Anda di halaman 1dari 15

Habib Husain Al-Atas (Pengasuh Radio

RASIL), antara Syi'ah, Sunnah, atau


Liberal ?!

sigit_madiun@yahoo.com (tigisadmin)

16 Mei 2015

Berikut ini beberapa kritikan terhadap ceramah Habib Husain Al-Atas semoga Allah
memberi petunjuk kepadanya-, yang disampaikan oleh beliau dalam kajian acara renungan
dibawah naungan al quran dari surat Al Arof ayat 181-188 bersama ust Husin Alatas pada
hari selasa tanggl 12 mei 2015 jam 08.00 dan disiarkan ulang jam 22.00 (silahkan download
di https://goo.gl/k71wCL)
Penulis merasa penting untuk menyampaikan kritikan ini mengingat isi ceramah beliau
bertentangan dengan pokok akidah umat Islam.
PERTAMA :
Habib Husain meragukan keotentikan hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
dari kitab-kitab hadits yang mashyur.

Habib Husain berkata :


((Kebenaran yang pasti, yang mutlak yang datang dari sisi Allah. Oleh karena itu tidak ada
satu pun jaminan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi buku-buku yang lain, bahwa bukubuku tersebut terjamin kebenarannya. Maka Allah berfirman:


Kalau Al-Qur'an bukan dari Allah, niscaya mereka akan jumpai pertentangan yang amat
banyak
Tidak ada nash Al-Quran maupun ucapan Nabi yang menjamin bahwa Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Nasai, Ad-Darimi, begitu pula Musnad Ahmad bin
Hanbal, Musnad Ibnu Abi Syaibah, musnad eee...al mush...al
mush....al...mushannaf....mushannaf Ibn Abi Syaibah, Mushannaf Abdurrazaq, bahwa semua
buku-buku ini terjamin kebenarannya??, sama sekali tidak ada!!. Ini dari versi
ahlussnnah
Dari versi syiah, empat buku yang menjadi rujukan mereka: al-kulaini al-kaafi, man laa
yahduruhul faqih li As-Shaduq, kemudian at-tahdzib, yang keempat al-Istibshar yang ditulis

oleh Ath-Thuusi, begitu pula buku-buku yang lain, tidak ada jaminan dari Allah maupun
RasulNya bahwa buku-buku ini merupakan buku yang berisi kebenaran yang terjamin. Itu
hanya klaim-klaim yang datang dari mereka-mereka yang fanatik kepada buku tersebut.
Yang fanatik kepada Bukhari-nya, Muslimnya, At-Tirmidzi-nya, Abu Dawud-nya, Ibnu
majahnya, begitu pula kepada Ath-thabraninya baik fis shaghir al-awsath maupun al-kabir.
Begitu pula di kalangan syiah juga yang berfanatik kepada Al-Kaafi-nya, kepada aththuusinya, kepada ash-shaduuqnya, atau kepada al-majlisi, semua ini hadirin sekalian ucapan
tanpa dasar kebenaran, tanpa dalil. Oleh karena itu jangan kita membesar-besarkan yang lain
di hadapan kitab Allah.
Karena buku-buku ini setelah 200 tahun baru dikenal, setelah wafatnya Nabi kita Muhammad
shallallau 'alaihi wa sallam tangan-tangan kotor, hati-hati yang munafik, yang berencana
busuk terhadap Islam tidak mungkin dapat kita hindari.
Kalau seandainya sebagian ulama mengatakan fulan tsiqah seorang yang jujur, fulan
merupakan seorang yang cermat dan telilti, fulan merupakan seorang yang betul-betul
menjaga kebersihan hidup ini, itu kan menurut penilaian manusia, bisa benar bisa salah, dan
biasanya:


Pandangan mata kecintaan membuat yang buruk menjadi indah, sebaliknya pandangan
kebencian akan membuat apa? Akan membuat yang indah menjadi buruk))

Kritikan :
Sangat jelas bahwa Habib Husain meragukan keotentikan hadits-hadits Nabi yang termaktub
dalam kitab-kitab hadits baik dari kalangan ahlus sunnah maupun dari kalangan syi'ah.
Adapun alasan yang disampaikan oleh beliau adalah :
Karena hadits-hadits tersebut dikodifikasikan setelah 200 tahun wafatnya Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam
Kitab-kitab hadits tersebut tidak luput dari ((tangan-tangan kotor, hati-hati yang
munafik, yang berencana busuk terhadap Islam tidak mungkin dapat kita hindari))
Karena keshahihan/keotentikan hadits dibangun diatas penilaian manusia yang
menyatakan si fulan tsiqoh/cermat dan terpercaya, dan penilaian manusia bisa saja salah,
sebagaiamana perkataan Habib : ((Kalau seandainya sebagian ulama mengatakan fulan tsiqah
seorang yang jujur, fulan merupakan seorang yang cermat dan telilti, fulan merupakan
seorang yang betul-betul menjaga kebersihan hidup ini, itu kan menurut penilaian
manusia, bisa benar bisa salah))

Pernyataan Habib ini sangatlah berbahaya karena melazimkan perkara-perkara yang batil,
diantaranya :

Pertama : Hadits-hadits yang ada sekarang yang termaktub dalam kitab-kitab hadits baik
versi ahlus sunnah maupun versi syi'ah- tidak bisa dijadikan pedoman ataupun rujukan,
karena tidak ada jaminan kebenarannya.

Konsekwensi perkataannya bahwa dalil yang diterima terbatas hanya al-Qur'an.


Dan inilah pemahaman sekte sesat yang dikenal oleh para ulama dengan Al-Qur'aniyun,
yaitu mereka-mereka yang menolak Hadits nabi dan hanya mau berdalil dengan al-Qur'an,
dikarenakan hadits-hadits yang dikodifikasikan sekarang diragukan keotentikannya dan
diragukan kebenarannya.
Dan munculnya sekte sesat ini telah disinyalir oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam
sabda beliau :
:


Ketahuilah sesungguhnya diturunkan kepadaku Al-Quran dan yang semisalnya bersamanya
(yaitu hadits), ketahuilah akan datang seseorang yang kenyang duduk diatas
pembaringannya berkata: Berpegang teguhlah kepada Al- Quran ini saja, semua yang kalian
dapati padanya kehalalan maka halalkan dan yang kalian dapati padanya satu keharoman
maka haramkanlah. [HR Ahmad 4/131 dan Abu Daud 5/11]

Kedua : Usaha para ulama dalam menilai kredibilitas para perawi hadits tidak ada
nilainya.

Pernyataan para ulama al-Jarw wa at-Ta'dil : Si fulan tsiqoh (terpercaya dan cermat) sehingga
diambil periwayatan haditsnya atau Si fulan Kadzdzab (pendusta) sehingga ditolak
periwayatan haditsnya, semuanya tidak bernilai di sisi Habib Husain, dengan dalih
bahwasanya ini semua hanyalah penilaian manusia.
Padahal tidak ada jalan lain di kalangan para ulama ahlus sunnah (baik Imam Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Syafi'i maupun Imam Ahmad) untuk mengetahui suatu hadits bisa
diterima atau ditolak kecuali dengan penilaian terhadap para perawinya. Nah kalau penilaian
para ulama terhadap para perawi tidak dianggap oleh Habib Husain maka dengan cara apakah
kita bisa mengetahui suatu hadits shahih atau lemah??
Ataukah Habib Husain memiliki metode tersendiri dalam menilai keshahihan suatu hadits
tanpat ilmu al-Jarh wa at-Ta'dil (penilaian para ulama terhadap kredibilitas para perawi)?

Kesimpulan yang diambil Habib Husain bahwa hadits-hadits yang ada sekarang sudah tidak
bisa terjamin kebenarannya, apalagi beliau menegaskan dengan pernyataan beliau kitab-kitab
hadits yang ada tidak luput dari ((tangan-tangan kotor, hati-hati yang munafik, yang
berencana busuk terhadap Islam tidak mungkin dapat kita hindari))

Ketiga : Beliau mencela kefanatikan Ahlus Sunnah terhadap kitab-kitab hadits yang
ada Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, dll.

Ahlussunnah memang harus fanatik kepada kitab-kitab tersebut, karena pada kitab-kitab
tersebutlah terdapat sabda-sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dan Allah berfirman :

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah. [Al-Hasyr/59:7)
Lantas jika semua kitab hadits tidak terpercaya maka bagaimana kita melaksanakan perintah
Allah ini. Bagaimana kita bisa mengenal dan mengetahui apa yang telah dibawa oleh Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam.
Demikian juga bagaimana kita bisa mengamalkan perintah Allah :

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah. (
QS Al-Ahzaab : 21)
Adapun jika maksud Habib bahwasanya Ahlus Sunnah fanatik kepada kitab-kitab tersebut
melazimkan bahwa semua isi kitab tersebut benar, maka ini adalah tuduhan yang dusta dan
diada-adakan. Tidak ada seorangpun ahlus sunnah yang berakal sehat yang menyatakan
bahwa semua isi buku tersebut adalah hadits yang shahih !!!. Karena para penulis kitab-kitab
hadits yang disebutkan oleh Habib Husainpun tidak pernah menyatakan bahwa semua hadits
yang mereka tulis dalam kitabnya adalah shahih, kecuali Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam
Muslim yang mempersyaratkan hanya menulis hadits-hadits yang shahih. Itupun ada
sebagian ulama yang mengkritik segelintir kecil dari hadits-hadits mereka.

Keempat : Hadits-hadits Nabi bukanlah wahyu dari Allah.

Perkataan Habib ((Kebenaran yang pasti, yang mutlak yang datang dari sisi Allah. Oleh
karena itu tidak ada satu pun jaminan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi buku-buku yang
lain, bahwa buku-buku tersebut terjamin kebenarannya. Maka Allah berfirman:

Kalau Al-Qur'an bukan dari Allah, niscaya mereka akan jumpai pertentangan yang amat
banyak
Tidak ada nash Al-Quran maupun ucapan Nabi yang menjamin bahwa Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Nasai, Ad-Darimi, begitu pula Musnad Ahmad bin
Hanbal, Musnad Ibnu Abi Syaibah, musnad eee...al mush...al
mush....al...mushannaf....mushannaf Ibn Abi Syaibah, Mushannaf Abdurrazaq, bahwa semua
buku-buku ini terjamin kebenarannya, sama sekali tidak ada))

Bantahan:
Ini adalah kedustaan, bukankah Allah telah berfirman :
() ( )
Dan Tiadalah yang diucapkan oleh Muhammad itu menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS An-Najm : 34)
Dari Abdullah bin 'Amr beliau berkata :
:





:

Aku menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam,
aku ingin menghafalkannya. Maka kaum Quraisy melarangku, mereka berkata :
Sesungguhnya engkau menulis segala sesuatu yang kau dengar dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia, ia berkata
dalam kondisi marah dan dalam kondisi senang. Maka akupun berhenti menulis, lalu aku
menceritakan hal ini kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau berkata :
Tulislah, demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, tidak ada yang keluar dariku kecuali
kebenaran (HR Ahmad no 6510)
Dan telah lalu sabda Nabi


Ketahuilah sesungguhnya diturunkan kepadaku Al-Quran dan yang semisalnya bersamanya
(yaitu hadits)
Lantas apa fungsinya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dikatakan sebagai ma'shuum?, beliau
tidak lain disifati demikian karena hadits-hadits beliau adalah kebenaran, wahyu dari Allah.
Tentu jelas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menyatakan bahwa Shahih AlBukhari itu terjamin kebenarannya, akan tetapi Nabi telah menyatakan bahwa apa yang

diucapkannya pasti benar. Nah apa yang telah diucapkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam telah termaktub dalam kitab-kitab hadits.
Ini semua menunjukkan bahwa pendalilan Habib dengan ayat di atas untuk menolak kitabkitab hadits adalah pendalilan yang tidak tepat, karena hadits-hadits juga berasal dari Allah.

KEDUA :
Pernyataan Habib Husain:
((Maka dari sini para ikhwan akhwat yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala. kitab yang
pasti kebenarannya hanya kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan saya bersumpah atas nama
Allah, inni usyhidullah wa usyhidukum jami'an anna hadza huwa al-kitab al-wahid aladzi
yahtawi 'alal haq. Saya persaksikan Allah, persaksikan kalian semua bahwa hanya ini kitab
satu-satunya yang mencakup kebenaran yang tidak meragukan.


Yang terang benderang, tidak terdapat kegelapan di dalamnya sedikit pun dan ia lah asysyifa'u war rahmah, dialah al-huda maka selain dari kitab suci al-quran, yang mengaku
sebagai ahlussunah yang mengaku syiah dari keluarga rasul, lastum 'alasy syai, kalian tidak
berarti apa-apa hingga kalian kembali kepada kitab Allah. Khurafat-khurafat, kebohongankebohongan, kepalsuan yang menyebar dalam buku-buku kalian bersih.))

Bantahan :
Pernyataan Habib Husain ini hanyalah untuk menekankan akan aqidah beliau
bahwasanya kitab-kitab hadits yang ada tidak bisa dipercaya karena berisi khurofat dan
kebohongan serta kepalsuan.
Nah yang ingin kita tanyakan kepada Habib Husain, kalau beliau hendak sholat, hendak haji,
hendak membayar zakat, maka bagaimanakah caranya jika hanya bersandar kepada AlQur'an?
Karena tata cara sholat, kapan waktu-waktunya, berapa raka'atnya, tidak dijelaskan secara
rinci dalam Al-Qur'an, dan hanya dijelaskan dalam hadits-hadits Nabi.
Nah bagaimana cara Habib Husain sholat kalau tidak berpedoman kepada hadits-hadits
Nabi?, karena seluruh kitab hadits yang ada tidak terjamin kebenarannya. Lantas apakah
Habib Husain punya kitab hadits sendiri? Sanadnya shahih tanpa ada keraguan bersambung
hingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam?
Demikian juga permasalahannya yang berkaitan dengan haji dan zakat, tidak ada
perinciannya di Al-Qur'an, perinciannya terdapat dalam hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam.

KETIGA :
Apa Kriteria Hadits Shahih menurut Habib?
Kenyataannya Habib Husain juga sering berdalil dengan hadits meskipun ia meyakini
bahwa semua kitab hadits yang ada tidak terjamin kebenarannya-. Bahkan dalam ceramah
beliau ini, ternyata beliau juga menyebutkan sebuah hadits, Habib Husain berkata:
((Oleh karena itu Nabi yg dikenal sebagai seorang yg berjiwa penuh dgn rahmat, airmata
berlinang linang ketika menyaksikan seorang yahudi yang mati yang digiring jenazahnya
menuju pekuburannya, Nabi bercucuran aitmata mengatakan : Satu orang lagi telah lolos
masuk kedalam api neraka dan saya tdk berdaya untuk menyelamatkan dirinya))
Hadits yang disebutkan oleh Habib ini ngomong-ngomong dari kitab hadits yang mana?
Apakah dari kitab-kitab hadits versi Ahlus Sunnah yang dinilai cacat oleh Habib, ataukah dari
kitab-kitab hadits versi Syi'ah?. Lantas bagaimana kedudukan para perawi hadits ini?,
bagaimana penilaian para ulama tentang para perawi tersebut.
Ataukah sangat jelas bahwa ini adalah hadits palsu?, jika hadits ini hadits palsu kok bisa
diniali shahih menurut Habib Husain sehingga dijadikan dalil?. Apa sih ilmu Habib Husain
untuk mengetahui keshahihan suatu hadits?
Maka sungguh aneh jika Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim ditolak oleh Habib, akan
tetapi hadits palsu dijadikan dalil ???

KEEMPAT :
Tafsir Al-Qur'an versi Habib Husain
Habib Husain sepertinya berniat baik, ingin agar pertikaian diantara ahlus sunnah dan syi'ah
selesai. Meskipun solusi yang beliau tawarkan adalah solusi aneh dan mustahil. Yaitu
meninggalkan kitab-kitab hadits versi ahlus sunnah dan versi syi'ah, lalu kembali kepada AlQur'an saja yang jelas kebenarannya.
Maka taruhlah kita setuju dengan solusi yang ditawarkan oleh Habib Husain, maka yang jadi
pertanyaan : Jika kita kembali kepada Al-Qur'an lantas versi pemahaman dan tafsir al-Qur'an
tersebut ikut versi yang mana?, apakah ikut versi ahlus sunnah?, ataukah versi Syi'ah?,
ataukah Habib Husain akan membuat versi tafsir sendiri.
Berikut ini contoh tafsir Habib Husain terhadap sebuah ayat dalam Al-Qur'an yang beliau
sampaikan dalam ceramah di atas.
((inilah nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam, dia tidak mengatakan kamu celaka,
neraka, sesat, kafir...tapi datang kepada mereka, mengajak kembali kepada Allah,
membacakan ayat ayat Allah taala, bila ditolak dicaci dimaki dia bersabar dan besok akan

mendatanginya lagi untuk kembali kpd Allah,.bukan tugas nabi untuk menghakimi
mereka,..bukan tugas mereka pula untuk menghakimi nabi,

bukan tugas kamu untuk apa? Untuk menghisab mereka...

begitu pula bukan tugas mereka untuk menghisab kamu... (QS Al-An'aam : 52)
saya seorang yang tidak lepas dari kesalahan,ketergelinciran,..yang tidak luput dari dosa,.dari
hal hal yg busuk yang Allah tutupi,..tugas saya bukan mengadili manusia,..tugas saya hanya
seorang menyampaikan pesan pesan yang datang dr Allah,..dgn menyampaikan pesan ini))
Lihatlah dalam pernyataan di atas, Habib Husain menafsirkan ayat diatas (QS Al-An'aam :
52) dengan larangan untuk menghukum orang lain. Sehingga beliau menyatakan bahwa Nabi
tidak pernah memvonis celaka, neraka, sesat, dan kafir. Bukan tugas Nabi untuk menghukum
dan memvonis mereka.))

Komentar:
Ini sebenarnya tafsiran yang sangat aneh dan bertentangan dengan ayat-ayat yang lain dan
juga hadits hadits yang shahih. Untuk lebih jelasnya berikut saya sampaikan terjemah ayat
tersebut selengkapnya versi Depag :

()
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang
hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya. kamu tidak memikul tanggung jawab
sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab
sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka,
(sehingga kamu Termasuk orang-orang yang zalim) (QS Al-An'aam : 52)
Ketika Rasulullah s.a.w. sedang duduk-duduk bersama orang mukmin yang dianggap rendah
dan miskin oleh kaum Quraisy, datanglah beberapa pemuka Quraisy hendak bicara dengan
Rasulullah, tetapi mereka enggan duduk bersama mukmin itu, dan mereka mengusulkan
supaya orang-orang mukmin itu diusir saja, lalu turunlah ayat ini (Lihat catatan kaki ayat ini
pada terjemahan versi Depag)
Karenanya sangat jelas bahwa yang dinafikan oleh Allah bukanlah menghukum atau
memvonis akan tetapi yang dinafikan oleh Allah adalah hisab, yaitu penilaian mereka di
akhirat, yaitu bahwasanya pertanggungjawaban hisab mereka adalah di tangan Allah.
Ayat ini sama seperti firman Allah :

) ( ) ( )
() (
Mereka berkata: Apakah Kami akan beriman kepadamu, Padahal yang mengikuti kamu ialah
orang-orang yang hina?. Nuh menjawab: Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka
kerjakan? Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku,
kalau kamu menyadari. Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman.
(QS Asy-Syu'aroo' : 111-114)
Adapun menafsirkan lafal hisab dengan larangan memvonis/menghukum maka jelas ini
adalah penafsiran batil yang disebutkan oleh orang-orang yang berpemikiran Liberal, yang
menyatakan bahwa semua agama adalah sama, tidak boleh umat Islam memvonis umat yang
lain dengan kufur atau neraka.
Padahal dalam al-Qur'an banyak sekali ayat yang memvonis kaum Nasrani dan Yahudi
sebagai kuffaar dan di neraka jahannam.
Seperti firman Allah :

()

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah ialah Al masih
putera Maryam, Padahal Al masih (sendiri) berkata: Hai Bani Israil, sembahlah Allah
Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah
ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS Al-Maidah : 72)

()
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bahwasanya Allah salah seorang
dari yang tiga, Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka
tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara
mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS AL-Maidah : 74)
()
Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan
masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk
makhluk. (QS Al-Bayyinah : 6)
Lihatlah dalam ayat-ayat di atas Allah memvonis kaum musyrikin dan kaum ahlul kitab
(Yahudi dan Nashoro) sebagai kaum kuffar dan tempat mereka di neraka jahannam.
Dan bukankah setiap kali Habib Husain sholat selalu membaca firman Allah


()

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS Al-Fatihah : 7)
Para mufassirin telah sepakat bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang dimurkai oleh
Allah adalah kaum Yahudi, dan orang-orang yang sesat adalah kaum Nashoro. Perhatikanlah
pada ayat ini Allah memvonis sesat dan dimurkai Allah.
Apalagi kalau meilhat hadits-hadits Nabi tentang hal memvonis maka sungguh sangat banyak
sekali. Baik pada hadits-hadits yang shahih maupun hadits-hadits yang palsu. Yang
menakjubkan adalah Habib Husain melarang memvonis akan tetapi justru beliau menyebut
hadits palsu tentang Nabi memvonis seorang Yahudi yang meninggal masuk neraka.
Sebagaimana perkataan Habib :
((Oleh karena itu nabi yg dikenal sebagai seorang yang berjiwa penuh dengan rahmat,
airmata berlinang linang ketika menyaksikan seorang yahudi yang mati yang digiring
jenazahnya menuju pekuburannya, Nabi bercucuran aitmata mengatakan : Satu orang lagi
telah lolos masuk kedalam api neraka dan saya tdk berdaya untuk menyelamatkan dirinya))

Komentar:
Saya kawatir Habib Husain telah terkontaminasi dengan pemikiran-pemikiran Kaum JIL.
Nah jika Habib Husain dalam menerjemahkan dan menafsirkan ayat di atas telah
keliru, terus bagaimana beliau mau mengajak umat ini untuk meninggalkan kitab-kitab hadits
dan hanya bersandar kepada Al-Qur'an?. Maka pertanyaan yang sangat mendasar adalah
Al-Qur'an terjemahan dan tafsir versi siapakah yang anda pilih wahai Habib Husain? Apakah
versi anda yang keliru begini? Atau versi pafa mufassir ahlus sunnah ataukah versi para
mufassir syi'ah, ataukah versi para mufassir JIL??

KELIMA :
Habib Husain justru memvonis bahkan menuduh !!

Habib Husain menyampaikan kata-kata indah bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
anti memvonis orang lain, baik vonis neraka, atau celaka, atau sesat, atau kafir. Dan Habib
Husain mengaku mengikuti metode Nabi, dimana beliau anti memvonis. Habib Husain
berkata:
((saya seorang yang tidak lepas dari kesalahan, ketergelinciran,..yang tidak luput dari dosa,.
dari hal hal yg busuk yang Allah tutupi,..tugas saya bukan mengadili manusia,..tugas saya
hanya seorang menyampaikan pesan pesan yang datang dr Allah,..dgn menyampaikan pesan
ini))

Komentar.
Ini pernyataan Habib Husain, akan tetapi kenyataannya beliau memvonis Salafy dengan
vonis-vonis dan tuduhan yang sangat mengerikan. Berikut diantara vonis-vonis dan tuduhan
beliau dalam ceramah diatas:

Pertama : Salafy Wahabi lebih mengagungkan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-'Utsaimin
daripada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Habib Husain berkata:


((Oleh karena itu yang lucu hadirin sekalian dari sebagian ulama-ulama salafi wahabi ini, kita
jumpai bagaimana semua peninggalan rasul, peninggalan para sahabat dan keluarga rasulnya,
di mekah di madinah dibersihkan disingkirkan dengan alasan dikhawatirkan akan
menjerumuskan orang ke dalam syirik. Tapi yang mengherankan, mereka mendirikan
museum bagi tokoh mereka yaitu Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin di Riyadh.
Mendirikan museum yang besar, dalam museum tersebut disebutkan ini merupakan kacamata
yang dipergunakan oleh Asy-Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin, ini merupakan pena
terakhir yang digunakan oleh beliau, ini merupakan peninggalannya, ini merupakan
peninggalannya dibuat museum diletakan di tempat yang betul-betul indah. Kita gak
menentang hal ini, gak mengatakan bahwa hal ini merupakan perbuatan bidah. Yang
mengherankan, kenapa terhadap rasul, terhadap keluarga para sahabatnya, mereka habisi
semua situs sejarah dan peninggalan mereka. Siapa yang ingin lebih jelas lagi coba buka
museum muhammad shalih al-utsaimin atau muthaf Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih AlUtsaimin.
Bentuk yang indah yang menampung sekian banyak peninggalan Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin yang meninggal belum lama ini, beliau merupakan rekan dari Syaikh
Abdul Aziz bin Baz. Para pengikutnya menjunjungnya mengangungkannya bahkan lebih
daripada rasul. Kalau rasul, mereka sebutkan sekian banyak kekurangannya, cacatnya,
bahkan mereka menisbatkan hal yang tidak pantas kepada rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam))

Kritikan :
Pernyataan terakhir Habib Husain yang saya garis bawahi melazimkan para salafy
wahabi adalah orang-orang kafir dan munafik. Bagaimana tidak kafir, ternyata mereka lebih
mengagungkan Syaikh Al-'Utsaimin daripada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Dan sungguh ini adalah adalah tuduhan keji dan dusta. Apalagi menuduh salafy wahabi suka
menyebutkan banyak kekurangan nabi, menyebutkan cacat nabi, dan menisbahkan yang tidak
pantas kepada Nabi. Sungguh ini merupakan kekafiran yang nyata. Penyataan dan tuduhan
Habib Husain ini melazimkan kekafiran salafy wahabi. Akan tetapi tuduhan ini harus ada
buktinya !!! Saya mohon Habib Husain mau mendatangkan buktinya bukan hanya
menyampaikan kedustaan !!.

Diantara kedustaan Habib Husain, bahwasanya beliau menyatakan bahwa di kota Riyadh Ibu
kota Arab Saudi dibangun Muthaf (Museum) Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah. Ini jelas
kedustaan. Karena tidak ada museum Syaikh Al-Utsaimin, apalagi dibangun di kota Riyadh
ibu kota Arab Saudi. Yang benar adalah telah dibangun Yayasan Sosial Syaikh Al-Utsaimin,
dan dibangun di kota kediaman beliau yaitu di Unaizah. Dan Yayasan sosial ini bukanlah
museum sebagaimana tuduhan Habib, karenanya Yayasan ini bergerak dalam bidang-bidang
kebaikan seperti
-

Membangun mesjid

Membantu faqir miskin, anak yatim, dan para janda

Membantu yayasan-yayasan tahfidz al-Qur'an

Memperhatikan para penuntut ilmu

dll (silahkan lihat di http://www.ibnothaimeen.com/all/Charity.shtml)

Dinamakan yayasan tersebut dengan nama Syaikh al-Utsaimin karena tujuan utama
pembangunan yayasan ini adalah untuk menyebarkan karya-karya ilmiyah dari kitab-kitab
syaikh al-Utsaimin, ceramah-ceramah beliau, dan fatwa-fatwa beliau.
Adapun di dalam yayasan tersebut mungkin pena ada syaikh dan yang semisalnya maka jika
itu benar maka itu merupakan kenang-kenangan yang mungkin disimpan oleh para ahli waris
beliau, dan belum tentu diridoi oleh beliau. Dan barang kenangan tersebut bukan untuk dicari
keberkahannya sama sekali, tetapi hanya dipajang untuk kenangan. Kalaupun ini merupakan
kesalahan maka toh sudah ada yang mengingkari, dan bukanlah perkara yang dibesarbesarkan dan disebarkan agar orang-orang mengunjungi yayasan ini dalam rangka mencari
berkah dari benda-benda tersebut.
Jadi Habib Husain telah mengesankan bahwa kerajaan Arab Saudi yang membangun
museum, padahal yang dibangun adalah yayasan sosial dan yang membangunnya adalah
pihak swasta.

Kedua : Habib Husain menuduh bahwa Salafy Wahabi dan Habib Tasawwuf membantah
syi'ah karena uang bukan karena kebenaran.

Habib Husain berkata:


((Saya jumpai hadirin sekalian hal yang amat lucu,kalangan habaib dan kyai kyai yang
condong kearah tasawuf yang antipati terhadap kelompok salafy wahabi,... bahkan dimata
mereka salafy wahabi sesat, kemudian kelompok salafy wahabi juga menganggap habaib dan
kyai kyai ini merupakan ahli bidah, sesat, musyrik, ini menurut mereka, buku buku mereka
menjadi saksi, tapi yang heran mereka bisa bersatu bersama sama, bisa bersatu dalam satu
wadah, bersama sama untuk berperang memusuhi syiah , ini mengherankan, apa? Uang
yang menyatukan mereka, kepentingan yang menyatukan mereka,bukan kebenaran))

Kritikan;
Ini juga merupakan tuduhan yang keji, memvonis bahwasanya para habib dan juga
salafy wahabi hanya mencari duit dalam membantah syi'ah. Tolong tunjukan bukti wahai
Habib, bukan hanya sekedar menuduh !!. Kedudukan anda sebagai Habib jauh lebih tinggi
dari perbuatan menuduh tanpa bukti !!
Yang menjadi pertanyaan : Kenapa Habib Husain sewot dan risih jika salafy dan para habib
bersatu membantah syi'ah?
Apakah Habib Husain tidak suka Syi'ah dibantah dan diungkap kesesatannya? Ada apa
gerangan wahai Habib Husain?

Ketiga : Habib Husain memvonis Kerajaan Arab Saudi yang mengurus dua kota suci
Mekah dan Madinah sebagai orang-orang yang telah menodai kehormatan Mekah, dan
melakukan kerusakan di atas muka bumi.

Habib Husain berkata:


((oleh karena itu kita berharap, mudah mudahan kota suci Mekah dibersihkan disucikan dari
orang orang yang menodai kehormatannya,orang orang yang melakukan kerusakan
diatas muka bumi ini, kembali ketangan orang orang yang beriman yang bertaqwa))

Kritikan :
Ini adalah tuduhan yang sangat keji terhadap pemerintah Arab Saudi. Dan kita katakan
kepada Habib sebuah syair yang disebutkan oleh Habib dalam ceramahnya, Habib Husain
berkata :


Pandangan mata kecintaan membuat yang buruk menjadi indah, sebaliknya pandangan
kebencian akan membuat apa? Akan membuat yang indah menjadi buruk
Habib Husain hanya melihat dengan pandangan buruk sehingga semua kebaikan Arab Saudi
terlupakan. Bahkan dengan berani memvonis Arab Saudi sebagai orang-orang yang telah
menodai kehormatan Mekah dan telah melakukan kerusakan di atas muka bumi.
Tidak seorang salafy pun bahkan tidak seorang yang berakalpun yang menyatakan bahwa
Arab Saudi bebas dari kesalahan. Arab Saudi tentu memiliki kesalahan-kesalahan, akan tetapi
kebaikan mereka terlalu jauh lebih banyak dari pada kesalahan yang ada. Minimal kebaikan

mereka adalah Menjaga kesucian dua kota suci (bukan menodainya sebagaimana tuduhan
Habib).
Dan sungguh luar biasa harta yang telah dikeluarkan oleh Arab Saudi untuk mengadakan
perluasan dua mesjid, yang semua itu adalah untuk kepentingan kaum muslimin di seluruh
muka bumi agar lebih nyaman beribadah di Mekah dan Madinah.
Adapun tuduhan Habib Husain:
((Oleh karena itu yang lucu hadirin sekalian dari sebagian ulama-ulama salafi wahabi ini, kita
jumpai bagaimana semua peninggalan rasul, peninggalan para sahabat dan keluarga rasulnya,
di mekah di madinah dibersihkan disingkirkan))
Saya harap Habib Husain kembali meninjau kembali tuduhan ini. Tentunya pemerintah Arab
Saudi tatkala memperluas mesjid maka pasti ada areal rumah para sahabat, areal rumah istriistri Nabi yang dihancurkan. Kalau seandainya rumah para sahabat dan keluarga Rasulullah
di Madinah harus dibiarkan maka bagaimana cara perluasan mesjid Nabawi???
Dan situs-situs sejarah masih banyak yang dijaga oleh Arab Saudi, seperti mesjid Quba',
mesjid Qiblatain, Mesjid Jum'at, Mesjid Ijabah, bahkan baru saja dibangun Mesjid Khondak,
demikian juga sekarang sedang dibangun mesjid besar di uhud dekat Syuhada' uhud.
Demikian juga di Mekah, tempat kelahiran Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masih dibangun
perpustakaan.
Lagi pula Nabi sendiri tatkala ke Mekah beliau tidak ingin singgah ke rumahnya yang
dulu apalagi merebut kembali.
.


Dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu anhuma, beliau bertanya, Ya Rasulullah, apakah anda
akan singgah di rumahmu di Mekah? Beliau bersabda, Apakah Aqil masih meninggalkan
rumah untuk kami.
Aqil yang menjadi ahli waris Abu Thalib bersama si Thalib. Sementara Jafar dan Ali tidak
mendapatkan warisan apapun, karena keduannya muslim. Aqil dan Thalib orang kafir. (HR.
Bukhari 1588, Muslim 3360, dan Ibn Majah 2834).
Ketika fathu Mekah, tanah negeri itu menjadi kekuasaan kaum muslimin. Kendati demikian,
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sama sekali tidak mempedulikan rumah kelahiran atau
tanah beliau. Beliau juga tidak mengupayakan pelestarian tempat-tempat bersejarah itu.
Beliau tidak merawat rumah kelahiran beliau, atau merawat gua hira, atau gua tsur, sama
sekali tidak.
Ini menunjukkan bahwa dakwah beliau dan para sahabat, tidak memiliki kepentingan dengan
tempat-tempat semacam ini.

Karena itu, jika ada yang beranggapan, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan
para sahabat menyerang kota Mekah untuk merebut kembali tanah kelahiran mereka, ini
berarti suudzan kepada beliau dan sahabat.
(silahkan baca http://www.konsultasisyariah.com/rumah-nabi-jadi-wc-umum/)
Adapun kebaikan-kebaikan Arab Saudi bagi dunia Islam maka sungguh sangat banyak sekali,
namun memang jarang terpublikasi. Diantaranya silahkan baca
http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/15/03/28/nlwxib-wajah-humanis-saudi
Jika mata Habib Husain tidak bisa melihat kebaikan-kebaikan Arab Saudi negeri
Salafy, maka tidak ada salahnya jika mata Habib Husain terbuka untuk mampu melihat jasajasa Negara Iran negerinya kaum Syi'ah. Diantara jasa-jasa Iran adalah :
Menyebarkan narkoba di penjuru dunia diantaranya di tanah air Indonesia (silahkan
lihat http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/06/27/58074/Iran-PemasokNarkotika-Terbesar-ke-Indonesia, lihat juga http://www.konsultasisyariah.com/narkoba-iran/)
Menyebarkan kedustaan tentang Arab Saudi di tanah air agar menanamkan kebencian
terhadap umat Islam di Arab Saudi (silahkan lihat
http://www.firanda.com/index.php/artikel/bantahan/340-koleksi-dusta-pemerintah-iran)
Tersebarnya aids karena terlalu sering mut'ah/nikah kontrak gonta ganti pasangan.
(Silahkan lihat http://www.merdeka.com/dunia/penderita-aids-di-iran-melonjak-tajam.html)

Bersambung insya Allah...


Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 27-07-1436 H / 16-05-2015 M
Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja
www.firanda.com

Anda mungkin juga menyukai