Anda di halaman 1dari 23

CBD

TONSILOFARINGITIS KRONIS EKSASERBASI


AKUT

Untuk memenuhi syarat tugas formatif kepaniteraan klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok
Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh :
Rezky Tiresa Devitayanti
012096000

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2014
1

CBD
TONSILOFARINGITIS KRONIS EKSASERBASI
AKUT
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok di Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono
Magelang
Telah disetujui dan dipresentasikan
Pada tanggal :

Agustus 2014

Disusun oleh :
Rezky Tiresa Devitayanti
012096000

Magelang,

Agustus 2014

Dosen Pembimbing

dr.Budi Wiranto, Sp.THT


Kolonel CKM

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat karunia-Nya
penulis

dapat

menyelesaikan

pembuatan

CBD

yang

berjudul

TONSILOFARINGITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT, yang merupakan


salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono
Magelang.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar
besarnya kepada :
1. Kolonel CKM dr Budi Wiranto, Sp.THT dan Kolonel (Purn) dr Bambang ,
Sp.THT; yang telah membimbing penulis dalam pembuatan CBD ini.
2. Teman-teman Co-Ass yang telah membantu penyusunan CBD ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan CBD ini terdapat kekurangan dan tidak
sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga
CBD ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan dapat berguna bagi pihak-pihak
yang

memerlukan

informasi

tentang

TONSILOFARINGITIS

KRONIS

EKSASERBASI AKUT.

Magelang,

Agustus 2014

Penulis

FARINGITIS
1. Definisi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
oleh virus (40-6-%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain.
2. Epidemiologi
Infeksi saluran pernafasan ialah penyakit infeksi yang paling sering yaitu
sampai 80% dari semua penyakit infeksi.
3. Etiologi
Penyebab faringitis dikarenakan oleh virus dan bakteri, seperti dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
Virus
-

Bakteri
Herpes

simplex virus
-

Rubela

Epstein

barr

HIV tipe 1

Rhinoviruses

Coronaviruses

Adenoviruses

Influenza

Candida albicans
Bakteri

Staphylococal
-

Cytomegalovi
rus

Bakteri
Streptococcal

virus

Jamur

Corynebacteri
um diphtheria

Bordetella
pertussis

Neisseria
gonorrhoeae

Treponema
pallidum

viruses
-

Parainfluenza
viruses

Respiratory
syncytial virus
4

Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi


inflamasi lokal. Infeksi bakteri Group A hemolytic streptococcus dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini melepaskan
toksin ekstraseluler yang dapat menimbulkan demam reumatik, kerusakan katup
jantung, glumerulonefritis akut karena fungsi glumerulus terganggu akibat
terbentuknya kompleks antigen-antibodi. Bakteri ini banyak menyerang anak usia
kurang dari 3 tahun. penularan infeksi melalui sekret hidung dan ludah (droplet
infection).
4. Klasifikasi
a. Faringitis akut
1) Faringitis viral
2) Faringitis bacterial
3) Faringitis fungal
4) Faringitis gonorea
b. Faringitis Kronis
1) Faringitis Kronik Hiperplastik
2) Faringitis Kronik Atrofi
c. Faringitis Spesifik
1) Faringitis Luetika
2) Faringitis Tuberkulosis
4.1. Faringitis akut
a. Faringitis viral
Rhinovirus akan menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian
akan menimbulkan faringitis.
Etiologi
Adenovirus, Epstein barr virus, parainfluenza (tipe 1-4), influenza virus (A
dan B), rhinovirus, enterovirus.
5

Virus lain yang dapat mengakibatkan faringitis yaitu herpes simplex virus
(tipe 1 dan 2), cytomegalovirus (CMV), dan human immunodeficiency virus
(HIV).
Gejala dan tanda
Pada awalnya pasien biasanya mengeluh demam disertai dengan rinorea,
mual, nyeri tenggorokan, sulit menelan.
Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis.Virus influenza,
coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat, tetapi
coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi pada kulit
berupa maculopapular rash.
Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, dapat juga menimbulkan
gejala konjungtivitis terutama pada anak.
Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi
eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh
tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.
Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok,
nyeri menelan, mual, dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,
terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.

2.1 Gambaran faringitis akut

Diagnosis
Diagnosis dibuat terutama terdapat gejala dan tanda dari faringitis viral.
kultur viral atau acute dan convalescent sera untuk titer bisa dilakukan tetapi
tergantung kebutuhan dan kemampuan pasien.
Terapi
Istirahat dan minum yang cukup, kumur dengan air hangat. Analgetik dan
tablet isap diberikan jika perlu.
Antivirus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi herpes
simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari
pada orang dewasa dan pada anak < 5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam
4-6 kali pemberian/hari.
b. Faringitis bakterial
Etiologi
Grup A streptokokus hemolitikus, bakteri anaerob, neisseria gonorrhea.
Infeksi grup A streptokokus hemolitikus merupakan penyebab pada penyakit
faringitis akut paling sering yaitu sekitar 40%. Pada orang dewasa ditemukan
(15%) dan pada anak-anak (30%).
Gejala dan tanda
Nyeri kepala yang hebat, disertai dengan muntah, kadang-kadang disertai
demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.
Pada pemeriksaan ditemukan tonsil yang membesar, faring dan tonsil
hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul
bercak petechiae pada palatum dan faring. Terdapat pembesaran kelenjar limfa
leher anterior yang kenyal dan nyeri tekan positif.
Diagnosis bisa dipastikan dengan rapid antigen test dan atau kultur
tenggorok. Pentingnya didiagnosis untuk mencegah terjadinya komplikasi yaitu
supuratif dan nonsupuratif.
Terapi
Diberikan antibiotik, terutama jika di duga penyebabnya grup A
streptokokus hemolitikus, maka diberikan penicillin G Benzatin 50.000
7

U/KgBB, IM dosis tunggal, atau dapat diberikan juga amoksisilin 50mg/KgBB


dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari, pada dewasa 3 x 500 mgselama 6-10 hari,
atau dapat diberikan pula eritromisin 4 x 500 mg. Kortikosteroid yaitu
deksametason 8-16 mg, im 1x, atau pada anak 0,08-0,3 mg/kgbb, im 1x.Bisa
diberikan pula analgetik, serta disarankan untuk kumur dengan air hangat atau
antiseptic.
c. Faringitis jamur
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.
Gejala dan tanda
Nyeri tenggorokan dan nyeri menelan, pada pemeriksaan tampak plak
putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis faringitis jamur dilakukan pembiakan jamur dalam
agar sabouroud dextrosa.
Terapi
Diberikan nystatin 100.000-400.000 2 kali/hari dan analgetika.
d. Faringitis gonorea
Perlu dipertimbangkan pada pasien yang melakukan hubungan seksual
orogenital. Dalam sebuah penelitian didapatkan faringitis gonorea ditemukan pada
20% pria homoseksual, 10% wanita, dan 3% heteroseksual pria. Sekitar 50%
pasien yang terdiagnosis Faringitis gonorea ialah asimptomatik, meskipun
ditemukan odinofagi, sedikit demam, dan sedikit eritema mungkin terjadi.
Terapi
Sefalosporin generasi ke 3, ceftriakson 250 mg IM.

4.2 Faringitis kronik


Terdapat dua bentuk faringitis kronik, yaitu faringitis kronik hiperplastik
dan faringitis kronik atrofi. Faringitis kronik ditandai oleh hipertrofi arkus faring
lateral yang jelas, yang disebut juga faringitis lateral. Faktor predisposisi proses
radang kronik faring ini yaitu rhinitis kronik, sinusitis kronik, iritasi kronik oleh
rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu.
Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik yaitu pada pasien yang
bernafas melalui mulut karena hidungnya tersumbat seperti akibat dari deviasi
septum.
Gejala yang timbul yaitu tenggorokan terasa kering dan terasa ada mucus
di tenggorakan yang sulit keluar. Pada pemeriksaan dengan dengan kaca laring di
dapatkan pada mukosa faring hiperemis dan kasar akibat dari hyperplasia dari
jaringan limfatik di dinding belakang faring pada faringitis kronis hiperplastik.
Mukosa dinding faring bisa terlihat rata dan licin pada kasus faringitis kronis
atrofi.

2.1 Gambaran faringitis kronik


a. Faringitis kronik hiperplastik

Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi terjadi perubahan mukosa


dinding posterior faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan
lateral band hiperplasi.
Gejala dan tanda
Pada awalnya pasien mengeluh mula-mula tenggorokan kering, gatal dan
akhirnya mengeluhkan adanya batuk yang bereak. Pada pemeriksaan tampak
mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular.
Terapi
Terapi local dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia
larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter), pengobatan simptomatis
dapat diberikan obat kumur atau tablet isap, jika diperlukan obat batuk antitusif
atau ekspektoran. Penyakit dihidung dan sinus paranasal yang menjadi factor
predisposisi harus di obati.
b. Faringitis kronik atrofi
Pada Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis
atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernapasan tidak diatur suhu serta
kelembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan untuk terjadinya infeksi pada
faring.
Pada kasus yang ringan dapat terlihat mukosa tampak tipis dan berkilau
atau seperti kaca, Pada inspeksi dapat terlihat adanya lapisan mukus, yang
normalnya transparan tetapi disini dapat terlihat lebih tebal dan semi transparan.
Pada faringitis kronik atrfofi yang lanjut, kekeringan dapat terlihat lebih jelas,
konsistensinya seperti lem, dana sewaktu-waktu akan tampak krusta, jika
membrane mukosanya diangkat maka di bawahnya akan tampak kering, berkerut.
Stadium lanjut faringitis kronik atrofi disebut juga faringitis sika dan biasanya
di hubungkan dengan rhinitis atrofika rhinitis sika.

Etiologi
10

Penyebab faringitis kronik atrofi diduga disebabkan oleh udara yang tidak
cukup dihangatkan dan dilembabkan oleh mukosa hidung, seperti yang terjadi
pada pasien rhinitis atrofi dimana tidak berfungsinya pelembab dari hidung.
Gejala dan tanda
Pasien mengeluh tenggorokan kering, mulut berbau. Pada pemeriksaan
tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak
mukosa kering.
Terapi
Pengobatan dapat di berikan untuk rinitis atrofinya dan untuk faringitis
kronik diberikan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.
4.3 Faringitis spesifik
a. Faringitis luetika
Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring seperti
juga penyakit lues di organ yang lain. Gambaran kliniknya tergantung pada
stadium penyakitnya. Stadium penyakit pada faringitis luetika ada tiga, yaitu
stadium primer, sekunder dan tertier.
Stadium primer
-

Predileksinya : lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring.

Berbentuk bercak keputihan.

Jika infeksinya terus berlangsung bisa timbul ulkus pada daerah faring
seperti ulkus pada genital, yaitu tidak nyeri.

Didapatkan pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri pada saat di


tekan.

Stadium sekunder
-

Stadium ini jarang ditemukan.

Terdapat hiperemis pada dinding faring yang menjalar kearah laring.

Stadium tertier
-

Predileksinya : tonsil dan palatum, jarang pada dinding posterior faring

Terdapat guma
11

Guma pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra servikalis


dan jika pecah akan menimbulkan kematian.

Guma di palatum mole jika sembuh terbentuk jaringan parut dan


menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan serologic. Terapi penisilin


dalam dosis tinggi merupakan obat pilihan utama.

b. Faringitis tuberkulosis
Faringitis tuberculosis merupakan proses sekunder dari penyakit
tuberkulosis paru. Pada infeksi bakteri tahan asam jenis bovinum dapat timbul
tuberkulosis faring primer. Cara infeksi eksogen, yaitu kontak dengan sputum
yang mengandung kuman atau dengan inhalasi kuman melalui udara. Sedangkan
cara infeksi endogen, yaitu penyebarannya melalui darah pada tuberkulosis
miliaris. Bila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil dapat terkena kedua
sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding posterior faring, arkus faring anterior,
dinding lateral hipofaring, palatum mole dan palatum durum. Kelenjar regional
leher membengkak.

Gejala
Keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan odinofagia, pasien juga
mengeluh nyeri yang hebat pada tenggorokan, nyeri ditelinga serta pembesaran
kelenjar limfa servikal.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dilakukan pemeriksaan sputum BTA, foto
thorax untuk melihat adanya gambaran dari penyakit tuberkulosis paru dan biopsy
jaringan yang terinfeksi untu menyingkirkan adanya keganasan.
Terapi
Terapi diberikan sesuai dengan terapi tuberkulosis paru.
12

13

BAB II
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama

Tn. S

Umur

27 tahun

Jenis Kelamin

Laki-laki

Alamat

Banyakan RT5/RW1 Mertoyudan, Magelang

Pendidikan

S1

Pekerjaan

Wiraswasta

Agama

Islam

Status pernikahan

Menikah

ANAMNESIS
Diambil secara : autoanamnesis
1. KELUHAN UTAMA
Penderita datang dengan keluhan sakit tenggorokan
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan sakit tenggorokan , keluhan dirasakan sejak
3 hari yang lalu. Sejak 3 hari yang lalu penderita mengeluh sakit tenggorokan,
terasa panas di tenggorokan, demam, sakit kepala yang dirasakan cukup berat,
dan terkadang terasa mual. Pasien juga merasa terdapat lendir di tenggorokan.
Rasa panas di tenggorok

dan sakit kepala dirasakan terus menerus dan

semakin berat.
Keluhan-keluhan tersebut dirasakan setelah penderita mengkonsumsi
gorengan, makanan pedas atau minuman dingin. Riwayat sakit saat menelan,
muntah, batuk disangkal, riwayat alergi dan mengeluarkan ingus pada pagi
hari atau waktu tertentu disangkal, riwayat merokok diakui oleh pasien. Sakit

14

disekitar wajah disangkal oleh pasien. Keluhan nyeri pada telinga, telingga
terasa mendengung dan rasa penuh di telinga disangkal oleh pasien.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
-

Riwayat penyakit/keluhan yang sama (-)

Riwayat batuk dan pilek (-)

Riwayat penyakit pada hidung dan mengeluarkan ingus pada pagi


hari (-)

Riwayat penyakit alergi, asma , hipertensi dan kencing manis


disangkal oleh pasien (-)

Riwayat alergi obat, makanan dan debu disangkal oleh pasien.

Riwayat operasi disangkal.

4. RIWAYAT PENGOBATAN
Penderita belum mengobati keluhan-keluhan tersebut ke dokter, hanya
obat beli di apotik saja, yaitu permen antiseptik.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
-

Riwayat penyakit serupa

: (-)

Riwayat alergi

: (-)

Riwayat hipertensi dan dm

: (-)

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Kesan ekonomi cukup. Pasien berobat sebagai pasien umum.

15

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum

Baik

Kesadaran

Compos mentis

Tensi

120/80 mmHg

Nadi

86x/menit

Suhu

38,7C

Pernapasan

20x/menit

Berat badan

80 kg

Kepala dan Leher


Kepala

Mesocephale

Wajah

Simetris

Mata

Konjungtiva anemis tidak ada, sklera tidak ikterik

Leher

Pembesaran kelenjar limfe (+) submanndibula

Bibir dan mukosa tidak ada kelainan.

Gigi dan mulut


Mulut

Gigi geligi :

Normal

Lidah

Normal, kotor (-), tremor (-)

Pipi

Edema (-), Nyeri (-)

Thoraks

dbn

Abdomen

dbn

Ekstremitas

akral hangat

16

II. STATUS LOKALIS


TELINGA
Auricula

Dextra
Bentuk normal

Sinistra
Bentuk normal

nyeri tarik

(-)

nyeri tarik

(-)

nyeri tragus
Bengkak

(-)
(-)

nyeri tragus
Bengkak

(-)
(-)

nyeri tekan

(-)

nyeri tekan

(-)

fistula

(-)

fistula

(-)

Retro auricular

trauma
Bengkak

(-)
(-)

trauma
Bengkak

(-)
(-)

Mastoid

Nyeri tekan
Bengkak

(-)
(-)

Nyeri tekan
Bengkak

(-)
(-)

CAE

Nyeri tekan
Serumen

(-)
(-)

Nyeri tekan
Serumen

(-)
(-)

Eritema

(-)

Eritema

(-)

Sekret

(-)

Sekret

(-)

Edema

(-)

Edema

(-)

Jaringan granulasi

(-)

Jaringan granulasi

(-)

Massa

(-)

Pre auricular

Massa
(-)

Membran timpani

Garputala

Intak

Intak

Putih mengkilat

Putih mengkilat

Refleks cahaya

(+)

Refleks cahaya

(+)

Perforasi

(-)

Perforasi

(-)

Kolesteatoma

(-)

Kolesteatoma

(-)

Rhinne

Tidak diperiksa

Weber
Schwabach
HIDUNG
Hidung Luar
17

Dextra

Sinistra

Tidak tampak deformitas

Tidak tampak deformitas

Eritem (-), bengkak (-)

Eritem (-), bengkak (-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Normal

Normal

Inspeksi
Bentuk
Tanda Inflamasi
Palpasi
Krepitasi
Nyeri tekan hidung
Nyeri tekan sinus
Rhinoskopi anterior
Vestibulum nasi
Septum

Deviasi (-)penempelan septum-konka (-), sinekia (-)


(-)

Sekret
Mukosa

Konka Nasi Media

Konka Nasi Inferior

Massa
Tumor
Perdarahan
TENGGOROKAN

(-)

Edema

(-)

Edema

(-)

Hiperemis

(-)

Hiperemis

(-)

Pucat

(-)

Pucat

(-)

Hipertrofi

(-)

Hipertrofi

(-)

Hiperemis

(-)

Hiperemis

(-)

Hipertrofi

(-)

Hipertrofi

(-)

Hiperemis
(-)

(-)

Hiperemis
(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Orofaring

Mukosa

Hiperemis

(+)
18

Dinding Faring

granular

Lidah

tenang

Gigi geligi

32

Palatum Mole
Arcus Faring
Uvula
Tonsil
Ukuran
Permukaan
Kripte
Detritus
Sekret

(+)

Hiperemis (-), Ulkus (-)


Simetris (+), Hiperemis (+)
Bentuk normal, di tengah
Dextra
T1
Rata
Melebar (-)
(-)
(+) kental

Sinistra
T1
Rata
Melebar (-)
(-)
(+) kental

berwarna putih

berwarna putih

kekuningan

kekuningan

Ringkasan :
Anamnesis :
sakit tenggorokan (+)
terasa panas di tenggorokan, demam, sakit kepala yang dirasakan cukup
berat, dan terkadang terasa mual (+)
lendir di tenggorokan (+)
Mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin (+)
Merokok (+)
Pemeriksaan tenggorokan:
Mukosa hiperemis (+)
Granular (+)
Arkus faring hiperemis (+)
19

Tonsil T1/T1 hiperemis (+)


Sekret (+)
DIAGNOSA BANDING
-

Tonsilofaringitis kronis eksaserbasi akut

Faringitis kronis eksaserbasi akut

Faringitis akut

Limfadenitis

DIAGNOSIS SEMENTARA
Faringitis akut
USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
-

Pemeriksaan lab darah rutin.

Pemeriksaan laboratorium berupa kultur dan uji resistensi kuman


dari sediaan apusan untuk mengetahui kuman penyebab.

DIAGOSA KERJA
Tonsilofaringitis kronis eksaserbasi akut
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
1. Edukasi pasien mengenai penyakit yang diderita
2. Jangan minum air es, makan berminyak dan bersantan, hindari merokok
terlebih dahulu
3. Banyak istirahat
Medikamentosa:

Antibiotic

Cefadroxil 3x500mg

Antiinflamasi

Dexamethason 2x0,5 mg
20

Analgetik dan antipiretik

Paracetamol 3x500mg

Betadine kumur Kumur-kumur selama 30 detik. Ulangi tiap 2-4 jam.

PROGNOSIS
Qou ad vitam

: dubia ad bonam

Qou ad sanam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

KOMPLIKASI
- Sinusitis
- Otitis media
- Abses peritonsil
- Abses parafaring
- Abses retrofaringeal
- Epiglotitis
- Laringitis
- glomerulonefritis
- miokarditis

EDUKASI
-

Untuk sementara hindari makanan yang berminyak, minuman atau


makanan dingin, manis atau yang mengiritasi tenggorokan

Bakteri penyebab faringitis dapat dengan mudah menyebar dari


satu penderita ke orang lain.

Usahakan minum air hangat


21

Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk makan tidak


dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan air
panas yang bersabun sebelum digunakan kembali.

Sikat gigi yang telah lama sebaiknya diganti untuk mencegah


infeksi berulang.

Sering mencuci tangan untuk mencegah penyebaran infeksi pada


orang lain

BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan sakit tenggorokan , keluhan dirasakan sejak
3 hari yang lalu. Sejak 3 hari yang lalu penderita mengeluh sakit tenggorokan,
terasa panas di tenggorokan, demam, sakit kepala yang dirasakan cukup berat,
dan terkadang terasa mual. Pasien juga merasa terdapat lendir di tenggorokan.
Rasa panas di tenggorok

dan sakit kepala dirasakan terus menerus dan

semakin berat.
Keluhan-keluhan

tersebut

dirasakan

terutama

setelah

penderita

mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin. Riwayat


batuk disangkal, riwayat alergi dan mengeluarkan ingus pada pagi hari atau
22

waktu tertentu disangkal, riwayat merokok diakui oleh pasien. Sakit didaerah
sekitar wajah disangkal oleh pasien. Keluhan nyeri pada telinga, telingga
terasa mendengung dan rasa penuh di telinga disangkal oleh pasien.
Manifestasi pada tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut:
Didapatkan gejala berupa : Nyeri kepala yang hebat, disertai dengan
muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang
disertai batuk.
Pada pemeriksaan ditemukan tonsil yang membesar, faring dan tonsil
hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian
timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Terdapat pembesaran
kelenjar limfa leher anterior yang kenyal dan nyeri tekan positif.
Diagnosis bisa dipastikan dengan rapid antigen test dan atau kultur
tenggorok. Pentingnya didiagnosis untuk mencegah terjadinya komplikasi
yaitu supuratif dan nonsupuratif.

23

Anda mungkin juga menyukai