P E N D A H U L U A N
BAB II
GAMBARAN UMUM PROVINSI
2.1. Letak Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan
atau di antara garis 2 08' LU serta 3 05' LS serta di antara 108 0' BT
dan 114 10' BT pada peta bumi. Berdasarkan letak geografis yang spesifik
ini maka, daerah Kalimantan Barat tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa
(garis lintang 0 ) tepatnya di atas Kota Pontianak. Karena pengaruh letak
ini pula, maka Kalimantan Barat adalah salah satu daerah tropik dengan
suhu udara cukup tinggi serta diiringi kelembaban yang tinggi.
Ciri-ciri spesifik lainnya adalah bahwa wilayah Kalimantan Barat
termasuk salah satu Provinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan
negara asing, yaitu dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia Timur. Bahkan
dengan posisi ini, maka daerah Kalimantan Barat kini merupakan satusatunya Provinsi di Indonesia yang secara resmi telah mempunyai akses
jalan darat untuk masuk dan keluar dari negara asing. Hal ini dapat terjadi
karena antara Kalimantan Barat dan Sarawak telah terbuka jalan darat
antar negara Pontianak Entikong Kuching (Sarawak, Malaysia) sepanjang
sekitar 400 km dan dapat ditempuh sekitar enam sampai delapan jam
perjalanan.
Batas-batas wilayah selengkapnya bagi daerah Provinsi Kalimantan
Barat adalah :
Utara
Selatan
Timur
Barat
Luas Wilayah
persen dari luas Indonesia atau 1,13 kali luas pulau Jawa. Wilayah ini
membentang lurus dari Utara ke Selatan sepanjang lebih dari 600 km dan
sekitar 850 km dari Barat ke Timur.
Dilihat dari besarnya wilayah, maka Kalimantan Barat termasuk
Provinsi terbesar keempat setelah pertama Irian Jaya (421.891 km2 ),
kedua Kalimantan Timur (202.440 km2 ) dan ketiga Kalimantan Tengah
(152.600 km2).
Dilihat dari luas menurut Kabupaten/Kota, maka yang terbesar
adalah Kabupaten Ketapang (31.588 km2 atau 21,52 persen) kemudian
diikuti Kapuas Hulu (29.842 km2 atau 20.33 persen), dan Kabupaten
Sintang (21.635 km atau 14,74 persen), sedangkan sisanya tersebar pada 11
(sebelas) kabupaten/kota lainnya.
2.3. Topografi
Secara umum, daratan Kalimantan Barat merupakan dataran rendah
dan mempunyai ratusan sungai yang aman bila dilayari, sedikit berbukit
yang menghampar dari Barat ke Timur sepanjang Lembah Kapuas serta
Laut Natuna/Selat Karimata. Sebagian daerah daratan ini berawa-rawa
bercampur gambut dan hutan mangrove.
Wilayah daratan ini diapit oleh dua jajaran pegunungan yaitu,
Pegunungan Kalingkang/Kabupaten Kapuas Hulu di bagian Utara dan
Pegunungan Schwaner di Selatan sepanjang perbatasan dengan Provinsi
Kalimantan Tengah.
Dilihat dari tekstur tanahnya maka, sebagian besar daerah
Kalimantan Barat terdiri dari jenis tanah PMK (podsolet merah kuning),
yang meliputi areal sekitar 10,5 juta hektar atau 17,28 persen dari luas
daerah yang 14,7 juta hektar. Berikutnya, tanah OGH (orgosol, gley dan
humus) dan tanah Aluvial sekitar 2,0 juta hektar atau 10,29 persen yang
terhampar di seluruh Kabupaten/Kota, namun sebagian besar terdapat di
kabupaten daerah pantai.
2.3. I k l i m
Faktor yang merupakan ciri umum bagi suatu daerah dataran rendah
di daerah tropis adalah suhu udara yang relatif panas atau tinggi,
sedangkan khusus daerah Kalimantan Barat suhu yang tinggi ini diikuti pula
dengan kelembaban udara yang tinggi. Berdasarkan catatan empiris dari
Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak yang meliputi Stasiun Meteorologi
(SM) Supadio, SM Ketapang, SM Paloh, SM Susilo Sintang, SM Nangapinoh
dan Stasiun Klimatologi Siantan, umumnya suhu udara di daerah Kalbar
cukup normal namun bervariasi, yaitu rata-rata sekitar 260C sampai dengan
270C.
Selama tahun 2008, temperatur udara di Kalimantan Barat
maksimum mencapai 33,20C. yang terjadi di stasiun meteorology Pangsuma
Putussibau pada bulan mei 2008. Sedangkan temperatur minimum tercatat
21,90C yang terjadi di stasiun meteorology Sintang pada bulan Maret
2008.
Pada umumnya, kecepatan angin di Kalimantan Barat dari beberapa
stasiun meteorologi, sepanjang bulan di tahun 2008, secara rata-rata
berkisar antara 02 s/d 06 knot/jam sedangkan maksimum tercatat
sebesar 30 knot/jam terjadi di stasiun metereologi Bandara Supadio pada
Bulan Desember 2008.
Pada tahun 2008, rata-rata curah hujan bulanan tertinggi yang
terjadi di Stasiun Metereologi Paloh adalah pada Bulan Desember mencapai
708 mm, terendah pada Bulan februari 2008 hanya mencapai 38,4 mm.
Sedangkan hasil pemantauan di Stasiun Meteorologi Paloh ternyata jumlah
hari hujan tertinggi terjadi pada Bulan Desember sebanyak 27 hari dan
terendah terjadi pada Bulan Mei yang tercatat sebanyak 11 hari.
Hasil Pemantauan di Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak
menggambarkan bahwa curah Hujan tertinggi terjadi pada Bulan Oktober
2008, yang mencapai 565,2 mm, sedangkan yang terendah tercatat 101,8
mm yang terjadi pada Bulan Juni 2008.
Demikian juga halnya,dengan beberapa statsiun meteorology lainnya
seperti, Siantan, Bandara Susilo Sintang dan Nanga Pinoh dan Putussibau
masing-masing curah hujan tertinggi mencapai 576,6 mm, 453,9 mm dan
638,6 mm dan 572,4 mm. Angka terendah masing-masing 38,4 mm, 100,4
mm, 142,8 mm serta 232,1 mm.
NO
KABUPATEN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Kota Pontianak
Kota Singkawang
Kabupaten Pontianak
Kabupaten Sambas
Kabupaten Bengkayang
Kabupaten Landak
Kabupaten Sanggau
Kabupaten Sintang
Kabupaten Kapuas Hulu
Kabupaten Ketapang
Kabupaten Sekadau
Kabupaten Melawi
Kabupaten Kayong Utara
Kabupaten Kubu Raya
JUMLAH
JUMLAH
KECAMATAN
DESA/
KELURAHAN
6
5
9
19
17
13
15
14
25
20
7
11
5
9
175
29
26
74
184
124
156
166
287
211
221
76
169
43
106
1,872
2.6. Kependudukan
Jumlah
penduduk Provinsi Kalimantan Barat tahun 2008
diperkirakan berjumlah sekitar 4,25 juta jiwa (angka proyeksi BPS),
dimana sekitar 2,15 juta jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 2,10 juta jiwa
adalah perempuan. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar 146.807
Km2 atau lebih besar dari Pulau Jawa, maka kepadatan penduduk Kalimantan
Barat sekitar 29 Jiwa per kilometer persegi.
Tabel : 2.2
Penduduk Menurut Daerah Dan Kepadatan Per Kabupaten/Kota
Tahun 2008
NO
KAB/KOTA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Kota Pontianak
Kota Singkawang
Kabupaten Pontianak
Kabupaten Sambas
Kabupaten Bengkayang
Kabupaten Landak
Kabupaten Sanggau
Kabupaten Sintang
Kabupaten Kapuas Hulu
Kabupaten Ketapang
Kabupaten Sekadau
Kabupaten Melawi
Kabupaten Kayong Utara
Kabupaten Kubu Raya
TOTAL KALBAR
LUAS
WILAYAH
(km 2)
JUMLAH
PENDUDUK
KEPADATAN
PENDUDUK
/km 2
107.8
504.0
1,367.0
6,394.7
5,397.3
9,909.1
12,857.7
21,635.0
29,842.0
31,588.0
5,444.3
10,644.0
4,221.0
6,895.0
521,568
175,198
215,738
491,076
205,675
324,976
388,909
365,058
218,804
408,549
178,129
168,309
91,168
495,957
4,837.40
347.61
157.82
76.79
38.11
32.80
30.25
16.87
7.33
12.93
32.72
15.81
21.60
71.93
146,807
4,249,112
28.94
74 - 70
64 - 60
54 - 50
44 - 40
34 - 30
24 - 20
14 - 10
4-0
300,000
200,000
100,000
100,000
200,000
300,000
B A B III
PEMBANGUNAN KESEHATAN DAERAH
3.1.
Visi
Pembangunan
3.2. Misi
Berdasarkan uraian di atas dan visi yang telah ditetapkan, dengan
memperhatikan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan, Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat menetapkan misi yang ingin dicapai dalam periode
3 (tiga) tahun ke depan (Kalimantan Barat 2008) sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
10
2) Peningkatan imunisasi.
3) Penemuan dan tatalaksana penderita; seperti pengendalian penyakit
TBC, penyakit ISPA, Pneumonia pada balita, penyakit Diare dan
Kecacingan, penyakit Kusta, penyakit Malaria, penyakit Demam
Berdarah Dengaue, penyakit Rabies, penyakit Frambosia, penyakit
Filaria, pengamatan serangga/ penular penyakit, dan penyakit
kelamin dan HIV/AIDs.
4) Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah.
5)
11
2.
3.
penduduk
miskin
di
puskesmas
dan
12
perbekalan
13
6.
7.
8.
9.
14
dan
teknologi
11.
6) Penyelenggaraan
kesehatan.
dan
pengembangan
7) Penyelenggaraan
kesehatan.
kebijakan
dan
pendidikan
manajemen
tenaga
pembangunan
Kebijakan
15
dan
Manajemen
13.
14.
16
1.
2.
3.
4.
5.
17
BAB IV
PENCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Mengacu kepada sistimatika dari uaraian Visi, Misi Kalimantan Barat
Sehat 2010, pada bab ini akan menyajikan gambaran tentang hasil-hasil
yang telah dicapai dalam tahun 2008 di Provinsi Kalimantan Barat.
Uraian pada bab ini meliputi gambaran tentang derajat kesehatan
masyarakat, keadaan lingkungan, keadaan perilaku masyarakat dan keadaan
pelayanan kesehatan.
4.1.
18
97
PERMIL
90
80
70
70
60
50
47
57
38.41
40
46
35
34
TH.1997
TH.2002
NASIONAL
TH. 2005
30
TH.1994
AKB KALBAR
Sumber : SDKI 1994; 1997; 2002-2003, 2007 dan Kalbar dlm Angka Th. 2008.
19
20
Gambar 4.2
Angka Kematian Ibu Prov. Kalbar periode 2003 -2005
T 2010
150
228
Nas 2007
307
Nas 2002
403.15
Kalbar
KH
475.82
360.46
409.78
443.03
305.07
365.78
Ktp
Stg
Sgu
Ldk
Bky
365.86
359.12
Sbs
Mpm
306.6
Skw
378.82
Ptk
Sumber :
21
22
Gambar 4.3
Angka Kematian Balita Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 1994 2007
100
95
93
90
88.2
85
PERMIL
80
79
75
70
63
65
63
59
60
55
50
46
45
44
40
TH.1994
TH.1997
KALBAR
TH.2002
TH.2007
NASIONAL
4.1.1.4.
23
69.7
70
67.2
66.2
66.2
66.87
65
66.3
64.4
64.1
64.4
62.9
KALBAR
NASIONAL
60
TH 1996
TH 1999
Sumbert :
TH 2004
TH 2005
Sumber : HDR 2001 dan HDR 2004, 2006, 2007, Laporan Indikator Database 2005,
24
4.1.2. MORBIDITAS
Angka Kesakitan (Morbiditas) pada penduduk Provinsi Kalimantan
Barat didapat dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) dan
hasil pengumpulan data dari Lintas Program dan dari profil kesehatan
Kabupaten/ kota.
4.1.2.1. Malaria
Penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2008 (tabel 11) terdapat 80.201 kasus Malaria Klinis dan 15.796
kasus Malaria Positif. Mengacu pada definisi operasional pada indikator
Indonesia Sehat 2010, dimana penderita malaria di luar Jawa dan Bali
adalah kasus dengan gejala klinis (demam tinggi disertai menggigil) dengan
atau tanpa pemeriksaan sediaan darah di laboratorium, maka berdasarkan
definisi operasional tersebut angka kesakitan malaria di Kalimantan Barat
adalah 18,87 per 1.000 penduduk. Hal ini berati bahwa dari setiap 1.000
penduduk terdapat sekitar 18 sampai dengan 19 orang yang terjangkit
penyakit Malaria. Dibandingkan dengan tahun 2007 terdapat penurunan
kasus dimana pada tahun 2007 angka kesakitan malaria adalah 20,58
per.1000 penduduk, sedangkan jika dibandingkan dengan target pada
Indonesia sehat 2010 sebesar 5 per 1.000 penduduk, maka angka kesakitan
malaria di Kalimantan Barat masih tergolong tinggi. Dari dua kasus
tersebut (Klinis maupun Malaria positif), yang diobati adalah sebesar
70,9% dari target yang seharus nya 100% pada tahun 2010.
25
4.1.2.2. TB Paru
26
HIV/AIDS
27
tahun mencapai 175 kasus, usia lima hingga empat belas tahun mencapai 88
kasus, usia lima belas hingga sembilan belas tahun mencapai 522 kasus, usia
dua puluh hingga dua puluh sembilan tahun mencapai 8.567 kasus.
Selanjutnya, usia 30 hingga 39 tahun mencapai 4.997 kasus, usia 40 hingga
49 tahun mencapai 1.427 kasus, usia 50 hingga 59 tahun mencapai 404
kasus, usia di atas 60 tahun mencapai 91 kasus, dan tak diketahui usia
penderita mencapai 558 kasus.
Gambar 4.5.
Kasus HIV/AIDS Provinsi Kalimantan Barat Menurut
Kabupaten/Kota s.d. Februari 2008
800
797
700
600
515
500
400
300
200
127
70
100
14
17
29
44
33
13
14
5
2
0
Kt
Ptk
Bky
Ldk
Sgu
Stg
K.H
Ktp
Skd
Mlw Ky Ut Kb Ry
28
kemungkinan kasus yang ada akan lebih besar dari angka yang ada, hal ini
disebabkan karena yang terlihat hanya di permukaan saja (yang dilaporkan),
sedang yang tidak terlihat (terlapor) kemungkinan akan jauh lebih besar
dari angka yang ada.
Kecenderungan kasus HIV/AIDS di Kalimantan Barat dapat dilihat pada
Gambar 4.6. berikut.
Gambar 4.6.
Kecenderungan kasus HIV/AIDS di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2005 s.d Tahun 2008.
1,800
1682
1,600
1,400
Jumlah Kasus
1293
1,200
1,000
800
600
611
400
200
-
198
TH 2005
TH 2006
TH 2007
TH 2008
29
Sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi
pengidap HIV, melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, selama
proses persalinan dan melalui pemberian ASI. Dengan pengobatan
antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, risiko penularan dapat
dikurangi menjadi hanya 8%.
4.1.2.4.
30
3,000
2,753
2,500
2,000
1,500
1,000
960
1,210
808
500
TH 2005
TH 2006
TH 2007
TH 2008
31
menjadi 960 kasus dengan angka kesakitan sebesar 22,59 per 100.000
penduduk (tabel 10).
4.1.3. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat dapat diukur malalui beberapa indikator,
diantaranya adalah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status
Gizi balita, status gizi wanita usia subur Kurang Energi Konis(KEK).
4.1.3.1. Gizi Buruk
Status Gizi merupakan suatu indikator yang sangat penting untuk
menilai status indikator derajat Kesehatan Masyarakat. Di dalam Indikator
Indonesia Sehat 2010, status gizi merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan derajat kesehatan masyarakat.
Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh
kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk
terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Anak balita
sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan
(standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai
dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar
disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk.
Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau
kwashiorkor. Sementara itu, pengertian di masyarakat tentang Busung
Lapar adalah tidak tepat. Sebutan Busung Lapar yang sebenarnya adalah
keadaan yang terjadi akibat kekurangan pangan dalam kurun waktu
tertentu pada satu wilayah, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan zat
gizi yang diperlukan, yang pada akhirnya berdampak pada kondisi status
gizi menjadi kurang atau buruk dan keadaan ini terjadi pada semua golongan
umur. Tanda-tanda klinis pada Busung Lapar pada umumnya sama dengan
tanda-tanda pada marasmus dan kwashiorkor. Anak kurang gizi pada
tingkat ringan dan atau sedang tidak selalu diikuti dengan gejala sakit. Dia
seperti anak-anak lain, masih bermain dan sebagainya, tetapi bila diamati
dengan seksama badannya mulai kurus.
32
Gambar 4.8.
Persentase Kasus KEP Nyata (Gizi Buruk ) dan KEP Total
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2005 s.d Tahun 2008
25
19.56
19.82
20
15.64
15
12.06
10
2.87
2.51
2.04
1.13
TH 2005
TH 2006
Gizi Buruk
TH 2007
TH 2008
KEP Total
33
34
Gambar 4.9.
Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi Menurut
Kabupatan/Kota Tahun 2008
100.0
100.0
90.0
80.0
72.0
70.0
66.7
70.0
58.9
60.0
Persentase
50.0
40.0
35.7
40.0
30.0
22.2
23.1
20.0
10.0
al
ba
r
tp
K
H
K
g
St
Sg
u
Ld
k
pw
M
Sk
w
Pt
0.0
Sumber :
35
NO
1.
2.
3.
4.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
KABUPATEN
Kota Pontianak
Kota Singkawang
Kabupaten Pontianak
Kabupaten Sambas
Kabupaten Landak
Kabupaten Sanggau
Kabupaten Sintang
Kabupaten Kapuas Hulu
Kabupaten Ketapang
Kabupaten Sekadau
Kabupaten Melawi
Kabupaten Kayong Utara
Kabupaten Kubu Raya
% BGM
Tahun
2005
3.9
4.3
1.7
13.8
2.6
1.9
2.3
2.1
6.0
6.4
1.6
BALITA
% BGM % BGM
Tahun
Tahun
2006
2007
% BGM
Tahun
2008
10.1
24.9
1.1
18.2
3.1
3.1
2.1
2.0
6.8
1.8
1.3
10.3
10.3
1.1
4.7
2.4
2.6
2.1
2.0
6.8
2.6
8.0
9.1
2.1
2.1
2.1
1.5
21.9
3.9
0.8
1.2
1.6
3.7
5.1
4.30
6.30
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2008.
4.93
4.91
Total Kabupaten/Kota
36
menggambarkan
keadaan
lingkungan
di
Provinsi
persentase
37
38
39
40
Gambar 4.10.
Persentase Posyandu Aktif (Purnama + Mandiri )
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008
50.0
45.1
45.0
39.5
40.0
35.0
32.7
32.1
30.0
26.6
24.9
22.0
25.0
20.0
18.6
20.0
14.6
15.0
9.4
10.0
8.2
5.0
5.0
0.0
1.4
KB
RY
PR
OP
.
KU
T
Ml
w
Sk
d
Kt
p
K.H
Stg
u
Sg
k
Ld
Bk
y
Sb
s
w
Mp
Sk
w
Kt
P
tk
0.0
Target nasional yang akan dicapai pada tahun 2010 untuk Posyandu
aktif (Purnama + mandiri) adalah sebesar 40%. Pada tabel 46 lampiran
Profil Kesehatan, terlihat bahwa pencapaian Kalimantan Barat untuk
peningkatan posyandu aktif pada tahun 2008 baru berkisar 22,0%, pada
tahun 2007 sebesar 25,25%, sedang untuk tahun 2006 sebesar 24,4%,
dan 22,3% pada tahun 2005. Hal ini berarti terjadi penurunan tingkat
pencapaian Posyandu aktif pada tahun 2008, meskipun pada tiga tahun
sebelumnya menunjukan adanya peningkatan.
Jika dibandingkan
berdasarkan lampiran profil kesehatan menurut kabupaten/kota tahun
2007 dan tahun 2008, terlihat bahwa penurunan posyandu aktif yang
terbesar adalah pada Kabupaten Pontianak, yaitu sebesar 34,1% sedang
peningkatan terjadi pada Kabupaten Ketapang yaitu sebesar 24,5%.
41
4.4.
PELAYANAN KESEHATAN
42
Gambar 4.11.
Cakupan K-1 dan K-4 Prov. Kalbar Tahun 2005 s.d 2008
92,00%
89,82%
90,00%
88,00%
87,11%
87,65%
88,19%
86,00%
84,00%
83,49%
82,00%
82,24%
81,43%
80,00%
78,00%
79,84%
76,00%
74,00%
TH. 2005
TH. 2006
K1
TH. 2007
TH. 2008
k4
Dari Gambar 4.11 terlihat bahwa dapat dilihat bahwa dari tahun
ke tahun selalu terjadi kesenjangan cakupan K1 dan K4. Berturut-turt
kesenjangan K1 dan K4 mulai tahun 2005 adalah sebagai berikut : Pada
tahun 2005 kesenjangannya adalah 7,27%, menurun menjadi 4,16% pada
tahun 2006, dan meningkat pada tahun 2007 menjadi 5,95% dan meningkat
kembali pada tahun 2008 menjadi 8,39%. Hal ini berarti tingkat
perlindungan terhadap ibu hamil dan keberlanjutan program KIA di
wilayah Kalimantan Barat terjadi penurunan dari tahun ke tahun. Untuk
itu perlu dilakukan upaya yang lebih optimal agar kesenjangan yang terjadi
menjadi semakin kecil yang berarti bahwa perlindungan terhadap ibu hamil
semakin meningkat.
4.4.2. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan salah satu
dari enam indikator pemantauan program KIA. Dengan indikator ini
dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
kesehatan sekaligus menggambarkan kemampuan manajemen program
KIA dalam menangani persalinan secara profesional.
43
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini dapat disebabkan
persalinan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
potensi kebidanan. Adapun definsi Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah Ibu bersalin
yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Di Provinsi Kalimantan Barat, berdasarkan data profil kesehatan
Kabupaten/Kota Tahun 2008 (Tabel 17) menunjukan bahwa persentase
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menunjukan adanya
peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini bisa dilihat dari grafik sebagai
berikut :
Gambar 4.12.
Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Prov. Kalbar
Tahun 2004 s.d Tahun 2008
76.00%
73.72%
74.00%
75.61%
72.00%
70.00%
68.00%
69.24%
66.00%
64.00%
62.00%
60.00%
TH.2006
TH.2007
TH.2008
Sumber :
44
80
76.04
79.37
73.26
72.05
69.04
70
60
50
66.52
60.78
46.28
40
73.12
69.88
63.8
39.36
30
20
10
0
TH. 2003
TH. 2004
TH. 2005
KN 1
TH. 2006
TH. 2007
KN 2
45
TH.2008
Dari gambar terlihat bahwa seperti halnya K1 dan K4, KN1 dan KN2pun selalu terjadi kesenjangan dari tahun ke tahun. Meskipun terlihat dari
grafik tahun 2006 dan tahun 2007 cakupan KN1 dan KN2 relatif berhimpit,
namun justru di Tahun 2008 Cakupan KN1 dan KN2 mempunyai kesenjangan
yang amat besar, yaitu sebesar 9,49%. Hal ini berarti ada sekitar 9 bayi
dari 100 bayi yangh tidak terakses oleh pelayan kesehatan dimasa usia 8
28 hari, dan ini dapat berdampak pada peningkatan kematian bayi.
4.4.4. Kunjungan Bayi
Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi umur 1-12 bulan di
sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah, posyandu dan tempat lain
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh dokter, bidan
atau perawat (Definisi Operasional SPM Jatim). Pelayanan kesehatan
dimaksud dapat berupa deteksi dini kelainan tumbuh kembang
bayi, stimulasi perkembangan bayi, manajemen terpadu balita sakit
dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi.
Hasil pengolahan data profil kesehatan kabupaten/kota Tahun 2008
(Tabel 15) menunjukan bahwa cakupan kunjungan Bayi di Provinsi Kalimantan
Barat mencapai 76,69%. (target 2010 :90%).
4.4.5. Pelayanan KB
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) berdasarkan data profil kesehatan
kabupaten/kota tahun 2008 (tabel 19) sebesar 813.910 dengan jumlah
peserta KB aktif sebesar 406.481 (49.94%) dan peserta KB Baru sebesar
89.586 (11,01%). Adapun untuk penggunaan alat kontrasepsi oleh peserta
KB aktif secara rinci ditunjukan pada Gambar 4.14.
Gambar 4.14. menunjukan bahwa pada tahun 2008 di Kalimantan Barat,
pil masih merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh
peserta KB aktif (45,7%), kemudian diikuti oleh suntik sebesar 48,1%.
Sedang penggunaan MOP/MOW merupakan alat kontrasepsi yang paling
sedikit diminati oleh peserta KB untuk menunda kehamilannya (1,5%),
diikuti dengan kondom sebesar 2,93%.
46
Gambar 4.14.
Persentase Penggunaan Alat Kontrasepsi Peserta KB Aktif
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2008
4.9
2.93
1.5
4.4
45.7
0.0
48.1
IUD
SUN TIK
LAINNYA
MOP/ MOW
PIL
IMP LANT
KONDOM
47
Gambar 4.15.
Cakupan Imunisasi DPT-1 dan Campak Prov. Kalbar
Tahun 2004 s.d Tahun 2008
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
TH.2004
TH.2005
TH.2006
TH.2007
TH.2008
DPT1 + HB1
87.00%
96.90%
89.10%
86.20%
91.29%
CAMPAK
78.00%
91.50%
92.30%
77.50%
84.90%
DO
9.00%
8.08%
7.18%
10.10%
7.05%
48
Gambar 4.16.
Cakupan Balita Mendapatkan Vitamin A 2 kali/Th
Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2008
Prop
71.9
Kbry
78.9
Kut
64.2
Mlw
96.7
68.3
Skd
79.0
Ktp
72.7
K.H
Stg
85.6
Sgu
75.5
Ldk
64.6
Bky
85.2
Sbs
61.4
77.0
Mpw
63.7
Skw
60.5
Kt Ptk
49
Gambar 4.17
Cakupan Pemberian Tablet Fe3 Prov. Kalbar Tahun 2008
77.78
Prov
69.00
KbRy
80.79
KUT
70.79
Mlw
57.85
Skd
71.35
Ktp
91.70
KH
75.43
Stg
84.15
Sgu
65.32
Ldk
89.16
Bky
81.65
Sbs
64.53
Mpw
77.72
Skw
97.08
Ptk
20.00
40.00
60.00
80.00
50
100.00
120.00
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokan dalam
sajian data dan informasi mengenai sarana kesehatan dan tenaga kesehatan
serta alokasi anggaran kesehatan.
5.1. SARANA KESEHATAN
5.1.1. Tenaga Kesehatan
Dalam pembangunan kesehatan, faktor penggerak utamanya adalah
sumber daya manusia. SDM kesehatan yang berkualitas menentukan
keberhasilan dari seluruh proses pembangunan tersebut.
Informasi tenaga kesehatan diperlukan bagi perencanaan dan
pengadaan tenaga serta pengelolaan pegawai. Kesulitan memperoleh data
ketenagaan yang mutakhir disebabkan antara lain oleh sifat dari data
ketenagaan yang selalu berubah dengan cepat dan terus menerus dari
waktu ke waktu.
Pada tahun 2008 jumlah tenaga kesehatan di seluruh Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Barat adalah 8.721 orang dengan ratio tenaga
kesehatan untuk masyarakat per 100.000 penduduk adalah 205 orang
tenaga kesehatan, atau 1 orang tenaga kesehatan melayani 487 penduduk.
Adapun rincian ratio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk dan
standar ratio tenaga kesehatan sesuai target pada Indikator Indonesia
sehat 2010 dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Dari Tabel 5.1, dapat dijelaskan bahwa untuk dokter spesialis, 1
orang dokter spesialis menangani 36.009 penduduk, sedang menurut
standar pada tahun 2010, diharapkan 1 orang dokter spesialis menangani
sekitar 16.667 penduduk. Sehingga Dilihat dari ratio yang dicapai, maka
ada kekurangan ratio Dokter spesilias per 100.000 penduduk sekitar 3,22.
Untuk dokter umum, terlihat bahwa 1 orang dokter menangani 8.707
penduduk , sedang menurut standar Indonesia sehat 2010, 1 orang dokter
harus menangani sekitar 2.500 penduduk.
51
Tabel 5.1.
Distribusi Jumlah Tenaga Kesehatan dan Ratio Tenaga Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2008
NO
JENIS TENAGA
1 Dr. Spesialis
2 Dr. Umum
3 Dr. Gigi
4 Perawat
5 Bidan
7 Apoteker
8 Asisten Apoteker
9 SKM (Kesmas)
10 Tenaga Sanitasi
11 Tenaga Gizi
12 Fisioterapi
13 Analis Laboratorium
14 TEM dan Rontgent
15 P. Anastesi
JUMLAH (PROPINSI)
Ratio
Kecukupan
Tenaga /
4,249,112
Jumlah
Tenaga
Kesehatan
tahun 2008
118
488
175
4,406
1,830
83
184
219
396
358
30
341
68
25
8,721
1 :
1 :
1 :
1 :
1 :
1 :
1 :
1 :
1 :
1 :
1 :
1 :
1 :
1 :
1:
Ratio Tenaga
Kesehatan
Untuk 100.000
Penduduk
36,009
8,707
24,281
964
2,322
51,194
23,093
19,402
10,730
11,869
141,637
12,461
62,487
169,964
487
2.78
11.48
4.12
103.69
43.07
1.95
4.33
5.15
9.32
8.43
0.71
8.03
1.60
0.59
205.24
Ratio tenaga
Kesehatan
Sesuai Standar
IS 2010
6
40
11
117.5
100
10
40
40
22
-
52
Tabel 5.2.
Distribusi Sarana Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Barat 2008
No
Kabupaten
KEC
Kota Pontianak
Kota Singkawang
Kabupaten Pontianak
4
5
Jumlah
Jumlah
Puskesmas Pustu
Jumlah
Pusling
Desa
Siaga
14
22
23
12
18
14
83
15
Kabupaten Sambas
19
25
94
39
Kabupaten Bengkayang
17
17
61
20
Kabupaten Landak
13
14
65
Kabupaten Sanggau
15
18
86
Kabupaten Sintang
14
20
84
25
23
75
10
Kabupaten Ketapang
20
24
11
Kabupaten Sekadau
12
Kabupaten Melawi
11
13
14
Jumlah
Jumlah Jumlah
POSYAN
Polindes
RS
DU
0
205
131
67
64
201
135
181
503
71
81
279
18
13
139
361
18
124
155
467
29
77
129
390
10
137
156
294
124
197
75
136
402
11
58
45
81
177
55
52
78
182
27
13
26
85
17
18
106
70
338
175
224
844
394
942
1,296
33
4,015
53
54
BAB VI
PENUTUP
55
.
Pontianak,
56
September 2009
DAFTAR PUSTAKA
1.
6. Eki Komala sari, Kepala Humas PMI Jakarta Timur dan Project
Manajer HIV dan AIDS, di Jakarta, Selasa (16/6/09),
www.surya.co.id/2009/06/16/kasus-hivaids-di-indonesia-terusnaik.html) 16/06/09
57