Anda di halaman 1dari 28

JURNAL PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA

Hari / Jam Praktikum

: Rabu / 10.30 12.30

Golongan / Kelompok

: U/B

Materi

: Moisturizing Cream (kombinasi)

Anggota Kelompok

: Septin Putri A.

/ 2443012061

Hety Setya

/ 2443012087

Chrisantus Surya

/ 2443012102

Eka Fauziah

/ 2443012104

I.

NAMA SEDIAAN KOSMETIKA


Krim Pelembab (Moisturizing Cream)

II.

TINJAUAN TENTANG KRIM PELEMBAB


Dari semua keunggulan yang dimiliki oleh krim kosmetik, moisturizing atau pelembut
yang paling banyak digunakan. Istilah moisturizer berasal dari penemuan bahwa air adalah satusatunya bahan yang akan melapisi lapisan terluar epidermis sehingga memberikan kesan lembut
dan halus pada kulit.
Jika air secara cepat berkurang atau hilang dari lapisan stratum korneum kemudian
menerima air dari lapisan terendah dari epidermis, maka kulit akan menjadi dehidrasi dan
kehilangan kelenturannya (flexibility). Blank menunjukkan lapisan minyak saja tidak akan
mengembalikan kelenturan kulit.
Ada 2 tipe dasar dari kulit yang kering. Yang pertama disebabkan oleh kontak yang
berkepanjangan dari kelembapan kulit yang rendah dan pergerakan udara yang memodifikasi
tingkat hidrasi normal dari stratum korneum. Yang kedua disebabkan oleh perubahan kimia atau
fisika pada kulit yang disebabkan karena proses seperti penuaan, pengurangan berat badan dll.
Perubahan yang disebabkan karena penuaan dianggap lebih dominan karena pengaruh dari
sinar ultraviolet, tampaknya dibenarkan bila kita menganggap antara kulit pada bagian tubuh yang
biasanya tertutup dan yang tidak tertutup.
Pendekatan untuk penyimpanan air pada kulit kering telah diambil 3 rute yang berbeda
yaitu : occlusion, humectancy, dan restoration dari kekurangan bahan-bahan-yang mungkin
dikombinasikan.
Occlusion termasuk dalam pengurangan kecepatan dari kehilangan air transepidermal
melalui kulit yang tua atau rusak atau perlindungan kulit yang sehat dari efek lingkungan yang
sangat kering
Telah ditunjukkan bahwa, sifat occlusi pada kulit merupakan hasil dari penurunan yang
terjadi sekaligus dari kecepatan penurunan air melalui epidermis. Efek inilah yang diinginkan
yakni menyebabkan stratum corneum menjadi lebih hydrated membuatnya lebih lembut dan

lentur. Bagaimanapun efek terakhir dari dari ekstra hidrasi ini adalah untuk meningkatkan
koefisien difusi dari air yang melewati epidermis, jadi dalam waktu satu jam aplikasi, contohnya
petroleum jelly untuk kesehatan kulit, kecepatan kehilangan air secara actual meningkat pada nilai
yang lebih tinggi dari nilai pre-treatmentnya.
Pada akhirnya, banyak occlusive, substansi-substansi non-water-permeable bisa digunakan,
di antaranya minyak mineral dan sayuran, lanolin dan silicon. Material-material sederhana
kadang-kadang telah ditambah dengan penggunaan campuran lipid dan kimia lemak lainnya yang
telah didesain untuk meniru komposisi sekresi minyak dari kulit. (sekresi tersebut, mungkin telah
berhenti terjadi pada kulit kering, ini terjadi pada sebagian penyebab kekeringan) Kegunaan dari
campuran lapisan lemak kulit buatan belum dicatat secara komersial atau bahkan kesuksesan
ilmuan, karena susah untuk memformulasinya menjadi emulsi yang dapat dipertahankan secara
mikrobiologi, dan karena campuran lapisan lemak buatan belum ditunjukkan untuk perbaikan
lebih sederhana, lebih murah, dan minyak tersedia seperti yang dijelaskan di atas. Seperti yang
diharapkan, komposisi kimia yang diharapkan dari berbagai sekresi-sekresi kulit dengan sisi kulit,
umur dan waktu.
Alternativenya,

penggunaan

bahan

simpler

film

foaming

seperti

albumin,

mucopolysacharida, campuran 20 asam amino seperti yang ditemukan di kulit, keratin, gelatin dan
hydrolisa protein. Jika ekstrak buah dan sayur bernilai, adalah mungkin berdasarkan asam
poliuronic, gula, amina dan asam amino diklaim dalam paten untuk penggunaan ekstrak bamboo
untuk hidrasi dan melindungi kulit. Ekstrak kaktus diklaim oleh patent yang lain, sementara
Massera dan Fayaud memuji penggunaan berbagai macam jus buah sebagai sebuah supplemen
untuk diet nutrisi. Beberapa dari bahan yang disebutkan sukses digunakan oleh konsultan
kecantikan tetapi tidak secara umum digunakan dalam produk pasaran (Harrys,2011)

III.

TUJUAN PEMAKAIAN
1. Untuk membantu mengurangi kekeringan kulit.
2. Memperbaiki pertahanan kulit yang rusak.
3. Meningkatkan jumlah air (melembabkan).
4. Mengembalikan kehalusan dan kelembutan kulit kasar dan pecah pecah.
5. Menurunkan laju pengurangan air pada lapisan transepidermal.
6. Mengembalikan fungsi lapisan air dan lemak.

IV.

KARAKTERISTIK SEDIAAN
1. Memiliki tipe emulsi minyak dalam air.
2. Mudah untuk diaplikasikan atau dioleskan.
3. Mudah tercucikan air.
4. Dapat melembabkan kulit.
5. Meningkatkan hidrasi pada kulit sehingga permukaan kulit menjadi halus dan lembut.

PERHITUNGAN HLB
Tabel nilai rentang HLB dan tipe emulsi

Perhitungan HLB Formula Standar

Asam Stearat

15 %

Nilai
HLB
15

KOH

0,7 %

15,5

Bahan

Konsentrasi

HLB

Nilai HLB Formula standart 15,03 sehingga masuk dalam tipe emulsi O/W

Perhitungan HLB Formula Pembanding


Tidak dapat dilakukan karena tidak diketahui konsentrasi dari masing-masing bahan

Perhitungan HLB Formula Modifikasi

Asam Stearat

8%

Nilai
HLB
15

Mineral Oil

10 %

10,5

TEA

1,6 %

12

3%

2,5

0,1 %

1,19

Bahan

Propilen glikol
BHT

Konsentrasi

Persentase

22,7 %

Nilai HLB Formula standart 15,03 sehingga masuk dalam tipe emulsi O/W
(Lampiran 19)

HLB

11,0752

MODIFIKASI FORMULA
Modifikasi dilakukan terhadap formula standart.
MODIFIKASI BAHAN AKTIF
1.

Penggantian Konsentrasi Asam Stearat


a) Asam stearat yang digunakan adalah 15%. Asam stearat dikombinasi dengan KOH
sehingga membentuk emulgator yang cocok untuk sediaan krim pelembab. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rao, et al., 2010.
b) Menurut Rowe, et.al., 2009 asam stearat digunakan untuk emulsifying agent pada
konsentrasi 1 20 % sehingga konsentrasi yang kami gunakan masuk dalam range (Rowe,
et.al., 2009).

2.

Penambahan Gliserin
a) Penambahan gliserin untuk humektan sehingga nyaman digunakan sehari hari.
b) Gliserin dapat menarik air dari atmosfir, sehingga dapat meningkatkan kadar air pada kulit.
c) Gliserin tidak hanya meningkatkan hidrasi dari elemen struktural stratum korneum, tapi
juga menghambat fase transmisi stratum korneum sehingga memberi efek keratolitik
dengan degradasi desmosom yang mempengaruhi fungsi protektif kulit untuk melawan
iritasi dan penetrasi zat melalui stratum korneum, memplatisisasi kulit, menurunkan
pemecahan jaringan, menstabilkan kolagen kulit, dan meningkatkan proses penyembuhan
(Fluhr, Bronkessel, and Berardesca, 2006).
d) Gliserin efektif sebagai pelembab jika diberikan pada konsentrasi diatas 3 % (Fluhr,
Bronkessel, and Berardesca, 2006).
e) Gliserin menyebabkan rasa berat sehingga untuk menutupi perlu dikombinasi dengan
humektan lain (Zocchi, 2001).
f) Konsentrasi gliserin yang digunakan lebih rendah daripada konsentrasi standart, hal ini
dikarenakan gliserin pada standart tidak dikombinasi dengan humektan lain sehingga dia
hanya bekerja maksimal untuk humektan. Sedangkan untuk modifikasi, humektan yang
digunakan ada 2 jenis yaitu propilen glikol dan gliserin sehingga fungsi humektan pada
gliserin dibantu oleh propilen glikol. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno,
2012 kombinasi gliserin dan propilen glikol sebagai humektan terbaik adalah 5 % dan 3 %

Konsentrasi terpilih: 5%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno, 2014
konsentrasi gliserin sebagai humektan yang terbaik adalah 5% sehingga kami memilih
konsentrasi 5%
Alasan: Konsentrasi lazim gliserin sebagai emolien dan humektan adalah kurang dari 30%
(Rowe, et.al., 2009).

3.

Propilen Glikol
a) Penggunaan kombinasi gliserin dan propilen glikol secara bersamaan dimaksudkan karena
gliserin memiliki viskositas yang rendah , namun memberikan kelembutan yang nyaman
digunakan, sedangkan propilen glikol memiliki viskositas yang lebih tinggi tetapi kurang
nyaman dalam pengaplikasiannya karena menimbulkan rasa lengket (Loden, 2001)
b) Propilen glikol lebih stabil apabila dikombinasi dengan gliserin karena keduannya saling
menutupi efek samping (Loden, 2001)
Propilen glikol digunakan dengan konsentrasi 3 % hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan Sutrisno,2014.

4.

Penurunan konsentrasi KOH


a) KOH berfungsi sebagai alkalizing agent (Rowe, et.al., 2009).
b) KOH yang digunakan adalah 0,5 % hal ini dikombinasi dengan asam stearat sebanyak
15%. Sehingga dengan perbandingan konsentrasi tersebut diharapkan dapat membentuk
sediaan yang bagus dan berfungsi sebagai emulgator pada sediaan krim pelembab. (Rao, et
al.,2010)

5.

Penambahan Mineral Oil


c) Mineral oil berfungsi sebagai occlusive, menurut penelitian yang dilakukan oleh
Widyaningrum, minyak mineral yang digunakan dengan konsentrasi 2 %. Minyak mineral
dapat digunakan sebagai pengemulsi, dan emolien yang dapat meningkatkan stabilitas.
Konsentrasi lazim yang dapat digunakan 1 32 % (Rowe, et.al., 2009).

6.

Penambahan Metil paraben dan Propil paraben


Sediaan yang kami gunakan dalam bentuk minyak dalam air sehingga kami menggunakan
pengawet supaya tidak terjadi pertumbuhan mikroba dalam sediaan, karena air merupakan
media utama pertumbuhan mikroba.
Konsentrasi yang dipilih 0,18 % untuk metyl paraben dan 0,02 untuk propyl paraben, hal
tersebut sesuai dengan buku HPE edisi 6 (Rowe, et.al., 2009).

7.

Penambahan BHT
Sediaan yang kami gunakan dalam bentuk minyak dalam air sehingga kami menambahkan
antioksidan untuk mencegah terjadinya oksidasi dari minyak. Konsentrasi yang kami gunakan
0,1 % hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Husna, et al,. 2012

Berfungsi sebagai antioksidan. Sehingga diharapkan dapat mencegah ketengikan yang


dihasilkan dari peruraian minyak. BHT berfungsi sebagai antioksidan pada konsentrasi 0,0075
1 % (Rowe, et.al., 2009).

V.
No.
1.

MATRIKS
Nama
Bahan
Gliserin

Sifat Kimia
PH : 7

Sifat Fisika

Kadar
Lazim

Pemerian :

30 %

cairan jernih seperti

(Rowe,

sirup, tidak berwarna;


rasa manis; hanya boleh

Terpilih
5%

Nilai

Fungsi
Antimicrobial

OTT

HLB
-

Alasan

Gliserin dapat

Gliserin digunakan

preservative;

meledak jika

terutama untuk sifat

et.al.,

cosolvent;

dicampur dengan

humektan dan

2009).

emollient;

oksidator kuat

emoliennya dalam

berbau khas lemah

humectant;

seperti kromium

krim

(tajam atau tidak enak).

plasticizer;

trioksida, potasium

(Rowe, et.al., 2009).

Higroskopik; netral

solvent;

klorat atau kalium

terhadap lakmus

sweetening

permanganat.

(Departemen Kesehatan

agent; tonicity

Terjadi perubahan

RI, 1995).

agent.

warna gliserin

Stabilitas :

Kelarutan :

(Rowe, et.al.,

menjadi hitam jika

Gliserin bersifat

Acetone mudah larut

2009)

terkena cahaya atau

higroskopis . Gliserin

Benzene praktis

kontak dengan seng

murni tidak rentan

tidak larut

oksida atau bismut

terhadap oksidasi

Chloroform praktis

nitrat

oleh suasana di

tidak larut

(Rowe, et.al., 2009).

bawah kondisi

Ethanol (95%) larut

penyimpanan biasa ,

Ether 1 : 500

tetapi terurai pada

Ethyl acetate 1 : 11

pemanasan dengan

Methanol larut

akrolein . Campuran

Oils praktis tidak

gliserin dengan air ,

larut

etanol ( 95 % ) , dan

Water larut

propilen glikol stabil

(Rowe, et.al., 2009).

secara kimiawi
(Rowe, et.al., 2009).
3.

Propylen pH : 7 **

Pemerian :

15 %

Glycol

cairan kental, jernih,

(Rowe,

tidak berwarna; rasa


khas; praktis tidak

3%

Antimicrobial

Propylene glycol

Propylen glycol

preservative;

tidak kompatibel

digunakan sebagai

et.al.,

disinfectant;

dengan reagen

humectan dan emolien

2009).

humectant;

pengoksidasi seperti

dalam sediaan krim

berbau; menyerap air

plasticizer;

kalium permanganat

(Rowe, et.al., 2009).

pada udara lembab

solvent;

(Rowe, et.al., 2009).

(Departemen Kesehatan

stabilizing

RI, 1995).

agent; water-

Stabilitas :

Kelarutan :

miscible

Pada suhu dingin,

Dapat bercampur

cosolvent.

propilen glikol stabil

dengan air, dengan

dalam keadaan

aseton, dan dengan

tertutup, tetapi pada

kloroform; larut dalam

suhu tinggi , di

eter dan dalam

tempat terbuka , ia

beberapa minyak

cenderung untuk

esensial; tetapi tidak

mengoksidasi,

dapat bercampur

sehingga

dengan minyak lemak

menimbulkan produk

(Departemen Kesehatan

seperti
propionaldehida ,
asam laktat , asam
piruvat , dan asam
asetat. Propylene
glycol stabil secara
kimiawi saat
dicampur dengan
etanol ( 95 % ) ,
gliserin , atau air ;
larutan air dapat
disterilkan dengan
autoklaf.
Propylene glycol
higroskopis dan harus
disimpan dalam
tempat tertutup ,
terlindung dari
cahaya , di tempat
yang sejuk dan kering
(Rowe, et.al., 2009).

RI, 1995).

4.

Mineral

pH :

oil

Pemerian : cairan

1 - 32%

2%

Occlusive

berminyak, jernih, tidak

Dapat digunakan

dengan oksidator

sebagai pengemulsi,

(Rowe, et

(Rowe, et al,

kuat

dan emolien yang

praktis bebas dari

al, 2009)

2009).

(Rowe, et al, 2009).

dapat meningkatkan

keadaam dingin tidak


berbau, tidak berasa dan
jika dipanaskan berbau
minyak tanah lemah.

Stabilitas :

Kelarutan : tidak larut

Minyak mineral

dalam air dan dalam

mengalami oksidasi

etanol; larut dalam

bila terkena panas

minyak menguap;dapat

dan cahaya .

bercampur dengan

Oksidasi dimulai

minyak lemak; dengan

dengan pembentukan

bercampur dengan

peroksida , yang

minyak jarak.

menunjukkan

(Rowe, et al, 2009)

Dalam kondisi biasa ,

Tidak kompatibel

berwarna, bebas atau

fluoresensi. Dalam

' Periode induksi ' .

10,5

stabilitas.

periode induksi
mungkin waktu
berbulan-bulan atau
bertahun-tahun .
Namun, setelah jejak
peroksida
terbentuk , oksidasi
lebih lanjut
autokatalitik dan hasil
sangat
secara cepat. Hasil
oksidasi dalam
pembentukan aldehid
dan
asam organik , yang
memberi rasa dan bau
. Stabilizer mungkin
ditambahkan untuk
menghambat oksidasi
; hydroxyanisole
butylated , butylated
hydroxytoluene , dan
alpha tocopherol
adalah yang paling

umum digunakan
antioksidan .
Minyak mineral dapat
disterilkan dengan
panas kering .
Minyak mineral harus
disimpan dalam
wadah kedap udara ,
dilindungi
dari cahaya , di
tempat yang sejuk
dan kering .

(Rowe, et al, 2009)

5.

Asam

Stabilitas : Asam

Pemerian : Putih

1-20%

stearat

stearat merupakan

kekuningan, agak

(Rowe,

bahan yang stabil,

mengkilat, kristal putih

mungkin juga dapat

atau serbuk

di tambahkan
antioksidan
(Rowe, et.al., 2009)

15%

Emulsifying

15

Asam stearat tidak

Asam stearat

agent;

kompatibel dengan

digunakan sebagai

et.al.,

solubilizing

kebanyakan logam

pengemulsi dan agen

2009)

agent; tablet and

hidroksida, dan

pelarut. Ketika

kekuningan, sedikit

capsule

mungkin tidak

sebagian dinetralkan

berbau.

lubricant

kompatibel dengan

dengan alkali atau

(Rowe, et.al.,

basa, zat pereduksi

trietanolamine, asam

2009)

dan oksidator

stearat dapat

(Rowe, et.al., 2009 p

digunakan dalam

698)

penyusunan krim
(Rowe, et.al., 2009 p
697)
)

Kelarutan : larut
dalam 1 : 5 benzena, 1 :
6 karbon tetraklorida, 1
: 2 kloroform, 1: 15
etanol, 1 : 3 eter, praktis
tidak larut dalam air.
Titik leleh : 66 - 69C
(Rowe, et.al., 2009)

6.

Methyl

pH : 4 - 8

Pemerian : Kristal tak

0.02-0.3%

paraben

(Rowe, et.al., 2009)

berwarna atau bubuk

(Rowe,

putih, tidak berbau,

et.al.,

sedikit pedas

2009)

0,18%

Antimicrobial

Aktifitas

Berfungsi sebagai

(Rowe, et.al.,

antimikroba metil

pengawet. Range

2009)

paraben dapat

konsentrasi 0.02-

berkurang dengan

0.3%. Paraben

adanya surfaktan

memiliki efek

Stabilitas : Stabil

Kelarutan : larut 1:400

nonionik seperti

antimikroba spektrum

pada larutan air pH 3

air, 1:50 air 80C, 1:3

polisorbat80 akibat

luas, meskipun sangat

6 sampai sekitar 4

etanol 95%, 1:10 eter,

dari micellization.

efektif terhadap

tahun pada suhu

1:60 gliserin (Rowe,

Tidak kompatibel

kapang dan khamir

kamar (Rowe, et.al.,

et.al., 2006)

dengan bahan lain

(Rowe, et.al., 2009, ).

2009)

Titik leleh : 125-128

seperti tragakan,

sorbitol, Natrium

(Rowe, et.al., 2009)

alginat, atropin.
(Rowe, et.al., 2009 p
443)

7.

Propyl

pH : 4 8

Pemerian : Kristal atau

0.01-0.6%

paraben

(Rowe, et.al., 2009).

bubuk putih, tidak


berbau, tidak berasa

Antimicrobial

Aktifitas

Berfungsi sebagai

(Rowe,

(Rowe, et.al.,

antimikroba profil

pengawet. Range

et.al.,

2009)

paraben dapat

konsentrasi 0.01-

berkurang banyak

0.6%. Paraben

dengan adanya

memiliki efek

surfaktan non ionik

antimikroba spektrum

akibat dari

luas, meskipun sangat

micellization.

efektif terhadap

(Rowe, et.al., 2009)

kapang dan khamir.

2009)

0,02%

(Rowe, et.al., 2009).

Stabilitas : Stabil

Kelarutan : 1:1,1

pada larutan air pH 3

etanol 95%, 1:250

6 sampai sekitar 4

gliserin, 1:225 air 80C

tahun pada suhu

Titik didih : 295C

kamar (Rowe, et.al.,

Titik leleh : 96-99C

8.

BHT

2009).

(Rowe, et.al., 2009).

Stabilitas :

Pemerian :

Paparan cahaya ,

Hablur padat, putih; bau %

kelembaban , dan

khas, lemah

(Rowe,

panas. Butylated

(Departemen Kesehatan

hydroxytoluene harus

RI, 1995).

disimpan dalam

0,0075 1

0,1

Antioxidant

Butylated

BHT mempunyai efek

(Rowe, et.al.,

hydroxytoluene

antioksidan pada

2009).

adalah fenolik dan

kadar 0,0075 1 %.

et.al.,

mengalami reaksi

Sehingga dapat

2009).

karakteristik fenol.

mencegah ketengikan

Hal ini tidak sesuai

dari minyak.

tempat tertutup,

Kelarutan :

dengan agen

terlindung dari

Tidak larut dalam air

pengoksidasi kuat

cahaya , di tempat

dan propilen glikol;

seperti peroksida dan

yang sejuk dan kering mudah larut dalam

permanganates .

(Rowe, et.al., 2009).

etanol, dalam kloroform

Kontak dengan

dan dalam eter

oksidator dapat

(Departemen Kesehatan

menyebabkan

RI, 1995).

pembakaran spontan
. Garam besi
menyebabkan
perubahan warna
dengan hilangnya
aktivitas .
Pemanasan dengan
katalitik asam

menyebabkan
dekomposisi yang
cepat dengan merilis
gas
isobutene yang
mudah terbakar
(Rowe, et.al., 2009).

9.

KOH

pH :

Pemerian :

Stabilitas :

Kelarutan :

(Rowe,

(Rowe, et.al., 2009).

et.al.,
2009).

10.

Water

pH : 5 7

Pemerian :
Cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau
(Departemen Kesehatan
RI, 1995).

qs

qs

solvent

Sebagai pelarut

BENTUK SEDIAAN DASAR


a.

Bentuk

Krim

b.

Definisi

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah
ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai kosistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air
dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih
diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau
dispersi mikrokristal asam asam lemak atau alkohol berantai panjang
dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
penggunaan kosmetika atau estetika. Krim dapat digunakan untuk
pemberian obat secara vaginal (Departemen Kesehatan RI, 1995).

c.

Persyaratan umum :
Tidak mengiritasi kulit
Tidak berbau tengik
pH netral, mudah dioleskan pada kulit
(Harrys cosmeticology, p.60).

BENTUK SEDIAAN KOSMETIK TERPILIH


a.

Bentuk

Moisturizing Cream

b.

Definisi

Campuran yang membentuk barir pada kulit yang akan menghambat


penguapan air, menyembuhkan luka pada kulit; humektan yang bekerja
sebagai penyerap kelembapan udara, emollient yang berfungsi sebagai
lubricant dan menyebabkan kulit kelihatan lebih halus (Holistic Brauty
From the Inside Out : Your Complete Guide to Natural Health)

c. Persyaratan umum :
Oil low content
Mudah disebarkan
Mudah merata
(Harrys Cosmeticology, p.51)

VI.

SUSUNAN FORMULA
Penentuan bobot sediaan untuk 1 resep
-

Luas permukaan wajah= 565 cm2 0,8 gram 2x sehari

Perkiraan lama penggunaan krim = 2 hari sekali untuk 21 hari

Bobot sediaan yang dibutuhkan =

Konsentrasi

Titik leleh
No

Nama Bahan

Asam Stearat

Gliserin

Lanolin

4
5

69 - 70

Awal

Modifikasi

u/ 30 g

u/ 5R/

(%)

(%)

(gram)

(gram)

15,00

8,00

2,40

12,00

8,00

5,00

1,50

7,50

Urea

Urea

135

4-8

1,00

0,30

1,50

Propilen

Propilen

Glikol

Glikol

59

3,00

0,90

4,50

1,60

0,48

2,40

Metil Paraben
Propil

stearat

pH

17,8

ne

Asam

(oC)

1 batch

Gliserol

Triethanolami

Sinonim

1 Resep

Paraben

TEA
Nipagin

125 128

4-8

0,18

0,054

0,27

Nipasol

95 98

4-8

0,02

0,006

0,03

70

0,10

0,03

0,15

qs

qs

Ad 30

Ad 150

gram

gram

BHT

BHT

10

Air

Akuades

Perhitungan Sisa Air

Sisa air untuk 1 resep 30 2,4 1,5 3 0,3 0,90 0,48 0,054 0,006 0,03 = 21,33 ml

Sisa air untuk 1 bets 150 12 7,5 15 1,5 4,5 2,4 0,27 0,03 0,15 = 106,65 ml

VII.

RANCANGAN CARA PEMBUATAN


1.

BASIS
a. Preparasi fase minyak
1. Menimbang asam stearat sebanyak 12 gram menggunakan cawan porselen.
2. Menimbang lanolin sebanyak .... gram menggunakan cawan porselen
3. Menimbang trietanolamin sebanyak 2,4 gram menggunakan cawan porselen.
4. Memanaskan cawan di atas waterbath dengan suhu 75OC (Campuran 1)
5. Menambahkan BHT sebanyak 0,030 gram ke dalam campuran 1.
6. Memanaskan di atas water bath dengan suhu 750C

b. Preparasi Fase Air


1. Menimbang Nipagin 0.108 gram dan Nipasol 0.012 gram menggunakan kertas
perkamen.
2. Melarutkan nipagin dan nipasol dengan propilen glikol.
3. Menimbang gliserin sebanyak 7,5 gram menggunakan cawan porselen.
4. Menimbang Urea sebanyak 1,50 gram dengan kertas perkamen.
5. Mencampurkan fase air (campuran 2)
6. Mengukur air sebanyak 106 ml menggunakan gelas ukur.
7. Memanaskan di atas water bath dengan suhu 700C
2.

KRIM
a. Menyiapkan mortir panas (dengan diberi sedikit alkohol lalu dibakar dengan api).
b. Memasukkan fase minyak
c. Memasukkan dengan segera fase air.
d. Melakukan pengadukan kuat secara terus menerus hingga mortir menjadi dingin
e. Melanjutkan pengadukan hingga campuran di dalam mortir memadat membentuk krim.
f. Memasukkan krim kedalam wadah yang telah dipersiapkan.
g. Meletakkan dalam dus dan diberi label yang sesuai.

Fase minyak
Asam sterat, Mineral oil, BHT, TEA

Fase air
Gliserin, Urea, nipagin + nipasol di
propilen glikol

Panaskan suhu 75 oC

Panaskan suhu 75 oC

Campurkan fase minyak dan


air dalam mortir panas, aduk
konstan

VIII. SPESIFIKASI SEDIAAN AKHIR


No
1

Kriteria Uji

Spesifikasi

Organoleptis
Warna

Kuning

Bau

Bau Khas

Bentuk

Krim opaque

Perabaan

Lembut

pH

6,0 7,0 (Depkes RI, 1985)

Homogenitas

Homogen (Depkes RI, 1985)

Viskositas (25oC)

30000 - 700000 cps (Buhse, 2003).

Daya Sebar

Mudah menyebar (Depkes RI, 1985)

Daya Tercucikan Air

Mudah tercucikan air (Depkes RI, 1985)

Tipe emulsi

Minyak dalam air (Depkes RI, 1985)

Ukuran partikel

1 100 m (Ansel, 1995).

9.

Iritasi kulit

Tidak mengiritasi (Wathoni, et al., 2009).

10.

Aseptabilitas

Mudah diratakan (Panda, 2000)


Lembut (Panda, 2000)
Mudah dibersihkan (Sahu, Jha, and Dubey, 2011)

IX.

RANCANGAN EVALUASI
1. Pengamatan Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bentuk luar, dan bau dari sediaan krim.
Cara mengetahui bentuk penampakan krim (opaque / transluen) adalah dengan menggunakan dua gelas
arloji datar kemudian meratakan sejumlah sediaan dengan gelas arloji tersebut. Sediaan yang terdapat di
gelas arloji diterawang dengan menggunakan lampu atau senter (Depkes RI, 1985) Pemeriksaan pH
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan cara sediaan krim ditimbang sebanyak 1 gram dan diencerkan
dengan aquades 10 ml. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam sampel krim yang telah diencerkan
hingga pada monitor jarum menunjukkan angka yang stabil (Depkes RI, 1985)
2. Penentuan Tipe emulsi
Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan menimbang 0,1 gram krim kemudian diberi 1 tetes metilen biru
di amati dibawah mikroskop, jika warna menyebar merata pada krim berarti tipe krim adalah minyak

dalam air, tetapi jika warna hanya berupa bintik bintik berarti tipe krim adalah air dalam minyak
(Depkes RI, 1985)

3. Pengukuran Ukuran partikel


Pengukuran dilakukan dengan mengamati obyek dibawah mikroskop yang dilengkapi mikrometer okuler.
Krim ditimbang sebanyak 0,1 gram, kemudian diencerkan dengan air suling sampai 1 ml. Hasil
pengenceran tersebut diambil sedikit demi sedikit dan diteteskan pada kaca obyek, lalu dilakukan
pengukuran partikel sampai dengan 300 partikel (Anggraini, Malik, dan Susiladewi, 2011). Batas ukuran
partikel emulsi adalah 1 100 m (Ansel, 1995).

4. Pengujian Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viscometer Brookfield. Sebanyak 250 ml sediaan
krim dimasukkan ke dalam beaker glass. Selanjutnya spindel diturunkan hingga batas yang ditentukan ke
dalam beaker glass yang berisi krim dan selanjutnya dilakukan pengaturan kecepatan (Asswal, Kalra,
Rout, 2013). Viskositas sediaan krim adalah 30000-70000 cps (Buhse, 2003).

6.

Pengukuran daya sebar

Pengukuran daya sebar sediaan dilakukan dengan cara 0,5 gram sediaan diletakkan diatas kaca transparan
yang dilapisi kertas grafik, lalu dibiarkan 15 detik. Selanjutnya dihitung luas daerah yang diberikan oleh
sediaan lalu ditutup lagi dengan plastik transparan yang diatasnya diberi beban dengan berat tertentu (1,3,
5, dan 7) dan dibiarkan selama 60 detik lalu dihitung luas yang diberikan oleh sediaan (Voight, 1994)

7.

Penilaian

Keterangan

5 cm

Sangat mudah menyebar

3-5 cm

Mudah menyebar

3 cm

Tidak menyebar

Pengujian Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan menimbang sediaan sebnayak 0,1 gram di atas wadah,
kemudian dioleskan secara merata dan tipis dikaca arloji. Krim harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya bintik - bintik (Depkes RI, 1985).

8. Daya Tercucikan air


Pengujian daya tercucikan air dilakukan dengan cara sejumlah 1 g krim dioleskan pada telapak tangan
kemudian dicuci dengan sejumlah volume air sambil membilas tangan. Air dilewatkan dalam buret
dengan kecepatan 0,25 tetes per detik, lalu diamati secara visual ada atau tidaknya krim yang tersisa pada

telapak tangan. Volume air yang dipakai dicatat (Anggraini, Malik, dan Susiladewi, 2011). Sediaan
pelembab harus mudah tercucikan air. Kriteria :

Kriteria

Hasil

20 ml

Tidak mudah tercucikan air

10 20 ml

Mudah tercucikan air

10 ml

Sangat mudah tercucikan air

9. Uji iritasi kulit


Uji iritasi kulit dilakukan pada 10 orang sukarelawan. Teknik yang digunakan adalah uji tempel terbuka,
yang dilakukan dengan cara mengoleskan formula pada punggung tangan kanan sukarelawan seluas 2,5
cm2 dan punggung tangan kiri diolesi dengan formula krim. Uji iritasi dilakukan pada tempat yang sama
selama 3 hari berturut turut setelah pembuatan dan pada hari terakhir penyimpanan untuk masing
masing nsediaan. Gejala yang tinbul diamati , kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil olesan pada
punggung tangan kiri (Wathoni Soebagio dan Rachim,2009). Suatu setidaan harusnya tidak menyebabkan
iritasi pada kulit.
10. Uji aseptabilitas
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan responden yang telah menandatangani persetujuan untuk
menjadi subyek percobaan yang telah mengerti prosedur penggunaan sediaan tersebut. Jumlah responden
10 orang dengan usia 19 23 tahun yang dipilih secara acak. Respon akan menggunakan sediaan pada
lengan bagian atas dan diminta pendapartnya tentang kemudahan diratakan, sensasi dingin, dan
kemudahan dibersihkan (Sahu, Jha, and Dubey, 2011).

X.

RANCANGAN TABEL HASIL EVALUASI


1. Organoleptis

Parameter

Hasil percobaan
Pembanding

Sediaan

Spesifikasi sediaan

Bentuk luar

Opaque

Warna

Kuning

Bau

Berbau khas

Perabaan

Lembut

2. Nilai pH

pH

Hasil percobaan
Pembanding

Sediaan

Spesifikasi sediaan

Replikasi 1
6,0 7,0

Replikasi 2
Replikasi 3

3. Homogenitas
Hasil percobaan
Pembanding

Sediaan

Homogenitas

Spesifikasi sediaan
Homogen

4. Viskositas
Viskositas

Hasil percobaan
Pembanding

Sediaan

Spesifikasi sediaan

Replikasi 1
Replikasi 2

30000 - 700000 cps

Replikasi 3
5. Daya sebar
Hasil percobaan
Daya sebar

Pembanding

Sediaan

Spesifikasi sediaan
Mudah menyebar

6. Daya tercucikan air


Hasil percobaan
Daya tercucikan air

Pembanding

Sediaan

Spesifikasi sediaan
Mudah tercucikan air

7. Tipe emulsi
Hasil percobaan
Tipe emulsi

Pembanding

Sediaan

Spesifikasi sediaan
m/a

8. Ukuran partikel
Hasil percobaan
Ukuran partikel

Pembanding

Sediaan

Spesifikasi sediaan
1 100 m

http://apps.kemi.se/flodessok/floden/kemamne_eng/urea_eng.htm

*: http://ik.pom.go.id/v2014/katalog/Gliserin_upload.pdf
** : http://www.ppe.com/msds/Propylene%20glycol.pdf

Anda mungkin juga menyukai

  • UEHANDSANI
    UEHANDSANI
    Dokumen8 halaman
    UEHANDSANI
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • Handsanitizer PDF
    Handsanitizer PDF
    Dokumen12 halaman
    Handsanitizer PDF
    steviniaashika
    67% (3)
  • UESunscreen
    UESunscreen
    Dokumen13 halaman
    UESunscreen
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • UEWhitening G
    UEWhitening G
    Dokumen16 halaman
    UEWhitening G
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • UDSunscreen
    UDSunscreen
    Dokumen14 halaman
    UDSunscreen
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • UENight Cream
    UENight Cream
    Dokumen19 halaman
    UENight Cream
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • UASuns Creen
    UASuns Creen
    Dokumen24 halaman
    UASuns Creen
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • UC White PDF
    UC White PDF
    Dokumen16 halaman
    UC White PDF
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • UDhandsaani
    UDhandsaani
    Dokumen13 halaman
    UDhandsaani
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • UCmassage Krim Fix PDF
    UCmassage Krim Fix PDF
    Dokumen23 halaman
    UCmassage Krim Fix PDF
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • UCSunscreen Cream
    UCSunscreen Cream
    Dokumen21 halaman
    UCSunscreen Cream
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • Pharmacokinetics
    Pharmacokinetics
    Dokumen16 halaman
    Pharmacokinetics
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • UAClensing Cream Baruuu
    UAClensing Cream Baruuu
    Dokumen7 halaman
    UAClensing Cream Baruuu
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • UBSunscreen Fix
    UBSunscreen Fix
    Dokumen33 halaman
    UBSunscreen Fix
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • Laporan Asam Laktat
    Laporan Asam Laktat
    Dokumen19 halaman
    Laporan Asam Laktat
    fun-fun
    Belum ada peringkat
  • Nama Obat Spo
    Nama Obat Spo
    Dokumen2 halaman
    Nama Obat Spo
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • Brosur Solidd
    Brosur Solidd
    Dokumen1 halaman
    Brosur Solidd
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • Furosemid
    Furosemid
    Dokumen5 halaman
    Furosemid
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Kafein
    Skripsi Kafein
    Dokumen5 halaman
    Skripsi Kafein
    Fitri Amelia Rizki
    Belum ada peringkat
  • Ki
    Ki
    Dokumen1 halaman
    Ki
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • Tabel Matriks
    Tabel Matriks
    Dokumen1 halaman
    Tabel Matriks
    Robert Jones
    Belum ada peringkat
  • Kelenjar Endokrin Yang Terdapat Pada Janin
    Kelenjar Endokrin Yang Terdapat Pada Janin
    Dokumen4 halaman
    Kelenjar Endokrin Yang Terdapat Pada Janin
    steviniaashika
    Belum ada peringkat
  • Tabel Matriks
    Tabel Matriks
    Dokumen1 halaman
    Tabel Matriks
    Robert Jones
    Belum ada peringkat