275
ini kurva produktivitas tidak sejalan lagi dengan jumlah pupuk yang digunakan.
Efisiensi pemupukan makin merosot atau rasio kenaikan hasil dibagi jumlah
pupuk yang digunakan semakin kecil, hal ini dikenal sebagai "levelling off" (Sri
Adiningsih, 1992).
Pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang penting
dalam meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk diusahakan secara
efisien, agar diperoleh produksi yang optimal dan meningkatkan pendapatan
petani serta tidak mencemari lingkungan. Dalam rangka program pemerintah
untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional, maka penerapan pemupukan
berimbang harus dilakukan. Penerapan pemupukan berimbang akan
meningkatkan efisiensi pemupukan, produksi tanaman, mampu menghemat
pupuk dan devisa negara, dalam jangka panjang dapat mengurangi pencemaran
lingkungan.
Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk ke dalam tanah untuk
mencapai status semua hara esensial seimbang dan optimum dalam tanah untuk
meningkatkan produksi dan mutu hasil pertanian, efisiensi pemupukan,
kesuburan tanah serta menghindari pencemaran lingkungan. Jenis hara tanah
yang sudah mencapai kadar optimum atau status tinggi, tidak perlu ditambahkan
lagi, kecuali sebagai pengganti hara yang terangkut sewaktu panen. Pengertian
pemupukan berimbang adalah pemenuhan hara yang berimbang dalam tanah,
bukan berimbang dalam bentuk pupuk. Sumber hara dapat berupa pupuk
tunggal, pupuk majemuk atau kombinasi keduanya.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan secara berkelanjutan penerapan
pengelolaan hara terpadu perlu dilakukan. Pengelolaan hara terpadu
mensyaratkan penggunaan pupuk organik dan anorganik sebagai sumber hara
tanaman. Secara kuantitatif kandungan hara pupuk organic rendah namun
keunggulan lain dari pupuk organic dapat memperbaiki sifat kimia, biologi dan
fisika tanah serta efisiensi pemupukan (Tisdale et al., 1985). Pupuk organik
disamping dapat mensuplai hara NPK, juga dapat menyediakan unsur mikro
sehingga dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah
yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang
seimbang.
Rekomendasi pemupukan N, P dan K pada padi sawah yang
dikombinasikan dengan penggunaan jerami atau pupuk kandang (pukan) sapi
yang tertuang dalam Permentan No. 40. 2007, perlu divalidasi. Dalam
rekomendasi tersebut diasumsikan bahwa pemberian jerami segar 5 t/ha dapat
mensubtitusi pupuk Urea sebesar 20 kg/ha dan 50 kg KCl/ha sedangkan pukan
276
Validasi Rekomendasi Pemupukan NPK dan Pupuk Organik pada Padi Sawah
sapi 2 ton/ha dapat mensubtitusi pupuk Urea 25 kg/ha, SP-36 25 kg/ha dan 20 kg
KCl/ha. Subtitusi hara dari jerami dan pukan tersebut diharapkan tidak
menurunkan produksi tanaman padi. Berdasarkan hal diatas maka dirancang
penelitian yang bertujuan untuk menguji asumsi tersebut dibandingkan dengan
takaran rekomendasi pemupukan NPK spesifik lokasi.
BAHAN DAN METODE
Lokasi penelitian KP. Taman Bogo, Lampung dengan ordo tanah Ultisol.
Ukuran petak 4 m x 5 m. Tanaman indikator padi varietas 64 dengan jarak tanam
20 cm x 20 cm.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok dengan tiga (3) ulangan. Perhitungan takaran pupuk
berdasarkan status hara dan kebutuhan hara tanaman (Permentan N0.40.2007),
sedangkan untuk perlakuan 5 sampai 8 perhitungan berdasar persentasi dari
takaran pemupukan NPK spesifik lokasi dan takaran pukan sapi 2 t/ha.
Perlakuan-perlakuan dalam percobaan adalah:
1.
Pupuk NPK takaran rekomendasi spesifik lokasi (Permentan No.40.2007)
2.
Pupuk NPK takaran rekomendasi + 5 t jerami /ha (Permentan No.40.2007)
3.
Pupuk NPK takaran rekomendasi + 2 t pukan sapi/ha (Permentan
No.40.2007)
4.
Pupuk NPK rekomendasi setempat (Urea 200 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl
100 kg/ha)
5.
Pupuk NPK takaran rekomendasi 50 % + pukan sapi 50%
6.
Pupuk NPK takaran rekomendasi 40% + pukan sapi 60%
7.
Pupuk NPK takaran rekomendasi 30% + pukan sapi 70%
8.
Pupuk NPK takaran rekomendasi 20% + pukan sapi 80%
9.
Kontrol ( tanpa pupuk)
Status hara tanah Taman Bogo berdasarkan uji tanah berstatus hara P dan
K sedang, sehingga takaran rekomendasi spesifik lokasi yaitu 75 kg/ha SP-36
dan 50 kg/ha KCl dan pupuk Urea 250 kg/ha. Pupuk Urea dan KCl diberikan
displit 2 kali, setengah takaran pada saat tanam dan setengah takaran umur
primordia. Parameter sifat kimia tanah yang diamati yaitu pH, C-organik, N-total
(metode Kjeldahl) , basa dapat ditukar dan kapasitas tukar kation dengan
ekstraksi NH4-asetat pH 7, kejenuhan basa dan P tersedia ekstrak Bray I.
Parameter agronomis yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot jerami dan
gabah kering serta bobot 1000 butir.
277
Pupuk organik
Pukan sapi
Kompos jerami
278
Validasi Rekomendasi Pemupukan NPK dan Pupuk Organik pada Padi Sawah
antar perlakuan terhadap nilai KTK tanah. Hal ini disebabkan pemberian pukan 2
t/ha dan jerami 5 t/ha hanya meningkatkan C-organik dari 0,78% menjadi 0,83%
terjadi peningkatan 0,05%, sehingga peningkatan tersebut tidak dapat
meningkatkan KTK tanah. Namun hasil penelitian Sri Adiningsih (1984)
menunjukkan bahwa pemberian jerami setelah 4 musim tanam, dapat meningkatkan kadar C-organik, K-dapat ditukar, Mg-dapat ditukar, KTK, Si tersedia
dan stabilitas agregat tanah.
Tinggi tanaman dan jumlah anakan
Perlakuan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan
jumlah anakan padi sawah IR-64 (Tabel 3 dan 4). Tinggi tanaman padi umur 2
MST umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan,
kecuali perlakuan kontrol (tanpa pupuk). Tinggi tanaman padi pada umur 4, 6, 8
MST menunjukkan bahwa perlakuan NPK takaran rekomendasi spesifik lokasi
dan yang dikombinasikan dengan jerami 5 t/ha nyata lebih tinggi dari NPK
takaran rekomendasi setempat dan perlakuan lainnya. Perlakuan jerami
berpengaruh nyata hal ini karena tanah kahat K dan adanya pemberian jerami
akan meningkatkan ketersediaan K tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Sedangkan tinggi tanaman saat panen menunjukkan bahwa antar perlakuan yang
dicoba tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, kecuali pada perlakuan NPK
20% - pukan sapi 80%. Tinggi tanaman padi saat panen tertinggi sebesar 100,7
cm dicapai oleh perlakuan NPK takaran rekomendasi spesifik lokasi. Tinggi
tanaman padi terendah sebesar 64,6 cm pada perlakuan NPK 20% - pukan sapi
80%. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi memerlukan hara N, P dan K
dengan takaran yang sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman
padi. Hasil penelitian pada tanah Vertisol Blitar menunjukkan bahwa kombinasi
pemupukan NPK, jerami dan pukan kerbau 5 t/ha meningkatkan pertumbuhan
tanaman dan bobot kering gabah (Suriadikarta et al., 2003).
Perlakuan NPK takaran rekomendasi spesifik lokasi dan yang
dikombinasikan dengan jerami 5 t/ha atau pupuk kandang sapi memberikan
jumlah anakan 8 MST yang lebih banyak dari perlakuan NPK rekomendasi
setempat, walaupun berdasarkan uji statistik tidak menunjukkan perbedaan
nyata. Jumlah anakan padi pada saat panen berkurang karena ada anakan mati.
Jumlah anakan padi terendah pada perlakuan kontrol.
279
Perlakuan
NPK takaran rekm spesifik lokasi
NPK takaran rekm+5 t jr/ha
NPK takaran rekm+ 2 t/ha pukan sapi
NPK rekm setempat
NPK 50%-pukan sapi 50%
NPK 40% - pukan sapi 60%
NPK 30% - pukan sapi 70%
NPK 20% - pukan sapi 80%
Kontrol (tanpa pupuk)
C-org
5,0 a*
4,3 b
4,3 b
4,2 b
4,2 b
4,1 b
4,2 b
4,2 b
4,2 b
N-total
......... % ........
0,82 a 0,06 a
0,83 a 0,06 a
0,83 a 0,06 a
0,89 a 0,07 a
0,85 a 0,07 a
0,83 a 0,07 a
0,77 a 0,07 a
0,82 a 0,07 a
0,78 a 0,07 a
Ptersedia
ppm
13,1 b
15,8 b
14,7 b
28,5 a
27,0 a
18,1 b
12,3 b
15,3 b
13,7 b
Ca
Mg
KTK
*) Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT
Tabel 3.
Perlakuan
NPK takaran rekm spesifik lokasi
NPK takaran rekm+5 t jr/ha
NPK takaran rekm+ 2 t/ha pukan sapi
NPK rekm setempat
NPK 50%-pukan sapi 50%
NPK 40% - pukan sapi 60%
NPK 30% - pukan sapi 70%
NPK 20% - pukan sapi 80%
Kontrol (tanpa pupuk)
2 MST
4 MST
Tinggi tanaman
6 MST
8 MST
30,7a*
30,9a
30,9a
30,4ab
30,0ab
30,3ab
29,5bc
29,5bc
28,7c
51,7 a
51,4 a
49,1 b
47,8 bc
47,3 c
46,8 c
44,8 d
44,9 d
42,1 e
------ cm -----65,6 ab
66,5 a
62,9 bc
63,5 abc
59,9 c
62,1 bc
60.8 c
59,9 c
55,1 d
82,9 a
83,0 a
76,3 b
77,4 b
74,3 b
75,0 b
74,9 b
75,2 b
70,1 c
Saat
panen
100,7 a
98,6 a
95,9 a
98,0 a
95,6 a
94,3 a
94,6 a
64,6 b
87,6 ab
*) Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT
280
KB
%
24 a
36 a
32 a
27 a
19 a
33 a
42 a
31 a
45 a
Tabel 4.
Perlakuan
NPK takaran rekomendasi spesifik lokasi
NPK takaran rekomendasi+5 t jerami/ha
NPK takaran rekomendasi+ 2 t/ha pukan
sapi
NPK rekomendasi setempat
NPK 50% - pukan sapi 50%
NPK 40% - pukan sapi 60%
NPK 30% - pukan sapi 70%
NPK 20% - pukan sapi 80%
Kontrol (tanpa pupuk)
4 MST
17,0 ab *
17,8 a
15,6 bcd
16,1 abc
14,5 cd
14,7 cd
13,6 d
14,5 cd
11,6 e
Jumlah anakan
8 MST
Saat panen
13,6 a
13,3 a
13,6 a
12,8 ab
13,9 a
12,6 abc
13,0 ab
12,7 ab
12,8 ab
12,2 b
11,9 b
9,60 c
11,5 abc
11,17 bc
11,9 abc
10,7 c
10,6 c
8,5 d
*) Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% uji DMRT
281
Bobot gabah seribu butir sejalan dengan bobot gabah kering, perlakuan
NPK takaran rekomendasi + 5 t jerami/ha memberikan bobot gabah seribu butir
paling tinggi yaitu sebesar 26,13 g. Penggantian sebagian pupuk NPK dengan
pukan sapi takaran 2 t/ha dalam proporsi 50-80% memberikan bobot gabah
kering yang lebih rendah. Hasil-hasil penelitian aplikasi pupuk kandang pada
lahan sawah yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk organik dalam kisaran 2-20% (Hartatik dan
Widowati, 2006). Pupuk kandang selain mengandung hara-hara yang dibutuhkan
oleh tanaman juga mengandung asam-asam humat, fulvat, hormon tumbuh dan
lain-lain yang bersifat memacu pertumbuhan tanaman sehingga serapan hara
oleh tanaman meningkat (Tan, 1993).
Tabel 5.
Bobot jerami, gabah kering dan gabah 1000 butir padi IR-64 di Taman
Bogo Lampung
Perlakuan
NPK takaran rekomendasi spesifik lokasi
NPK takaran rekomendasi+ 5 t jerami/ha
NPK takaran rekomendasi+ 2 t/ha pukan
sapi
NPK rekomendasi setempat
NPK 50% - pukan sapi 50%
NPK 40% - pukan sapi 60%
NPK 30% - pukan sapi 70%
NPK 20% - pukan sapi 80%
Kontrol (tanpa pupuk)
Bobot
Bobot Gabah
Jerami
kering
... t/ha
2,66 a*
3,96 ab
2,53 ab
4,14 a
2,45 b
3,86 abc
2,50 ab
2,03 d
2,24 c
2,15 cd
1,81 e
1,55 f
4,03 ab
3,72 bc
3,56 c
3,19 d
2,55 e
2,39 e
Bobot Gabah
1000 butir
.. . g ..
25,87 a
26,13 a
26,07 a
26,07 a
25,67 ab
25,27 bc
25,33 bc
25,13 c
24,93 c
*) Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% uji DMRT
KESIMPULAN
Pemupukan NPK takaran rekomendasi spesifik lokasi tidak berbeda nyata
dengan pemupukan NPK takaran rekomendasi yang dikombinasikan dengan
jerami 5 t/ha dan pupuk kandang sapi 2 t/ha. Perlakuan NPK takaran
rekomendasi + 5 t jerami/ha meningkatkan bobot gabah kering secara nyata yaitu
sebesar 4,14 t/ha, terjadi peningkatan bobot gabah kering sebesar 73%
dibandingkan kontrol. Penggantian sebagian pupuk NPK dengan pukan sapi
takaran 2 t/ha dalam proporsi 50 sampai 80% memberikan bobot gabah kering
yang lebih rendah. Sifat kimia tanah umumnya tidak berbeda nyata antar
perlakuan. Untuk mendapatkan hasil validasi yang mantap, perlu dilakukan
validasi di beberapa lokasi yang berbeda.
282
Validasi Rekomendasi Pemupukan NPK dan Pupuk Organik pada Padi Sawah
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Rekomendasi
Pemupukan N, P, dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi. Peraturan
Menteri Pertanian N0. 40, 11 April 2007.
Hartatik dan L.R. Widowati. 2006. Pupuk Kandang. Buku Pupuk Organik dan
Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sri Adiningsih, J. 1984. Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Penyediaan Kalium
Tanah Sawah Daerah Sukabumi dan Bogor. Disertasi Doktor. Fakultas
Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sri Adiningsih, J. 1992. Peranan Efisiensi Penggunaan pupuk untuk Melestarikan
Swasembada Pangan. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Badan
Litbang.
Suriadikarta, D.A., W. Hartatik, dan G. Syamsidi. 2003. Penerapan pengelolaan
hara terpadu pada lahan sawah irigasi. Prosiding Seminar Nasional
PERHIMPI. Biotrop, 9-10 September 2003.
Tan, K.H. 1993. Environmental Soil Science. Marcel Dekker, Inc. New York.
Tisdale, S.L, W.L. Nelson and J.D.Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4th
ed
. The Macmillan Publ. Co.New York. 694 p.
283