PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia telah berusia 69 tahun sejak pertama kali proklamasi
kemerdekaan dikumandangkan pada tangal 17 Agustus 1945. Selama itu pula
telah banyak hal-hal yang telah dilalui oleh bangsa kita ini, baik hal-hal yang
baik seperti pembangungan yang semakin maju, SDM yang telah berkembang
dan perekonomian yang semakin membaik. Serta hal-hal yang kurang
mengenakan seperti konflik-konflik baik konflik internal atau eksternal.
Dewasa ini banyak sekali muncul konflik-konflik secara internal yang
terjadi di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung konflik ini memakan korban
jiwa dan kerugian materi maupun immaterial.
Dengan melihat struktur masyarakat Indonesia sendiri yang multikultur
dan memiliki penduduk yang sangat banyak mampu menjadi pemicu dari
adanya konflik sosial ini. Tapi apakah struktur multikultur yang memiliki
berbagai kebudayaan, adat istiadat, ciri khas, nilai-nilai serta norma-norma ini
akan kita jadikin sebagai sebuah dasar konflik? Ini merupakan cara pemikiran
yang salah ketika dilain pihak kita menjunjung tinggi apa yang disebut dengan
semboyan kita Bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-Beda
Tetapi Tetap Satu, seharusnya dengan adanya semobayan ini kita mampu
menginternalisasikan kedalam diri kita masing-masing, sehingga kita mampu
merespon segala bentuk konflik sosial atau permasalahan yang menjadikan
perbedaan sebagai dasar dari konflik ini dengan arif dan tepat.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahasa mengenai
beberapa faktor yang sering dijadiakn orang sebagai alat untuk memicu konflik
sosial ketika faktor ini tidak dapat direspon secara baik dalam masyarakat
Kelas, Ras dan Sektarian Agama adalah judul dari makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kelas-kelas dalam Masyarakat (Social Classes)
Seperti yang sering terjadi dengan beberapa istilah lain dalam sosiologi,
istilah kelas tidak selalu mempunyai arti yang sama. Walaupun pada
2
Sehubungan dengan kriteria tersebut di atas, kelas memberikan fasilitasfasilitas hidup yang tertentu (life-chances) bagi anggotanya. Misalnya,
keselamatan atas hidup dan harta benda, kebebasan, standar hidup yang tinggi,
dan sebagainya, yang dalam arti-arti tertentu tidak dipunyai oleh para warga
kelas-kelas lainnya. Selain itu, kelas juga memengaruhi gaya dan tingkah laku
hidup masing-masing warganya (life style) karena kelas-kelas yang ada dalam
masyarakat mempunyai perbadaan dalam kesempatan-kesempatan menjalani
jenis pendidikan atau rekreasi tertentu. Misalnya, ada perbedaan dalam apa
yang telah dipelajari warga-warganya, perilakunya, dan sebagaiya. Dalam
masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar, pernah dikenal pembedaan
antara golongan yang mengalami pendidikan Barat (misalnya pendidikan
Belanda) dengann golongan yang tidak pernah. Di dalam mendidik anak-anak,
golongan-golongan tersebut mengembangkan pola sosialisasi yang berbeda.
2.2 Ras
Ras adalah kategori individu yang secara turun temurun memiliki ciri-ciri
fisik dan biologis tertentu. Persamaan umum dalam ras yaitu, ras merupakan
suatu pengertian biologi, bukan pengertian sosiokultural. Misalnya, jika kita
menyebut ras Negro, berarti yang dimaksud bukan sifat kebudayaan kelompok
tersebut seperti pandai bernain musik, melainkan ciri fisiknya, seperti warna
kulitnya hitam atau bentuk rambutnya keriting. Artinya, jika kita menyebut satu
kelompok ras, berarti yang dimaksudkan bukan sifat kebudayaan kelompok
tersebut, melainkan ciri fisiknya.
Beberapa pengertian ras menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Pengertian Ras Menurut Bruce J. Cohen: Ras adalah kategori individu yang
secara turun temurun memiliki ciri-ciri fisik dan biologis tertentu yang
sama.
Pengertian Ras Menurut Horton dan Hunt: Ras adalah suatu kelompok
manusia yang agak berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya dalam segi
ciri-ciri fisik bawaan. Di samping itu banyak juga ditentukan oleh
pengertian yang digunakan oleh masyarakat.
Pengertian Ras Menurut Alex Thio: Ras adalah sekelompok orang yang
dianggap oleh masyarakat memiliki ciri-ciri biologis yang berbeda.
istilah
"ras" dalam
menentukan
profil
tersangka
dan
Oleh karena itu, paradigma "ras" yang digunakan dalam berbagai disiplin
menekan dengan cara yang beraneka pada sifat biologis atau pada segi
konstruk sosial.
Walau para biologis kadang-kadang menggunakan paham "ras" untuk
membuat pembedaan antara kumpulan ciri-ciri yang rancu, ilmuwan lain
mengajukan wawasan bahwa paham "ras" sering digunakan secara naif atau
terlalu sederhana. "Ras" tidak memiliki arti taksonomis untuk manusia : Semua
manusia adalah anggota dari subspesies hominid yang sama yaitu Homo
sapiens sapiens. Paham sosial dan pengelompokan ras berubah dengan waktu,
termasuk taksonomi awam yang menentukan tipe orang yang bersifat
esensialisme berdasarkan ciri-ciri yang terlihat. Para ilmuwan menganggap
esensialisme biologis sudah ketinggalan zaman, dan pada umumnya tidak
mendukung penjelasan berdasarkan ras untuk pembedaan kelompok, baik dari
segi ciri-ciri jasamni maupun kelakuan.
Saat orang menentukan dan menggunakan satu paham tertentu untuk
"ras", mereka menciptakan suatu kenyataan sosial di mana diterapkan suatu
kategorisasi sosial tertentu. Oleh sebab itu "ras" dipandang sebagai konstruk
sosial. Konstruk tersebut berkembang dalam berbagai konteks hukum, ekonomi
dan sosio-politik, dan boleh jadi lebih merupakan akibat daripada sebab dari
kenyataan sosial. Walau banyak ilmuwan berpandangan bahwa "ras" adalah
suatu konstruk sosial, kebanyakan pakar setuju bahwa "ras" memiliki dampak
material yang nyata dalam diskriminasi perhunian, proses hukum, praktek
politik, pendidikan dll. Teori Omi dan Winant mengenai pembentukan ras
mengatakan bahwa "ras adalah suatu konsep yang mengartika dan
melambangkan pertentangan dan kepentingan sosial melalui pengacuan pada
tipe jasmani manusia yang berbeda. Arti dan maksud dari istilah "ras"
dihasilkan dan digunakan oleh lembaga sosial melalui pandangan bersifat
kebudayaan. Sejak Omi dan Winant, para akademisi telah menyusun dan
meninjau kembali maksud "ras" sebagai konstruksi sosial dengan meneliti cara
gambaran, paham dan asumsi mengenai "ras" dirumuskan dalam kehidupan
sehari-hari.
Angela Davis, Ruth Gilmore, dan Imani Perry telah menelusuri hubungan
antara paham "ras" dari segi sejarah dan sosial production dalam bahasa hukum
dan pidana, dan dampaknya atas kebijakan terhadap orang Hitam di Amerika,
dan jumlah mereka dalam penjara yang sudah tidak proporsional lagi.
Faktor sosio dan ekonomi, in combination with early but enduring views
of race, berakibat pada penderitaan yang sangat besar di dalam kelompok yang
terlantar. Diskriminasi rasial sering bertepatan dengan pola pikir yang rasis , di
mana para individu dan ideologi satu kelompok melihat anggota dari kelompok
lain sebagai suatu "ras" tertentu yang lebih rendah secara moral. Alhasil,
kelompok yang tidak banyak berkuasa sering terasing atau tertindas, sedangkan
individu dan lembaga yang dominan dituduh bersikap rasis. Rasisme
berakibatkan banyak contoh tragedi, termasuk perbudakan dan genosida.
Berdasarkan
karakteristik
biologis,
pada
umumnya
manusia
Asiatic Mongoloid yang terdiri atas keturunan Tionghoa dan Jepang yang
tinggal di Indonesia.
manusia yang berasal sama dengan sifat-sifat keturunan yang sama yang
membedakannya dengan manusia lainnya karena itu, Ras bersifat biologis
sedang Kebudayaan bersifat sosiologis artinya kalau kita keturunan atau punya
orang tua Ras mongolit tetapi dibesarkan dalam kebudayaan lain, maka kita
dapat berpindah kebudayaan dimana kita dibesarkan tetapi tidak dapat
berpindah Ras.
Namun demikian dapat terjadi percampuran antara ras yang bisa
mengakibatkan percampuran kebudayaan, hal ini dapat terjadi apabila
dilakukan kawin mawik antara Ras dimana masing-masing pihak mengikut
sertakan kebudayaannya dikehidupan rumah tangganya. Perkawinan antara ras
ini akan melahirkan orang-orang campuran yang didalam sosiologi dikenal
dengan nama "Marginal-Man"(orang yang terpinggirkan).
Kristen
10
11
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kelas-kelas dalam masyarakat pada hakikatnya mewujudkan sistem
kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Kelas-kelas dalam
masyarakat terbentuk karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat
dengan keperluan-keperluan yang nyata. Tidak hanya itu, kelas sosial digunakan
hanya untuk lapisan berdasarkan atas status ekonomi. Kelas memberikan
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Alif, Alfian. 2012. Kegunaan, Kepribadian, dan Hubungan antara Ras
dan
Kebudayaan
Melalui
Haryanto, Yudi. 2011. Bab 5 Perkembangan Kelompok dalam Masy Multikutur. Melalui
http://harinobi.blogspot.com/2011/03/bab-5-perkembangan-kelompok-dalammasy.html . Diakses pada Senin 20 Okober 2014.
Maula, Shinta Soviatul. 2013. Keanekaragaman Agama, Ras, dan Etnik. Melalui
http://nta-valensweety.blogspot.com/2013/06/keanekaragaman-agama-ras-danetnik.html . Dikses pada Sabtu 26 Oktober 2014.
Soekanto, Soejono. 2012. Sosiologi: Suatu Pengantar. Cetakan ke-44. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
14
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Edisi revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Wikipedia. 2013. Sekte. Melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Sekte . Diakses pada Senin
20 Oktober 2014.
Wikipedia. 2013. Sektarianisme. Melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Sektarianisme .
Diakses pada Senin 20 Oktober 2014.
Wikipedia. Ras (Manusia). Melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Ras_manusia . Diakses
pada Senin 20 Oktober 2014.
Pengertian Menurut Para Ahli. Melalui
http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-ras-menurut-para-ahli.html .
Diakses pada Senin 20 Oktober 2014.
15