Entah sudah berapa kali aku menyaksikan pemandangan ini. Seorang gadis
ripuh yang menyeret kakinya melewati jalanan curam menuju ke sekolah
pagi hari.
Dan entah berapa kali lagi juga, saat aku memandanginya, dia balas
memandangku juga.
Tatapan balasannya juga sama setiap hari.
Tatapan yang terlihat memohon maaf atas suara berisik sepatunya.
Baik dari tatapan matanya, gerakan bibirnya hinga setiap gerakan otot kecil
pipinya.
Dan entah untuk keberapa kali juga, aku meninggalkan dia seorang diri.
Menyelamatkan diri sendiri, tanpa menolongnya.
tertutup
di
==
Namanya adalah Rakka. Kelas sepuluh sama sepertiku, namun beda kelas.
Mungkin sama halnya denganku yang tidak mau tahu dan menyelamatkan
diri sendiri tanpa menolongnya.
==
Klub yang kumasuki adalah klub atletik. Aku ikut klub ini karena satu
alasan, supaya lariku semakin cepat dan setiap pagi bisa kugunakan untuk
mencapai gerbang sekolah tanpa telat.
Menu utama klub ini adalah setelah pulang sekolah jogging melewati sungai
besar yang membelah kota.
Hari ini juga sama. Sekitar 6 orang seusiaku dan 2 kakak tingkat berlari
mengitari sungai besar, termasuk diriku.
Aku paling menyukai latihan ini. Udaranya segar karena tidak banyak
kendaraan yang lewat hingga pemandanga matahari hampir terbenam sore
yang indah memantul di riak sungai yang tidak buruk unntuk dilewati.
Di pinggiran jalan terlihat mobil polisi yang terparkir dengan rapi dan
banyak polisi berlalu lalang di sekitar kawasan itu.
Ada apa ini? ketua berada di depan barisan berhenti berlari dan berjalan
pelan.
Senior lain yang ada disampingnya segera menunjuk kearah tepian sungai.
Itu, katanya.
==