Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 3 : PROSES MENUA

SEMESTER GASAL
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
BLOK STOMATOGNASI 1
OLEH KELOMPOK 6 :

Kanwangwang Dwi N.A


Novia Fisca Liliany
Najla Irhamni P.
Indah Putri A. D
Aisha Rahma F.
Zakiyya Ulpiyah
Anisa Hilda B.
M. Nadhir A.
Citrayuli N.
Grace Valencia H.

141610101036
141610101042
141610101056
141610101057
141610101058
141610101061
141610101063
141610101064
141610101065
141610101066

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2014
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nyalah laporan skenario 3 blok Stomatognasi 1 yang
berjudul PROSES MENUA ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi
kelompok tutorial.
Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1.

drg. Pujiana Endah Lestari, M.Kes selaku tutor kelompok 6 yang telah
membimbing kami dalam melaksanakan diskusi kelompok tutorial di
blok Stomatognasi 1 skenario 3.

2.

Dosen-dosen yang telah mengajarkan materi perkuliahan kepada kami,


sehingga dapat membantu dalam penyelesaian laporan tutorial ini.

3.

Teman-teman kelompok 6 yang telah mencurahkan pikiran dan


tenaganya sehingga laporan tutorial ini dapat berjalan dengan baik dan
laporan ini dapat terselesaikan pada waktunya.

4.

Teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember angkatan


2014 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Dan tentunya kami sebagai penyusun mengharapkan agar laporan ini dapat
berguna baik bagi penyusun maupun bagi para pembaca dikemudian hari. Laporan
ini sangat jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi
laporan hasil tutorial ini.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 1
1.2 Skenario ............................................................................................. 4
STEP 1 : Mendefinisikan Istilah ........................................................ 5
STEP 2 : Identifikasi Masalah ........................................................... 5
STEP 3 : Rumusan Masalah .............................................................. 6
STEP 4 : Kerangka Konsep ............................................................... 11
STEP 5 : Learning Objective ............................................................. 11
STEP 6 : Belajar Mandiri ................................................................... 11
STEP 7 : Pembahasan ...................................................................... 12
A.

Proses Penuaan Pada Jaringan Keras RM..................................... 12

B.

Proses Penuaan Pada Jaringan Lunak RM.................................. 17

C.

Faktor Mempengaruhi Penuaan RM.............................................24


BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu
hal yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang.
Hanya lambat cepatnya proses tersebut tergantung pada masing-masing
individu yang bersangkutan. Proses menua merupakan proses yang terjadi
terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan
umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho, 2000).
Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang
terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai
mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong,
pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi
lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di
perut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuankemampuan lognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap
waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal/ide baru (Maryam,
2008).

1.2

Tujuan
Penyusunan laporan ini bertujuan agar mahasiswa mampu
memahami tentang proses menua pada jaringan keras maupun jaringan
lunak rongga mulut serta faktor yang mempengaruhi penuaan tersebut.

1.3

Skenario

SKENARIO 1 :
Proses Menua
Mieke, seorang artis senior berusia 60 tahun tampak khawatir dengan
kondisi giginya. Saat melihat hasil foto yang digunakan untuk iklan, dia
merasa giginya terlihat lebih gelap dan memanjang. Saat melihat dicermin, ia
juga melihat giginya banyak yang aus. Mieke segera berkonsultasi dengan

dokter giginya untuk mengatasi masalah tersebut. Mieke selalu merasa


merawat kebersihan giginya dengan baik. Dokter menjelaskan bahwa kondisi
tersebut berkaitan dengan faktor usia.

Step 2

1. Bagaimana ciri-ciri masing masing jaringan rongga mulut ketika terjadi


penuaan ?
2. Apa pengaruh atau dampak dari proses penuaan pada rongga mulut ?
3. Apa faktor penyebab dari penuaan ?
4. Mengapa gigi ibu mieke terlihat lebih gelap dan meninggi ?

Step 3

1. Mukosa rongga mulut


Struktur , fungsi, dan elastisitas dari rongga mulut menjadi lebih
tipis, lebih mengkilat, dan hilangnya lapisan keratin sehingga lebih

mudah mengalami iritasi


Epitel pada rongga mulut digantikan oleh keratinasi, kemampuan
mitosis dari sel basal juga menurun sehingga terjadi penurunan
fungsi terhadap mukosa rongga mulut.

Enamel gigi

Terjadinya abrasi yang menyebabkan terkikisnya lapisan email gigi


karena faktor mekanik. Disebabkan oleh cara menyikat gigi yang
tidak tepat, kebiasaan buruk seperti mengunyah tembakau,
menggunakan tusuk gigi yang berlebihan di antara gigi dan
penataan gigi tiruan lepasan yang menggunakan cengkeram. Abrasi
disebabkan oleh gaya friksi (gesekan) langsung antara gigi dan
objek eksternal, atau karena gaya friksi antara gigi yang berkontak

dengan benda abrasive.


Terjadi erosi menyebabkan melarutnya email gigi dan dan tidak
melibatkan bakteri. Penyebabnya adalah makanan dan minuman
yang mengandung asam, asam yang timbul akibat gangguan

pencernaan, dan asam dengan PH < 5,5.


Terjadi atrisi yang merupakan hilangnya suatu subtansi gigi secara
bertahap

akibat

pengunyahan.

Penyebabnya

adalah

proses

pengunyahan didukung oleh kebiasaan buruk seperti mengunyah


sirih.
Kelenjar saliva

Berkurangnya aliran saliva karena sel-sel acini yang berfungsi


dalam sekresi saliva digantikan oleh lemak. Hal ini menyebabkan
mulut kering, terganggunya proses pencernaan karena sedikitnya
enzim ptyalin yang terkandung di dalam saliva, terganggunya
proses penelanan, dan juga mukosa mudah mengalami iritasi

Dentin

Lapisan enamel terkikis sehingga dentin timbul ke permukaan , hal


ini menyebabkan warna dari gigi terlihatb lebih kusam, hal ini
menyebabkan gigi terasa nyilu karena terbukanya tubulus dentin

Pulpa

Terjadi proses kalsifikasi pada pulpa , pengapuran pada pulpa tidak

teratur
Penurunan vaskularisasi karena penebalan kolagen di sekitar
pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menyempit dan

mengganggu vaskularisasi.
Ruang pulpa menjadi semakin kecil karena pertumbuhan dentin

Lidah

Penurunan sensitivitas pengecapan dari lidah disebabkan karena


taste bud yang terdapat pada papilla circum vallata, papilla
fungiformis, dan papilla foliate berkurang seiring dengan

bertambahnya umur
Kekakuan pada lidah yang disebabkan karena penebalan jaringan
kolagen dan peningkatan jaringan lemak pada serabut otot lidah
sehingga kontraksi otot lidah menurun

Sementum

Terjadi penebalan pada lapisan sementum seiring dengan

bertambahnya usia
Penebalan yang mengarah ke apikal mengakibatkan akar gigi
bertambah panjang

Tulang alveolar dan TMJ

Pada saat gigi tanggal, maka soket atau tulang alveolar gigi akan
mengalami resorpsi, resorpsi pada maksila lebih besar daripada

pada mandibula
Resorpsi tulang alveolar terutama pada mandibula mengakibatkan

pipi menjadi kempong


Ketebalan fibro kartilago berkurang seiring dengan bertambahnya

usia sehingga permukaan kondil sendi menipis


Mandibula bergerak ke depan
Resorpsi tulang alveolar menyebabkan tinggi wajah vertikal
berkurang

2. Faktor penyebab penuaan


a. Faktor endogenik
Faktor genetik
DNA yang terdapat pada setiap sel telah memprogramkan sel
tersebut untuk memiliki kemampuan membelah sebanyak
jumlah tertentu, sehingga ketika sel tersebut telah membelah
sebanyak jumlah yang telah di programkan maka sel tersebut
tidak dapat memperbaiki jaringan yang rusak sehingga jaringan
tersebut menuju penuaan

Hormone esterogen yang diproduksi akan semakin berkurang


sehingga menyebabkan aliran darah berkurang dan kulit

menjadi keriput karena sel-selnya tidak dapat meregenerasi


Menurunnya sistem imun seiring dengan meningkatnya umur
sehingga lebih mudah terkena penyakit yang kemudian
mengganggu fungsi organ tertentu dan meningkatkan proses
penuaan

Jenis kelamin , wanita lebih cepat mengalami penuaan karena

menghasilkan hormon-hormon tertentu


Jenis Ras, biasanya orang yang berkulit putih lebih cepat
mengalami penuaan di bandingkan dengan orang berkulit hitam
karena orang berkulit putih lebih tidak tahan terhadap radiasi
matahari akibat lebih sedikitnya kandungan melanin pada

kulitnya
Kepribadian seseorang, orang yang lebih mudah emosi
biasanya akan lebih cepat mengalami penuaan karena lebih

banyak dalam menghasilkan hormon-hormon tertentu


Intelegensi seseorang berperan penting dalam penuaan karena,
orang yang lebih berpendidikan lebih memikirkan pola

hidupnya sehingga dapat lebih menjaga tubuhnya


Keadan psikologis seseorang, orang yang lebih banyak stress
akan lebih cepat menua. Hal ini karena menurunnya sistem

imun dan menurunnya produksi beberapa hormon.


Jenis kulit, seseorang dengan kulit kering lebih cepat menua
karena sedikitnya kelenjar lemak pada kulit yang dapat
mengakibatkan kulit tersebut berkerut karena kurangnya

kelembapan
b. Faktor eksergonik
Asupan zat gizi, nutrisi yang baik akan membantu sel sel untuk
meregenerasi dan memperbaiki jaringan yang rusak. Seperti
contohnya kandungan vitamin c yang baik dapat mencegah
terjadinya pembengkakan pada ginggiva, B12 dan hipoflavin

yang berperan dalam mencegah radang pada mukosa


Gaya hidup yang kurang baik seperti merokok karena akan
terjadi penumpukan racun dari kandungan rokok tersebut dan
terjadinya interaksi kandungan yang berbahaya dari rokok
tersebut dengan sel-sel tubuh sehingga dapat menyebabkan

kerusakan bahkan kematian pada sel-sel tubuh


Bahan-bahan kimia seperti produk obat-obatan dan make up
dapat berpengaruh terhadap proses penuaan karena dapat

mengakibatkan kerusakan pada sel-sel dalam tubuh sehingga

akhirnya tidak dapat beregenerasi


Radikal bebas yang merupakan

electron

bebas

dapat

berinteraksi dengan molekul molekul dalam sel sehingga dapat


merusak molekul-molekul sehat dalam tubuh dan menyebabkan

penuaan
Olahraga, olahraga dapat memperlancar aliran darah sehingga
proses sirkulasi berjalan dengan baik dan juga dapat
meningkatkan regenerasi sel yang rusak sehingga meremajakan

kulit
3. Beberapa dampak dari penuaan
Tanggalnya gigi pada rongga mulut menyebabkan terjadinya
resorpsi akar, hal ini dapat juga mengganggu fungsi
pengunyahan dan bicara , terutama pada pelafalan huruf

konsonan
Terjadinya abrasi, erosi, dan atrisi pada lapisan enamel dan
dentin dapat mengakibatkan kontak oklusal tidak tercapai
sehingga pengunyahan terganggu dan juga mengakibatkan gigi

menjadi lebih sensitif karena terbuka dentin


Tanggalnya gigi terutama gigi posterior mengakibatkan suatu
kebiasaan untuk mengunyah menggunakan satu sisi , hal ini
akan memberatkan kerja TMJ ( Temporo Mandibular Joint) di
salah satu sisi sehingga kondilus aus dan akhirnya akan

menyulitkan pada saat membuka maupun menutup mulut


Terganggunya TMJ juga diakibatnya oleh menurunnya cairan

synovial yang di produksi


Susah dalam menalan, hal ini dikarenakan otot lidah yang
mengalami kekakuan akibat menebalnya serabut kolagen pada

otot lidah
Mulut kering (xerostomia) akibat penurunan pada produksi

cairan saliva sehngga penelanan terganggu


Terganggunya protesa dalam melekat terhadap mukosa karena

terjadinya atropi padav jaringan ikat


Degradasi pada kondrosit dan menurunnya lapisan fibro
kartilago

Memanjangnya akar karena penebalan sementum ke arah apical


Resesi gingiva yang merupakan penurunan penempelan
gingival gigi, gingival menempel sampai CEJ (cement enamel
junction) dan ligament periodontal yang menempel pada akar
juga berkurang sehingga gigi menjadi mudah goyah dan
mengganggu proses pengunyahan karena tidak dapat memakan

makanan yang keras


Terjadi penebalan sementum setelah erupsi
Tanggalnya salah satu gigi dalam rahang menyebabkan gigi
yang berada disebelahnya atau gigi tetangganya bergerak ke

arah mesial
Perubahan lengkung rahang akibat resorpsi

4. Gigi ibu mieke

mengalami diskloroliasi dan juga pengikisan lapisan

enamel sehingga berwarna gelap. Selain itu, gigi ibu mieke yang
memanjang juga merupakan akibat dari resesi gingiva atau turunnya
permukaan gingiva sehingga mencapai CEJ (cement enamel junction) hal
ini dikarenakan kebiasaan dari menyikat gigi yang kurang tepat.

STEP 4

Endogenik
Faktor
Jaringan

Eksogenik

Keras
Proses Penuaan pada
Rongga Mulut

Ciri-ciri

Jaringan
Lunak

Dampak

Step 5
Learning Object
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan proses penuaan pada
rongga mulut dan akibatnya
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor-faktor pada proses
penuaan terutama pada rongga mulut

BAB II
ISI
2.1 Proses Penuaan pada Jaringan Keras Rongga Mulut
1. Penuaan gigi
Berkaitan dengan proses fisiologis normal dan proses patologis
akibat tekanan fungsional dan lingkungan. Gigi geligi mengalami
diskolorasi menjadi lebih gelap dan kehilangan email akibat abrasi, erosi,
dan atrisi.
Gigi-gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan dengan
bertambahnya usia perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari usia tetapi
disebabkan oleh refleks, keausan, penyakit, kebersihan mulut, dan
kebiasaan. Email mengalami perubahan pada yang nyata karena

pertanbahan usia, termasuk kenaikan konsetrasi nitrogen dan fluoride


sejalan usia.

EMAIL

Erosi : Melarutnya email gigi (kalsium) oleh asam.Erosi merupakan


kelinan yang disebabkan hilangnya jaringan keras gigi karena
proses kimiawi dan tidak melibatkan bakeri.
Penyebab utama larutnya email gigi adalah
makanan atu minuman yang mengandung
asam, asam yang timbul akibat gangguan
pencernaan yaitu hasil metabolisme sisa
makanan

oleh

kuman,

asm

yang

mempunyai PH kurang dari 5,5.


Abrasi : terkikisnya lapisan email gigi sehingga email menjadi
berkurang atau hilang hingga mencapi dentin .
Penyebab yaitu gaya friksi (gesekan) langsung antara gigi yang
berkontak dengan objek eksternal karena cara menyikat gigi yang
tidak tepat, kebiasaan buruk seperti menggigit pensil, mengunyah
tembakau, menggunakan tusuk gigi yang berlebihan diantara
gigi, serta pemakaian gigi tiruan lepasan yang menggunakan
cengkeraman.

Atrisi : hilangnya suatu substansi gigi secara bertahap (keausan) pada


permukaan oklusal, incisal, dan proksimal gigi karena proses
mekanis yang terjadi secara fisiologis akibat pengunyahan.
Penyebabnya yaitu proses pengunyahan didukung oleh kebiasaan
buruk seperti mrngunyah sirih, kontak premature dan makanan
yang bersifat abrasive, serta proses fisiologis pengunyahan pada
manula.

DENTIN
Karena adanya perubahan pada enamel (ex. Atrisi). Perubahan

pada dentin. Stimulasi odontoblas menghasilkan pola pelapisan dentin


yang jarang - jarang, sehingga serat matriks orientasinya menjadi
berjauhan dan susunan tubulus menjadi kacau. Reaksi kedua dapat
terbentuk dentin sklerotik pada tubulus yang terekspos di area atrisi.
Material yang terdeposisi pada dentin sklerotik lebih mengandung apatit
ke dalam tubulus dentin. Prosesnya dimulai dari akar ke korona pada
dentin yang sudah tua terbentuk perluasan batas permukaan pulpa pada
dentin yang menunjukkan konsentrasi tertinggi flouride disebabkan
penggabungan fluoride dari cairan jaringan pulpa pada pembentukan
dentin yang lambat.
Selain itu juga terjadinya proses pembentukan:

a. Dentin sekunder : kelanjutan dentinogenesis, reduksi jumlah


odontoblas.
b. Dentin tersier : adanya respon ransangan, odontoblas berdesakan, dan
tubulus dentin bengkok.
c. Dentin skelrotik : karies terhenti/berjalan sangat lambat, tubulus dentin
menghilang, dan merupakan system pertahanan tubuh ketika ada
karies.
d. Dead tracks (saluran mati ) : tubulus dentin kosong.

PULPA

a. Peningkatan kalsifikasi jaringan pulpa.


b. Penurunan komponen vaskuler dan seluler.
c. Reduksi ukuran ruang pulpa, pembentukan dentin yang berlanjut
sejalan dengan usia menyebabkan reduksi secara bertahap pada ukuran
kamar pulpa.
d. Peningkatan jaringan kolagen pulpa

SEMENTUM
Seiring usia sementum menjadi kurang permeable pada molekul

bahan celup dan ion. Lapisan dalam sementum tidak punya sel sementosit
yang hidup karena molekul nutrisi tidak dapat mencapai flouride saat
bertambahnya ketebalan secara lambat selama hidup dan menjadi batas
dengan ligamen periodonsium. Penebalan sementum disepanjang seluruh
permukaan akar meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan
penebalan ini lebih terlihat pada sepertiga apikal akar.

TULANG ALVEOLAR
Terjadi resorbsi dari processus alveolaris, terutama setelah

pencabutan gigi, sehingga tinggi wajah berkurang pipi dan labium oris tidak
terdukung sehingga wajah menjadi keriput.

Resorbsi tulang alveolar menyebabkan pengurangan jumlah tulang


akibat kerusakan tulang karena adanya peningkatan osteoklast (fungsinya :
perusakan tulang) sehingga terjadi proses osteolisis dan peningkatan
vaskularisasi.
Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang
saat menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks. Terjadi
resorbsi pada caput mandibula, membatasi ruang gerak membuka
danmenutup

mandibula.Penuaan

mengakibatkan

kehilangan

kontak

oklusal sehingga mengacaukan fungsi kunyah.

TMJ
Penambahan usia menunjukkan perubahan umum dari otot karena

hilangnya serabut otot untuk gerakan mandibula. Reduksi lebih lanjut pada
ketebalan otot rahang ditemukan pada orang tidak bergigi dibanding yang
masih bergigi. Perubahan ini terjadi akibat dari proses degenerasi
sehingga melemahnya otot-otot mengunyah yang mengakibatkan sukar
membuka mulut secara lebar. Sehingga dapat mengakibatkan:
1. Pengurangan jumlah gigi akibat penaan, terutama di gigi posterior
telah diindikasikan sebagai penyabab gangguan TMJ. Hal ini karena
condilust mandibula akan mencari posisi yang nyaman pada saat
menutup mulut. Inilah yang memicu perubahan letak condilust pada
fossa glenoid dan menyebabkan kelainan pada TMJ.
2. Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang saat
menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks.
3. Penuaan mengakibatkan remodeling.

MANDIBULA
Penuaan pada mandibula terjadi karena adanya resorpsi tulang
alveolar.Resorbsialveolar sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang
tanpa gigi atau setelah pencabutan.

Pengaruh perubahan usia pada gigi geligi :

Pergerakan ke mesial (kea rah depan) dari gigi geligi. Pada tiap arcus
dentalis yang berhubungan dengan ausnya facies aproximalis (daerah
kontak) dari gigi geligi tetangganya (proses penyesuaian local untuk
gigi sebelahnya).
Atrisi enamel, diikuti dengan terbukanya dentin pada facies occlusalis
dan edge insisal. Proses ini berhubungan dengan reduksi besar cavitas
pulparis karena dentin sekunder yang mengalami atrisi yang hebat.
Pergerakan mandibula ke depan dalam hubungan dengan maksila.
Diakibatkan karena atrisi bonjol-bonjol gigi belakang cenderung
menimbulkan kontak gigitan tepi dari insisivus atas dan bawah
bertemu.
Resesi gingiva, menyebabkan CEJ pada cavum oris sehingga
perlekatan ligamentum periodonsium akan berkurang dan tepi soket
tereabsorpsi. Terjadi rasa ngilu/ karies serviko fasial, menganggu
estetika karena gigi terlihat panjang, dinding poket meradang, jumlah
sel fibrobrast ligament periodontal menurun.
Akar gigi memanjang karena deposisi cementum pada regio apicalis
sehingga kompensasi resesi gusi ke arah akar menyebabkan erupsi
aktif.
Penyempitan rongga pulpa dan penebalan sementum
2.2 Proses Penuaan pada Jaringan Periodontal Rongga Mulut
a) Epithelium Gingiva.

Penipisan dan penurunan keratinisasi pada epithelium


gingiva dilaporkan dengan usia. Penemuan-penemuan yang
significan tersebut dapat berisi sebuah peningkatan dalam
permeabilitas epithelium pada antigens bacterial, penurunan
resistensi pada trauma fungsional atau keduanya. Perubahan
dengan aging termasuk flattening (pendataran) atau pengumpulan
retepeg dan merubah densitas sel.
Efek aging pada daerah junctional epithelium telah menjadi
subjek pada banyak spekulasi. Migrasi junctional epithelium dari
posisinya, sebagai contoh pada enamel, ke posisi apical lainnya
pada permukaan akar dengan disertai resesi gingiva. Luas dari
attached gingiva akan diharapkan berkurang dengan usia, namun
sebaliknya muncul sebagai suatu kebenaran. Migrasi pada
junctional epithelium dipermukaan akar dapat disebabkan oleh
erupsi gigi melalui gingiva pada suatu pertahanan kontak oklusal
dengan gigi lawannya (erupsi pasif) sebagai suatu hasil pada
permukaan gigi yang hilang dari atrisi. Resesi gingiva bukan
merupakan proses fisiologi dari aging namun dijelaskan oleh efek
kumulatif inflamasi atau trauma pada periodonsium.
b) Jaringan Ikat Gingiva.
Meningkatnya usia menyebabkan kekasaran serta penebalan
pada jaringan ikat gingival. Perubahan kualitatif dan kuantitatif pada
kolagen termasuk peningkatan rata-rata soluble menjadi insoluble
collagen. Meningkatnya mekanis, kekuatan dan denaturasi suhu. Akibat
rtersebut berindikasi pada meningkatnya stabilisasi kolagen yang
disebabkan oleh karena perubahan dalam konformasi molekuler.
c) Ligamentum Periodontal.
Perubahan pada ligamentum periodontal karena usia tua
(penuaan) atau aging termasuk meningkatnya jumlah fibroblast dan
suatu struktur irregular berlebih membuat perubahan pada jaringan ikat

gingiva. Penemuan lain menyebutkan adanya penurunan produksi


matriks organic dan resting cell epithelium serta meningkatnya jumlah
dari sabut elastic. Lebarnya celah akan menurun apabila gigi tidak
berfungsi. Hal ini bisa menyebabkan gigi menjadi mudah tanggal dan
hilang.
d) Cementum.
Penebalan cementum paling sering ditemukan. Peningkatannya
bisa 5-10 kali lipat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi
karena adanya deposisi yang terus berlanjut setelah gigi erupsi.
Penebalan terjadi biasanya pada permukaan apical dan lingual.
e) Tulang Alveolar
Perubahan morfologenik pada tulang alveolar mencerminkan
adanya perubahan usia dalam situs yang menyerupai tulang. Secara
spesifik pada periodonsium ditemukan adanya permukaan periodontal
yang lebih ireguler dan lebih sedikit inserti regular sabut-sabut kolagen.
Meskipun usia adalah factor yang beresiko osteoporosis, hal tersebut
tidak kausatif dan selanjutnya seharusnya dikenal dalam proses
fisiologis menua.
f) Proses Penuaan pada Mukosa Mulut.
Pada mukosa terjadi perubahan baik pada struktur, fungsi dan
elastisitas jaringan mukosa mulut. Gambaran klinis jaringan mukosa
mulut lansia tidak berbeda jauh dengan individu muda, tetapi riwayat
adanya trauma, penyakit mukosa, kebiasaan merokok, dan adanya
gangguan pada kelenjar ludah dapat mengubh gambran klinis
Gambaran histologis jaringan mukosa mulut yaitu trjadi
penipisan epitel, penurunan proliferasi seluler, hilangnya lemak dan
elastisitas submukosa, meningkatnya jaringan ikat fibrotik yang
disertai perubahan degenerati kolagen. Penipisan epitel diakibatkan

rendahnya kemampuan sel sel epitel untuk memperbaiki diri. Hal ini
berhubungan dengan terganggunya asupan nutrisi pada mukosa.
Pada proses penuaan, penumpukan serat kolagen akan semakin
bertambah pada pembuluh darah. Ini akan berakibat pada hilangnya
elastisitas pembuluh darah, sehingga pembuluh darah akan semakin
kaku. Aliran darahpun juga akan terganggu, sehingga asupan nutrisi
untuk sel sel epitel akan memburuk.
Perubahan

struktural,

tampak

mukosa

makin

pucat,

tipis,halus,kering dan hilangnya stipling. Hilangnya stipling karena


behubungan dengan hilangnya keratin akibat proses penuaan.
Karakteristik penuaan mukosa mulut :
- Terlihat pucat dan kering
- Hilangnya stippling
- Terjadinya Oedema
- Elastisitas jaringan berkurang
- Jaringan mudah mengalami iritasi dan rapuh
- Kemunduran lamina propria
- Epitel mengalami penipisan
- Keratinisasi berkurang
- Vaskularisasi berkurang sehingga mudah atropi
- Penebalan serabut kolagen pada lamina propia.
g) Lidah
Pada lidah, proses penuaan akan berakibat berkurangnya tonus
lidahh. Hal ini disebabkan karena serabut serabut otot mulai digantikan
oleh jaringan kolagen dan lemak, sehingga kekuatan dan kelenturan otot
menurun yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan kontraksi pada
lidah. Lidah nampak bercelah dan beralur atau ada pula yang tampak
berambut .Varikositas pada ventral lidah tampak jelas. Manifestasi yang
sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura.
Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsiterhadap
pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang
dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah
biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah
besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.

h) Kelenjar Saliva
Pada kelenjar saliva terjadi pengurangan pada produksi saliva. Ini
disebabkan oleh adanya degenerasi sel asini, yaitu sel yang bertugas untuk
sekresi saliva. Selain itu, terjadi penumpukanfibrosa pada sel sel kelenjar
saliva. Terganggunya proses produksi saliva tentunya akan mengganggu
proses pengunyahan,penelanan, dan pencernaan,dapat pula menimbulkan
xerostomia . Saliva yang mengandung enzyme ptyalin tentunya akan
mempengaruhi dari proses pemecahan polisakarida pada makanan. Selain
itu, akan mempersulit fungsi bicara,dan menaikkan angka kemungkinan
terjadinya karies gigi.

PENGARUH PENUAAN TERHADAP SISTEM STOMATOGNASI

1.

Pengaruh Penuaan Terhadap Pengecapan dan Penelanan


Orang tua biasanya mengeluh tidak adanya rasa makanan, ini
dapat disebabkan bertambahnya usia mempengaruhi kepekaan rasa
akibat berkurangnya jumlah pengecap pada lidah. Permukaan lidah
ditutupi oleh banyak papilla pengecap dimana terdapat empat tipe
papilla yaitu papilla filiformis, fungiformis, sirkumvalata, dan foliate.
Sebagian papilla pengecap terletak dilidah dan beberapa ditemukan
pada palatum, epiglottis, laring dan faring. Pada manusia terdapat
sekitar 10,000 putik kecap, dan jumlahnya berkurang secara drastis
dengan bertambahnya usia. Kesulitan untuk menelan (Dysphagia)
biasanya muncul pada manula dan perlu diberikan perhatian karena
populasi manula semakin meningkat setiap tahun. Dalam sistem
pencernaan, terdapat beberapa fase penting yang berkait erat dengan
rongga mulut yaitu pengunyahan, pergerakan lidah dan kebolehan
membuka serta menutup mulut (bibir). Sistem pencernaan di rongga
mulut menunjukkan penurunan fungsi dengan meningkatnya umur.
Robbins dkk (cit. Al-Drees) menyatakan bahwa fungsi penelanan
(berkaitan dengan tekanan) menurun dengan meningkatnya umur

sehingga manula terpaksa bekerja lebih keras untuk menghasilkan


efek tekanan yang adekuat dan dapat menelan makanan, seterusnya
akan meningkatkan resiko untuk berkembangnya dysphagia.
Fungsi penelanan pasti akan mengalami penurunan pada
manula walaupun mempunyai rongga mulut yang sehat. Aksi
pergerakan lidah akan berubah dengan meningkatnya umur.
Perubahan yang terjadi adalah perlambatan dalam mencapai tekanan
otot dan pergerakan yang efektif pada lidah, gangguan pada ketepatan
waktu kontraksi otot lidah sehingga menganggu fungsi pencernaan di
rongga mulut secara keseluruhannya. Akibat gangguan pada sistem
pencernaan

dan

kehilangan

sensori

pengecapan

sehingga

menyebabkan kehilangan selera makan, manula kehilangan berat


badan merupakan keadaan umum yang sering terjadi.
2.

Pengaruh Penuaan Terhadap Sistem Mastikasi dan Fungsi Bicara


Pada seseorang yang sudah tua fungsi mastikasi akan
menurun, hal ini disebabkan karena jaringan oto pada seseorang yang
sudah tua akan mengalam degenarasi dan sebagian akan digantikan
oleh jaringan lemak dan jaringan ikat, sehingga kemampuan kontraksi
otot pada seseorang yang sudah tua akan menurun. Selain karena
kontraksi otot yang munurun, fungsi mastikasi pada orang yang sudah
tua akan menurun disebabkan kehilangan banyak gigi geligi serta
pengaruh atrisi, abrasi dan erosi yang akan menyebabkan gigi terkikis
dan tentunya akan mengganggu fungsi mastikasi. Penurunan fungsi
ligamen periodontal akan menyebabkan seseorang yang sudah tua
tidak dapat mengunyah makanan yang keras hal ini disebabkan,
karena kemampuan gigi untuk menahan tekanan oklusal akan
menurun. Penurunan Kelenjar saliva juga mendukung penurunan
fungsi dari sistem mastikasi, karena hilangnya fungsi lubrikasi pada
rongga mulut.
Kehilangan gigi selain dapat mengganggu fungsi mastikasi
juga dapat mengganggu fungsi bicara, terutama pada pengucapan

huruf konsonan hal ini dikarenakan gigi geligi merupakan salah satu
organ artikulasi yang berperan penting pada pengucapan huruf
konsonan. Penurunan sekresi kelenjar saliva juga akan sangat
berpengaruh terhadap fungsi pengucapan, karena penurunan kelenjar
saliva akan menyebabkan mulut menjadi kering (xerostomia) yang
akan menghambat proses bicara.
Secara umum dapat disimpulakn dampak yang terjadi saat rongga
mulit mengalami penuaan adalah :
Perubahan umum, meliputi :
berkurangnya

kemampuan

proliferasi

sel

secara

keseluruhan

( kematian sel, kemampuan reparasi/perbaikan)


penurunan kemampuan reaksi jaringan ( rangsangan pertambahan, respon
imun, pembentukan protein
Perubahan pada jaringan tulang rawan sendi pada kartilagosendi,
meliputi :
Pengurangan ketebalan lapisan fibro-kartilago pada permukaan kondilus
sendi
Degenerasi

kondrosit penurunan

kemampuan

kartilago

terhadap

rangsanagn tekanan
Perubahan protein
Pengurangan jumlah, ukuran dan BM inti protein dari perioglikan
Perubahan komposisi dari glikosaminoglikan
Perubahan kedua jenis protein menurunkan kemampuan tulang rawan
sendi
Perubahan pada jaringan synovial
cairan synovial berkurang mempengaruhi kelancaran pergerakkan dari
diskus articularis
lebih lanjut krepitari pada gerak sendi
Keadaan lebih parah diskus artikularis robek/mengalami kerusakan

Perubahan pada ligamentum sendi


Pengurangan ketebalan dari kapsula sendi
Pengurangan daya tahan regangan dari serat kolagen yang membentuk
ligamentum TMJ
Sintesa kolagen juga akan menurun kerusakan ligamentum proses reparasi
melambat
ketahanan regangan penurunan keleluasaan artikulasi sendi TMJ

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penuaan Rongga Mulut


a) Faktor instrinsik
a) Faktor genetic, DNA yang terdapat pada setiap sel telah
memprogramkan

sel

tersebut

untuk

memiliki

kemampuan

membelah sebanyak jumlah tertentu, sehingga ketika sel tersebut


telah membelah sebanyak jumlah yang telah di programkan maka
sel tersebut tidak dapat memperbaiki jaringan yang rusak sehingga
jaringan tersebut menuju penuaan
b) Hormone esterogen yang diproduksi akan semakin berkurang
sehingga menyebabkan aliran darah berkurang dan kulit menjadi
keriput karena sel-selnya tidak dapat meregenerasi
c) Menurunnya sistem imun seiring dengan meningkatnya umur
sehingga

lebih

mengganggu

mudah

terkena

penyakit

yang

kemudian

fungsi organ tertentu dan meningkatkan proses

penuaan
d) Jenis kelamin , wanita lebih cepat mengalami penuaan karena
menghasilkan hormon-hormon tertentu
e) Jenis Ras, biasanya orang yang berkulit putih lebih cepat
mengalami penuaan di bandingkan dengan orang berkulit hitam
karena orang berkulit putih lebih tidak tahan terhadap radiasi
matahari akibat lebih sedikitnya kandungan melanin pada kulitnya
f) Kepribadian seseorang, orang yang lebih mudah emosi biasanya
akan lebih cepat mengalami penuaan karena lebih banyak dalam
menghasilkan hormon-hormon tertentu

g) Intelegensi seseorang berperan penting dalam penuaan karena,


orang yang lebih berpendidikan lebih memikirkan pola hidupnya
sehingga dapat lebih menjaga tubuhnya
h) Keadan psikologis seseorang, orang yang lebih banyak stress akan
lebih cepat menua. Hal ini karena menurunnya sistem imun dan
menurunnya produksi beberapa hormon.
i) Jenis kulit, seseorang dengan kulit kering lebih cepat menua karena
sedikitnya kelenjar lemak pada kulit yang dapat mengakibatkan
kulit tersebut berkerut karena kurangnya kelembapan

b) Faktor ekstrinsik
a. Diet/asupan zat gizi
Pengaruh diet terhadap penuaan rongga mulut antara lain:
-

Radang mukosa dapat dikaitkan dengan kekurangan vitamin B12,

riboflavin dan zat besi pada diet pasien lanjut usia.


Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan lambatnya penyembuhan
luka, kerapuhan kapiler, dan perdarahan serta pembengkakan pada

gingiva.
Protein berguna untuk mempertahankan dan memperbaiki jaringan lunak
dan jaringan keras. Nitrogen dan asam amino yang diperoleh dari protein
sangat diperlukan untuk sintesis hormone, enzim, plasma protein dan
hemoglobin. Pada rongga mulut, kekurangan protein sering dikaitnya
dengan degenerasi jaringan ikat gingiva, membaran periodontal dan
mukosa. Kekurangan protein sering juga dikaitkan dengan percepatan

kemunduran tulang alveolus.


b. Defisiensi ion Zn dapat menyebabkan gangguan fungsi imun dan pengecapan.
c. Gaya hidup
Beberapa gaya hidup sehat yang diterapkan oleh seseorang akan
mampu memperlambat proses penuaan rongga mulut. Misalnya, menyikat
gigi dengan arah yang benar akan menghindarkan seseorang dari
kerusakan jaringan gigi sehingga proses penuaan dapat diperlambat.

d. Kebiasaan Merokok
Rongga mulut sangat mudah terpapar efek yang merugikan akibat
merokok. Mulut merupakan tempat awal terjadinya penyerapan zat-zat
hasil pembakaran rokok. Asap panas yang berhembus terus menerus
kedalam rongga mulut merupakan rangsangan yang menyebabkan
perubahan aliran darah dan mengurangi sekresi saliva akibatnya rongga
mulut menjadi kering dan lebih anaerob, sehingga memberikan lingkungan
yang sesuai untuk tumbuhnya bakteri anaerob dalam plak. Selain itu
merokok juga dapat memggangu vaskularisasi rongga mulut sehingga
mempercepat penuaan rongga mulut.
e. Radiasi
Radiasi pada daerah kepala dan leher khususnya nasofaring akan
mengikutsertakan sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan
akut akan terjadi efek samping pada mukosa mulut berupa mukositis yang
dirasa pasien sebagai nyeri pada saat menelan, mulut kering dan hilangnya
cita rasa (taste). Keadaan ini seringkali diperparah oleh timbulnya infeksi
jamur pada mukosa lidah serta palatum. Pada minggu kedua terapi
sebelum terapi berakhir, beberapa sel tersebut mati, membrane mukosa
mulai kemerahan dan mengalami inflamasi (mukositis). Jika terapi
dilanjutkan, membrane mukosa yang terkena radiasi mulai mengalami
kerusakan, dengan membentuk lapisan, membran yang putih kekuningkuningan (lapisan epitel terdesquamasi). Kerusakan sel inilah yang
kemudian disebut degenerasi yang menyebabkan penuaan rongga mulut.
f. Faktor lingkungan
Berbagai macam kondisi lingkungan yang menjadi tempat hidup
seseorang akan mempengaruhi proses penuaan seseorang. Kondisi
lingkungan akan menyebabkan tubuh berusaha menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Semakin buruk kondisi lingkungan akan semakin keras pula
tubuh berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Semakin nbesar

tubuh beradaptasi akan mengakibatkan tubuh cepat mengalami kerusakan


dan kemunduran fungsi.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Proses menua adalah suatu proses yang alami dimana terjadi
kemunduran dan berkurangnya kemampuan sel dalam melaksanakan
berbagai fungsinya. Begitu juga penuaan yang terjadi di dalam rongga
mulut. Yaitu pada jaringan keras dan jaringan lunak di dalam rongga
mulut. Penuaan ini sendiri dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Dan dengan terjadinya penuaan ini akan membuat damapak
serta kelainan pada rongga mulut itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Amar, Nazrul. 2011. Analisa Perubahan Perubahan pada Mukosa Rongga
Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok Umur 45
69 tahun di Medan Denai (Skripsi). Medan : USU.
F Peter, R Arthur, & L Jhon. 2005. Silabus Periodonti. Jakarta: EGC.
George, A., dkk. 1994. Buku Ajar Prostodonti Untuk Pasien Tak Bergigi Menurut
Boucher Edisi 10. Jakarta : EGC.
Greenberg, M.S ; A. Garfunkel. 2003. Burkets Oral Medicine 10th edition.
Philadelphia : J.B. Lippincott Company.
Ian E.B ; Angus W. 1995. Perawatan Gigi Terpadu Untuk Lansia. Jakarta : EGC.
Lestari S, dkk. 2005. Gambaran Perilaku dan Status Keseshatan Gigi dan Mulut
Lansia di Puskesmas Kemayoran Jakarta Pusat. Majalah Ilmiah
Kedokteran Gigi.
Loesche WJ, et al. 1995. Dental Findings in Geriatric Population with Diverse
Medical Backgrounds. Oral Surg Oral Med Oral Pathol.
J Hendra Eri. 2002. Proses Menua Sendi Temporomandibula pada Pemakai Gigi
tiruan Lengkap. Makassar : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin.
Kuntari, Dewi. 2002. Kelainan Jaringan Rongga Mulut pada Manula. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Miller, Carol A. 1999. Nursing Care of Older Adults: Theory and Practice.
Philadepia: Lippincott.
Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, ed 2. Jakarta: EGC.
Toni Setiabudhi dan Hardiwinoto. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari
Berbagai Aspek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai