bahwa
untuk
meningkatkan
profesionalisme,
pasien
perlu
dibentuk
Komite
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
: 1.
Undang-Undang
Pemerintahan
Indonesia
Nomor
Daerah
Tahun
32
Tahun
(Lembaran
2004
2004
Negara
Nomor
125,
tentang
Republik
Tambahan
telah
diubah
dengan
Undang-Undang
Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2009
tentang
Nomor
114,
Tambahan
Lembaran
Negara
Nomor
153,
Tambahan
Lembaran
Negara
5. Keputusan . . .
-25.
Keputusan
Menteri
369/MENKES/SK/III/2007
Bidan;
6.
Kesehatan
tentang
Nomor
Standar
Profesi
Peraturan
Menteri
Kesehatan
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang
Penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana telah
Nom
Izin d
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2010
Nomor
585)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);
8.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
1464/MENKES/PER/X/2010
tentang
Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 501);
9.
Peraturan
Menteri
1796/MENKES/PER/VIII/2011
Kesehatan
tentang
Nomor
Registrasi
Nom
Izin
d
-32.
Rumah
Sakit
adalah
institusi
pelayanan
kesehatan
yang
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Buku Putih adalah dokumen yang berisi syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh tenaga keperawatan yang digunakan untuk menentukan
Kewenangan Klinis.
Pasal 2
Penyelenggaraan Komite Keperawatan bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga keperawatan serta mengatur tata kelola klinis yang
baik agar mutu pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan yang
berorientasi pada keselamatan pasien di Rumah Sakit lebih terjamin dan
terlindungi.
Pasal 3 . . .
-4Pasal 3
Tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi
perawat dan bidan.
Pasal 4
(1)
(2)
Penugasan
Klinis
pemberian
sebagaimana
Kewenangan
dimaksud
Klinis
pada
tenaga
ayat
(1)
berupa
keperawatan
oleh
Surat
Penugasan
diterbitkan
Klinis
oleh
sebagaimana
kepala/direktur
dimaksud
Rumah
pada
Sakit
ayat
(2)
berdasarkan
Dalam
keadaan
memberikan
darurat
surat
kepala/direktur
Penugasan
Klinis
Rumah
secara
Sakit
dapat
langsung
tidak
Sakit
merupakan
tempat
untuk
melakukan
pelayanan
Dalam rangka mewujudkan tata kelola klinis yang baik, setiap Rumah
Sakit harus membentuk Komite Keperawatan.
(2)
Komite
Keperawatan
merupakan
organisasi
non
struktural
yang
Bagian Kedua . . .
-5Bagian Kedua
Susunan Organisasi dan Keanggotaan
Pasal 6
Komite Keperawatan dibentuk oleh kepala/direktur Rumah Sakit.
Pasal 7
(1)
(2)
a.
b.
c.
subkomite.
sekurang-kurangnya
dapat
terdiri
dari
ketua
dan
Sakit
dengan
mempertimbangkan
sikap
profesional,
Jumlah
personil
dimaksud
pada
keanggotaan
ayat
(1)
Komite
disesuaikan
Keperawatan
dengan
sebagaimana
jumlah
tenaga
(2)
(1)
subkomite Kredensial;
b.
c.
(2) Subkomite . . .
-6(2)
(3)
audit
kebutuhan pengembangan
keperawatan
profesional
dan
merekomendasikan
berkelanjutan
bagi
tenaga
keperawatan.
(4)
(1)
(2)
b.
c.
b.
c.
d.
e.
f.
(3)
Dalam
melaksanakan
fungsi
memelihara
mutu
profesi,
Komite
b. merekomendasikan . . .
-7b.
merekomendasikan
perencanaan
pengembangan
profesional
(4)
c.
d.
b.
melakukan
pembinaan
etik
dan
disiplin
profesi
tenaga
keperawatan;
c.
d.
e.
b.
c.
d.
e.
memberikan
rekomendasi
tindak
lanjut
audit
keperawatan
dan
kebidanan;
f.
g.
memberikan
rekomendasi
pendampingan
dan
memberikan
(2)
Komite
Keperawatan
bertanggung
jawab
kepada
kepala/direktur
Rumah Sakit.
Bagian Kelima . . .
-8Bagian Kelima
Panitia Adhoc
Pasal 14
(1)
(2)
Sakit
berdasarkan
usulan
ketua
Komite
Keperawatan.
(3)
Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari tenaga
keperawatan yang tergolong sebagai Mitra Bestari.
(4)
BAB III
PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN
Pasal 15
(1)
Setiap
Rumah
Sakit
wajib
menyusun
peraturan
internal
staf
(3)
(4)
(5)
BAB IV . . .
-9BAB IV
PENDANAAN
Pasal 16
(1)
(2)
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 17
Pembinaan
dan
pengawasan
penyelenggaraan
Komite
Keperawatan
(2)
(3)
a.
b.
c.
BAB VI . . .
- 10 BAB VI KETENTUAN
PERALIHAN
Pasal 19
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Rumah Sakit yang telah
memiliki Komite Keperawatan harus menyesuaikan dengan Peraturan
Menteri ini dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
- 11 LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 49 TAHUN 2013
TENTANG KOMITE KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT
PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit di
Indonesia terus berkembang baik jumlah, jenis maupun kelas rumah sakit
sesuai dengan kondisi atau masalah kesehatan masyarakat, letak geografis,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peraturan serta kebijakan
yang ada.
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit terdiri dari berbagai jenis pelayanan
seperti pelayanan medik, keperawatan dan penunjang medik yang diberikan
kepada pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
Rumah Sakit mempunyai fungsi penyelenggaraan pelayanan kesehatan,
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia, serta penyelenggaraan
penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi bidang kesehatan.
Dalam Pasal 63 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dinyatakan bahwa penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
dilakukan dengan pengendalian, pengobatan dan/atau perawatan serta
dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara
lain yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya.
Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran
atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Penyelenggaraan . . .
keperawatan
dan
asuhan
kebidanan
kepada
pasien
dan
keluarganya.
Diperlukan tenaga keperawatan yang kompeten, mampu berpikir kritis,
selalu
berkembang
serta
memilki
etika
profesi
sehingga
pelayanan
tenaga
Tenaga . . .
terbatas
untuk
kegiatan-kegiatan
meningkatkan
audit
kemampuan
keperawatan
dan
profesinya
kebidanan
serta
melalui
kegiatan
pendidikan berkelanjutan.
Agar profesionalisme dan pertumbuhan profesi tenaga keperawatan dapat
terjadi dan terus berkembang, maka diperlukan suatu mekanisme dan
sistem pengorganisasian yang terencana dan terarah yang diatur oleh suatu
wadah keprofesian yang sarat dengan aturan dan tata norma profesi
sehingga dapat menjamin bahwa sistem pemberian pelayanan dan asuhan
keperawatan dan kebidanan yang diterima oleh pasien, diberikan oleh
tenaga keperawatan dari berbagai jenjang kemampuan atau kompetensi
dengan benar (scientific) dan baik (ethical) serta dituntun oleh etika profesi
keperawatan dan kebidanan. Mekanisme dan sistem pengorganisasian
tersebut adalah Komite Keperawatan.
Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau
profesi
dibentuk
kepala/direktur
untuk
Rumah
memberikan
Sakit
pertimbangan
dalam
rangka
strategis
peningkatan
kepada
dan
melakukan
kredensial,
pembinaan
disiplin
dan
etika
profesi
melaksanakan
fungsi
dan
tugasnya,
diperlukan
dukungan,
Berdasarkan . . .
- 14 Berdasarkan
kondisi
tersebut,
diperlukan
adanya
Pedoman
menteri
berkontribusi
kesehatan,
meningkatkan
sehingga
kinerja
dapat
pengelolaan
diimplementasikan,
klinik
bagi
tenaga
BAB II . . .
- 15 BAB II
KOMITE KEPERAWATAN
A.
fungsi
utama
mempertahankan
dan
meningkatkan
C. PENGORGANISASIAN . . .
- 16 C.
ditetapkan
oleh
kepala/direktur
Rumah
Sakit
dengan
KOMITE
MEDIK
SUBKOMITE
KREDENSIAL
KOMITE
KEPERAWATAN
SUBKOMITE
MUTU PROFESI
DIREKTUR
DIREKTUR
DIREKTUR
DIREKTUR
SUBKOMITE
ETIK DAN
DISIPLIN
D. SUB KOMITE . . .
- 17 D.
SUBKOMITE KREDENSIAL
Proses Kredensial menjamin tenaga keperawatan kompeten dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan kebidanan kepada pasien
sesuai dengan standar profesi. Proses Kredensial mencakup tahapan
review, verifikasi dan evaluasi terhadap dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan kinerja tenaga keperawatan.
Berdasarkan
hasil
merekomendasikan
proses
kepada
Kredensial,
kepala/direktur
Komite
Keperawatan
Rumah
Sakit
untuk
berupa
daftar
Kewenangan
Klinis
yang
diberikan
oleh
asuhan
keperawatan
atau
asuhan
kebidanan
dalam
Tujuan
a.
b.
c.
2.
Tugas
Tugas sub komite Kredensial adalah:
a.
b.
menyusun
buku
putih
(white
paper)
yang
merupakan
setiap
jenis
pelayanan
keperawatan
dan
c. menerima . . .
- 18 c.
ijazah;
2.
3.
sertifikat kompetensi;
4.
5.
6.
d.
2.
ketua
Komite
Keperawatan
menugaskan
Subkomite
4.
e.
f.
g.
yang ditetapkan.
sub komite membuat laporan seluruh proses Kredensial
kepada Ketua Komite Keperawatan untuk diteruskan ke
kepala/direktur Rumah Sakit.
3.
Kewenangan
Sub komite Kredensial mempunyai kewenangan memberikan
rekomendasi rincian Kewenangan Klinis untuk memperoleh surat
Penugasan Klinis (clinical appointment).
4.
Mekanisme Kerja
Untuk
melaksanakan
tugas
sub
komite
Kredensial,
maka
- 19 b.
c.
d.
memberikan
laporan
rekomendasi
hasil
memperoleh
Kredensial
sebagai
Penugasan
bahan
Klinis
dari
memberikan
rekomendasi
Kewenangan
Klinis
untuk
2)
3)
berbagai
metode:
porto
folio,
asesmen
kompetensi;
4)
f.
g.
E.
Kemampuan . . .
waktu,
fasilitas-sarana
terbatas,
belum
berkembangnya
studi
kasus,
seminar/simposium
serta
pelatihan,
baik
keputusan
klinik
dengan
tepat,
mengurangi
tingkat
kepercayaan
pasien
angka
Akhirnya
terhadap
tenaga
Tujuan
Memastikan mutu profesi tenaga keperawatan sehingga dapat
memberikan
asuhan
keperawatan
dan
kebidanan
yang
Tugas
Tugas sub komite mutu profesi adalah:
a.
b.
c.
melakukan
audit
asuhan
keperawatan
dan
asuhan
kebidanan;
d.
3.
Kewenangan
Subkomite mutu profesi mempunyai kewenangan memberikan
rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan dan kebidanan,
pendidikan keperawatan dan kebidanan berkelanjutan serta
pendampingan.
4. Mekanisme . . .
- 21 4.
Mekanisme kerja
Untuk melaksanakan
profesi, maka
b.
subkomite
Kredensial
sesuai
perkembangan
ilmu
merekomendasikan
perencanaan
CPD
kepada
unit
yang
berwenang;
d.
koordinasi
dengan
praktisi
tenaga
keperawatan
dalam
2)
3)
4)
5)
f.
6)
menerapkan perbaikan;
7)
rencana reaudit.
F.
Nilai etik . . .
diberikan
benar-benar
menjamin
pasien
akan
aman
dan
mendapat kepuasan.
1.
Tujuan
Subkomite etik dan disiplin profesi bertujuan:
a.
memberikan
asuhan
keperawatan
dan
asuhan
kebidanan;
b.
c.
memelihara
dan
meningkatkan
profesionalisme
tenaga
keperawatan.
2.
Tugas
a.
b.
melakukan
pembinaan
etik
dan
disiplin
profesi
tenaga
keperawatan;
c.
d. merekomendasikan . . .
- 23 d.
merekomendasikan
pelanggaran
penyelesaian
disiplin
dan
masalah-masalah
masalah-masalah
etik
dalam
3.
e.
f.
Kewenangan
Subkomite etik dan disiplin profesi mempunyai kewenangan
memberikan usul rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis
(clinical
privilege)
tertentu,
memberikan
rekomendasi
privilege),
serta
memberikan
rekomendasi
pemberian
tindakan disiplin.
4.
Mekanisme kerja
a.
melakukan
prosedur
penegakan
disiplin
profesi
dengan
tahapan:
1)
2)
b.
c.
3)
d.
Melakukan
pembinaan
etik
dan
disiplin
profesi
tenaga
keperawatan, meliputi:
1)
sehari-hari.
2). menyusun . . .
- 24 2)
menyusun
program
pembinaan,
mencakup
jadwal,
e.
BAB III . . .
- 25 BAB III
PETUNJUK TEKNIS PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN
(NURSING STAF BY LAWS)
A.
PENDAHULUAN
Peraturan
internal
staf
keperawatan
merupakan
peraturan
yang
berlaku.
Peraturan
internal
staf
hal
Termasuk
pengambilan
mengatur
Keperawatan
kepada
keputusan
mekanisme
tentang
staf
keperawatan.
pertanggungjawaban
kepala/direktur
Rumah
Sakit
Komite
tentang
Penugasan
Klinis
staf
Pengaturan utamanya
keperawatan,
mekanisme
sistematika
petunjuk
teknis
keperawatan meliputi:
1.
2.
3.
PENDAHULUAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
BAB II
TUJUAN
peraturan
internal
staf
4. BAB III . . .
- 26 4.
BAB III
KEWENANGAN KLINIS
5.
BAB IV
PENUGASAN KLINIS
6.
BAB V
KOMITE KEPERAWATAN
7.
BAB VI
RAPAT
8.
9.
10. BAB IX
11. BAB X
PENUTUP
MUKADIMAH/PENDAHULUAN
Mukadimah memberi gambaran tentang perlunya profesionalisme staf
keperawatan dan tata kelola klinis (clinical governance) yang dilakukan oleh
Komite Keperawatan. Dalam mukadimah ini dapat dikemukakan visi dan
misi para staf keperawatan di Rumah Sakit yang pada dasarnya peduli
terhadap
keselamatan
pasien.
Kepedulian
ini
diwujudkan
melalui
(nursing
staff bylaws) ini adalah upaya untuk memastikan agar hanya staf
keperawatan
konsep-konsep
yang
digunakan
dalam
peraturan
internal
staf
keperawatan.
BAB II
TUJUAN
Tujuan peraturan internal staf keperawatan (nursing staf bylaws) adalah
agar Komite Keperawatan dapat menyelenggarakan tata kelola klinis yang
baik (good clinical governance) melalui mekanisme Kredensial, peningkatan
mutu profesi, dan penegakan disiplin profesi. Selain itu peraturan internal
staf keperawatan . . .
- 27 staf keperawatan
dasar hukum bagi mitra bestari (peer group) dalam pengambilan keputusan
profesi melalui Komite Keperawatan. Putusan itu dilandasi semangat bahwa
hanya staf keperawatan yang kompeten dan berperilaku profesional sajalah
yang boleh melakukan asuhan keperawatan dirumah sakit.
BAB III KEWENANGAN
KLINIS
Pada awal bab ini, harus ditentukan bahwa semua asuhan keperawatan
hanya boleh dilakukan oleh staf keperawatan yang telah diberi Kewenangan
Klinis melalui proses Kredensial. Untuk itu harus diatur tentang jenis
kategori
staf
keperawatan
sesuai
dengan
lingkup
kewenangan
yang
ini
mengatur
pula
proses
penilaian
untuk
merekomendasikan
privilege
oleh
kepala/direktur
Rumah
Sakit
yang
tenaga
keperawatan
untuk
melakukan
tindakan
medik
BAB V . . .
- 28 BAB V
KOMITE KEPERAWATAN
Bab
ini
mengatur
mengenai
pengorganisasian
Komite
Keperawatan,
organisasi, tugas dan fungsi, masa jabatan Komite Keperawatan dan cara
penetapan ketua Komite Keperawatan dan perangkatnya. Dalam bab ini
subkomite yang ada dibawah Komite Keperawatan ditetapkan secara
limitatif,
yaitu
subkomite
Kredensial,
subkomite
mutu
profesi,
dan
rapat ini
sakit.
Pedoman
pengorganisasian
dan
tata
kerja
di
subkomite
(continuing
professional
development).
Pedoman
BAB IX . . .
- 29 BAB IX
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
Bab ini mengatur tentang upaya pendisiplinan staf keperawatan
yang
tertulis
keperawatan
sampai
penangguhan
Kewenangan
Klinis
staf
tersebut
tidak
diperkenankan
melakukan
tindakan
kepala/direktur
Rumah
Sakit
atas
rekomendasi
Komite
ditetapkan oleh
BAB V . . .
- 30 BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Keperawatan
di
Rumah
Sakit
secara
komprehensif
dan
berkesinambungan.
Pembinaan dan pengawasan diarahkan pada peningkatan kinerja Komite
Keperawatan dalam rangka menjamin mutu pelayanan keperawatan dan
kebidanan serta keselamatan pasien di Rumah Sakit. Pembinaan dan
pengawasan Komite Keperawatan Rumah Sakit dilaksanakan Menteri,
Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi, Dewan Pengawas Rumah Sakit,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
dan perhimpunan/asosiasi perumahsakitan dengan melibatkan organisasi
profesi yang terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Komite Keperawatan
Rumah Sakit minimal mencakup:
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
b.
c.
5.
6.
7. mendokumentasikan . . .
- 31 7.
mendokumentasikan
seluruh
proses
dan
hasil
pembinaan
dan
pengawasan;
8.
merekomendasikan
hasil
pembinaan
dan
pengawasan
kepada
BAB VI . . .
- 32 BAB VI
PENUTUP
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI