Anda di halaman 1dari 7

Ferdowsi, Pelita Yang Tak Pernah Redup (11)

Dalam 200 tahun terakhir, berbagai penelitian dilakukan


baik oleh para ahli dari Iran maupun Eropa untuk menemukan
naskah otentik mahakarya pujangga besar Persia abad keempat
hijriyah ini. Bagaimanapun semua usaha itu patut memperoleh
penghargaan dan tak terlupakan meski sebagian naskah
penelitian tersebut tidak bisa dijadikan bahan rujukan.
Mukaddimah yang ditulis J. Mohl pada pembukaan jilid
pertama Shahnameh, buku Kisah Kepahlawanan Iran tulisan
Theodor N. asal Jerman, dan silsilah makalah Sayed Hassan
Taqizadeh berjudul Ferdowsi dan Shahnameh adalah contoh dari
karya-karya penelitian seputar Shahnameh yang menjadi bahan
telaah bagi para peneliti di zamannya. Tapi kini, penelitian
terbaru membuktikan adanya banyak kesalahan dalam karyakarya itu yang membuatnya tidak lagi bisa dijadikan panduan.
Kamus Shahnameh yang ditulis oleh Wolf dan diterbitkan di
Berlin tahun 1935 adalah satu karya hasil penelitian mendalam
yang dilakukan oleh para ahli asal Eropa tentang Shahnameh.
Kamus ini menjelaskan makna setiap kata yang digunakan dalam
mahakarya Ferdowsi. Namun demikian, penulisan kamus
Shahnameh hanya bisa dikatakan sempurna bila seluruh naskah
buku bernilai tinggi ini sudah direvisi dengan benar.

Untuk saat ini, upaya memperbaiki naskah Shahnameh


telah membuahkan banyak hasil yang salah satunya ditulis dalam
Nameh Bastan oleh Dr Mir Jalaluddin Kazzazi. Diantara kelebihan
buku ini adalah penjelasan tentang makna kata, pengenalan akan
kisah legenda yang ada dan penjelasan akan keindahan sastera
bagi masing-masing bait puisi Ferdowsi. Selain itu, Kazzazi juga
menulis mukadimah yang bisa menjadi bahan telaah yang sangat
membantu memahami Shahnameh.

Salah satu pekerjaan ilmiah yang bisa disebut sangat


bernilai di zaman ini adalah revisi Shahnameh yang dilakukan
oleh Jalaluddin Khaleqi Motlaq. Naskah ini ditulis diterbitkan oleh
Pusat Ensiklopedia Besar Islam tahun 2008 dalam sepuluh jilid.
Saat ini di tengah publik ada kecenderungan yang kuat untuk
menelaah Shahnameh. Tuntutan inilah yang lantas mendorong
berbagai penerbit untuk mencetak Shahnameh setiap tahunnya
dan mengirimkannya ke pasaran buku. Namun dari kesemua
naskah yang ada tak ada naskah yang bisa disetarakan dengan
apa yang disusun oleh Khaleqi.

Dr Khaleqi yang sangat fanatik dengan Shahnameh telah


mengerahkan seluruh tenaga dan usianya untuk merevisi karya
Ferdowsi ini. Untuk menyukseskan pekerjaan besar ini, dia
mencari naskah-naskah paling tua di seluruh dunia. Ada 45
naskah paling otentik dan tertua yang didapatkannya yang lantas
menjadi acuan baginya untuk merevisi Shahnameh. Dia
mengambil foto dan mikrofilm naskah-naskah itu untuk
membantunya dalam hajatan besar ini.

Sebelum memulai pekerjaannya, selama 10 tahun, Dr


Khaleqi mengumpulkan seluruh naskah tua Shahnameh dari
seluruh dunia. Dari 45 naskah yang didapatkannya, 16
diantaranya dia pilih sebagai bahan kritik dan komparasi. Saat
menemukan perbedaan, dia melakukan penelitian yang
mendalam. Dr Khaleqi mencantumkan perbedaan 16 naskah di
bagian catatan kaki di setiap halaman terkait dengan penuh
ketelitian dan secara ilmiah. Selain 16 naskah itu, Dr Khaleqi juga
menelaah 30 naskah lainnya yang ditulis sampai abad sembilan
hijriyah dan menjadikannya sebagai rujukan jika diperlukan.

Penerbitan Shahnameh hasil revisi ilmiah Khaleqi adalah


langkah yang sangat besar dalam hal penelitian naskah asli karya
Ferdowsi. Di pembukaan jilid pertama, Khaleqi menulis demikian:
Hanya revisi seperti ini yang bisa menjadi naskah revisi induk

dan selamanya akan relatif dipercaya serta akan menjadi bahan


telaah Shahnameh di masa mendatang. Dengan penelitian ini,
saya hanya mampu mempersiapkan jalan untuk penelitian
Shahnameh. Penulis berharap para kritikus akan membedah bait
perbait untuk memperbaikinya dan menyampaikan pandangan
mereka. Setelah merampungkan tugas revisi ini, kami akan
menerbitkan
naskah
pembetulan
yang
lain
dengan
memanfaatkan pandangan orang-orang lain dan apa yang di
kemudian hari saya fahami.

Dengan melihat banyaknya kajian seputar Shahnameh di


zaman ini, nampaknya di kemudian hari pengenalan akan
Shahnameh akan memiliki prospek yang cerah. Dengan kerja
keras yang sudah dilakukan selama setengah abad terakhir,
secara perlahan, tabir legenda yang menyelimuti kehidupan
Ferdowsi, Si Bijak dari Tus, semakin tersingkap, dan semua itu
didapat dari dalam naskah Shahnameh dan narasumber lainnya.

Kamus panduan kata-kata Shahnameh adalah karya lain


yang ditulis oleh para pakar Shahnameh. Dalam 30 tahun
terakhir banyak kosa kata sulit di Shahnameh sudah terkuak,
berkat telaah para peneliti yang dituangkan ke dalam buku-buku
atau makalah ilmiah tulisan mereka. Diantara peneliti yang paling
menonjol dalam menulis dan menjelaskan makna kata-kata
Shahnameh adalah Dr Jalal Khaleqi, Dr Mahyar Nawai, dan Dr Ali
Ravaqi.

Dalam rentang waktu setengah abad, ada puluhan buku dan


ratusan makalah ilmiah yang ditulis di bidang pemikiran, seni dan
bahasa Ferdowsi. Awalnya penelitian hanya dilakukan seputar
kajian sejarah dan nilai sastera Shahnameh juga makna bahasa
dan tata bahasa yang digunakan. Namun, dalam beberapa tahun
terakhir penelitian melebar dan mencakup pemikiran mendalam
dan nilai seni Ferdowsi. Misalnya, adalah pembahasan pesan dan
ide-ide baru yang tersirat dari kisah Rostam dan Esfandiyar.

Buku paling menonjol terkait pemikiran dan seni Ferdowsi


yang ditulis di zaman ini adalah buku berjudul Ferdowsi karya Dr
Mohammad Amin Riyahi. Banyak yang meyakini bahwa buku
telaah Riyahi ini merupakan batu loncatan yang sangat berharga
dalam mengenal pemikiran Ferdowsi. Buku inipun lantas dinilai
sebagai salah satu rujukan penting. Salah satu kelebihan buku ini
adalah obyektifitas penulisnya yang tidak termakan oleh emosi
yang melegendakan Ferdowsi. Kelebihan lainnya adalah gaya
penulisannya dalam bentuk prosa, mudah difahami, tanpa
paksaan dan menawan. Dr Shafei Kadkani mengatakan, Jika kau
mengaku pakar dalam masalah Ferdowsi tapi belum membaca
buku ini (tulisan Dr Riyahi) maka ketahuilah bahwa engkau telah
kehilangan banyak materi penting. Jika kau termasuk pencinta
Shahnameh dan hanya ingin membaca satu buku terkait karya
abadi budaya Iran yang tak tertandingi, maka buku inilah yang
harus engkau baca.(IRIB Indonesia)

Ferdowsi, Pelita Yang Tak Pernah Redup (12)

Sebagian bangsa yang serumpun memiliki kisah legenda


yang sama. Ketika suku-suku pertama saling berpisah untuk
menemukan tempat tinggal dan negeri yang baru, legenda yang
mereka bawa bersama akan menemukan bentuk yang baru.
Perubahan ini terjadi karena berbagai sebab diantaranya faktor
geografis dan sosial. Kondisi dan iklim di negeri yang baru
berpengaruh pada pemikiran dan perilaku mereka. Interaksi
dengan penduduk pribumi di negeri baru membuka pintu bagi
masuknya budaya dan tradisi baru ke dalam kehidupan mereka.
Faktor-faktor ini dengan sendirinya mempengaruhi kisah-kisah
legenda yang dibuat setelah masa itu.
Bangsa Iran dahulu kala memiliki budaya dan tradisi yang
sama dengan bangsa India dan suku Arya. Tetapi setelah hijrah
ke negeri Iran, tradisi ini sedikit demi sedikit mengalami
perubahan dan penyesuaian dengan kondisi setempat dan
terpengaruh oleh budaya dan tradisi warga pribumi. Kisah-kisah
legenda bangsa Iran kuno sangat sederhana, alami dan lebih
mirip dengan dongeng. Lambat laun kisah-kisah itu mengalami
pengembangan dan perubahan dengan warna sosial dan semakin
kaya.
Sejak permulaan milenium kedua sebelum masehi bangsa
Iran sudah menempati kawasan negeri Persia. Karena kondisi
alam dan iklimnya, negeri ini pernah menjadi persinggahan
berbagai suku dan bangsa. Sejarah menyebutkan nama banyak
suku dan bangsa yang pernah hidup di kawasan ini, dan bahkan
mendirikan pemerintahan dan peradaban di sana. Setelah eksis
beberapa waktu, mereka disingkirkan oleh bangsa lain dan
kekuasaanpun berpindah tangan. Bangsa Iran adalah salah satu
bangsa terbesar yang singgah dan menetap di negeri ini. Ribuan
tahun telah dilalui bangsa ini di negeri Persia dengan berbagai
pasang naik dan surutnya. Bangsa ini akhirnya berhasil

membangun peradaban besar di kawasan. Kebesaran ini tak


lepas dari peran para ksatria yang menjadi tokoh dalam kisahkisah sejarah dan legenda.

Salah satu hal yang membuat unggul kisah legenda bangsa


Iran adalah pesan-pesan pemikiran dan sosial yang ada padanya.
Dalam kisah legenda bangsa Iran Tuhan tidak pernah
digambarkan memiliki wujud materi. Ahuramazda, salah satu
sebutan untuk Tuhan tidak berwujud fisikal. Secara umum, kisah
legenda Iran bisa dibagi ke dalam dua kategori, legenda timur
dan legenda barat.
Kisah-kisah yang diangkat Ferdowsi dalam Shahnamehnya
kebanyakan diambil dari legenda asal timur negeri Iran. Ciri khas
paling menonjol dari legenda asal timur ini adalah kisah tokohtokohnya bisa dicocokkan dengan cerita rakyat tentang sejarah
masa lalu Iran di zaman purba yang umumnya terjadi di kawasan
timur dan timur laut negeri ini. Salah satu misalnya adalah
peperangan yang terjadi antara suku-suku bangsa Iran melawan
para agresor yang datang dari negeri lain, seperti peperangan
melawan pasukan suku Turan yang diceritakan dalam
Shahnameh.
Kisah-kisah legenda Iran sangat kaya kandungan pemikiran
dan budaya. Karena itu kisah-kisah legenda kepahlawanan di
negeri Iran diyakini sudah mengakar kuat sejak ribuan tahun. Hal
itulah yang dikukuhkan oleh para peneliti. Kajian yang dilakukan
menyangkut sejarah lahirnya kisah legenda di Iran menunjukkan
bahwa kisah-kisah ini sudah ada jauh sebelum abad keempat
hijriyah atau masa hidup Ferdowsi.
Buku Avesta yang merupakan peninggalan era Persia kuno
menyinggung kisah-kisah kepahlawanan dan dongeng rakyat
negeri ini. Singgungan dalam kitab Avesta yang hanya sekilas
cukup membuktikan bahwa nama tokoh-tokoh legenda ini pernah
tenar dan mengambil hati rakyat di zaman dahulu.
Dr Abbadiyan dalam bukunya yang mengupas tentang
Ferdowsi dan Shahnameh mengatakan, penulisan kisah-kisah
kepahlawanan dan cerita rakyat sudah dimulai sejak era
kekuasaan Parthian dan berlanjut sampai era Sasanid. Di era

Parthian, salah satu kitab yang menyinggung kisah-kisah rakyat


itu adalah Avesta. Buku puisi panjang Vis o Ramin yang
menuliskan kisah-kisah legenda dihasilkan pada era ini. Di masa
kekuasaan Sasanid, kisah-kisah rakyat biasa ditulis secara
panjang lebar dalam bentuk prosa yang sangat diminati. Karya
yang dihasilkan di era ini antara lain, Khodaynameh, Dinkard,
Karnameh Ardeshir Babakan, dan kumpulan puisi Derakht-e
Asurik. Banyak isi dari kitab-kitab ini yang menjadi rujukan kisahkisah Shahnameh.
Shahnameh Ferdowsi ditetapkan sebagai salah satu karya
besar dunia untuk legenda kepahlawanan kuno kawasan Persia,
Yunani dan India. Shahnameh adalah karya yang mewarisi gaya
sastera era Sasanid yang digubah dalam bentuk puisi di masa
berdirinya peradaban Islam di Iran. Shahnameh adalah catatan
kisah kepahlawanan dan dongeng tentang raja-raja yang
berkuasa di negeri Persia. Sebagian kisah memiliki akar sejarah
dan sebagian lainnya merupakan kisah legenda mitos dan
dongeng rakyat. Dengan kata lain, kisah-kisah yang diabadikan
oleh Ferdowsi dalam karyanya ini mewakili pemikiran dan
idealisme seorang penyair tentang raja-raja yang adil dan layak
memimpin. Semua itu ditulis dengan menyesuaikan kondisi di
zaman itu.
Shahnameh
karya
Ferdowsi
adalah
sorotan
akan
pandangan umum bangsa Iran yang sudah melewati masa-masa
purbakala dengan berbagai liku-likunya dan telah membuka
lembaran sejarah di era yang baru. Bangsa itu ingin
mengabadikan apa yang ada padanya untuk mengambil pelajaran
dari masa lalu yang sangat bernilai dan menjadi bagian dari
identitasnya.
Menurut para peneliti Shahnameh, mahakarya Ferdowsi ini
merupakan upaya mengabadikan apa yang sudah dikenal luas di
tengah bangsa Iran sejak zaman dahulu. Ketika suku-suku dan
bangsa Persia memasuki era yang baru, mereka berusaha untuk
mempertahankan dan melestarikan kisah-kisah masa lalu lewat
berbagai cara termasuk dengan menuliskannya. Itulah yang
dilakukan Ferdowsi dengan mengumpulkan kisah-kisah legenda
dan cerita rakyat dalam bentuk puisi-puisi Shahnameh.(IRIB
Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai