Anda di halaman 1dari 38

OBAT SALURAN NAFAS

DEWA AYU SWASTINI,SF.,M.FARM.,APT

ISPA
Merupakan Infeksi Saluran Pernafasan
Atas yang ditandai dengan gejala-gejala :
- Demam, sakit kepala, nyeri otot,
- Mata berair
- Batuk, bersin, hidung berair
- Sakit tenggorokan

selesma, rhinitis alergi,


influenza

PERBEDAAN

Kenali penyebabnya, apakah selesma,


influenza, atau rhinitis alergi. Yang masingmasing mempunyai perbedaan.
SELESMA :
sakit kepala
keluar cairan hidung(meler)
hidung tersumbat
sakit tenggorokan
batuk kering
batuk dahak

INFLUENZA :
tanda-tanda selesma
berat
ngilu pada sendi dan
otot
demam

RHINITIS ALLERGY :
Selesma menetap
Gatal hidung

OBAT

Antihistamin
Antihistamin menghambat reaksi alergi.
Obat yang tergolong antihistamin antara
lain: Klorfeniramin maleat/klorfenon/CTM,
Difenhidramin HCl.
Dekongestan oral
Dekongestan mempunyai efek mengurangi
hidung tersumbat. Obat dekongestan oral
antara lain : Fenilpropanolamin, Fenilefrin,
Pseudoefedrin dan Efedrin
Antitusif/ekspektoran==BATUK
Antipiretik dan Analgesik

DEFINISI BATUK
Batuk adalah proses ekspirasi yang
eksplosif (dengan tekanan) yang
memberikan mekanisme proteksi normal
untuk membersihkan saluran pernafasan
dari adanya sekresi mukus atau benda
asing yang mengganggu.
Bukan penyakit, ttp merupakan gejala
atau tanda adanya gangguan pada
saluran pernafasan.

ETIOLOGI BATUK

Iritan yang terhirup (asap, asap rokok,


debu) atau teraspirasi (benda asing, isi
lambung)
Semua gangguan yg menyebabkan
inflamasi, konstriksi, infiltrasi, kompresi
pada jalan nafas.
Asma
TBC

ETIOLOGI BATUK lanjutan..

Kanker paru2
Pneumonia, lung abses
Bronchitis, pharyngitis
CHF
Penggunaan ACE inhibitor

PATOFISIOLOGI BATUK

Melibatkan suatu kompleks rangkaian


refleks yang bermula dari stimulasi thd
reseptor iritan.
Batuk yang efektif tergantung pada
kemampuan untuk mencapai aliran
udara yang tinggi dan tekanan
intrathoraks, sehingga meningkatkan
proses pembersihan mukus pada saluran
nafas.

Komplikasi batuk :
Gejala insomnia, suara parau,
musculoskletal pain (badan /otot skelet
terasa sakit), exhaustion (kelelahan),
inkontinensi urine (ngompol).

Klasifikasi batuk
Berdasarkan durasi
1.
Akut (< 3 minggu)
2.
Sub akut (3-8 minggu)
3.
Kronis (> 8 minggu)

Klasifikasi batuk lanjutan..


1.

2.

Batuk akut : penyebab tersering adalah


ISPA (t.u common cold, sinusitis bakterial
akut, pertusis). Tapi gangguan yang
lebih serius dapat terjadi seperti
pneumonia, CHF.
Batuk sub akut : Jika batuk setelah
terjadi ISPA yang tidak terkomplikasi
pneumonia (chest X-ray normal) post
infection cough. Jika ada suara wheezes
batuk yang menyertai asma. Pada
batuk sub akut pada awalnya
merupakan batuk kering tapi lama2
batuk berdahak.

Klasifikasi batuk lanjutan..


3.

Batuk kronis
Pada perokok : mungkin disebabkan
oleh COPD (Chronic Obstructive
Pulmonary Diasease) atau kanker paru
Pada non perokok yang hasil foto
thoraksnya normal dan tidak sedang
menggunakan ACE inh., mungkin
disebabkan o/ asma, GERD.

Berdasarkan tanda
klinis1.Batuk produktif/ batuk

berdahak
Terdapat dahak sebagai
mekanisme perlindungan
untuk mengeluarkan
benda asing

2.Batuk non produktif,


bersifat kering tanpa
dahak, misalnya batuk
rejan.

TERAPI BATUK
1.

Antitusif
Untuk menekan batuk kering
Dapat menyebabkan retensi sputum
bahaya pada bronhitis kronis krn tjd
sekresi mukus yang berlebihan.
Obat: Codein, noskapin,
dextrometorfan.

Antitusif
a.
Kodein (3-metoksimorfin)
Dosis untuk antitusif :
Dewasa : PO 10-20 mg tiap 4-6 jam
maksimum 120 mg/hr.
Anak 2-6 th: PO 2,5-5 mg tiap 4-6 jam
maksimum 30 mg/hr.
Anak 7-12 th: PO 5-10 mg tiap 4-6 jam
maksimum 60 mg/hr.
Anak>12 th dan geriatri = dosis dewasa
Efek Samping :
obstipasi, mual, muntah, pusing, depresi
saluran pernafasan.

b. Dextrometorphan
PO = 10-30 mg q 4-8 jam/hr max 120
mg.
OOA PO = 1-2 jam
ES = Drowsiness, GI upset, CNS dan
respiratory depression.
KI = MAOI terapi hipotensi, mual,
koma.

TERAPI BATUK
2.

Ekspektoran :
Dimaksudkan untuk memudahkan
ekspektorasi (batuk) yaitu dengan
meningkatkan refleks batuk
Contoh: Gliseryl guaikolat/guafenesin,
Succus liquiritae, amonium clorida

TERAPI BATUK
3.

Mukolitik
Mempercepat ekspektorasi dan
mengurangi viskositas sputum.
Contoh : Asetil sistein, ambroksol,
bromheksin.

Terapi batuk bila penyebabnya adalah


GERD :
H bloker
2

PPI
Prokinetik agent : cisapride
High protein, low fat.

ASMA

DEFINISI ASMA

Asma merupakan penyakit inflamasi


kronik pada saluran pernafasan dimana
berbagai sel terlibat, terutama mast sel,
eosinofil, dan limfosit T, yang
dikarakteristir oleh:
- Obstruksi sal nafas yang bersifat
reversibel baik scr spontan maupun dgn
pengobatan
- Peningkatan respon jalan nafas thdp
berbagai rangsangan (bronchial
hyperresponsiveness)

ISTILAH2
Allergic asthma = ekstrinsik asma yi;
asma yang disebabkan oleh alergi
Exercise-induced asthma (EIA) : asma yg
disebabkan oleh olahraga, dapat krn
kehilangan panas dan cairan dari
epitelium pada jalan nafas.
Occupational asthma : asma yang terkait
pekerjaan, umumnya diperantarai Ig-E

Drug-induced asthma : contoh aspirin


dan obat2 NSAID. Obat2 NSAID bekerja
menghambat kerja enzim
siklooksigenase pada jalur sintesis PG
dari metabolisme asam arakhidonat.
Akibatnya met. asam arakhidonat
tercurah ke jalur lipoksigenase yang
akhirnya menghasilkan leukotrien.
Infectious asthma: asma yang
disebabkan oleh infeksi virus

PATOFISIOLOGI ASMA
Pada asma terjadi :
Inflamasi & penebalan pada lap. epitelial
dan sub mukosal dari sal. pernafasan.
Kadang2 juga terjadi pengelupasan sel
epitelial yang menjadikannya rusak.
Pengelupasan inilah yang menyebabkan
px asma mengalami hiperresponsivitas.
Penyempitan/ konstriksi dari otot
pernafasan (bronkokonstriksi)
Hipersekresi mukus.
Ketiga hal tersebut diiringi
hiperresponsivitas

PATOFISIOLOGI ASMA
Hiperresponsivitas tidak dapat diterapi,
sedangkan ketiga gejala yg lain harus
diterapi secara bersamaan yaitu :
Inflamasi kortikosteroid
Bronkokonstriksi bronkodilator
Hipersekresi mukus mukolitik
Mukus yg berlebihan harus dikeluarkan
karena dapat menyumbat saluran
pernapasan. Mukolitik hanya diberikan jika
sekresi mukus sudah sangat mengganggu
pasien

Terapi Serangan Akut :


Bisa secara oral maupun inhalasi:
Bronkodilator : short acting 2 agonis
(salbutamol, terbutalin), anti kolinergik
(ipratropium bromida)
Antiinflamasi : kortikostreroid u/ mengatasi
kekambuhan

Terapi Pemeliharaan Jangka Panjang


Tergantung keparahan penyakit
Kortikosteroid

inhalasi (beclometason
dipropionat, budesonide)
Long acting agonis (salmoterol,
2
formoterol)
Methylxantin (teofilin, aminofilin)
Sodium kromolin, nedokromil
Leukotrien modifiers (montelukast,
zafirlukast)
Pulmicort turbuhaler : kombinasi
kortikosteroid & long acting 2 agonis

1. 2 agonis

Untuk serangan akut : salbutamol,


terbutalin
Digunakan bila perlu
Untuk serangan akut digunakan dalam
bentuk inhalasi (MDI), inhaler, rotahaler
Untuk terapi pemeliharaan : salmeterol,
formoterol
Efek bronkodilatasi terjaga sampai 12 jam,
OOA lambat.
ES : tremor, palpitasi, mual

Obat2 2 agonis
Obat

Selektivitas
1

Potensi
2

DOA
Bronkodilata Proteksi (jam)
si (jam)

Isoproterenol

++++ ++++

0,5-2

0,5-1

Metaproterenol

+++

+++

15

3-4

1-2

Isoetharin

++

+++

0,5-2

0,5-1

Albuterol
(salbutamol)

++++

4-8

2-4

Bitolterol

++++

4-8

2-4

Pirbuterol

++++

4-8

2-4

Terbutalin

++++

4-8

2-4

Formoterol

++++

0.24

12

6-12

Salmeterol

++++

0.5

12

>6

1 pada otot jantung, 2 pada otot pernapasan

2. Anti kolineregik
(Ipratropium Bromida)

Onset lambat, efek dicapai setelah 30-60


menit, maka untuk serangan akut harus
dikombinasi dengan short acting 2
agonis
Pada anak2 kombinasi Ipratropium
Bromida dan short acting 2 agonis
memberikan manfaat klinik yg nyata
pada penatalaksanaan awal pd serangan
asma moderate dan severe.
Tidak untuk penggunaan rutin

Ipratropium Bromida

OOA = 3 menit, DOA = 4-6 jam


ES = kering pada mulut, pada
pemakaian jangka lama sakit kepala,
mual, ISPA

3. Methylxantin

Teofilin dan aminofilin


Penggunaan sudah mulai berkurang
Memiliki indek terapi yg kecil
Dosis harus dikurangi pada pasien geriatrik,
gagal jantung dan gangguan hepar
Berinteraksi dengan eritromisin dan
cimetidin
Dosis awal : 10 mg/Kg sehari, maksimum
300 mg per hari

4. Kortikosteroid

Bentuk inhalasi mrp the main preventive


therapy for asma
Beclometason, budesonide, futicason
Biasanya dikombinasi dg long acting 2
agonis untuk memberikan kontrol
serangan
Jika gejala sudah terkontrol dan fungsi
paru baik, maka gunakan minimum
optimal dose
Efek samping lokal : serak, batuk
Dosis besar bisa memberikan efek

4. Kortikosteroid

Sediaan oral atau parenteral diberikan


untuk serangan akut yg tidak bisa diatasi
dengan obat lain
Kombinasi obat :

Untuk meningkatkan kepatuhan dan efikasi


obat, maka dilakukan kombinasi
Biasanya untuk terapi jangka panjang
Kombinasi : kortikosteroid 2 agonis aksi
panjang
Contoh : salmeterol fluticason, budesonid formoterol

5. Sodium kromolin dan


nedokromil

Bekerja dengan menghambat pelepasan


mediator inflamasi dari mast sel
Digunakan untuk preventif, bukan untuk
serangan akut
Menghambat EIA jika digunakan segera
sebelum olahraga
Walaupun memiliki aksi yg sama, DOA dari
nedokromil lebih panjang daripada sodium
kromolin
Bentuk sediaan : inhalasi

6. Leukotrien modifiers

Merupakan antagonis reseptor leukotrien


yang menghambat cysteinyl leukotriene
CysLT1 res.
Montelukast, pranlukast, zafirlukast
Digunakan sbg preventif mild asma
sebagai alternatif kortikosteroid inhalasi
atau jika digunakan bersama bisa
mengurangi dosis kortikosteroid pd
moderate asma
Lebih berefek pada aspirin-sensitive
asthma dan EIA
Tidak tepat untuk serangan akut
Umumnya ditoleransi baik oleh anak-anak

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai