Anda di halaman 1dari 28

DESKRIPSI LUKA

PENDAHULUAN
Luka adalah hilang atau rusaknya kontuinitas dari jaringan tubuh.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau benda tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.
Dalam

prakteknya

disebabkan

oleh

nanti seringkali
satu

jenis

terdapat

kombinasi

penyebab, sehingga

trauma

klasifikasi

yang
trauma

ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang


menyebabkan trauma. (1,2,)
Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan
atau kekuatan rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum
fisika yang terkenal dimana kekuatan = masa x kecepatan. Sebagai
contoh, 1 kg batu bata ditekankan ke kepala tidak akan menyebabkan luka,
namun batu bata yang sama dilemparkan ke kepala dengan kecepatan 10 m/s
menyebabkan perlukaan. Faktor lain yang penting adalah daerah yang
mendapatkan kekuatan. Kekuatan dari masa dan kecepatan yang sama yang
terjadi pada da erah yang lebih kecil menyebabkan pukulan yang lebih besar
pada jaringan. Pada luka tusuk, semua energi kinetik terkonsentrasi pada ujung
pisau sehingga terjadi perlukaaan, sementara dengan energi yang sama pada
pukulan

oleh karena

tongkat pemukul kriket mungkin bahkan

tidak menimbulkan memar. Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada
jaringan tubuh dan

menyebabkan penekanan, penarikan, perputaran, luka

iris. Kerusakan yang terjadi tergantung tidak hanya pada jenis penyebab
mekanisnya tetapi juga target jaringannya. Contohnya, kekerasan penekanan
pada ledakan mungkin hanya sedikit perlukaan pada otot namun dapat
menyebabkan ruptur paru atau intestinal, sementara pada
mungkin tidak

torsi

memberikan efek pada jaringan

adiposa

namun
2

menyebabkan fraktur spiral pada femur. (3)

ANATOMI FORENSIK KULIT


Bagian paling atas adalah lapisan sel keratinisasi stratum korneum yang
ketebalannya bermacam-macam pada bagian-bagian tubuh tertentu. Pada tumit dan
telapak tangan adalah yang paling tebal sementara pada daerah yang terlindungi
seperti skrotum dan kelopak mata hanya pecahan dari millimeter. Berkaitan dengan
forensik pada perkiraan perlukaan penetrasi pada kulit.
Kemudian epidermis yang tidak terdapat pembuluh darah. Lapisan epidermis
umumnya berkerut, permukaan bawahnya terdiri dari papilla yang masuk ke dalam
dermis. Dermis (korium) terdiri dari jaringan ikat dengan adneksa kulit seperti folikel
rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Terdapat

banyak pembuluh darah,

saraf pembuluh limfe serta uju ng saraf taktil, tekan, panas. Bagian bawah dari dermis
terdapat jaringan adiposa dan (tergantung dari bagian tubuh) fascia, jaringan lemak,
dan otot yang berurutan di bawahnya.

(3)

DESKRIPSI LUKA
Perlu dijelaskan bahwa deskripsi luka harus seobjektif mungkin, meliputi:
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka, meliputi:
a. Lokasi berdasarkan regio anatomiknya
b. Lokasi berdasarkan garis aksis dan garis ordinat.
Garis aksis adalah garis hayal yang mendatar melalui umbilikus atau
papilla mammae atau ujung skapula. Garis ordinat adalah garis hayal yang melalui
sternum atau vertebra.

(4,5)

Ket:
1. Kepala
2. Wajah:Dahi, Mata, Telinga, Hidung,
Mulut, Lidah, Gigi, Rahang, Pipi, Dagu
3. Leher, Tenggo rokan, Jakun
4. Bahu
5. Dada, Buah dada, Tulan g rusuk
6. Pusar
7. Perut, Pinggul
8. Organ seks
9. Penis/Skrotum atau Klitoris/Vagina
10. Paha
11. Lutut
12. Betis, tulang kering
13. Pergelan gan kaki
14. Telapak kaki, Tu mit, Jari kaki
15. Len gan
16. Siku/sikut
17. Pergelan gan tan gan
18. Telapak tan gan,
19. Jari tangan (Ibu jari, telunjuk, tengah,
manis, kelingking
Gambar.1
(6)
Lokasi tubuh berdasarkan regio anatomi

Garis tengah tubuh


Garis mendatar yang
Melewat putting susu
Garis mendatar yang
Melewati pusat

Garis mendatar yang


Melewati ujung tumit
Gambar 2
(4)
Penentuan lokasi luka berdasarkan garis aksis dan ordinat

Untuk luka tembak, kita menentukan lokasi luka dengan cara mengukurnya
dari tumit lalu kita ukur jaraknya dari garis yang melalui tulang dada atau
punggung pada sebelah kanan atau kirinya.(5)

Gambar 3
Penentuan lokasi luka tembak

Letak luka pada dada kiri atas, yaitu :


- 4cm sebelah kiri garis tengah tubuh
- 120cm di atas garis mendatar yang melewati ujung tumit

(6)

Luka dengan ukuran Panjang

Gambar.4
(4)
Lokas luka berdasarkan ukuran panjang

Lokasi luka pada perut sebelah kanan atas, yaitu:


- Ujung I 3cm sebelah kanan garis tengah tubuh dan 14cm di atas garis
mendatar yang melewati pusat.
- Ujung II 15cm sebelah kanan garis tengah tubuh dan 5cm di atas garis
mendatar yang melewati pusat.(4)
Luka dengan ukuran lebar

Gambar.5
(4)
Lokasi luka berdasarkan ukuran lebar

Lokasi luka pada daerah dada dan perut, yaitu:


- Batas teratas 17cm di atas garis mendatar yang melewati putting susu dan
batas terbawah 17cm di bawah garis mendatar yang melewati putting susu
- Batas paling kanan 10cm sebelah kanan garis tengah tubuh dan batas paling
kiri 9cm sebelah kiri garis tengah tubuh.

(4)

Luka dengan ukuran kecil

Gambar.6
(4)
Lokasi luka berdasarkan ukuran kecil

Lokasi luka pada dada kanan atas, yaitu:


- 16cm sebelah kanan garis tengah tubuh
- 12cm di atas garis mendatar yang melewati puting susu
3. Bentuk luka, meliputi:
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk sesudah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi:
a. Ukuran sebelum dirapatkan
b. Ukuran sesudah dirapatkan

Ukuran luka kita tentukan dengan mengukur panjang luka dan kedalaman
luka. Sebelum panjang luka kita ukur, kita mesti merapatkan luka korban terlebih
dahulu. Kita harus menyebutkan alat tubuh apa saja yang dilalui luka tersebut saat
kita melakukan pengukuran kedalaman luka korban. Misalnya luka mengenai kulit
dinding perut, otot perut dan jaringan hati sejauh 5 cm. (4,5)
5. Sifat-sifat luka, yaitu:
a. Garis batas luka, meliputi:
- Bentuk (teratur atau tidak teratur).
- Tepi (rata atau tidak)
- Sudut luka (ada atau tidak, jumlahnya berapa dan bentuknya runcing atau
tidak)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
- Tebing luka (rata atau tidak serta terdiri dari jaringan apa saja)
- Antara kedua tebing ada jembatan jaringan atau tidak
- Dasar luka (terdiri atas jaringan apa, warnanya, perabaannya, ada apa di
atasnya)
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi:
- Memar (ada atau tidak)
- Tatoase (ada atau tidak)
- Jelaga (ada atau tidak)
- Bekuan darah (ada atau tidak)
- Lain-lain ada atau tidak.

(4)

Gambar.7
(4)
Bagian-bagian luka

Tebing luka:
Permukaan rata.
Terdiri atas kulit, jaringan ikat, otot
dan tulang.
Antar tebing luka:
Tidak terdapat jambatan jaringan
Dasar luka:
Terdiri atas tulang
Gambar.8
(4)
Bagian-bagian pada Luka Tajam

Tebing luka:
Permukaan tidak rata
Terdir atas kulit, jaringan ikat dan
otot
Antar tebing luka:
Terdapat jembatan jaringan
Dasar luka:
Terdiri atas tulang
Gambar.9
(4)
Bagian-bagian pada Luka Tumpul

Gambar.10
(4)
Bagian-bagian pada Luka Tembak masuk

Tebing cincin lecet Tak begitu jelas, terdiri atas kulit. Dasar cincin lecet tak
rata, terdiri atas jaringan ikat.Tebing luka tak rata, berbentuk silinder/corong dan
terdiri atas jaringan ikat serta otot.

(4)

TRAUMA TUMPUL
Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:
1.

Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.

2.

Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam

Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang
disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka.

(2)

Ada

3 jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury), yaitu :
1. Luka lecet (abrasion) : tekan, geser & regang
2. Luka memar (contussion)
3. Luka robek, retak, koyak (laceration)

(5)

Luka Lecet/ Abrasi


Luka lecet (abrasion) adalah jenis kekerasan benda tumpul (blunt force injury)
yang merusak lapisan atas kulit (epidermis). Abrasi yang sesungguhnya tidak
berdarah karena pembuluh darah terdapat pada dermis. Kontak gesekan yang
mengangkat sel keratinisasi dan sel di bawahnya akan menyebabkan daerah tersebut
pucat dan lembab oleh karena cairan eksudat jaringan. Ketika kematian terjadi
sesudahnya, abrasi menjadi kaku, tebal, perabaan seperti kertas berwarna kecoklatan.
Pada abrasi yang terjadi sesudah kematian berwarna kekuningan jernih dan tidak ada
perubahan warna.

(2,3)

Ada 3 jenis luka lecet (abrasion), yaitu :


1. Luka lecet (abrasion) tekan.
Ada 3 sifat luka lecet (abrasion) tekan, yaitu :
Makin

coklat,

luka makin

keras

penekanannya.
Kadang sesuai dengan bentuk bendanya.
Eritem, vesikel tanda intravital.

perabaannya,

makin

lama & kuat

2. Luka lecet (abrasion) geser.


Ada 2 sifat luka lecet (abrasion) geser, yaitu :
Epidermis tergeser seperti ombak.
Arah pergeseran sesuai dengan arah pengumpulan epidermis.
3. Luka lecet (abrasion) regang.
Luka lecet (abrasion) regang letaknya sesuai dengan garis kulit.

(5)

Ada 4 ciri-ciri luka lecet (abrasion), yaitu :


1. Sebagian atau seluruh epitel hilang.
2. Kemudian luka akan tertutup oleh eksudat lalu luka mengering atau terbentuk
krusta.
3. Terjadi reaksi radang dengan adanya infiltrasi PMN.
4. Tidak meninggalkan jaringan parut / sikatriks.

(5)

Pola dari abrasi dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya.
Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perubahan warna
menjadi coklat kemerahan pada hari ke-1 sampai hari ke-3. Warnanya berubah
menjadi suram / gelap / coklat pada hari ke-2 sampai hari ke-3 berikutnya. Epidermis
baru akan terbentuk pada hari ke-7 sampai hari ke-14. Penyembuhan lengkap terjadi
setelah beberapa minggu (2,5)

Gambar.11
(7)
Abrasi pada wajah

Gambar.12
(8)
Abrasi kuku jari

Luka Memar (Contussion)


Luka memar (contussion) adalah jenis kekerasan benda tumpul (blunt force injury)
yang merusak atau merobek pembuluh darah kapiler dalam jaringan subkutan sehingga

darah meresap ke jaringan sekitarnya. Mula-mula timbul pembengkakan kemudian


timbul warna merah kebiruan lalu warnanya berubah menjadi biru kehitaman pada
hari ke-1 sampai hari ke-3. Setelah itu warnanya berubah menjadi biru kehijauan
kemudian coklat. Warna menghilang pada minggu pertama sampai minggu ke -4.(5)
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai
bentuk dari benda tumpul ialah apa yang dikenal dengan istilah perdarahan tepi
(marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan,
dimana pada tempat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, per darahan akan
menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk
celah antara kedua kembang ban yang berdekatan. Hal yang sama bila seseorang
dipukul dengan rotan atau benda yang sejenis, maka akan tampak memar yang
memanjang dan sejajar yang membatasi daerah yang tidak menunjukkan kelainan.
Darah antara kedua memar yang sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari alat
pemukul yang mengenai tubuh korban.(9)

Gambar.13
(7)
Gambaran luka memar

Luka Robek
Luka robek (laceration) adalah jenis kekerasan benda tumpul yang merusak
atau merobek kulit (epidermis & dermis) dan jaringan dibawahnya (lemak, folikel
rambut, kelenjar keringat & kelenjar sebasea). Luka robek mempunyai tepi yang tidak
teratur, terdapat jembatan-jembatan jaringan yang menghubungkan kedua tepi luka,
akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut,
disekitar luka robek sering tampak adanya luka lecet atau luka memar.

(5,9)

Cara terjadinya luka robek (laceration), yaitu :

Arah kekerasan tegak lurus terhadap kulit sedangkan jaringan dibawah kulit
terdapat tulang misalnya kepala yang terbentur pada sisi meja. Hal ini disebut
luka retak (harus kita bedakan dengan luka iris (incissed wound).

Arah kekerasan miring (tangensial) sehingga luka robek (laceration) dan


terkelupas.

Benda yang berputar menyebabkan luka yang sirkuler misalnya gilasan mobil.
Patah tulang yang menembus kulit

(5)

Gambar.14
(7,8)
Gambaran luka robek

Perbedaan Antara Luka Retak dengan Luka Iris

(5)

Luka Retak

Luka Iris

Bentuk tidak teratur.

Bentuk teratur.

Tepi agak rata atau tidak rata.

Tepi rata.

Dasar tidak teratur.

Dasar bentuk garis atau titik.

Sekitar luka mengalami lecet atau memar.


Jembatan jaringan ada. Bisa tidak ada bila dasar
luka keras misalnya kepala.
Rambut tidak terpotong.

Sekitar luka bersih tapi kadang-kadang ada lecet


atau memar.
Jembatan jaringan tidak ada.
Rambut dapat terpotong atau tidak terpotong

Contoh Deskripsi Luka Akibat Trauma Benda Tumpul


Pada pemeriksaan ditemukan luka
Jumlah

: Satu

Lokasi

: Di dahi bagian kanan, 3 sentimeter sebelah kanan dari garis tengah


tubuh dan 4 sentimeter di atas garis mendatar yang melewati kedua
matanya.

Bentuknya

: Berupa luka terbuka, tak teratur dan jika ditautkan tidak rapat

Ukurannya

: 3 sentimeter, lebar 2 sentimeter dan dalamnya 0,6 sentimeter.

Sifatnya

: Garis batas luka tak teratur, terdapat 6 buah sudut yang terdiri atas
sudut tumpul dan runcing. Tebing luka tak rata, terdiri atas jaringan
kulit dan jaringan ikat. Terdapat jembatan jaringan diantara kedua
tebing. Dasar luka berupa tulang dahi yang masih normal. Daerah di
sekitar luka tampak bengkak (menonjol) dan berwarna kebiruan.

(4)

TRAUMA TAJAM
Luka yang diakibatkan oleh benda tajam dapat dibedakan dari luka yang
disebabkan oleh benda lainnya, yaitu dari keadaan sekitar luka yang tenang, tidak ada
luka lecet atau memar, tapi luka yang rata dan dari sudut -sudutnya yang runcing
seluruhnya atau hanya sebagian yang runcing serta tidak adanya jembatan jaringan.
Ada 3 jenis luka akibat kekerasan benda tajam, yaitu:
1. Luka iris/ luka sayat (incised wound)
2. Luka tusuk (stab wound)
3. Luka bacok (chop wound)

(5,9)

Luka Iris/ Luka Sayat (Incissed Wound)


Luka iris / luka sayat (incissed wound) adalah luka yang lebar tetapi dangkal
akibat kekerasan benda tajam yang sejajar kulit. Ada 3 bentuk luka iris / luka sayat
(incissed wound), yaitu :
1. Bentuk celah yaitu luka iris / luka sayat (incissed wound) yang arah datangnya
sejajar dengan arah serat elastis / otot.
2. Bentuk menganga yaitu luka iris / luka sayat (incissed wound) yang arah datangnya
tegak lurus terhadap arah serat elastis / otot.
3. Bentuk asimetris yaitu luka iris / luka sayat (incissed wound) yang arah datangnya
miring terhadap arah serat elastis / otot.
Ada 8 ciri-ciri luka iris / luka sayat (incissed wound), yaitu :
1. Tepi dan sudut luka tajam.
2. Jembatan jaringan tidak ada.

3. Rambut terpotong.
4. Permukaan luka rata
5. Sekitar luka tidak ada luka memar (contussion) atau luka lecet (abrasion).
6. Luka tidak mengenai tulang.
7. Panjang luka lebih besar daripada dalam luka.
8. Semua senjata bermata tajam berpotensi sebagai penyebab luka iris / luka sayat
(incised wound) sehingga identifikasi alat tidak berguna.

(5)

Gambar.15
(7)
Gambaran luka iris

Perbedaan Antara Luka Iris / Luka Sayat (Incissed Wound) dengan Luka Retak
Luka Iris/Luka Sayat/Incissed Wound

(5 )

Luka Retak

Bentuk luka teratur

Bentuk luka tidak teratur.

Tepi luka tajam atau rata.

Tepi luka tidak tajam atau tidak rata

Sudut luka tajam.

Sudut luka tidak tajam.

Permukaan luka rata.

Permukaan luka tidak rata.

Jembatan jaringan tidak ada.

Jembatan jaringan ada.

Rambut terpotong.

Rambut tercabut

Sekitar luka tidak memar atau tidak lecet.

Sekitar luka memar atau lecet.

Dasar luka teratur.

Dasar luka tidak teratur.

Lokasi luka dimana saja.

Lokasi luka hanya pada tempat yang ada tulang

Luka Tusuk (Stab Wound)


Luka tusuk (stab wound) adalah luka dengan kedalaman luka yang melebihi
panjang luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau bermata
tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan
tubuh.(5)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah
satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat
menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan
pada saat penusukan juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat
ditemukan :
1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan
kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai
dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringa n
yang lebih dalam maupun pada organ.
2. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut,
sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan
kulit seperti ekor.
3. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga
saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas
dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.
4. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam
sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar
pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata
yang digunakan.
5. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk
ireguler dan besar.

(2)

Bentuk luka tusuk (stab wound) pada kulit dan otot, yaitu :

Alat pisau dapat menimbulkan luka tusuk (stab wound) yang berbentuk celah,
menganga, atau asimetris.

Ganco / lembing dapat menimbulkan luka tusuk (stab wound) yang berbentuk

celah atau bulat.

Alat penampang segitiga atau segiempat dapat menimbulkan luka tusuk (stab
wound) yang berbentuk bintang berkaki tiga atau empat.

(5)

Ada 5 ciri-ciri luka tusuk (stab wound) yang disebabkan oleh alat yang berujung
runcing dan bermata tajam, yaitu :
1. Tepi luka tajam atau rata.
2. Sudut luka tajam namun kurang tajam pada sisi tumpul.
3. Rambut terpotong pada sisi tajam.
4. Sekitar luka kadang terdapat luka memar (contussion). Ekimosis karena tusukan
sampai mengenai tangkai pisau.
(5)

5. Kedalaman luka melebihi panja ng luka.


Efek dari

kerusakan

yang telah digambarkan

pneumothoraks, emboli udara dan sebagainya.

di atas adalah

(5,10)

Gambar.16
(7)
Gambaran luka tusuk

perdarahan,

Luka Bacok (Chop Wound)


Luka bacok (chop wound) adalah luka dengan kedalaman luka kurang lebih
sama dengan panjang luka akibat kekerasan yang arahnya miring terhadap kulit. Luka
bacok (chop wound) adalah luka akibat alat yang berat dan bermata tajam atau agak
tumpul, akibat suatu ayunan yang disertai tenaga yang besar.
Ada 6 ciri-ciri luka bacok (chop wound), yaitu :
1. Ukuran luka bacok (chop wound) biasanya besar.
2. Tepi luka bacok (chop wound) tergantung pada mata senjata.
3. Sudut luka bacok (chop wound) tergantung pada mata senjata.
4. Hampir selalu mengakibatkan kerusakan pada tulang.
5. Kadang-kadang memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan.
6. Di sekitar luka dapat kita temukan luka memar (contussion) atau luka lecet
(abrasion) atau aberasi.

(5)

Gambar.17
(7)
Gambaran luka bacok

Contoh Deskripsi Luka Akibat Trauma Benda Tajam


Pada pemeriksaan ditemukan luka
Jumlah

: Satu

Lokasi

: Di dada bagian kanan atas, 10 sentimeter sebelah kanan garis tengah


tubuh dan 7 sentimeter di atas garis mendatar yang melewati puting
susu.

Bentuknya : Berupa luka tembus seperti celah dan ketika ditautkan rapat serta
membentuk garis lurus yang arahnya mendatar.
Ukurannya

Sebelum dirapatkan panjangnya 2,5 sentimeter, lebar 0,6 sentimeter


dan dalamnya belum dapat ditentukan pada pemeriksaan luar sebab
luka menembus dinding dada. Ketika dirapatkan panjangnya menjadi
2,7 sentimeter.

Sifatnya

: Garis batas luka bentuknya teratur dan simetris, tepinya rata serta kedua
sudutnya runcing. Tebing luka rata terdiri atas kulit, jaringan ikat,
jaringan lemak dan otot. Tidak ditemukan adanya jembatan jaringan
dan dasar luka tidak terlihat pada pemeriksaan luar. Disekitar garis
batas luka tidak ada memar.

LUKA TEMBAK
Harus selalu ada di dalam benak kita bahwa saat tembakan terjadi, dilepaskan
3 substansi berbeda dari laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang tidak
terbakar, dan gas. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari:
1. lokasi luka
2. ukuran dan bentuk defek
3. lingkaran abrasi
4. lipatan kulit yang utuh dan robek
5. bubuk hitam sisa tembakan, jika ada
6. tattoo, jika ada
7. bagian yang ditembus/dilewati

8. titik hitam atau tanda penyembuhan akibat bedah pengeluaran benda asing da n
susunannya
9. penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan, pengguntingan rambut,
pembalutan, drainase, dan operasi perluasan luka.

(3)

Gambar.18
(7)
Gambaran luka tembak masuk dan luka tembak keluar

Contoh Deskripsi Luka Tembak Masuk


Pada pemeriksaan ditemukan luka
Jumlah
Lokasi

: Satu
: Di perut bagian kanan atas, 8 sentimeter disebelah kanan dari garis
tengah tubuh dan setinggi 110 sentimeter dari tumit.

Bentuknya

: Terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian luar berupa cincin lecet dan bagian
dalamnya berupa lubang. Posisi lubang terhadap cincin lecet
konsentris.

Ukurannya : Diameter cincin lecet 11 milimeter dan diameter lubang 9 milimeter.


Sifatnya

: Garis batas luar dari cincin lecet bentuknya teratur (bulat) serta tepinya
tak rata dan garis-garis lubang bentuknya juga teratur serta tepinya
tidak rata.
Tebing luka tak rata, berbentuk silinder dan terdiri atas jaringan kulit,
otot dan tulang.

Dasar cincin lecet adalah jaringan ikat, sedang dasar lubang tidak
dapat ditentukan pada pemeriksaan luar sebab menembus dinding
perut. Daerah disekitar cincin lecet terlihat memar berwarna merah
kebiruan, jelaga dan tatoase. (4)

LUKA BAKAR
Dry heat (burn heat / luka bakar) adalah luka bakar yang diakibatkan oleh
persentuhan tubuh dengan api atau benda panas (bukan cairan).

(5)

Ada lima mekanisme timbulnya luka bakar:


1.

Api: kontak dengan kobaran api

2.

Luka bakar cair: kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.

3.

Luka bakar kimia: asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan
organik.

4.

Luka bakar listrik memiliki karakteristik yang unik, sebab sekalipun sumber
panas (listrik) berasal dari luar tubuh, kebakaran/kerusakan yang parah justru
terjadi di dalam tubuh.

5.

Luka bakar kontak : kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan
wajan panas atau knalpot sepeda motor. Hal ini sangat sering terjadi di
Indonesia.

(11)

Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat

yang ditentukan oleh

kedalaman luka bakar. Luka bakar diklasifikasi menjadi derajat 1, 2, dan 3. Kadang kadang digunakan pula istilah derajat 4 pada kulit ya ng hangus terbakar mirip arang.
Klasifikasi tersebut ialah :

Luka bakar derajat 1 = superficial burn. Luka bakar permukaan yang tidak terlalu
serius dan hanya mengenai lapisan kulit bagian atas. Sering kali disertai
pembentukan vesikel (gelembung berisi cairan).

Luka bakar derajat 2 = partial thickness burn (luka bakar parsial). Artinya luka
bakar mengenai sebagian dari ketebalan kulit. Luka bakar dengan kedalaman ini

sering kali disertai dengan rusaknya struktur di bawah kulit, seperti folikel
rambut, kelenjar sebaseus (minyak), atau jaringan kolagen.

Luka bakar derajat 3 = full thickness burn. Luka bakar mengenai se luruh
ketebalan kulit. Struktur di bawah kulit pun sering kali mengalami kerusakan.
Sekalipun demikian, kulit tidaklah lenyap, musnah, atau hilang, tetapi rusak.

Luka bakar derajat 4 = hitam bagai arang, nekrotik. (1,11)

Ada 4 reaksi lokal dari tubuh korban dry heat (burn heat / luka bakar), yaitu :
1. Eritem dengan ciri-ciri : epidermis intak, kemerahan, sembuh tanpa meninggalkan
sikatriks.
2. Vesikel, bulla & bleps dengan albumin atau NaCl tinggi.
3. Necrosis coagulativa dengan ciri-ciri : warna coklat gelap hitam dan sembuh
dengan meninggalkan sikatriks (litteken).
4. Karbonisasi (sudah menjadi arang).

(5)

Gambar.19
(7)
Gambaran luka bakar

Contoh Deskripsi Luka Bakar


Pada pemeriksaan ditemukan luka
Jumlah
Lokasi

: Dua buah
: Keduanya di paha sisi depan, yang satu 10 sentimeter di atas lutut dan
lainnya 17 sentimeter di atas lutut

Bentuknya

: Yang letaknya 10 sentimeter di atas lututberupa luka terbuka yang


bentuknya tidak teratur dan yang lainya berupa gelembung dan tidak
teratur.

Ukurannya : Yang berupa luka terbuka panjangnya 10 sentimeter, lebar 7 sentimeter


dan dalamnya 0,6 sentimeter, sedang yang berupa gelembung
ukurannya 3x4x1 sentimeter.
Sifatnya

: Garis batas luka terbuka tidak teratur dan tepinya tidak teratur.
Tebing luka tak rata. Dasar luka jaringan ikat, tidak rata, terlihat basah
dan berwarna kemerahan.
Garis batas luka yang berupa gelembung tidak teratur.
Isi gelembung berupa cairan bening.
Sekitar gelembung tampak kemerah-merahan.

(4)

ASPEK MEDIKOLEGAL.
Didalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat
kekerasan pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari
permasalahan sebagai berikut :
a. Jenis luka apa yang terjadi.
b. Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka.
c. Bagaimana kualifikasi luka itu.

(9)

Karena deskripsi luka bersifat obyektif maka tidak boleh dikemukakan hal -hal
yang bersifat interpretatif. Jika misalnya ditemukan luka tusuk atau luka tembak
maka kata-kata luka tusuk atau luka tembak tidak boleh di utarakan. Pembuatan
Visum et Repertum cukup menyatakan ditemukan luka dan kemudian diceritakan
tentang jumlah, lokasi, bentuk, ukuran dan sifatnya. (4)
Demikian pula dengan menimbulkan perasaan nyeri, sukar sekali untuk dapat
dipastikan secara objektif, maka kewajiban dokter didalam membuat Visum Et
Repertum hanyalah menentukan secara objektif adanya luka , dan bila ada luka dokter
harus menentukan derajatnya.

1. Luka Ringan
Luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya. (4)
Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana
penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi
bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

(12)

2. Luka sedang.
Luka yang dapat menimbulkan penyakit, atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan/pekerjaan mata pencaharian untuk sementara waktu saja, maka
luka ini dinamakan luka derajat kedua.

(4,9)

Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(12)

(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana .

3. Luka Berat
Apabila penganiayaan mengakibatkan luka berat, seperti yang dimaksud dalam
pasal 90 KUHP, luka tersebut dinamakan luka derajat ketiga, dengan kriteria :
a. Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan sembuh dengan sempurna.
b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut.
c. Rintangan tetap menjalankan

pekerjaan jabatan atau pekerjaan

mata

pencaharian.
d. Kehilangan salah satu panca indera.
e. Cacat besar atau kudung.
f. Mengakibatkan kelumpuhan.
g. Mengakibatkan gangguan daya pikir 4 minggu lamanya atau lebih.
h. Mengakibatkan keguguran atau matinya janin dalam kandungan.

(4,9)

Pasal 90
Luka berat berarti:
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh

sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;


Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
Kehilangan salah satu pancaindera;
Mendapat cacat berat;
Menderita sakit lumpuh;
Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA
1.

Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar [online].


2010. Available at: http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomolmemar_rev.pdf

2.

Wales

J.

Visum

et

Repertum.

[online].

2010.

Available

at

Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Visum_Et_Repertum.
3.

Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas


Diponegoro. Semarang : 2003.

4.

Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Luka, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

5.

Dahlan, Sofwan. Traumatologi. 2004 Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik.. Badan


Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.2004. Hal 67-91.

6.

Apuranto, Hariadi. Luka tumpul [online]. 2010 [cited: 09 Juni 2010]. Available at:
www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/.../LUKA%20TUMPUL.pdf

7.

Apuranto,

Hariadi.

Luka

tajam

[online].

2010.

Available

at

www.fk.uwks.ac.id/elib/.../LUKA%20AKIBAT%20BENDA%20TAJAM.pdf
8.

Budiyanto, Arif. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Jakarta : 1997. Hal 37-54.

9.

Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara:
Jakarta 1997. Hal 85-129.

10.

Turner

Ralph.

Forensik

science.

[online].

2009.

Available

http://www.Portalkriminal.Com/Index.
11.

Anonim. 2010. http://www.freewebs.com/patofisiologi-luka/index.htm

12.

Anonim. 2010. http://ayumi.inube.com/blog/34039/forensic-electric trauma

at

Anda mungkin juga menyukai