Anda di halaman 1dari 69

Sistem

Keselamatan Kerja
Rini Dharmastiti, Ir, MSc., PhD.
Janu Pardadi, Ir., MT.
Jurusan Teknik Mesin FT UGM
Jl.Grafika no.2 Yogyakarta 55281
rini_dharmastiti@yahoo.co.uk
rini@ugm.ac.id

Filosofi
o Bekerja merupakan salah satu kegiatan utama
setiap orang. Agar dapat bekerja dengan baik,
setiap orang memerlukan dukungan seperti
tenaga yang diperoleh dan gizi yang baik,
kapasitas kerja, beban kerja, kondisi
lingkungan kerja.

rini@ugm.ac.id

Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3)

Safety engineering
Occupational Health/Medicine
Safety Health and Environment

Tujuan utama :

perhargaan terhadap martabat manusia


pekerja

rini@ugm.ac.id

Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3)
o ILO (International Labor Organization) : 1.1 juta

kematian disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan yang


berhubungan dengan pekerjaan

o Data ILO th.99, Penyebab kematian berhubungan dengan

pekerjaan; kanker akibat kerja (34%), kecelakaan (25%),


penyakit saluran pernapasan (21%), penyakit
cardiovascular (15%), lain-lain (5%)

o Masalah kesehatan lain: gangguan pendengaran,

muskuloskeletal, reproduksi, jiwa.

rini@ugm.ac.id

Penyebab penyakit akibat


hubungan kerja
Golongan fisik : bising, vibrasi, radiasi, suhu, tekanan
Golongan kimiawi : lebih kurang 100.000 bahan kimia yang
sudah digunakan dalam proses industri, baru 31 bahan kimia
sebagai penyebab
Golongan biologi : bakteri, virus, jamur, parasit
Golongan fisiologik : tempat kerja yang kurang ergonomis,
tidak sesuai dengan fisiologi dan anatomi manusia
Golongan psikososial : beban kerja terlalu berat, monotomi
pekerjaan

rini@ugm.ac.id

Beberapa Istilah
Kesehatan dan Keselamatan kerja : suatu upaya untuk

menekan atau mengurangi resiko kecelakaan dan


penyakit akibat kerja yang pada hakekatnya tdk dpt
dipisahkan antara keselamatan dan kesehatan

Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian

antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan


kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya maupun masyarakat
sekitarnya

rini@ugm.ac.id

Beberapa Istilah
Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (disingkat SMK3)


merupakan prioritas utama dalam setiap
pekerjaan dan merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja sekaligus
melindungi assets perusahaan sehingga perlu
dikelola secara baik.

rini@ugm.ac.id

Beberapa Istilah
Definisi SMK3 (Per Menaker 05/Men/1996)

adalah bagian dari sistem manajemen secara


keseluruhan yg meliputi struktur, organisasi,
perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yg dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dlm
rangka pengendalian resiko yg berkaitan dg
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yg
aman, efisien dan produktif
rini@ugm.ac.id

Beberapa Istilah
o Keselamatan kerja adalah keselamatan yang
berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan
o Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tak
diharapkan, tidak terdapat unsur kesengajaan,
disertai kerugian materiil dan penderitaan dari yang
ringan sampai yang paling berat, yang tidak diinginkan

rini@ugm.ac.id

Landasan Hukum :
UU dalam upaya pembinaan masyarakat pekerja
o

UU RI No.1 th. 1970 : Keselamatan kerja

PerMen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No :


Per03/Men/1982; Pelayanan Kesehatan Kerja

PerMen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No : Per01/Men/1981;


kewajiban melapor penyakit akibat kerja

KepMen Tenaga Kerja No. Kep62A/MEN/1992 ; Pedoman


diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan dan penyakit
akibat kerja

UU RI No.14 tahun 1993 : penyelenggaraan Program Jaminan


Sosial Tenaga Kerja

Keppres RI No22 tahun 1993: penyakit yang timbul karena


hubungan kerja

rini@ugm.ac.id

10

Keselamatan kerja
UU no. 1 tahun 1970
Setiap pekerja berhak mendapat perlindungan

atas keselamatannya dlm melakukan pekerjaan

Setiap orang lainnya yg berada di tempat kerja

harus terjamin pula keselamatannya

Setiap sumber produksi perlu dipakai secara aman

dan efisien

rini@ugm.ac.id

11

Tujuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
o Suasana lingkungan kerja yang aman, sehat dan

nyaman.

o Tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan

bebas kecelakaan

o Meningkatkan produktivitas dan efisiensi

perusahaan.

o Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.

rini@ugm.ac.id

12

Syarat-syarat Keselamatan kerja


Mencegah dan mengurangi kecelakaan
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri

pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang


berbahaya

Memberi pertolongan pada kecelakaan


Memberi alat perlindungan diri pada para pekerja
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar

luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap,


gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
dan getaran
rini@ugm.ac.id

13

Syarat-syarat Keselamatan kerja


o Mengamankan dan memperlancar pekerjaan
bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang
o Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
o Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan
pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya
menjadi bertambah tinggi

rini@ugm.ac.id

14

Pengawasan dan pembinaan


Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan

badan, kondisi mental dan kemampuan fisik


dari tenaga kerja yang akan diterimanya
maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat
pekerjaan yang diberikan padanya

Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga

kerja yang berada di bawah pimpinannya,


secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur

rini@ugm.ac.id

15

Pengawasan dan pembinaan


Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang : kondisi dan bahaya yang dapat timbul
dalam tempat kerjanya, semua pengamanan dan
alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerjanya, alat perlindungan bagi tenaga kerja
yang bersangkutan, cara dan sikap yang aman
dalam melaksanakan pekerjaannya
Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga
kerja yang bersangkutan setelah yakin bahwa
telah memahami syarat-syarat tersebut di atas
rini@ugm.ac.id

16

Pengawasan dan pembinaan


Pengurus diwajibkan menyelenggarakan
pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam
pencegahan kecelakaan serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, serta dalam
pemberi pertolongan pertama pada kecelakaan

rini@ugm.ac.id

17

Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
di
negara-negara
berkembang
18

Karakteristik negara
berkembang
Tingkat perekonomian yang sangat bervariasi , dari

rendah sampai berkembang menjadi negara industri


baru

Umumnya berada di daerah tropis


Sebagian besar merupakan negara agrikultur, tingkat

perkembangan industri bervariasi

Pekerja dan manajemen di industri umumnya masih

terbatas pengetahuannya mengenai pentingnya k3

19

Masalah K3 di negara
berkembang
1. Iklim :

Panas
Kelembaban
Ventilasi
AC

Banyak industri yang belum mampu


menggunakannya

20

Masalah K3 di negara
berkembang
2. Faktor ekonomi :
Hal ini sangat berpengaruh bagi keselamatan dan
kesehatan pekerja
Sumber biaya terbatas, k3 bukan merupakan hal
yang utama yang harus diperhatikan
ILO no.112 tahun 1959: pelayanan kesehatan kerja
menjadi tanggung jawab perusahaan dan dapat
bekerja sama dengan pihak luar

21

Masalah K3 di negara
berkembang
2. Faktor ekonomi

(lanjutan)

Industri besar dan menengah, mulai


memperhatikan pentingnya keselamatan, sehingga
monitoring, pencegahan dan kontrol terhadap
lingkungan kerja makin ditingkatkan.
Industri kecil, yang terbatas dari segi finansial, k3
merupakan suatu hal yang mahal dan sulit
dilakukan, perlu perhatian dan bantuan dari
pemerintah atau pihak luar

22

Masalah K3 di negara
berkembang
3. Sumber daya manusia :
K3 walaupun mulai menjadi perhatian, namun
tidak banyak orang yang mengetahui akan
pentingnya hal ini.
Pekerja di industri masih terbatas
pengetahuannya mengenai k3, penggunaan alat
yang aman, bagaimana menghadapi bahaya atau
resiko di tempat kerja

23

Masalah K3 di negara
berkembang
3. Sumber daya manusia :
Pihak manajemen , terbatas pengetahuannya
dalam jaminan keselamatan bagi pekerja,
peraturan yang ada, sehingga pelaksanaannya
menjadi terhambat
Terbatasnya tenaga pegawas dari pihak
pemerintah yang berkompeten, banyak
perusahaan yang tidak terawasi dan luput dari
perhatian
24

Masalah K3 di negara
berkembang
4. Fasilitas :
Mahalnya bahan untuk membuat kondisi yang aman,
alat-alat pelindung diri, pelayanan kesehatan,
merupakan masalah.
Fasilitas lain yang kurang mendapatkan perhatian :
pelatihan pekerja, bagaimana melakukan
pencegahan untuk menghadapi segala resiko yang
ada di tempat kerja yang dapat membahayakan
keselamatan dan kesehatan
25

Masalah K3 di negara
berkembang
5. Peralatan dan mesin :
Mempunyai peralatan dan mesin yang tidak
mempunyai pelindung, selain mahal, tidak mampu
mendesain ulang mesin tersebut.
Sebagian besar mesin dari negara maju umumnya
didesain bukan untuk pekerjaan manual, sehingga
pengoperasian mesin dengan cara berbeda dapat
menyebabkan keadaan yang tidak aman bagi
pekerja.
26

Masalah K3 di negara
berkembang
6. Data :

Data yang akurat dalam hal k3 merupakan suatu


yang sulit ditemukan

Banyak kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan


dan didata dengan baik

Terbatasnya orang yang berkompeten dalam


pengolahan data

Karena keterbatasan ini, monitoring terhadap


adanya faktor bahaya yang paling berpotensi dalam
suatu industri menjadi luput untuk diantisipasi
27

Masalah K3 di negara
berkembang
7. Penyakit :

Pekerja kekurangan gizi dan hidup dalam


lingkungan dengan sanitasi buruk

Penurunan fisik, anemia, kelelahan yang


sangat akibat bekerja yang terlalu berat

Pekerja terancam penyakit yang umum:


tuberculosis, disentri, malaria, dan
penyakit lainnya
28

Masalah K3 di negara
berkembang
8. Migrasi :

Urbanisasi

Perubahan tingkat sosial dan cara hidup di


tempat tinggal yang baru dapat
menimbulkan stress dan mempengaruhi
kesehatan

29

Pengawasan Kesehatan dan


Keselamatan Kerja
untuk
Meningkatkan Produktivitas
Kerja
30

Pendahuluan
o UUD 1945 pasal 27 ayat 2: setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan
o K3 merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja sekaligus melindungi aset perusahaan
o Depnaker mengatur dan mengawasi pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja (UU No.1 Tahun
1970; keselamatan kerja dalam segala tempat kerja
baik di darat, dalam tanah, permukaan air, dalam air,
maupun udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum RI)
rini@ugm.ac.id

31

Pendahuluan
Agar, sumber bahaya dapat dikendalikan diperlukan
syarat-syarat K3 yang diterapkan sejak tahap
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan, penyimpanan, pembongkaran, dan
pemusnahan bahan, barang produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.

rini@ugm.ac.id

32

Kebijakan Depnaker di bidang K3


Beberapa bentuk pendekatan preventif dari
aspek K3 dan lingkungan :
a. Analisis dampak lingkungan dan kesehatan kerja
pada saat desain dan pemasangan mesin atau alat
produksi yang baru di tempat kerja
b. Pemilihan teknologi yang lebih aman, dengan
tingkat bahaya dan polusi yang minimal
c. Pemilihan lokasi industri yang layak dari aspek
lingkungan

rini@ugm.ac.id

33

Kebijakan Depnaker di bidang K3

Beberapa bentuk pendekatan preventif


dari aspek K3 dan lingkungan :
a. Pemilihan desain, layout, teknologi
pengendali lingkungan kerja termasuk
penanganan bahan yang lebih aman dari sisasisa dan limbah dan penanganan limbah
industri
b. Penegakan pelaksanaan pedoman, standar
dan peraturan perundang-undangan

rini@ugm.ac.id

34

Kebijakan Depnaker di bidang K3

Pemerintah mempunyai langkah strategis dalam


penyelenggaraan pembinaan norma K3 di kalangan pekerja,
pengusaha, dan masyarakat : kampanye, penyuluhan dan
penyebar luasan informasi K3 (media cetak, elektronika,
Dewan Nasional K3), penunjukan ahli K3, pelatihan dan
penunjukan dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja,
pelayanan kesehatan kerja, penunjukan perusahaan jasa
K3 bidang pemeriksaan dan pengujian tenaga kerja,
asosiasi profesi dan lain-lain dengan dasar mendorong
peran yang lebih besar dari masyarakat

rini@ugm.ac.id

35

Kebijakan Depnaker di bidang K3

Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan


pendelegasian wewenang untuk melaksanakan
pelatihan, pemeriksaan, dan pengujian kepada
pihak ketiga, perusahaan jasa, organisasi profesi
dan LSM

rini@ugm.ac.id

36

Pembinaan Tenaga Kerja


o

Pasal 9, UU No.1, 1970 pengurus diwajibkan


menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga
kerja di bawah pimpinannya.

Langkah-langkah : pembinaan dan pelatihan,


standarisasi kompetensi dan kurikulum,
akreditasi lembaga pelatihan dan pembinaan,
sertifikasi profesi di bidang K3, kampanye dan
gerakan nasional K3, zero accident, penegakan
hukum
rini@ugm.ac.id

37

Pembinaan Tenaga Kerja


Pola pembinaan :
1.

Mendorong pengusaha dan pimpinan puncak perusahaan


untuk meningkatkan kualitas SDM tentang K3

2.

Pelaksanaan peraturan perundang-undangan ditujukan


kepada pengurus dan pengusaha, pengawasan dilaksanakan
oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan dan ahli K3 serta
penegakan hukum. PP: hygiene dalam perniagaan dan
kantor-kantor, pengawasan atas peredaran, penyimpanan,
dan penggunaan pestisida, keselamatan kerja terhadap
radiasi , syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan
dalam tempat kerja, pengendalian bahan kimia berbahaya
di tempat kerja
rini@ugm.ac.id

38

Pembinaan Tenaga Kerja


3.

Mengoptimalkan peranan pelayanan kesehatan kerja


yang ada di perusahaan

4.

Pelaksanaan Sistem Manajemen Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (SMK3). PerMen Tenaga Kerja
No.Per05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen K3,
yang implementasinya merupakan audit SMK3, praktek
dari keberadaan K3 di perusahaan menjadi bagian yang
tidak terpisah dari fungsi manajemen sehingga
pembiayaan K3 dapat dianggap sebagai investasi

rini@ugm.ac.id

39

Pembinaan Tenaga Kerja


5.

Mendorong terciptanya hubungan industrial


yang harmonis yang memberikan iklim yang
baik bagi tumbuhnya peran serta semua
stakeholder di industri dalam melaksanakan
program K3 dan lingkungan

rini@ugm.ac.id

40

Pengertian dan ruang lingkup Ergonomi


Ergon : kerja
Nomos : Peraturan/hukum

Ilmu terapan yang mempelajari dan mencari pemecahan


persoalan yang menyangkut faktor manusia dalam proses
produksi. Teknologi untuk mendesain/mengatur kerja, dengan
ruang lingkup ilmu anatomi dan fisiologi, psikologi, ilmu teknik
yang menempatkan faktor manusia sebagai fokus utama dalam
rangkaian kerja yang terdapat dalam sistem kerja.

Dasar dari ergonomi ; anatomi, susunan tubuh manusia, skeletal


system, fungsi & aktivitas dari living body, penyakit,
pencegahan & penyembuhan, mind & behaviour, perkembangan,
struktur, interaksi, perilaku dari seseorang atau kelompok
rini@ugm.ac.id

41

Teknologi Pengendalian
Pengendalian bahaya lingkungan kerja dapat

bersifat pencegahan maupun tindakan


koreksi

Contoh penerapan teknologi pengendalian :

rini@ugm.ac.id

42

Teknologi Pengendalian
KEBISINGAN

Pada sumber bising, dilakukan substitusi


(penggantian peralatan), modifikasi (perubahan
konstruksi), pemeliharaan (pelumasan, perbaikan,
pemeriksaan secara periodik)

Pada media perambatan suara, penggunaan bahan


peredam suara, pelayanan & pengendalian peralatan
tidak pada alatnya, ttp di tempat terpisah

Pada pekerja, dengan alat pelindung telinga atau


mengatur waktu pekerja
rini@ugm.ac.id

43

Teknologi Pengendalian
PANAS

Mempercepat aliran udara, ventilasi

Isolasi, antara sumber panas dan pekerja

Pemasangan mesin/alat pendingin

Pengaturan waktu kerja

rini@ugm.ac.id

44

Teknologi Pengendalian
PENCEMARAN UDARA

Gravitasi, udara berdebu dialirkan dengan kecepatan


rendah ke dalam ruangan yang besar, gaya gravitasi akan
menarik partikel debu ke dasar ruangan

Filtrasi atau penyaringan, dialirkan melalui filter dan


dibuang melalui cerobong

Mengalirkan udara berdebu dengan kecepatan tinggi ke


dalam tabung, gaya sentrifugal akan melempar partikel
debu ke dinding tabung dan jatuh ke dasar tabung

Teknik penyerapan basah, udara berdebu dialirkan ke


dalam tabung dan dari atas disemprotkan cairan yang akan
mengikat partikel debu tersebut
rini@ugm.ac.id

45

Teknologi Pengendalian
PENCEMARAN GAS

Direct flame, untuk gas yang dapat terbakar, dengan


menggabungkannya dengan bahan bakar dalam ruangan
pembakaran dapur uap, pembangkit uap, dsb.

Oksidasi katalitik, menyempurnakan reaksi pembakaran


dengan katalisator

Absorbsi, gas dikontakkan dengan cairan tertentu


sehingga terjadi penyerapan reaksi kimia

Adsorbsi, penyerapan melalui permukaan zat padat, misal


senyawa belerang pada karbon aktif

Dispersi, gas dibuang melalui cerobong yang tinggi


rini@ugm.ac.id

46

Bagaimana mencapai
Zero Accident
di
Perusahaan ?

47

Pendahuluan

Perusahaan menginginkan keberhasilan hasil


produksinya dan layanannya, maka diperlukan
tempat kerja yang sehat dan selamat sehingga
tidak terjadi kecelakaan ataupun penyakit akibat
kerja

Zero accident : kondisi perusahaan tanpa


kecelakaan dan terbebas dari penyakit akibat
kerja

rini@ugm.ac.id

48

Accident

Definisi : kejadian yang tak terduga dan tidak


diharapkan

Jenis : kecelakaan umum (pada saat cuti atau


di rumah), kecelakaan akibat kerja
(berhubungan dengan kerja di perusahaan,
karena pekerjaan atau waktu melaksanakan
pekerjaan)

rini@ugm.ac.id

49

Accident
Sebab :
a. Kondisi tidak aman (unsafe condition)
Industrial Hygiene, mengatur agar kondisi
tempat kerja aman dan sehat
b. Tindakan tidak aman (unsafe action)
Hampir 85% disebabkan faktor manusia yg
melakukan tindakan tidak aman karena tidak
tahu, tidak mampu/tidak bisa, tidak mau.

50

Accident
Contoh

menjalankan sesuatu tanpa wewenang,

membuat alat pengaman tidak berfungsi,

mempergunakan peralatan yang kurang baik,

mengambil kedudukan atau sikap yang salah,

tidak menggunakan alat perlindungan,

mengancam,

menggoda,

sembrono,

membuat terkejut, dll.


51

Zero Accident

Kinerja keselamatan kerja : perusahaan mencatat


jam kerja tanpa kecelakaan kerja dengan cara
mengalikan jumlah karyawan dengan jam kerja
karyawan

Misal : jumlah karyawan 100 orang, jam kerja 8


jam/hari. Dalam sehari jumlah jam kerja
100x8=800 jam

Di Indonesia, perusahaan dapat mencapai jam


kerja dalam jumlah waktu tertentu tanpa
kecelakaan mendapat penghargaan dari Depnaker
rini@ugm.ac.id

52

Zero Accident

Pencatatan jam kerja tanpa kecelakaan kerja akan


jatuh kembali ke nol lagi apabila terjadi kecelakaan
yang mengakibatkan pekerja tidak dapat masuk kerja
lagi setelah kejadian kecelakaan tersebut

Depnaker ; kembali ke nol jika pekerja tidak dapat


masuk kerja setelah 2x24 jam

Amerika (Occupational Safety and Health Act.);


kembali ke nol, 1x24 jam

Inggris (British Safety Council): kembali ke nol, 3x24


jam
rini@ugm.ac.id

53

Program Kegiatan untuk mencapai


zero accident
1. Sistem Manajemen K3 :
- komitmen,
- perencanaan,
- pengukuran dan evaluasi,
- tinjauan ulang dan
- peningkatan

rini@ugm.ac.id

54

Program Kegiatan untuk mencapai


zero accident
2.

Sistem Manajemen Keselamatan Operasi Terpadu


(usaha manajemen secara terpadu untuk menjaga
perusahaan dan lingkungan dari kerugian-kerugian
yang disebabkan adanya kecelakaan, penyakit
akibat kerja, kebakaran/peledakan dan pencemaran
lingkungan) : komitmen manajemen, informasi
keselamatan proses, analisis bahaya operasi, cara
dan ijin kerja aman, prosedur operasi, pelatihan
pekerja, partisipasi pekerja, manajemen
perubahan, rencana tanggap darurat, penyelidikan
kecelakaan, assessment
rini@ugm.ac.id

55

Emergency planning and


response

56

Pendahuluan

Dalam situasi yang tidak normal atau keadaan darurat,


perlu tindakan untuk menjadi normal kembali dan kerugian
ditekan seminimal mungkin

Manajemen pengendalian kerugian

Sikap tanggap terhadap kemungkinan timbulnya keadaan


darurat yang menyebabkan kerugian perlu diantisipasi

Perencanaan untuk menghadapi keadaan darurat


(emergency planning)

Menumbuhkan sikap tanggap dari seluruh individu dalam


perusahaan/industri terhadap gejala-gejala yang diduga
akan menimbulkan keadaan darurat serta upaya
penanggulangan keadaan darurat dan pertolongan pertama
(emergency response and first aid )
57

Definisi
Tanggap darurat : suatu sikap untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,


yang akan menimbulkan kerugian

Penanggulangan keadaan darurat : upaya atau

tindakan yang dilakukan untuk mengatasi keadaan yang


tidak dikehendaki supaya dapat dinormalisir dan
kerugian ditekan seminimal mungkin

Keadaan darurat : berubahnya suatu kegiatan/keadaan

atau situasi yang semula normal menjadi tidak normal


sebagai suatu akibat dari suatu peristiwa yang tidak
diduga atau tidak dikehendaki

58

Jenis penyebab keadaan darurat

Penggunaan/pengoperasian alat (operational


emergencies) : kecelakaan, kebakaran,
ledakan, tumpahan bahan kimia, dll

Bencana alam (natural disasters) : banjir,


angin, gempa bumi, petir, dll

Gangguan dari pihak luar (public


disturbances) : ledakan bom, sabotase,
pemogokan kerja, kerusuhan, kecelakaan
pesawat terbang, dll
59

Prosedur tanggap darurat

Rencana/rancangan dalam menghadapi


keadaan darurat

Pendidikan dan latihan

Penanggulangan keadaan darurat

Pemindahan dan penutupan

60

Rancangan menghadapi keadaan


darurat
Penyusunan dapat mengacu pada informasi sbb.:
1.

Kemungkinan akan bahaya : bahaya apa yang akan menimpa?

2.

Sistem peringatan bahaya : siapa yang akan diperingatkan


dan bagaimana caranya?

3.

Prosedur pengaturan tugas dan tindakan : siapa yang akan


mengkoordinasikan dan mengatur suatu tindakan?

4.

Manajemen dan kontrol : siapa yang bertanggung jawab?

5.

Komunikasi di lapangan : bagaimana dan untuk apa


berkomunikasi?

6.

Urutan kuasa : siapa yang memiliki kekuasaan? Peran


pemimpin saat keadaan darurat.
61

Rancangan menghadapi keadaan


darurat
7.

Tindakan/kegiatan anggota : siapa yang dilatih untuk


masing-masing tugas?

8.

Pusat organisasi keadaan darurat : dimana


letaknya?

9.

Prosedur pemindahan (evakuasi) : kapan dan siapa


yang akan membantu?

10. Kelompok penolong : kelompok luar manakah yang

dapat dipanggil untuk diminta bantuannya?

11. Modal : modal apa yang dimiliki?


62

Sistem tanda dan


peringatan akan bahaya

Deteksi kebakaran

Alarm kebakaran

Sistem peralatan deteksi

Peringatan dari luar

Teriakan pekerja

63

Sistem tanda dan


peringatan akan bahaya

Suatu keuntungan bagi pekerja untuk


mengetahui benar-benar lokasi dan no telp
darurat, pintu darurat, alarm, dan cara-cara
evakuasi

Peralatan pemadam kebakaran dan peralatan


pertolongan pertama harus diperiksa secara
teratur, untuk meyakinkan bahwa peralatan
tersebut bisa digunakan sesuai waktu dan
sesuai dengan masa berlakunya
64

Pendidikan dan latihan

Para pekerja mengerti dan memahami


kegunaan prosedur tanggap darurat dan
rancangan dalam menghadapi tanggap darurat
serta penanggulangannya

Latihan menghadapi keadaan darurat :


prosedur evakuasi, pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, pertolongan
pertama, prosedur pengamanan.
65

Penanggulangan keadaan darurat

Kelompok yang bisa dibentuk : pusat


koordinator selaku pos komando, tim
penyelamat yang berpengalaman di bidang
pertolongan pertama, tim/regu pemadam
kebakaran, keamanan, dll.

66

Pemindahan dan penutupan

Pada saat darurat, pastikan untuk


menutup/menghentikan kegiatan dan
melakukan evakuasi kepada seluruh pekerja
dari tempat kejadian

67

Medical evacuation

Korban kecelakaan dapat diberi pertolongan


dalam berbagai suasana :
1. Ideal
2. darurat
3. Musibah (disaster)
4. Bencana (catastrophe)

Faktor kritis yang sangat mempengaruhi hasil


pertolongan korban dalam setiap suasana tsb.:
1. Waktu
2. Tempat kejadian
3. Tenaga penolong
4. Sarana/material
68

Penggolongan korban sesuai urgensi

Gawat I (ancaman maut) : gangguan pernafasan

karena trauma otak, kehilangan kesadaran, luka bakar di


wajah atau di jalan pernafasan atas, penyumbatan jalan
nafas, luka berat di kepala, patah tulang hebat, trauma
torax, trauma perut, kehilangan darah, dll

Gawat II (maut mengancam, tetapi tidak


segera) : trauma otak, perut, muka yg tidak terlalu
berat, luka bakar 9-18%, korban dengan luka sendi
terbuka, patah tulang

Gawat III (tidak ada ancaman maut) : yang


tidak terancam cacat tetap

69

Anda mungkin juga menyukai