
yang
mengguna
kan atau
tidak
mengguna
kan AKDR

Pengetahuan (1) pengerti


an
(2) Jenisjenis dan
cara
pemasan
gan
(3)keuntung
an dan
kerugian

Karakteristik (1) agama


Kebudayaan (2) peran
aktif
masyara
kat
(3) keluhan
ganggua

Jumla
h
Pertan
yaan

Cara ukur

Alat ukur

Skala
ukur

Hasil Ukur

Melihat
Dokumen
Rekam
Medis
Puskesmas
Air Molek

RM
Puskesmas
Air Molek

Interval

1. Tidak
menggunakan
Kontrasepsi
AKDR
2. Menggunakan
Kontrasepsi
AKDR

30
perta
nyaan

Angket

Kuesi
oner

Interval

Sangat baik
76%-100%
Baik :
50%-75%
Tdk baik :
26%-50%
Sangat tdk
baik :
0-25%

15
perta
nyaan

Angket

Kuesi
oner

Interval

Sangat baik
76%-100%
Baik :
50%-75%
Tdk baik :
26%-50%
Sangat tdk baik :

27

n
hubunga
n seksual

0-25%
(Skala Likert,
Aziz, 2007:103)

E. Hipotesa
1. Terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan
AKDR di Puskesmas Air Molek tahun 2012
2. Terdapat hubungan positif antara karakteristik kebudayaan ibu dengan
penggunaan AKDR di Puskesmas Air Molek tahun 2012 3
3. Secara

bersama-sama

terdapat

hubungan

positif

antara

tingkat

pengetahuan dan karakteristik kebudayaan dengan penggunaan AKDR di


Puskesmas Air Molek tahun 2012

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

28

Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan metode cross


sectional untuk melihat hubungan antara variabel independen dalam hal ini
adalah pendidikan, pengetahuan dan karakteristik kebudayaan dengan variabel
dependen yang dalam hal ini adalah penggunaan kontrasepsi AKDR di
Puskesmas Air Molek 2012 (Notoadmojo, 2002).

B. Lokasi dan waktu penelitian


1. Lokasi
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Air Molek Kabupaten
Indragiri Hulu, karena wilayah ini merupakan daerah dengan cakupan
terendah akseptor penguna AKDR di Kabupaten Indragiri Hulu
2. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2012.

C. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi Dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor Keluarga
Berencana aktif di wilayah kerja Puskesmas Air Molek Tahun 2011.
Populasi penelitian ini berjumlah 2.815 orang.
2. Sampel

28

Sampel adalah sebagian dari populasi yaitu akseptor Keluarga


Berencana aktif yang pada saat penelitian yang berkunjung ke Puskesmas
Air Molek dengan rumus sebagai berikut:

29

N
1 N (d ) 2

Keterangan:
N = besar populasi
n = Jumlah sampel
d = Tingkat signifikan ( 0,1)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik simple random
sampling dalam pengambilan sampel yaitu teknik mengambil sampel dari
anggota populasi yang bersifat homogen dengan menggunakan rumus
slovin sebagai berikut :
n

n=

N
1 N (d ) 2

2.815
1+ 2.815 (0,12)

n=
2.815
1+ 2.815 (0,01)
n=

2.815
1+28,15

n=

2.815
29,15

n = 96 responden
Dari

hasil

perhitungan

menggunakan

rumus

diatas

maka

didapatkan jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 96 responden.


Dengan kriteria sampel adalah:
a. Ibu akseptor KB aktif.
b. Responden yang bisa membaca dan menulis.

30

c. Responden yang bersedia menjadi subjek penelitian.


d. Responden yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Air
Molek pada saat penelitian.

D. Pengolahan dan Analisis Data


Teknik pengolahan dan analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial.Dalam hal
analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran tentang
distribusi frekuensi, histogram data, modus, median, nilai rata-rata dan
simpangan baku. Analisis statistik inferensial dipakai untuk menguji hipotesis
yang sudah dirumuskan sebelumnya. Namun sebelum pengujian hipotesis
tersebut, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu; uji
normalitas, uji homogenitas dan uji lineritas.
i.

Uji Persyaratan Analisis


1. Uji Normalitas Galat Taksiran
Uji Normalitas Galat Taksiran digunakan untuk menentukan normal
tidaknya distribusi data penelitian. Uji normalitas yang digunakan
adalah uji Liliefors. Galat taskiran dikatakan normal apabila harga L
hitung (L h) lebih kecil dari harga L

) yang diuji dengan taraf

tabel (L t .

signifikan = 0,05
2. Uji Lineritas Data dan Keberartian Regresi
Uji ini dimaksudkan untuk melihat persamaan regresi yang diperoleh
berarti apabila digunakan sebagai kesimpulan antar variabel yang
dianalisis. Uji lineritas dengan menggunakan ANOVA. Regresi linier

31

apabila F hitung lebih kecil daripada F table pada taraf signifikan


=0,05
ii.

Uji Hipotesis Penelitian

Untuk melakukan uji hipotesis penelitian dilakukan dengan beberapa langkah


sebagai berikut:
1.

Uji Korelasi Sederhana


Uji Korelasi Sederhana ini digunakan untuk menguji hipotesis pertama dan
hipotesis kedua, dengan rumus persamaan Product Moment. Hal ini
dilakukan ini melihat hubungan antara variabel-variabel bebas dan variabel
terikat.

2.

Uji Korelasi Jamak (Multiple)


Uji Korelasi Jamak digunakan untuk menguji hipotesis ketiga. Hal ini
dilakukan untuk melihat da korelasi yang berarti apabila kedua variabel bebas
secara bersama-sama dikorelasikan dengan variabel terikat.

3.

Uji Keberartian Parsial


Uji Keberartian Parsial digunakan untuk melihat keberartian variabel bebas
dengan terikat bila salah satu variabel bebas dikontrol

E. Hipotesis Statistik
Pengujian Hipotesis Statistik dalam penelitian ini dengan menggunakan
notasi sebagai berikut :
1. Hipotesis Statitistik 1
H0 : Px1y 0
Ha : Px1y 0

32

Px1y : Koefisien korelasi antara variabel pengetahuan dengan


penggunaan kontrasepsi AKDR
2. Hipotesis Statistik 2
H0 : Px2y 0
Ha : Px2y 0
Px2y : Koefisien korelasi antara variabel karakteristik kebudayaan
dengan penggunaan kontrasepsi AKDR
3. Hipotesis Statistik 3
H0 : Px1x2y 0
Ha : Px1x2y 0
Px1x2y : Koefisien korelasi antara variabel pengetahuan dan
karakteristik kebudayaan ibu dengan penggunaan kontrasepsi AKDR
Keterangan :
H0 : Hipotesis Nol
Ha : Hipotesis Alternatif

Anda mungkin juga menyukai