Sifat Dan Cara Kerja Enzim
Sifat Dan Cara Kerja Enzim
Kontribusi : Wheny
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim merupakan polimer biologik yang mengatalisis lebih dari satu proses
dinamik yang memungkinkan kehidupan seperti yang kita kenal sekarang. Sebagai
determinan yang menentukan kecepatan berlangsungnya berbagai peristiwa fisiologik,
enzim memainkan peranan sentral dalam masalah kesehatan dan penyakit. Pemecahan
makanan untuk memasok energi serta unsur-unsur kimia pembangunan tubuh
(building blocks); perakitan building blocks tersebut menjadi protein, membran sel,
serta DNA yang mengkodekan informasi genetik; dan akhirnya penggunaan energi
untuk menghasilkan gerakan sel, semua ini dimungkinkan dengan adanya kerja
enzim-enzim yang terkoordinasi secara cermat. Sementara dalam keadaan sehat
semua proses fisiologis akan berlangsung dalam cara yang tersusun rapi serta teratur
dan homeostatis tetap dipertahankan, homeostatis dapat mengalami gangguan berat
pada keadaan patologis. Sebagai contoh, cedera jaringan hebat yang mencirikan
penyakit sirosis hepatis dapat menimbulkan gangguan berat pada kemampuan sel
membentuk enzim-enzim yang mengatalisis berbagai proses metabolisme penting
seperti sintesis ureum. Ketidakmampuan mengubah ammonia yang toksik menjadi
ureum yang nontoksik sebagai akibat dari penyakit tersebut akan diikuti dengan
intoksikasi ammonia, dan akhirnya koma hepatikum. Suatu spektrum penyakit genetik
langka tetapi yang sering sangat menurunkan keadaan umum penderitanya dan kerap
fatal, memberi contoh-contoh tambahan dramatis tentang konsekuensi fisiologis
drastis yang dapat menyertai gangguan terhadap aktivitas bahkan hanya satu enzim.
Menyusul suatu cedera jaringan berat (misal, infark jantung atau paru, cedera
remuk pada anggota gerak) atau pertumbuhan sel yang tidak terkendali (misal,
karsinoma prostat), enzim yang mungkin khas bagi jaringan tertentu akan dilepas ke
dalam darah. Dengan demikian, pengukuran terhadap enzim intrasel ini didalam
serum dapat memberikan informasi diagnostik dan prognostic yang tidak ternilai bagi
dokter.
2)
3)
4)
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusam masalah maka makala ini bertujuan sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
ENZIM
DIKLASIFIKASIKAN
BERDASARKAN
TIPE
DAN
MEKANISME REAKSI
Satu abad lalu, baru ada beberapa enzim yang dikenal dan kebanyakan di
antaranya mengatalisis reaksi hidrolisis ikatan kovalen. Semua enzim ini diidentifikasi
dengan penambahan akhiran ase pada nama substansi atau substrat yang
dihidrolisisnya. Jadi, lipase menghidrolisis lemak (Yunani lipos), amilase
menghidrolisis pati (Yunani amylon), dan protease menghidrolisis protein. Meskipun
banyak sisa peristilahan ini masih tetap bertahan sampai sekarang, pemakaiannya
sudah terbukti tidak memadai ketika ditemukan berbagai enzim yang mengatalisis
reaksi yang berbeda terhadap substrat yang sama, misal, oksidasi atau reduksi
terhadap fungsi alcohol suatu gula. Sementara akhiran -ase tetap digunakan, nama
enzim yang ada sekarang ini lebih menekankan pada tipe reaksi yang dikatalisisnya.
Sebagai contoh, enzim dehidrogenase mengatalisis pengeluaran hidrogen, sementara
enzim transferase mengatalisis reaksi pemindahan gugus. Dengan semakin banyaknya
enzim yang ditemukan, ketidakjelasan juga semakin tak terelakkan, dan kerap kali
tidak jelas enzim mana yang tengah dibicarakan oleh seorang penyelidik. Untuk
mngatasi permasalahan ini, International Union of Biochemistry (IUB) telah
mengadopsi sebuah sistem yang kompleks tetapi tidak meragukan bagi peristilahan
enzim yang didasarkan pada mekanisme reaksi. Meskipun kejelasan dan pengurangan
keraguan tersebut membuat sistem nomenklatur IUB dipakai untuk ujian riset, nama
yang lebih pendek tetapi kurang begitu jelas tetap digunakan dalam buku ajar dan
laboratorium klinik. Karena alasan tersebut, sistem IUB hanya disampaikan secara
sepintas.
1) Reksi dan enzim yang mengatalisis reaksi tersebut membentuk enem kelas,
masing-masing mempunyai 4-13 subkelas.
2) Nama enzim terdiri atas 2 bagian. Nama pertama menunjukkan substrat.
Nama kedua, yang berakhir dengan akhiran ase, menyatakan tipe reaksi yang
dikatalisis.
3) Informasi tambahan, bila diperlukan untuk menjelaskan reaksi, dapat
dituliskan dalam tanda kurung pada bagian akhir; misal, enzim yang mengatalisis
3
substrat. Sebagai contoh, dalam reaksi oksideruduksi, jika satu molekul substrat
dioksidasi, satu molekul koenzim akan direduksi.
Aalsan kedua untuk memberi koenzim penghargaan yang sama adalah bahwa
aspek reaksi ini mungkin mempunyai makna fisiologik mendasar yang lebih besar.
Sebagai contoh, peran penting kmampuan otot yang bekerja secara anaerob untuk
mengubah piruvat menjadi laktat tidak terletak pada piruvat ataupun laktat. Reaksi
tersebut semata-mata bertujuan mengoksidasi koenzin NADH yang tereduksi menjadi
NAD+. Tanpa NAD+ glikolisis tidak dapat berlanjut dan sintesis ATP Anaerob (dan
dengan demikian, aktivitas kerjannya) akan terhenti. Di bawah keadaan anaerob,
reduksi piruvat menjadi laktat menghasilkan oksidasi ulang NADH dan memunkinkan
sintesis ATP. Reaksi lain dapat melakukan funsi ini sama baiknya. Sebagai contoh
pada bakteri atau ragi yang tumbuh secara anaerob, metabolit yang berasal dari
piruvat bertindak secara oksidan bagi NADH dan mereka sendiri berada dalam
keadaan tereduksi.
OH
CH
H3C
H3C
I-Laktat
C
Piruvat
NAD+
NADH + H+
Piruvat
Oksidan
Produk Tereduksi
Laktat
Bentuk Kehidupan
Otot, bakteri laktat, ragi
Asetaldehid
Etanol
Dihidroksiasoton fosfat
-Gliserofosfat
bakteri heterolaktat
Fruktosa
Matinol
AG+D
Yang memindahkan gugus molekul fungsional (G) dari molekul donor (D-G)
kepada sebuah molekul aseptor akhir (misal, reaksi dahidrogenasi) atau sebagai
pembawa gugus intermediet (misal, reksi transaminasi). Diagram berikut melukiskan
konsep yang disebut terakhir ini.
D H
KoE
A H
KoE - H
KoE
KoE - H
Bahwa hal ini sebenarnya merepresentasikan hanya suatu kasus khusus dari
pemindahan gugus yang biasa dapat paling mudah dipahami dalam pengertian reksi
yang berlangsung di dalam sel utuh.
2.2.3 Koenzim Dapat Diklasifikasikan Menurut Gugus yang Pemindahannya
Dipermudah oleh Koenzim tersebut
Berdasarkan konsep di atas, kita dapat mengklasifikasikan koenzim sebagai
berikut:
Untuk pemindahan gugus bukan hydrogen:
Gula fosfat
KoA-SH
Tiamin pirofosfat
Piridoksal fosfat
Koenzim folat
Biotin
Koenzim kobamida (B12)
Asam lipoat
Untuk pemindahan hidrogen:
NAD+, NADP+
FMN, FAD
Asam lipoat
Koenzim Q
2.2.4 Banyak Koenzim Merupakan Derivat Vitamin B dan Derivat Adenosin
Monofosfat
Vitamin B membentuk bagian dalam struktur banyak koenzim. Vitamin B
nikotinamida, tiamin, riboflafin dan asam pantotenat merupakan unsur esensial
yang membentuk koenzim bagi oksidasi serta reduksi biologik, dan koenzim
kobamida serta asam folat berfungsi dalam metabolisme satu karbon. Banyak
koenzim mengandung adenin, ribose, serta fosfat, dan merupakan darivat adenosin
monofosfat (AMP). Contoh-contohnya mencakup NAD+ dan NADP+.
2.3
mengatalisis reaksi yang lain mungkin merupakan sifat enzim yang paling signifikan.
Laju proses metabolisme karenanya dapat diatur oleh perubahan dalam efisiensi
katalitik enzim spesifik. Banyak enzim mengatalisis jenis reaksi yang sama
(pemindahan fosfat, reduksi-oksidasi, dl) dengan hanya sejumlah kecil substrat yang
secara structural berhubungan, kendati sering pada kecepatan reaksi yang secara
bermakna lebih rendah. Berbagai reaksi dengan substrat alternatif ini cenderung
terjadi kalau substrat terdapat dalam konsentrasi yang tinggi. Meskipun kadar
sedemikian jarang ditemukan di dalam sel hidup, kadar ini dapat diciptakan di
laboratorium. Disini, substrat alami dan sintetik alternatif digunakan untuk
memfasilitasi pendeteksian enzim dan penelitian mengenai mekanisme katalitiknya.
Gambar : Pelekatan tiga titik sebuah substrat ke tapak aktif enzim yang berbentuk
planar
2.3.1 Enzim Memperlihatkan Spesifisitas Optis
Kecuali enzim epimerase (rasemase) yang mengatalisis interkonversi isomer
optis, umumnya semua enzim akan memperlihatkan spesifisitas optis absolut untuk
paling tidak suatu porsi molekul substrat. Dengan demikian, enzim dari lintasan
glikolisis dan oksidasi langsung akan mengatalisis interkonversi gulafosfat-D tetapi
tidak gulafosfat-L. Dengan beberapa pengecualian (misal, enzim D-asam amino
oksidase pada ginjal), kebanyakan enzim mamalia bekerja pada isomer-L asam amino.
Spesifisitas optis dapat meluas hingga satu porsi tertentu atau hingga
keseluruhan melekul substrat tersebut. Enzim glikosidase menggambarkan kedua
ujung ekstrem. Enzim ini mengatalisis hidrilisis ikatan glikosida antara gula dan
alcohol, bersifat sangat spesifik untuk bagian gula serta untuk ikatan ( atau ), tetapi
relatif nonspesifik untuk aglikon (porsi alcohol).
2.3.2 Enzim Bersifat Spesifik bagi Tipe Reaksi yang Dikatalisisnya
Enzim untuk proses lisis (enzim lisis) bekerja pada kelompok kimia khusus,
misal, enzim glikosidase pada glikosida, pepsin serta tripsin pada ikatan peptida, dan
esterase pada senyawa-senyawa ester. Berbagai substrat peptida yang berbeda dapat
diserang oleh hanya satu enzim sehingga mengurangi jumlah enzim pencernaan yang
seharusnya diperlukan. Enzim protease dapat pula mengatalisis proses hidrolisis
senyawa ester. Penggunaan ester sebagai substrat untuk sintesis telah mempermudah
penelitian terhadap mekanisme kerja enzim protease.
Enzim-enzim lisis tertentu memperlihatkan spesifisitas yang lebih tinggi. Enzim
kimotripsin menghidrolisis ikatan peptida; pada reaksi ini, gugus karboksil berasal
dari asam amino aromatik fenilalanin, tirosin, atau triptofan. Enzim karboksipeptidase
dan aminopeptidase melepas asam-asam amino satu persatu, masing-masing secara
berturutan, dari ujung terminal karboksil atau terminal amino rantai polipeptida.
Meskipun beberapa enzim oksidoreduktase memanfaatkan NAD + dan NADP+
sebagai akseptor elektronnya, kebanyakan hanya menggunakan salah satu di
antaranya. Secara umum, enzim oksidoreduktase yang berfungsi dalam proses
biosintesis sistem-sistem mamalia (misal, sintesis asam lemak atau sterol)
menggunakan NADPH sebagai reduktan sementara enzim yang berfungsi dalam
proses penguraian (misal, glikolisis, oksidasi asam lemak) menggunakan NAD+
sebagai oksidan.
2.4
dalam ekstrak jaringan atau cairan. Untungnya, aktivitas katalitis yang dimiliki enzim
dapat menjadi sarana pemeriksaan yang sensitive dan spesifik bagi pengukuran kadar
enzim itu sendiri. Kemampuan mengatalitis transformasi ribuan, puluhan ribu, atau
bahkan lebih molekul substat menjadi produk dalam periode waktu yang singkat
memberikan kepada setiap molekul enzim kemampuan untuk secara kimiawi
menguatkan keberadaannya.
Untuk mengukur kadar enzim di dalam sebuah sampel ekstrak jaringan atau
cairan biologik lain, kecepatan reaksi yang dikatalitis oleh enzim dalam sampel
tersebut harus ditentukan. Dalam kondisi yang tepat, hasil pengukuran kecepatan
reaksi harus sebanding dengan jumlah enzim yang ada. Karena jumlah molekul atau
massa enzim yang ada sukar ditentukan, hasil pengukuran tersebut dinyatakan dalam
unit enzim.. Jumlah relatif enzim dalam berbagai ekstrak kemudian dapat
dibandingkan. International Union of Biocemistry mengartikan satu unit aktivitas
enzim sebagai 1 mikromol (1 mol; 10-6) substrat yang bereaksi atau produk yang
ditransformasikan per menit.
2.4.1 Kadar Dehidrogenase Tergantung-NAD+ Diukur pada 340 nm
Dalam
reaksi
yang
melibatkan
NAD +
atau
NADP+
(enzim-enzim
dehidrogenase), sifat NADH atau NADPH (tetapi bukan NAD + atau NADP+ ) yang
menyerap cahaya dengan panjang gelombang 340 nm (Gambar 8-4) membawa
manfaat. Oksidasi NADH menjadi NAD+ terjadi disertai dengan penurunan densitas
optik (OD, optical density) pada 340 nm, yang proporsional dengan jumlah NADH
yang dioksidasi. Demikian pula, kalau NAD+ direduksi, OD pada 340 nm akan
meningkat sebanding dengan jumlah NADH yang terbentuk. Perubaahan OD pada
340 nm ini dapat dimanfaatkan bagi pemeriksaan analisis kuantitatif setiap enzim
dehidrogenase yang bergantung NAD+ atau NADP+ sebagai berikut. Bagi enzim
dehidrogenase yang mengatalitis oksidasi NADH oleh substratnya yang teroksidasi,
kecepatan penurunan OD pada 340 nm akan berbanding lurus dengan konsentrasi
enzim. Oleh karena itu, hasil pengukuran kecepatan oenurunan OD pada 340 nm
memungkinkan kita menyimpulkan kuantitas enzim, yang dinyatakan dengan unit
aktivvitas, yang terdapat di dalam sampel biologik tertentu seperti serum atau ekstrak
jaringan
10
Densitas Optik
0,8
0,6
NADH
0,4
0,2
NAD+
0
200
250
300
350
400
11
2.5
spesifikasi dan ekstra sel Mentah (crude) yang mengandung banyak komponen lain.
Molekul-molekul kecil dapat disingkirkan lewat dialysis atau filtrasi gel, asam nukleat
melalui pngendapan dengan antibiotik streptomisin, dan seterusnya. Permaslahannya
adalah memisahkan enzim yang kita kehendaki dari ratusan protein yang mempunyai
stuktur kimia dan fisika yang seupa.
Perjalanan suatu pemurnian tipikal dan enzim hati dengan pemulihan yang baik
serta pemurnian keseluruhan yang besarnya mencapai 490 kali lipat.
Glukosa
HEKSOKINASE
ATP, Mg 2+
ADP, Mg2+
Glukosa-6-Fosfat
NADP+
GLUKOSA-6-FOSFAT
DEHIDROGENAE
NADP
6-Fosfoglukonolakton
+ H+
Enzim Diperoleh dari Sumber-Sumber Alami atau dari Sel Tempat Enzim
Tersebut Siekspresikan oleh Gen yang diKlon.
Dulu, riset awal terhadap enzim terbatas pada protein yang dapat dimurnikan
dari sel-sel binatang, tanaman, atau bakteri tempat enzim tersebut terdapat secara
alami. Sekarang, teknologi DNA rekombinan
memprouksi protein di dalam sel tempat protein tersebut normalnya tidak ditemukan.
Sel-sel hospes tipikal adalah bakteri dan ragi yang secara kuantitas mudah tumbuh.
Kemmapuan mengekspresikan protein rekombinan pada tingkat yang relatif tinggi
menjadikan para ilmuwan mempu mengisolasi enzim yang sulit dimurnikan karena
konsentrasi rendahnya di dalam sel tempat mereka ditemukan secara alami. Lebih
lanjut, melalui perubahan DNA yang mengkodekan protein melalui mutagenesis
12
pula
dilakukan
untuk
membuat
protein
lebih
mudah
dimurnikan.
Bagaimanapun, pmurnian enzim dan sumbernya yang alami tetap merupakan hal yang
penting, khususnya guna mengidentifikasi sifat serta peran modifikasi posstranslasi
yang yang berfungsi mengatur lokasi enzim serta efisiensi katalik.
Pemurnian Dilakukan menggunakan Kromatografi pada pertukaran Ion atau
pada Penyangga Penyisih Ukuran.
Porosdur pemurnian klasik yang bermanfaat adalah pengendapan dengan berbagai
konsentrasi garam (umumnya garam ammonium atau natrium sulfat) atau pelarut
(aseton atau etanol), pemanasan diferensial atau denaturasi PH Diferensil, sentifugasi
diferensial, filtrasi gel, dan elektroferosis. Adsopsi selektif dan elusi protein dari zat
penukar anio selulosa, yaitu deitilaminoetil (DEAE) selulosa dan zat penukar anion
selulosa, yaitu karboksimetil selulosa (CMC, carbokxymethylcellulose) juga telah
memberikan hasil yang sangat baik bagi pemurnian protein secara cepat dalam jumlah
besar.
Sebagi contoh,PH ekstrak ekuesosa jaringan hati diatur hingga 7, 5 yang pada PH ini,
sebagian besar protein akan memiliki muatan netto negatif. Campuran protein dapat
larut ini kemudian dialirkn lewat kolom selulosa DEAE pada PH 7.5 bemuatan negatif
akan terikat ke DEAE lewat interkasi muatan yang berlawanan, sementara protein
yang tidak bermuatan atau yang mempunyai muatan positif mengalir langsung lewat
kolom tersebut. Kemudian, kolom selulosa DEAE ini dielusikan menggunakan
gradien NaCl, yang memiliki kisaran dari konsntrasi rendah hingga tinggi, dan
dilarutkan dalam pendapan denganPH 7,5. karena Cl - bersaing dengan protein untuk
berikatan ke penyangga yang bermuatan positif, protein untuk elusikan secara selektif;
protein yang memiliki ikatan paling lemah diikat paling awal, dan protein yang
memiliki ikatan paling kuat diikat palinh akhir. Pemisahan protein analog dolakukan
mengyunakn penyangga bermuatan negatif seperti karboksimetilselulosa atau
fosfoselulosa pada PH yang sedikit lebih rendah untuk memastikan bahwa protein
bermuatan lebih positif.
Pemisahan protein dapat pula dilakukan pada baha berpori yang dikenal sebagai
ayakan molecular.. Kalau campuran protein dialirkan lewat kolom yang
13
mengandung ayakan molecular, protein yang berukuran kecil akan tersebar baik di
dalam ruang antar partikel maupun di dalam ruang internal atau pori-pori penyangga.
Ketika campuran protein dengan ukuran yang berbeda-beda mengalir lewat kolom,
mobilitas protein yang berukuran kecil akan terhambat, relatif terhadap protein yang
ukurannya terlalu besar untuk masuk ke dalam pori- poi ini. Dengan demikian,protein
berukuran besar akan muncul dari dalam kolom sebelum protein yang berukuran
kecil.
Tabel : Rangkuman skema pemurnian enzim tipikal
Fraksi Enzim
Aktivitas
Protein
Aktivitas
Pemulihan
Total (mU)1
Total (mg)
Spesifik
Keseluruhan
100.000
10.000
(mU/mg)
10
(100)
98.000
8.000
12, 2
98
Endapan [NH4]2SO4 40 50 %
90.000
1.500
60
90
Endapan aseton 20 35 %
60.000
250
240
60
58.000
29
2.000
58
Endapan [NH4]2SO4 43 48 %
52.000
20
2.600
52
Kristal pertama
50.000
12
4.160
50
Rekritalisasi
49.000
10
4.900
49
14
Ligand ini secara khas berikatan dengan penyangga lewat molekul penghubung.Yang
mempunyai panjang tiga hingga delapan atom karbon.
Pada kromatografi yang bersifat hidrofobik, hidrokarbon, alkil atau aril akan
terikat ke penyangga seperti sephadex. Retensi protein pada penyangga ini melibatkan
interaksi hidrofobik antara rantai alkil dan regio hidrofobik pada protein tersebut.
Protein kemudian di masukan ke dalam larutan yang menggandung garam dengan
konsentrasi tinggi (misal, [NH4]2SO4) dan dielusikan dengan garam yang sama yang
memiliki gradien menurun.
Teknologi DNA Rekombinan Dapat Menjadi Sumber Enzim Yang Kaya
Banyak gen yang mengkodekan enzim telah diklon, ditentukan rangkaiannya, dan
disisipkan ke dalam vector yang berasal dari plasmid atau faga tempat gen tersebut
dapat di kontrol oleh suatu promoter yang kuat. Promoter tersebut dapat mendorong
produksi enzim rekombinan hingga mencapai taraf yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan yang terdapat pada sumber sumber alam. Dengan
menggunakan promoter yang diatur oleh zat penginduksi (inducer) kimia spesifik,
ekspresi enzim rekombinan dapat diatur secara cermat. Umumnya vector ekspresi
semacam ini disisipkan ke dalam mikroorganisme yang mudah tumbuh seperti
Escherichia coli atau ragi untuk memproduksi enzim rekombinan.
Protein Fusi Rekombinan Dimurnikan dengan kromatograsi afinitas
Disamping menghasilkan sumber yang kaya akan enzim, yang sangat memfasilitasi
pemurnian, teknologi DNA rekombinan dapat digunakan untuk menciptakan protein
termodifikasi yang dapat dimurnikan dengan kromatografi afinitas. Cara yang umum
dilakukan adalah dengan mengikatkan kepada gen, sejumlah rangkaian nukleutida
yang k\mengkodekan ekstensi protein sehingga terbentuk protein fusi yang
merupakan ligand yang baik bagi penyangga afinitas spesifik. Salah satu pendekatan
yang popular adalah denngan mengikatkan rantai yang terdiri atas lima atau enam
asam amino histidin atau sebagai alternatif lain, domain pengikat substrat untuk enzim
glutation S-trasferase kepada gugus terminal amino atau karboksil enzim yang
bersangkutan. Protein fusi rekombinan trsebut kemudian dapat dimurnikan pada
kolom afinitas yang berisi ion logam bivalen terikat seperti Ni2+ (untuk fusi dengan
polihistidin) atau glutation terikat (untuk protein fusi glutation S-trasferase) (Gambar
8-6).Protein fusi sering mengandung tapak (site) pembelahan untuk protease yang
sangat spesifik seperti trombin, pada regio yang menghubungkan kedua bagian dari
15
protein fusi tersebut. Hal ini memungkinkan pengeluaran domain fusi tambahan
tersebut setelah pemurnian afinitas.
GST
Enzim
GST
Enzim
GST
Enzi
m
GST
lakukan
alusi
dengan
GSH
proses
dengan trombin
GST
Enzi
m
GST
16
dalam sel mempunyai makna yang teramat penting. Sebagai contoh, di dalam sel-sel
hati, enzim untuk glikolisis terdapat di dalam sitoplasma sedangkan enzim untuk
siklus asam sitrat di dalam mitokondria. Distribusi enzim diantara berbagai organel
subselular dapat dipelajari setelah dilakukan fraksionasi homogenat sel melalui
sentrifugasi berkecepatan tinggi. Kandungan enzim pada setiap fraksi kemudian
diperiksa.
Penentuan lokasi suatu enzim tertentu didalam sebuah sel atau jaringan pada
keadaan yang relatif tetap acapkali dilakukan dengan prosedur histokimiawi
(histoenzimologi). Sayatan tipis jaringan yang dibekukan (frozen section) dengan
ketebalan 2 hingga 10m diproses dengan substrat untuk suatu suatu enzim tertentu.
Di mana terdapat enzim, di situ akan terbentuk produk dari reaksi yang dikatalisis
enzim tersebut. Jika terwarna dan tidak larut, produk akan tetap berada di tempat
17
malat dehidrogenase yang berasal dari sumber yang berbeda (misal, hati tikus dan
escherichia coli), kita akan melihat dengan jelas bahwa sekalipun enzim malat
dehidrogenae yang berasal dari hati tikus maupun E coli akan mengatalisis reaksi
yang sama, sifat-sifat fisik dan kimiamereka memperlihatkan banyak perbedaan
bemakna. Bnetuk bentuk fisik berbeda dari aktivitas yang ama juga dapat ditemukan
dalam berbagai jaringan organisme yang sama, dalam tipe-tipe sel yang berbeda,
dalam kompartemen sunselular, atau dalam organisme prokaryotik seperti E coli.
Temuan ini diperoleh sebagai hasil penerapan prosedur pemisahan elektroforentik
pada pemisahan bentuk-bentuk aktivitas enzimatik tertentu yang berbeda secara
elektroforetis.
Pemisahan dan Identifikasi Isoenzim memiliki Nilai Diagnostik
Isozim laktat dehidrogenase dalam serum dapat dilihat dengan melakukan
elektroforesis terhadap sampel serum pada bahan penyangga pati, agar atau gel
poliakrilamoda, yang biasanya dilakukan dengan PH 8,6. isozim tersebut mempunyai
muatan yang belainan pada pH 8,6 ini dan bermigrasi menuju lima daerah yang
berlainan pada elektoferogram. Isozim tersebut dideteksi berdasarkan kemampuan
masing masing isozim. Mengatalisis proses reaksi suatu zat pewarna yang tidak
berwarna menjadi bentuk yang berwarna dan tidak larut.
Campuran Assay dehidrogenase tipikal mengandung NAD+ suatu substrat
terteduksi , bentuk teroksidasi zat pewarna redoks seperti nitroblue tetrazolium
(NBT), pembawa (carrier) electron intermediet yang diperlukan bagi pemindahan
elektron dari NADH ke NBT, serta pendapat serta ion pengaktif jika dibutuhkan..
18
(Laktat)
SH2
LAKTAT DEHIDROGENASE
NAD+
(piruvat)
NADH + H+
PMS Tereduksi
PMS Teroksidasi
NBT Teroksidasi
NBT tereduksi
(Tidak berwarna)
(Formazan Biu)
19
HMMM
MMMM
Markert
telah
menggunakan
sejumlah
kondisi
yang
diketahui
dapat
ENZIM
ENDONUKLEASE
RESTRIKSI
MEMFASILITASI
20
HASIL
DIGESTI
RESTRIKSI
YANG
SUDAH
TERLACAK
DAPAT
21
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Penentuan lokasi enzim intrasel yang tepat disimpulkan lewat teknik histokimia
dan fraksionasi sel, yang dirangkaiakn dengan analisis enzimatik, terhadap
22
sayatan jaringan atau fraksi homogenat sel, isozim, bentuk yang secara fisik
berbeda pada enzim nonfungsional di dalam serum menunjukan kerusakan pada
jaringan tertentu manusia, dan memberikan informasi diagnostik seta prognostic
yang berharga.
13.
14.
RNA katalitik yang dikenl sebagai ribozim mengatalisis reaksi hidrolisis yang
sangat spesifik ikatan fosfodiester pada RNA. Reaksi ini amat penting dalam
berbagai pristiwa pemrosesan yang terlibat di dalam maturasi pra-mRNA
3.2
SARAN
Peranan enzim dalam kesehatan sangat penting, untuk itu manusia hendaknya
23
KEPUSTAKAAN
Murray, Robert K, 1996, Harpers, Biochemistry
Mc. Gilvery, Robert W, And Gerald W, 1983
Page David, 1981.
Triman Jr, 2007 Materi Biokimia, Surabaya
24
25
26