Anda di halaman 1dari 17

makalah pernikahan dini

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Isu pernikahan dini saat ini marak dibicarakan. Hal ini dipicu oleh pernikahan
Pujiono Cahyo Widianto, seorang hartawan sekaligus pengasuh pesantren
dengan Lutviana Ulfah. Pernikahan antara pria berusia 43 tahun dengan gadis
belia berusia 12 tahun ini mengundang reaksi keras dari Komnas Perlindungan
Anak. Bahkan dari para pengamat berlomba memberikan opini yang bernada
menyudutkan. Umumnya komentar yang terlontar memandang hal tersebut
bernilai negatif.
Di sisi lain, Syeh Puji, begitu ia akrab disapa berdalih untuk mengader calon
penerus perusahaannya. Dia memilih gadis yang masih belia karena dianggap
masih murni dan belum terkontaminasi arus modernitas. Lagi pula dalam
pandangan Syeh Puji, menikahi gadis belia bukan termasuk larangan agama.
Sebenarnya kalau kita mau menelisik lebih jauh, fenomena pernikahan dini
bukanlah hal yang baru di Indonesia, khususnya daerah Jawa. Penulis sangat
yakin bahwa mbah buyut kita dulu banyak yang menikahi gadis di bawah umur.
Bahkanjaman dulupernikahan di usia matang akan menimbulkan preseden
buruk di mata masyarakat. Perempuan yang tidak segera menikah justru akan
mendapat tanggapan miring atau lazim disebut perawan kaseb.
Namun seiring perkembangan zaman, image masyarakat justru sebaliknya. Arus
globalisasi yang melaju dengan kencang mengubah cara pandang masyarakat.
Perempuan yang menikah di usia belia dianggap sebagai hal yang tabu. Bahkan
lebih jauh lagi, hal itu dianggap menghancurkan masa depan wanita,
memberangus kreativitasnya serta mencegah wanita untuk mendapatkan
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

BAB II
PENJELASAN

1. Arti Pernikahan Dini

Istilah pernikahan dini adalah kontenporer. Dini dikaitkan dengan waktu, yakni di
awal waktu tertentu. Lawannya adalah pernikahan kadaluarsa.

Pernikahan Dini adalah Agar tidak melebar dari tujuan utama penulisan ini,
mengingat banyaknya definisi usia dini dalam ungkapan pernikahan dini maka
penulis membatasi definisi pernikahan dini sebagai sebuah pernikahan yang
dilakukan oleh mereka yang berusia di bawah usia yang dibolehkan untuk
menikah dalam Undang-Undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974, yaitu minimal
16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki.
a. Pernikahan Dini menurut Negara
Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam
Undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan
hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan
pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas tahun) tahun.
Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan ini
tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar
kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental.
Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai dampak negatif
baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog, ditinjau dari
sisi sosial, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini
disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang
belum matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya memang
mempunyai banyak dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya
mentolerir pernikahan diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk
wanita.
b. Pernikahan Dini menurut Agama Islam
Hukum Islam secara umum meliputi lima prinsip yaitu perlindungan terhadap
agama, jiwa, keturunan, harta, dan akal. Dari kelima nilai universal Islam ini, satu
diantaranya adalah agama menjaga jalur keturunan (hifdzu al nasl). Oleh sebab
itu, Syekh Ibrahim dalam bukunya al Bajuri menuturkan bahwa agar jalur nasab
tetap terjaga, hubungan seks yang mendapatkan legalitas agama harus melalui
pernikahan. Seandainya agama tidak mensyariatkan pernikahan, niscaya
geneologi (jalur keturunan) akan semakin kabur.
Agama dan negara terjadi perselisihan dalam memaknai pernikahan dini.
Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimnal Undang-undang
Perkawinan, secara hukum kenegaraan tidak sah. Istilah pernikahan dini menurut
negara dibatasi dengan umur. Sementara dalam kaca mata agama, pernikahan
dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh.

Terlepas dari semua itu, masalah pernikahan dini adalah isu-isu kuno yang
sempat tertutup oleh tumpukan lembaran sejarah. Dan kini, isu tersebut
kembali muncul ke permukaan. Hal ini tampak dari betapa dahsyatnya benturan
ide yang terjadi antara para sarjana Islam klasik dalam merespons kasus
tersebut.
Pendapat yang digawangi Ibnu Syubromah menyatakan bahwa agama melarang
pernikahan dini (pernikahan sebelum usia baligh). Menurutnya, nilai esensial
pernikahan adalah memenuhi kebutuhan biologis, dan melanggengkan
keturunan. Sementara dua hal ini tidak terdapat pada anak yang belum baligh. Ia
lebih menekankan pada tujuan pokok pernikahan.
Ibnu Syubromah mencoba melepaskan diri dari kungkungan teks. Memahami
masalah ini dari aspek historis, sosiologis, dan kultural yang ada. Sehingga
dalam menyikapi pernikahan Nabi Saw dengan Aisyah (yang saat itu berusia usia
6 tahun), Ibnu Syubromah menganggap sebagai ketentuan khusus bagi Nabi Saw
yang tidak bisa ditiru umatnya.
Sebaliknya, mayoritas pakar hukum Islam melegalkan pernikahan dini.
Pemahaman ini merupakan hasil interpretasi dari QS. al Thalaq: 4. Disamping itu,
sejarah telah mencatat bahwa Aisyah dinikahi Baginda Nabi dalam usia sangat
muda. Begitu pula pernikahan dini merupakan hal yang lumrah di kalangan
sahabat.
Bahkan sebagian ulama menyatakan pembolehan nikah dibawah umur sudah
menjadi konsensus pakar hukum Islam. Wacana yang diluncurkan Ibnu
Syubromah dinilai lemah dari sisi kualitas dan kuantitas, sehingga gagasan ini
tidak dianggap. Konstruksi hukum yang di bangun Ibnu Syubromah sangat rapuh
dan mudah terpatahkan.
Imam Jalaludin Suyuthi pernah menulis dua hadis yang cukup menarik dalam
kamus hadisnya. Hadis pertama adalah Ada tiga perkara yang tidak boleh
diakhirkan yaitu shalat ketika datang waktunya, ketika ada jenazah, dan wanita
tak bersuami ketika (diajak menikah) orang yang setara/kafaah.
Hadis Nabi kedua berbunyi, Dalam kitab taurat tertulis bahwa orang yang
mempunyai anak perempuan berusia 12 tahun dan tidak segera dinikahkan,
maka anak itu berdosa dan dosa tersebut dibebankan atas orang tuanya.
Pada hakekatnya, penikahan dini juga mempunyai sisi positif. Kita tahu, saat ini
pacaran yang dilakukan oleh pasangan muda-mudi acapkali tidak mengindahkan
norma-norma agama. Kebebasan yang sudah melampui batas, dimana akibat
kebebasan itu kerap kita jumpai tindakan-tindakan asusila di masyarakat. Fakta
ini menunjukkan betapa moral bangsa ini sudah sampai pada taraf yang
memprihatinkan. Hemat penulis, pernikahan dini merupakan upaya untuk
meminimalisir tindakan-tindakan negatif tersebut. Daripada terjerumus dalam
pergaulan yang kian mengkhawatirkan, jika sudah ada yang siap untuk
bertanggungjawab dan hal itu legal dalam pandangan syara kenapa tidak ?
2. Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini

Praktek pernikahan dini dipengaruhi oleh budaya lokal. Sekalipun ada ketetapan
undang-undang yang melarang pernikahan dini, ternyata ada juga fasilitas
dispensasi.

Misalnya Sutik perempuan asal Tegaldowo, Rembang Jawa Tengah, pertama kali
dijodohkan orangtuanya pada usia 11 tahun. Kuatnya tradisi turun temurun
membuatnya tak mampu menolak. Terlebih lagi, Sutik belum mengerti arti
sebuah pernikahan. Sutik adalah satu dari sekian banyak perempuan di wilayah
Tegaldowo, Rembang, yang dinikahkan karena tradisi yang mengikatnya.
Kuatnya tradisi memaksa anak-anak perempuan melakukan pernikahan dini.

Maraknya tradisi pernikahan dini ini terkait dengan masih adanya kepercayaan
kuat tentang mitos anak perempuan. Seperti diungkapkan Suwandi, pegawai
pencatat nikah di Tegaldowo, Rembang Jawa Tengah, Adat orang sini kalau
punya anak perempuan sudah ada yang ngelamar harus diterima, kalau tidak
diterima bisa sampai lama tidak laku-laku.

Fenomena pernikahan diusia anak-anak menjadi kultur sebagian masyarakat


Indonesia yang masih memposisikan anak perempuan sebagai warga kelas ke-2.
Para orang tua ingin mempercepat perkawinan dengan berbagai alasan ekonomi,
sosial anggapan tidak penting pendidikan bagi anak perempuan dan stigma
negatif terhadap status perawan tua.

3. Dampak pernikahan dini (perkawinan di bawah umur)


Baru saja kita mendengar berita diberbagai media tentang kyai kaya yang
menikahi anak perempuan yang masih belia berumur 12 tahun. Berita ini
menarik perhatian khalayak karena merupakan peristiwa yang tidak lazim.
Apapun alasannya, perkawinan tersebut dari tinjauan berbagai aspek sangat
merugikan kepentingan anak dan sangat membahayakan kesehatan anak akibat
dampak perkawinan dini atau perkawinan di bawah umur. Berbagai dampak
pernikahan dini atau perkawinan dibawah umur dapat dikemukakan sbb.:
A. Dampak terhadap hukum
Adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita yaitu:
1. UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.

Pasal 6 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai


umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua.
2. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
a. mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak
b. menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan
minatnya dan;
c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
3. UU No.21 tahun 2007 tentang PTPPO
Patut ditengarai adanya penjualan/pemindah tanganan antara kyai dan orang
tua anak yang mengharapkan imbalan tertentu dari perkawinan tersebut.
Amanat Undang-undang tersebut di atas bertujuan melindungi anak, agar anak
tetap memperoleh haknya untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta
terlindungi dari perbuatan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Sungguh disayangkan apabila ada orang atau orang tua melanggar undangundang tersebut. Pemahaman tentang undang-undang tersebut harus dilakukan
untuk melindungi anak dari perbuatan salah oleh orang dewasa dan orang tua.
Sesuai dengan 12 area kritis dari Beijing Platform of Action, tentang
perlindungan terhadap anak perempuan.
B. Dampak biologis
Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju
kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan
lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan
justru akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan
membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak. Patut
dipertanyakan apakah hubungan seks yang demikian atas dasar kesetaraan
dalam hak reproduksi antara isteri dan suami atau adanya kekerasan seksual
dan pemaksaan (penggagahan) terhadap seorang anak.
Dokter spesialis obseteri dan ginekologi dr Deradjat Mucharram Sastraikarta Sp
OG yang berpraktek di klinik spesialis Tribrata Polri mengatakan pernikahan pada
anak perempuan berusia 9-12 tahun sangat tak lazim dan tidak pada tempatnya.
Apa alasan ia menikah? Sebaiknya jangan dulu berhubungan seks hingga anak
itu matang fisik maupun psikologis. Kematangan fisik seorang anak tidak sama
dengan kematangan psikologisnya sehingga meskipun anak tersebut memiliki
badan bongsor dan sudah menstruasi, secara mental ia belum siap untuk
berhubungan seks.
Ia memanbahkan, kehamilan bisa saja terjadi pada anak usia 12 tahun. Namun
psikologisnya belum siap untuk mengandung dan melahirkan. Jika dilihat dari
tinggi badan, wanita yang memiliki tinggi dibawah 150 cm kemungkinan akan
berpengaruh pada bayi yang dikandungnya. Posisi bayi tidak akan lurus di dalam
perut ibunya. Sel telur yang dimiliki anak juga diperkirakan belum matang dan
belum berkualitas sehingga bisa terjadi kelainan kromosom pada bayi.

C. Dampak psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks,
sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak
yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang
berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan
hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk
memperoleh pendidikan (Wajar 9 tahun), hak bermain dan menikmati waktu
luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam diri anak.
Menurut psikolog dibidang psikologi anak Rudangta Ariani Sembiring Psi,
mengatakan sebenarnya banyak efek negatif dari pernikahan dini. Pada saat itu
pengantinnya belum siap untuk menghadapi tanggungjawab yang harus
diemban seperti orang dewasa. Padahal kalau menikah itu kedua belah pihak
harus sudah cukup dewasa dan siap untuk menghadapi permasalahanpermasalan baik ekonami, pasangan, maupun anak. Sementara itu mereka yang
menikah dini umumnya belum cukup mampu menyelesaikan permasalan secara
matang.
Ditambahkan Rudangta, Sebenarnya kalau kematangan psikologis tidak
ditentukan batasan usia, karena ada juga yang sudah berumur tapi masih seperti
anak kecil. Atau ada juga yang masih muda tapi pikirannya sudah dewasa.
Kondisi kematangan psikologis ibu menjadi hal utama karena sangat
berpengaruh terhadap pola asuh anak di kemudian hari. yang namanya
mendidik anak itu perlu pendewasaan diri untuk dapat memahami anak. Karena
kalau masik kenak-kanakan, maka mana bisa sang ibu mengayomi anaknya.
Yang ada hanya akan merasa terbebani karena satu sisi masih ingin menikmati
masa muda dan di sisi lain dia harus mengurusi keluarganya.

D.Dampak sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat
patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang
rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat
bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama Islam yang sangat
menghormati perempuan (Rahmatan lil Alamin). Kondisi ini hanya akan
melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang akan melahirkan kekerasan
terhadap perempuan.

BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pernikahan dini atau perkawinan
dibawah umur lebih bayak mudharat dari pada manfaatnya. Oleh karena itu
patut ditentang. Orang tua harus disadarkan untuk tidak mengizinkan
menikahkan/mengawinkan anaknya dalam usia dini atau harus memahami
peraturan perundang-undangan untuk melindungi anak.

Namun dilain pihak permasalahan pernikahan dini tidak bisa diukur dari sisi
agama terutama dari sisi agama Islam. Karena menurut Agama Islam jika
dengan menikah muda mampu menyelamatkan diri dari kubangan dosa dan
lumpur kemaksiatan maka menikah adalah alternatif yang terbaik. Namun jika
dengan menunda pernikahan sampai usia matang mengandung nilai positif
maka hal ini adalah lebih utama

DAFTAR PUSTAKA

UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan


Yusuf Fatawie, Santri Lirboyo Kediri, Pernikahan Dini Dalam Perspektif Agama dan
Negara.http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/islam-kontenporer/124 tangg
al 21 September 2010
Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan/Deputi Perlindungan Anak,
Dampak Pernikhan Dini (Perkawinan Muda)
Abdul Bukhari Irwan Ibnu Abas, SS, M,Hum, Pernikahan
Dini,http://www,wahdah.or.id/wahdah-Wahdah Islamiyah tanggal 18 Desember
2003
Noni Arni, Kuatnya Tradisi, Salah Satu Penyebab Pernikahan Dini, Sosial Budaya
tanggal 16 November 2009
Warta kota, Kiai Nikahi ABG, Secara Medis Membahayakan, tanggal 24 Oktober
2008
Chaerunnisa, Ketahui Resiko Pernikanan Dini,
Yuk !,http://www.Okezone.com tanggal 29 Oktober 2008

RESIKO KEHAMILAN DI USIA REMAJA

Resiko Hamil Di Usia Muda

Resiko Hamil Di Usia Muda | Dampak Hamil Di Usia Muda. Pada saat ini
,privatenews banyak sekali menemui kejadian atau kasus kehamilan pada
remaja putri,bahkan kasus tersebut paling banyak dialami pada saat para remaja
putri belum menikah alias hamil di luar nikah. Padahal, kehamilan di usia muda
memiliki resiko yang tinggi , tidak hanya merusak masa depan remaja yang
bersangkutan, tetapi juga sangat berbahaya untuk kesehatannya.

Mengapa beresiko untuk kesehatan? , Di karenakan perempuan yang belum


dewas, memiliki organ reproduksi yang belum kuat untuk berhubungan intim dan
melahirkan, sehingga gadis dibawah umur memiliki resiko 4 kali lipat mengalami
luka serius dan meninggal akibat melahirkan.
Berikut ini resiko atau bahaya yang mengancam gadis dibawah umur saat hamil
di usia muda (Di bawah 20 tahun) :

1. Secara ilmu kedokteran ,organ reproduksi untuk gadis dengan umur dibawah
20 tahun ia belum siap untuk berhubungan seks atau mengandung, sehingga
jika terjadi kehamilan berisiko mengalami tekanan darah tinggi (karena tubuhnya
tidak kuat). Kondisi ini biasanya tidak terdeteksi pada tahap-tahap awal, tapi
nantinya menyebabkan kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian pada ibu
atau bayinya.
2. Kondisi sel telur pada gadis dibawah 20 tahun , belum begitu sempurna,
sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan mengalami cacat fisik.
3. Berisiko mengalami kanker serviks (kanker leher rahim), karena semakin muda
usia pertama kali seseorang berhubungan seks, maka semakin besar risiko
daerah reproduksi terkontaminasi virus.
Beberapa risiko medis lain yang kemungkinan akan dialami, diantaranya
1. Kurangnya perawatan kehamilan
Remaja perempuan yang sedang hamil, terutama jika tidak memiliki dukungan
dari orang tua, dapat berada pada risiko tidak mendapatkan perawatan
kehamilan yang memadai. Kehamilannya menjadi genting, terutama pada bulanbulan pertama kehamilan.
2. Tekanan darah tinggi
Remaja perempuan yang hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah
tinggi dibandingkan dengan wanita hamil yang berusia 20-30 tahun. Kondisi
tersebut disebut dengan pregnancy-induced hypertension. Remaja perempuan
yang hamil juga memiliki risiko lebih tinggi dari preeklamsia.
Preeklamsia merupakan kondisi medis berbahaya yang merupakan komninasi
dari tekanan darah tinggi dengan kelebihan protein dalam urin, pembengkakan
tangan dan wajah, serta kerusakan organ.
3. Kelahiran prematur

Sebuah usia kehamilan penuh berlangsung selama 40 minggu. Bayi yang lahir
sebelum 37 minggu dapat dikategorikan sebagai bayi prematur. Bayi yang lahir
lebih awal, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah pernapasan,
pencernaan, penglihatan, kognitif, dan masalah lainnya.
4. Berat lahir bayi rendah
Remaja perempuan yang hamil berisiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi
dengan berat badan yang rendah. Hal tersebut karena bayi memiliki waktu yang
kurang dalam rahim untuk tumbuh. Bayi lahir dengan berat badan rendah
biasanya memiliki berat badan sekitar 1.500-2.500 gram.
5. Penyakit menular seksual (PMS)
Untuk remaja yang berhubungan seks selama kehamilan, penyakit menular
seksual seperti klamidia dan HIV adalah perhatian utama. PMS ini dapat naik
melalui serviks dan menginfeksi rahim dan pertumbuhan bayi.
6. Depresi postpartum
Remaja perempuan yang hamil mungkin lebih berisiko mengalami depresi
postpartum, yaitu depresi yang dimulai setelah melahirkan bayi.
Remaja perempuan yang merasa down dan sedih, baik saat hamil atau setelah
melahirkan, harus berbicara secara terbuka dengan dokter atau orang lain yang
mereka percaya. Depresi dapat mengganggu merawat bayi yang baru lahir.
7. Merasa sendirian dan terkucilkan
Khusus untuk remaja yang berpikir tidak dapat memberitahu orang tuanya
bahwa sedang hamil, merasa takut, terisolasi, dan merasa sendiri dapat menjadi
masalah nyata.

Oleh karena itu privatenews berharap,buat kalian para gadis muda, berhatihatilah saat menjalin hubungan (berpacaran), lebih selektif dalam memilih
pasangan. Jika kalian merasa tidak mampu menahan gairahmu dan
pasanganmu, paling tidak pakai kondom guys, jangan sampai hamil di luar
nikah. privatenews

Hamil Usia Remaja Berisiko 4 Kali Lipat Meninggal Saat Melahirkan

Perempuan yang belum cukup umur disarankan jangan menikah dulu karena
organ-organ reproduksinya belum kuat untuk berhubungan intim atau
melahirkan. Remaja hamil berisiko 4 kali lipat mengalami luka serius dan
meninggal saat melahirkan.
Negara-negara di Asia Pasifik bisa dikatakan gagal menangani masalah remaja
dan anak muda. Meski mengalami pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
pelayanan kesehatan secara keseluruhan, namun saat berbicara tentang
kesehatan dan hak seksual dan reproduksi, remaja dan anak muda masih kurang
mendapatkan informasi dan tidak terlayani.
"Sebagai contoh, semua negara di wilayah Asia Pasifik memiliki hukum yang
melawan pernikahan anak, tetapi pada banyak negara hampir 50 persen wanita
menikah sebelum usia 18 tahun," ujar Dr Nafis Sadik, Special Envoy of the United
Nations Secretary-General for HIV/AIDS in Asia Pasific dalam acara the 6th Asia
Pacific Conference on Sexual and Reproductive Health and Right 2011 di Grha
Sabha Pramana UGM, Yogyakarta, seperti ditulis Jumat (21/10/2011).
Implikasi ini sangat serius dan pada beberapa wanita muda bisa berakibat fatal.
"Wanita muda dan remaja memiliki risiko 4 kali lipat dibandingkan dengan wanita
yang lebih tua untuk mengalami risiko luka parah atau kematian saat
melahirkan," lanjut Dr Sadik.
Berikut beberapa bahaya yang mengancam bila wanita menikah dan hamil di
usia muda (sebelum 20 tahun):
Secara organ reproduksi ia belum siap untuk berhubungan atau mengandung,
sehingga jika hamil berisiko mengalami tekanan darah tinggi (karena tubuhnya
tidak kuat). Kondisi ini biasanya tidak terdeteksi pada tahap-tahap awal, tapi
nantinya menyebabkan kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian pada ibu
atau bayinya.
Sel telur yang dimiliki oleh perempuan tersebut belum siap.
Berisiko mengalami kanker serviks (kanker leher rahim), karena semakin muda
usia pertama kali seseorang berhubungan seks, maka semakin besar risiko
daerah reproduksi terkontaminasi virus.
Selain itu, Dr Sadik juga menyampaikan bahwa menikah di usia muda membuat
wanita secara permanen menjadi tidak mandiri dan selalu bergantung pada
suaminya, sehingga nantinya akan mempengaruhi pada status sosial dan
ekonomi.
"Istri yang masih remaja biasanya tidak mendapatkan pendidikan yang cukup
sehingga memotong peluang untuk dapat mandiri, termasuk untuk mencari

pelayanan kesehatan reproduksi. Dengan demikian, mereka lebih mungkin


terpapar banyak risiko kesehatan, tidak hanya risiko kehamilan tetapi juga
kekerasan, infeksi menular seksual termasuk HIV dan AIDS," ujar Dr Nafis.

Resiko Tinggi Kehamilan Remaja (Usia Muda)


1. Pengertian Kehamilan Resiko Tinggi.
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional
ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa
muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan
secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya. (Ubaydillah, 2000).
2. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda.
a. Keguguran.
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya :
karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan
oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping
yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang
pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan
lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu
yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya
pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah,
pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain
itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses
pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit
sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih
kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat
pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
c. Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan
akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil
mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh
fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah
merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah
merah akan menjadi anemis..
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena
dapat menyebabkan kematian.
f. Kematian ibu yang tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan
infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup
tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
a. Resiko bagi ibunya :
(1) Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang
terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban
stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim).kemudian proses
pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada
jalan lahir.
(2) Kemungkinan keguguran / abortus.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik
dengan obat-obatan maupun memakai alat.
(3) Persalinan yang lama dan sulit.
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab dari
persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul,
kelaina kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang
salahKematian ibu.
Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
b. Dari bayinya :
(1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.

Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi
karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
(2) Berat badan lahir rendah (BBLR).
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram.
kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil
kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita
oleh ibu hamil.
(3) Cacat bawaan.
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan
genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan
hormon.
(4) Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya
atau kematian perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram,
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir
dengan asfiksia.(Manuaba,1998).

Resiko Remaja yang Hamil Pada Usia Dini

Remaja yang hamil pada usia dini sangat rentan terkena berbagai
risiko kesehatan, baik yang bisa mempengaruhi janin yang dikandung atau bagi
remaja itu sendiri.
Seperti dikutip dari WebMD, ada beberapa risiko yang bisa timbul dari kehamilan
di usia dini, yaitu:

Kurangnya perawatan selma hamil dan sebelum melahirkan


Gadis remaja yang hamil terutama jika tidak mendapatkan dukungan dari
keluarganya sangat berisiko mengalami kekurangan dalam hal perawatan
selama hamil dan sebelum melahirkan. Padahal perawatan ini sangat penting
terutama di bulan-bulan awal kehamilan. Perawatan ini berguna untuk
memantau kondisi medis ibu dan bayi serta pertumbuhannya, sehingga jika ada
komplikasi bisa tertangani dengan cepat.
Tekanan darah tinggi
Remaja yang hamil memiliki risiko mengalami tekanan darah tinggi atau disebut
dengan pregnancy-induced hypertension, dibandingkan dengan perempuan yang
hamil diusia matang. Kondisi ini memicu terjadinya preeclampsia, yaitu kondisi

medis berbahaya yang menggabungkan tekanan darah tinggi dengan kelebihan


protein dalam urin, pembengkakan tangan dan wajah ibu serta kerusakan organ.
Kelahiran prematur
Kehamilan yang normal berlangsung selama 38-40 minggu, sehingga jika lahir
sebelum usia tersebut disebut dengan kelahiran prematur. Jika ibu yang hamil
tidak mendapatkan perawatan yang cukup atau mengalami kondisi tertentu, bisa
memicu kelahiran prematur yang berisiko pada bayinya seperti gangguan
pernapasan, sistem pencernaannya belum sempurna atau gangguan organ
lainnya.
Berat badan bayi lahir rendah
Jika kelahiran terjadi secara prematur atau tidak mendapatkan gizi yang cukup
selama hamil, ada kemungkinan bayi yang lahir memiliki berat badan yang
rendah. Bayi yang memiliki berat badan rendah biasanya sekitar 1.500-2.500
gram, sedangkan jika di bawah 1.500 gram maka tergolong berat badan sangat
rendah. Hal ini bisa menimbulkan berbagai komplikasi yang dapat
membahayakan sang bayi.
Risiko tertular penyakit menular seksual (PMS)
Remaja yang melakukan hubungan seks memiliki risiko tertular penyakit seksual
seperti chlamydia dan HIV. Hal ini sangat penting untuk diwaspadai karena PMS
bisa menyebabkan gangguan pada serviks (mulut rahim) atau menginfeksi rahim
dan janin yang sedang dikandung.
Depresi pasca melahirkan (postpartum depression)
Kehamilan yang terjadi pada saat remaja berisiko tinggi mengalami depresi
pasca melahirkan. Para gadis ini akan merasa down dan sedih setelah
melahirkan bayinya. Depresi ini bisa mengganggu perawatan bayi yang baru
lahir dan juga perkembangan remaja tersebut. Karena itu remaja harus berbicara
secara terbuka dengan dokter atau orang lain yang dipercayainya.
Timbul perasaan sendiri dan terasing
Remaja yang hamil cenderung akan memiliki pikiran takut, terisolasi atau
merasa sendiri. Kondisi ini akan mempengaruhi perkembangan jiwanya dan juga
janin yang ada di dalam kandungannya. Karena itu memiliki minimal satu orang
yang bisa dipercaya dapat memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan
agar ia selalu sehat selama kehamilannya.

Anda mungkin juga menyukai