Anda di halaman 1dari 2

Ibu dengan gizi kurang sejak trimester awal akan melahirkan bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR) yang kemudian akan tumbuh menjadi balita
stunting.1 sebuah penelitian di Indramayu menunjukkan bahwa karakteristik bayi
saat lahir mempengaruhi pola pertumbuhan post natal bayi. 2 bayi yang
berukuran kecil untuk usia kehamilannya mengalami kegagalan tumbuh sejak
dalam kandungan.3 Bayi premature dengan berat lahir rendah, berat dan panjang
badannya selain dipengaruhi oleh status gizi ibu, juga dipengaruhi oleh usia
kehamilan.1 Bayi tersebut memiliki ukuran panjang, berat dan lingkar kepala
yang kurang dari ukuran normal. Penilitian di Brazil dengan desaiun kohort
melaporkan bahwa kelompok bayi lahir premature memiliki resiko stunting saat
usia 12 bulan sebesar 2,35 kali dan saat usia 24 bulan sebesar 2,30 kali. 4 Bayi
yang lahir dengan berat badan 2000-2499 gram berisiko 10 kali lebih tinggi
untuk meninggal dari pada bayi yang lahir dengan berat badan 3000-3499
gram.5 Penelitian di Malawi dengan desain kohort pula menunjukkan bahwa berat
badan lahir rendah merupakan prediktor terkuat kejadian stunting pada balita
usia 12 bulan.6 Pertumbuhan linier bayi berat lahir rendah dengan usia
kehamilan 37 minggu (disebut bayi IUGR) lebih lambat daripada bayi normal.
Namun, pertumbuhan bayi BBLR prematur (usia kehamilan. 7
Bayi dengan BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat karena
pada bayi dengan BBLR sejak dalam kandungan telah mengalami retardasi
pertumbuhan intera uterin dan akan berlanjut sampai usia selanjutnya setelah
dilahirkan yaitu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat
dari

bayi

yang

dilahirkan

normal,

dan

sering

gagal

menyusul

tingkat

pertumbuhan yang seharusnya dia capai pada usianya setelah lahir. Bayi BBLR
juga mengalami gangguan saluran pencernaan, karena saluran pencernaan
belum berfungsi, seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein
sehingga mengakibatkan kurangnya cadangan zat gizi dalam tubuh. 3 Akibatnya
pertumbuhan bayi BBLR akan terganggu, bila keadaan ini berlanjut dengan
pemberian makanan yang tidak mencukupi, sering mengalami infeksi dan
perawatan kesehatan yang tidak baik dapat menyebabkan anak stunting. 3

1. Kusharisupeni. Peran status kelahiran terhadap stunting pada bayi: sebuah


studi prospektif. Jurnal Kedokteran Trisakti. 2002; 23: 73-80
2. Kusharisupeni. Growth Faltering pada bayi di Kabubapaten Indramayu
Jawa Barat. Makara Kesehatan. 2002; 6: 1-5

3. Whitney E, Rolfes SR. Understanding nutrition. 11 th ed. USA: Thomson


Wadsworth; 2008. P. 525-7, 550-6
4. Santos IS, Matijasevich A, Dominingues MR, Barros AJ, Victoria CG, Barros
FC. Late preterm birth is a risk factor for growth faltering in early
childhood: a cohort study. BMC Pediatric. 2009; 9: 71-8
5. Mulyawan, Handry. Gambaran Kejadian BBLR Berdasarkan Karakteristik Ibu
Vegetarian di 17 Kota di Indonesia (Thesis). Jakarta: Universitas Indonesia;
2007.
6. Espo M., T, Kulmala, K. Maleta, T. Cullinan, M-L Salin, P Ashorn. 2002.
Determinants of linear growth and predictors of severe stunting during
infancy in rural Malawi. Acta Paediatr, 91 : 1364- 1370
7. Kusharisupeni. Growth Faltering pada Bayi di Kabupaten Indramayu Jawa
Barat. Makara Kesehatan. 2002; 6: 1-5.

Anda mungkin juga menyukai