Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Campuran merupakan gabungan dari dua atau lebih komponen yang berbeda

dalam jenis atau sifat fisik dan kimianya. Campuran yang terdiri atas dua atau lebih
komponen penyusun secara umum disebut sebagai campuran multikomponen.
Campuran multikomponen dapat berupa fasa gas atau cair. Campuran multikomponen
dapat bersifat ideal jika mengikuti Hukum Raoult sebaliknya bersifat non-ideal.
Campuran multikomponen fasa cair merupakan campuran yang terdiri dari dua
atau lebih cairan. Keidealan campuran multikomponen fasa cair dapat diketahui dengan
mengamati sifat fisiknya. Sifat-sifat fisik yang diamati berupa densitas campuran,
viskositas campuran, dan titik didih campuran. Sifat-sifat fisik tersebut akan
dibangingkan dengan model ideal dari campuran tersebut berdasarkan Hukum Raoult.
1.2

Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan karakteristik sifat fisik campuran

biner methanol-air dan etanol-air.


1.3

Sasaran Percobaan
Sasaran dari percobaan ini adalah:
1.
2.
3.
4.

Menentukan densitas sampel campuran methanol-air dan etanol-air.


Menentukan viskositas sampel campuran methanol-air dan etanol-air.
Menentukan titik didih sampel campuran methanol-air dan etanol-air.
Menentukan hubungan densitas, viskositas, dan titik didih campuran methanol-

air dan etanol-air terhadap konsentrasi komponen penyusunnya.


5. Menentukan keidealan campuran methanol-air dan etanol-air fasa cair

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
Halaman 1 dari 29

2.1

Skema Alat
2.1.1

Penentuan Densitas dan Viskositas

Gambar 2.1.1 Piknometer


2.1.2

Gambar 2.1.2 Viskometer Ostwald

Penentuan Titik Didih

Gambar 2.1.3 Skema Alat Distilasi


2.2

Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
1.
2.
3.
4.
5.

Botol sampel
Pipet Volum 10 mL
Filler
Pipet tetes
Labu distilasi

6. Piknometer 5 mL
7. Viskometer Ostwald
8. Statif dan klem
9. Cooling Bath
10. Thermometer
Halaman 2 dari 29

11. Timbangan

2.2.2

Bahan
1. Aqua dm
2. Etanol 95% w/w
3. Metanol 100% w/w

2.3

12. Stopwatch

4. Aseton
5. Es batu

Prosedur Kerja
2.3.1 Kalibrasi Piknometer
Kalibrasi piknometer dilakukan dengan cara menimbang piknometer
kosong. Kemudian piknometer diisi dengan aqua dm hingga penuh. Tumpahan
dari aqua dm kemudian dilap menggunakan kertas hisap dan aseton.
Piknometer yang berisis aqua dm kemudian ditimbang. Densitas aqua dm pada
temperatur tersebut dapat dilihat pada literatur. Volume piknometer ditentukan
berdasarkan massa aqua dm yang ditimbang dibagi dengan densitas aqua dm
pada literatur.
2.3.2 Kalibrasi Viskometer
Kalibrasi viskometer dimulai dengan membilas bagian dalam
viskometer dengan aqua dm. Setelah dibilas, aqua dm dimasukkan ke dalam
viskometer melalui lubang yang lebih besar hingga bagian cembung pada
viskometer. Aqua dm kemudian dihisap menggunakan filler hingga diatas
bagian batas atas pada viskometer. Filler dilepaskan dan catat waktu yang
dibutuhkan oleh aqua dm untuk turun dari batas atas hingga batas bawah
dengan stopwatch.
2.3.3 Pembuatan Campuran
Campuran yang digunakan pada percobaan kali ini adalah campuran
biner methanol-air dan etanol-air. Variasi yang digunakan dibuat berdasarkan
perbandingan volumenya adalah 0,1; 0,3; 0,5; 0,7; dan 0,9. Perbandingan
tersebut merupakan perbandingan volume methanol atau etanol terhadap air.
Volume total campuran ini dibuat secara tetap yakni 100 mL. Campuran yang
telah dibuat ditempatkan pada botol sampel yang tertutup.

Halaman 3 dari 29

2.3.4 Penentuan Densitas Campuran


Piknometer diisi dengan campuran yang akan diukur hingga penuh.
Tumpahan campuran dibersihkan dengan menggunakan aseton kemudian
ditimbang dan dicatat massanya. Densitas campuran dapat ditentukan
berdasarkan data massa dan volume campuran yang sama dengan volume
piknometer yang telah dikalibrasi.
2.3.5 Penentuan Viskositas Campuran
Penentuan viskositas dimulai dengan membilas bagian dalam
viskometer dengan campuran yang ingin diukur. Setelah dibilas, cairan yang
ingin diukur dimasukkan ke dalam viskometer melalui lubang yang lebih besar
hingga bagian cembung pada viskometer. Cairan kemudian dihisap
menggunakan filler hingga diatas bagian batas atas pada viskometer. Filler
dilepaskan dan catat waktu yang dibutuhkan oleh cairan untuk turun dari batas
atas hingga batas bawah dengan stopwatch. Viskositas cairan dapat ditentukan
dengan membandingkan data waktu tempuh aqua dm dan waktu tempuh
cairan.
2.3.6 Penentuan Titik Didih Campuran
Penentuan titik didih campuran dapat dilakukan dengan alat distilasi..
Campuran yang ingin ditentukan titik didihnya dimasukkan ke dalam labu
distilasi.. Pemanas kemudian dinyalakan hingga skala setengah dari skala
maksimum. Tunggu hingga terjadi tetesan pertama terbentuk. Catat temperatur
ketika tetesan pertama tersebut terjadi.

Halaman 4 dari 29

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan Sifat Fisik Campuran Multikomponen, sifat fisik dari campuran
methanol-air dan etanol-air dianalisis untuk menyatakan keidealan berdasarkan
densitas, viskositas,dan titik didih. Berdasarkan sifat fisik tersebut, campuran
methanol-air dan etanol-air dapat dinyatakan suatu larutan bersifat ideal apabila
volum campuran merupakan fungsi linear dari volum cairan komposisi penyusunnya
sehingga hal tersebut menjadi korelasi yang mendasari sifat fisik seperti, densitas,
viskositas, dan titik didih dari suatu campuran multikomponen yang ideal.
3.1

Penentuan Densitas Campuran


Densitas merupakan salah satu sifat fisik yang digunakan untuk menyatakan

keidealan suatu campuran. Densitas campuran methanol-air dan etanol air diukur
menggunakan piknometer. Mula-mula piknometer dikalibrasi terlebih dahulu dengan
aqua dm untuk menentukan volume piknometer. Kalibrasi bertujuan untuk
menghitung volume piknometer apabila suhu ruang berbeda dengan suhu aqua dm
karena perbedaan suhu tersebut akan menyebabkan volume yang tertera pada
piknometer berbeda dengan volume pada suhu ruang. Volume piknometer untuk
mengukur campuran methanol air adalah 7,14 mL sedangkan volume etanol-air
adalah 6,36 mL.
Pada percobaan ini, campuran methanol-air atau etanol-air yang dibuat dalam
berbagai fraksi volum diukur dan dibandingkan dengan densitas campuran ideal
campuran. Densitas campuran ideal memenuhi persamaan yang diturunkan dari
Hukum Raoult sebagai berikut,
Persamaan 3.1

dengan x1 menyatakan fraksi massa methanol atau etanol terhadap massa total
campuran, 1 adalah densitas komponen 1, 2 adalah densitas komponen 2 dan m
Halaman 5 dari 29

adalah densitas campuran. Persamaan tersebut diperoleh berdasarkan syarat campuran


ideal yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa volume campuran merupakan
penjumlahan volume larutan dari metanol/etanol dengan volume air (Vcampuran =
Vkomponen1 + Vkomponen2). Hal tersebut disebabkan pada campuran ideal, tidak ada
komponen yang bereaksi satu sama lain sehingga volume campuran tidak meghalami
penyusutan atau penambahan volume. Kemudian dari persamaan 3.1 dapat
disimpulkan bahwa densitas campuran ideal memiliki nilai yang berada di antara
densitas komponen murni penyusunnya.

Gambar 3.1 Kurva Hubungan Densitas Campuran Metanol-air terhadap Fraksi Mol Metanol
Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

Gambar 3.2 Kurva Hubungan Densitas Campuran Etanol-air terhadap Fraksi Mol Etanol
Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

Berdasarkan hasil percobaan, densitas campuran metanol-air dan etanol-air


dalam berbagai variasi fraksi mol ditunjukkan pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.
Dalam Gambar 3.1 dan 3.2, densitas campuran ideal dialurkan pula dalam berbagai
komposisi untuk dibandingkan dengan densitas hasil percobaan. Densitas campuran
ideal dihitung dengan persamaan 3.1.

Halaman 6 dari 29

Berdasarkan kurva yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 dan 3.2, perbandingan
densitas hasil percobaan dan densitas campuran ideal tidak memiliki perbedaan nilai
yang signifikan. Penyimpangan densitas campuran hasil percobaan terhadap
campuran ideal ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan 3.2 sebagai berikut.
Tabel 3.1 Data Densitas Campuran Metanol-Air Berdasarkan Hasil Percobaan dan Campuran
Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

Densitas Hasil
Komposisi Percobaan (g/mL)
Run 1
Run 2
0,1
1.0497 1.0480
0,3
1.0212 1.0181
0,5
0.9862 0.9858
0,7
0.9376 0.9239
0,9
0.8828 0.8811

Campuran Metanol-Air
Densitas
Penyimpangan Densitas
Campuran
Ideal (g/mL)
Run 1
Run 2
0.9760
0.073625
0.071944243
0.9328
0.088455
0.085373139
0.8888
0.097407
0.096986915
0.8441
0.093495
0.07976675
0.7987
0.084161
0.08247999

Tabel 3.2 Data Densitas Campuran Etanol-Air Berdasarkan Hasil Percobaan dan Campuran
Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

Komposisi
0,1
0,3
0,5
0,7
0,9

Densitas Hasil
Percobaan (g/mL)
Run 1
Run 2
0.9855
0.9856
0.9635
0.9622
0.9286
0.9294
0.8855
0.8841
0.8356
0.8348

Campuran Etanol-Air
Densitas
Galat Densitas
Campuran
Ideal (g/mL)
Run 1
Run 2
0.9797
0.005807
0.005963955
0.9437
0.019737
0.01848004
0.9072
0.021371
0.022156892
0.8701
0.015438
0.014024177
0.8324
0.003208
0.002422923

Berdasarkan Tabel 3.1 dan 3.2, dapat diketahui bahwa nilai penyimpangan
densitas yang diperoleh tidak terlalu besar dan kecenderungan tren kurva yang sama
terhadap densitas campuran ideal. Selain itu, pada Tabel 3.1 dan 3.2 diketahui bahwa
penyimpangan densitas campuran baik metanol-air maupun etanol air terhadap
campuran ideal memiliki nilai positif. Hal tersebut menyatakan bahwa densitas
campuran hasil percobaan lebih besar dibandingkan campuran ideal.
Penyimpangan positif menunjukkan adanya interaksi antarmolekul komponen
penyusun campuran. Penyimpangan tersebut disebabkan interaksi antara molekul
yang sejenis lebih lemah dibandingkan molekul yang tidak sejenis (Smith : 2001).
Secara molecular, terdapat dua macam gaya interaksi intermolekul. Gaya intermolekul
Halaman 7 dari 29

yang disebabkan oleh molekul yang tidak sejenis disebabkan gaya adhesi sedangkan
gaya intermolekul yang disebabkan oleh molekul yang sejenis disebut gaya adhesi.
Akibat adanya gaya interaksi tersebut, terjadi penyusutan volume campuran. Volume
berbanding terbalik dengan densitas sehingga densitas campuran akan lebih besar,
seperti yang ditunjukkan hasil percobaan. Hal tersebut menyatakan pula sifat alkohol
yang mudah larut dalam air.
Selain itu interaksi antarmolekul yang tidak sejenis memengaruhi penyusutan
volume campuran. Semakin besar konsentrasi/fraksi metanol atau etanol maka
interaksi intermolekul akan semakin intens dan menyebabkan penyusutan volum dan
peningkatan densitas. Kemudian, campuran alkohol-air yang memiliki gugus fungsi
-OH dapat berinteraksi dengan gugus -OH pada air, hal ini menyebabkan interaksi
antarmolekul menjadi semakin kuat. Kepolaran gugus alkohol terhadap air juga
menyebabkan campuran lebih mudah melarut dan membentuk kerapatan molekul
sehingga membuat volume semakin menyusut.
Untuk fasa cair, densitas dipengaruhi oleh temperature dan konsentrasi.
Temperatur ruang pada saat percobaan yang berubah-ubah dapat memengaruhi hasil
pengukuran densitas. Selain itu, densitas merupakan fungsi dari konsentrasi. Densitas
metanol (0,792 g/mL) dan etanol (0,790 g/mL) lebih kecil dibandingkan densitas air
(1,000 g/mL) sehingga semakin besar fraksi atau konsentrasi metanol/etanol pada
campuran maka densitas campuran akan semakin kecil. Hal tersebut yang
menyebabkan tren kurva pada Gambar 3.1 dan 3.2 turun atau memiliki kemiringan
garis berharga negatif.
Dengan membandingkan penyimpangan campuran metanol-air dan etanol-air
pada Tabel 3.1 dan 3.2 diketahui bahwa penyimpangan campuran metanol-air lebih
besar dibandingkan etanol-air. Hal ini disebabkan kepolaran metanol dalam air lebih
besar dibandingkan etanol dalam air sehingga volume metanol-air akan mengalami
penyusutan yang lebih signifikandensitas semakin besar sehingga penyimpangannya
terhadap densitas campuran ideal lebih besar. Selain itu, interaksi tarik-menarik
antarmolekul (adhesi) pada campuran methanol-air lebih kuat dibandingkan interaksi
antarmolekul sejenis etanol-air sehingga volume campuran metanol-air menjadi lebih
kecil. Selain itu, walaupun baik etanol maupun metanol dapat membentuk ikatan
hydrogen, namun ikatan hydrogen yang dibangun oleh metanol akan lebih kuat
Halaman 8 dari 29

dibandingkan etanol, karena tingkat kepolaran dan rantai karbon (nonpolar) yang
dimiliki metanol lebih sedikit dibandingkan etanol.
3.2

Penentuan Viskositas Campuran


Viskositas adalah hambatan yang dialami suatu fluida untuk mengalir dalam

media alirnya akibat gesekan antara molekul molekul antara satu dengan yang lain.
Viskositas campuran metanol-air dan etanol-air pada percobaan ini diukur
menggunakan viskometer Ostwald. Penentuan viskositas campuran diukur dengan
membandingkannya viskositas aqua dm pada temperature ruang. Hubungan viskositas
campuran dengan viskositas air mengikuti persamaan berikut.
Persamaan 3.2

Berdasarkan persamaan 3.2 diketahui bahwa viskositas dipengaruhi densitas dan


waktu tempuh campuran melalui batas atas hingga batas bawah viskometer.
Sinnot (2005) menyatakan bahwa viskositas untuk suatu campuran ideal dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
. Persamaan 3.3
dengan 1, 2 adalah viskositas komponen murni dan x1,x2 adalah fraksi mol
komponen penyusun campuran. Dari persamaan 3.3 dapat disimpulkan bahwa
viskositas campuran akan memiliki nilai yang berada di antara viskositas komponen
murni penyusunnya.
Berdasarkan hasil percobaan, viskositas campuran metanol-air dan etanol-air
menunjukkan kurva seperti yang ditunjukkan Gambar 3.3 dan 3.4 berikut ini.

Halaman 9 dari 29

Gambar 3.3 Kurva Hubungan Viskositas Campuran Metanol-air terhadap Fraksi Mol Metanol
Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

Gambar 3.4 Kurva Hubungan Viskositas Campuran Etanol-air terhadap Fraksi Mol Etanol
Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

Dari Gambar 3.3 dan 3.4, dapat dilihat bahwa campuran metanol-air dan etanol
air memiliki kecenderungan/tren kurva yang mirip. Pada fraksi metanol/etanol yang
kecil, viskositas cenderung meningkat seiring bertambahnya konsentrasi sedangkan
pada fraksi metanol/etanol yang besar, viskositas cenderung menurun seiring kenaikan
fraksi mol. Kedua kurva memiliki titik puncak yang berada pada rentang 0,2-0,4.
Penyimpangan campuran metanol-air dan etanol-air cenderung bernilai positif,
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3 dan 3.4 sebagai berikut.
Gambar 3.3 Data Viskositas Campuran Metanol-Air Berdasarkan Hasil Percobaan dan
Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

Komposisi
0,1
0,3
0,5
0,7
0,9

Campuran Metanol-Air
Viskositas Hasil
Viskositas
Percobaan
Campuran
Ideal
Run 1
Run 2
1.0998
1.2074
0.8708
1.4843
1.4653
0.7896
1.6416
1.6141
0.7152
1.3269
1.3094
0.6468
0.9540
0.9386
0.5836

Galat Viskositas
Run 1
0.228993
0.694672
0.926436
0.680187
0.370441

Run 2
0.336607
0.675721
0.898914
0.662634
0.355027

Halaman 10 dari 29

Gambar 3.4 Data Viskositas Campuran Etanol-Air Berdasarkan Hasil Percobaan dan
Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

Komposisi
0,1
0,3
0,5
0,7
0,9

Campuran Etanol-Air
Viskositas Hasil
Viskositas
Percobaan
Campuran
Ideal
Run 1
Run 2
1.1326
1.1904
0.9319
1.8370
1.8288
0.9720
1.9689
2.1449
1.0203
1.9387
1.9615
1.0794
1.4140
1.3913
1.1534

Galat Viskositas
Run 1
0.200712
0.864982
0.948572
0.859344
0.260597

Run 2
0.258531
0.856725
1.124608
0.8821
0.237909

Penyimpangan positif antara viskositas campuran ideal dengan hasil percobaan


lebih dipengaruhi oleh sifat kimia campuran metanol-air dan etanol-air. Metanol
maupun etanol memiliki rantai karbon (mengandung atom C) yang bersifat nonpolar
sedangkan air bersifat polar. Saat dicampur dengan air, gugus OH pada rantai karbon
metanol/etanol akan menyebabkan interaksi intermolekul dengan air membentuk
ikatan hydrogen. Interaksi tersebut akan meningkat seiring komposisi metanol/etanol
sehingga menyebabkan gaya interaksi yang bekerja intermolekul membuat campuran
semakin terhambat/bergesekan secara intens dengan media alirnya. Oleh sebab itu
viskositas campuran semakin tinggi pada fraksi metanol/etanol.
Selain ikatan hydrogen, campuran metanol-air atau etanol-air juga memiliki
rantai karbon yang bersifat nonpolar. Apabila air yang bersifat polar mengikat gugus
-OH pada metanol/etanol, maka gugus karbon yang bersifat nonpolar akan ditolak air.
Hal ini berdasarkan prinsip dissolve like dissolve, senyawa polar akan larut pada
pelarut polar dan sebaliknya. Oleh sebab itu, kelarutan metanol dan etanol bergantung
pada kedua gaya tersebut. Pada saat komposisi metanol/etanol semakin banyak dalam
campuran, maka gugus karbon yang terkandung pada campuran akan semakin
banyak. Dalam komposisi air yang lebih sedikit, gugus OH akan lebih sedikit
membentuk ikatan hydrogen dengan air sedangkan gugus karbon semakin banyak dan
tidak berinteraksi dengan air. Semakin berkurangnya interksi intermolekul membuat
tahanan fluida untuk mengalir semakin kecil sehingga gesekan antar molekul semakin
berkurang dan viskositas semakin menurun.
Pada rentang 0,2-0,4 terdapat viskositas maksimum yang terjadi antara metanolair dan etanol-air. Hal ini menunjukkan interaksi intermolekul antara air dan
Halaman 11 dari 29

metanol/etanol mencapai titik optimumnya. Pada titik ini pula pembentukan ikatan
hidrogen menjadi maksimum. Hubungan viskositas dengan gaya gesekan molekul
akibat adanya interaksi intermolekul merupakan hubungan yang sebanding, semakin
intens gaya gesekan maka semakin besar viskositasnya, dan sebaliknya. Hubungan
tersebut dinyatakan dalam Hukum Newton untuk viskositas sebagai berikut,
Persamaan 3.4

Interaksi intermolecular meliputi gaya interaksi yang bekerja intermolekul dan


juga gaya seret antara suatu komponen dengan media alirnya. Pada titik puncak kurva
yang merupakan viskositas maksimum campuran, memiliki gaya gesek intermolekul
dengan media alirnya maksimum. Gaya gesekan molekul merupakan gaya adhesi,
sedangkan gaya intermolekul sejenis adalah kohesi. Kedua gaya ini menentukan
besarnya viskositas suatu campuran. Pada campuran dengan konsentrasi tertentu,
interaksi adhesi (lawan jenis) lebih besar, sehingga, yang menyebabkan adanya
keseimbangan antara gaya yang bekerja di molekul metanol/etanol dan air. Gugus
alkil yang hidrofobik juga dapat menyebabkan kohesi antar partikel larutan lebih kecil
dibandingkan adhesi antara partikel larutan dengan media alirnya. Gaya kohesi akan
memiliki tahanan yang lebih kecil dibanding dengan gaya adhesi karena kohesi yang
merupakan interaksi antar molekul yang sejenis (metanol/etanol-air, air-air dan
metanol/etanol- metanol/etanol), memiliki interaksi yang lemah dibanding interaksi
intermolekul seperti ikatan hydrogen. Hal tersebut menjadi penyebab viskositas yang
menurun pada komposisi metanol/etanol yang banyakgugus hidrofobik semakin
banyak.
Berdasarkan Tabel 3.3 dan 3.4, penyimpangan campuran etanol-air lebih tinggi
dibandingkan campuran metanol-air karena pada etanol memiliki gugus karbon
nonpolar yang lebih banyak dibandingkan metanol yang akan berpengaruh pada gaya
interaksi antar molekul atau ikatan molekul yang terbentuk. Oleh karena itu,
perbedaan jumlah gugus polar dan non-polar akan menyebabkan penyimpangan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.3

Penentuan Titik Didih Campuran


Halaman 12 dari 29

Penentuan titik didih campuran ditentukan melalui distilasi sederhana. Titik


didih campuran merupakan temperature yang ditunjukkan thermometer pada tetesan
pertama hasil distilasi terbentuk. Titik didih untuk tiap komposisi/fraksi campuran
dibandingkan dengan titik didih campuran ideal yang ditentukan melalui Hukum
Raoult dan menggunakan persamaan Antoine (Perhitugan BUBL T). Perhitungan titik
didih campuran ideal ditunjukkan pada Lampiran B.
Perbandingan hasil dari titik didih hasil percobaan dengan campuran ideal untuk
campuran Metanol-Air dan Etanol-air ditunjukkan oleh Gambar 3.5 dan 3.6.
Penyimpangan campuran metanol-air dan etanol-air cenderung bernilai negatif, yang
menyatakan bahwa titik didih campuran hasil percobaan lebih rendah daripada
campuran ideal. Titik didih hasil percobaan dan campuran ideal ditunjukkan pada
Tabel 3.5 dan 3.6 sebagai berikut.

Gambar 3.5 Kurva Hubungan Titik Didih Campuran Metanol-air terhadap Fraksi Mol
Metanol Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan
Ruang

Halaman 13 dari 29

Gambar 3.6 Kurva Hubungan Titik Didih Campuran Etanol-air terhadap Fraksi Mol Etanol
Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang
Tabel 3.6 Data Titik Didih Campuran Metanol-air terhadap Fraksi Mol Metanol Berdasarkan
Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang

Komposisi
0,1
0,3
0,5
0,7
0,9

Campuran Metanol-Air
Titik Didih Hasil
Titik
Galat Titik Didih
Percobaan
Didih
Campuran
Run 1
Run 2
Run 1
Run 2
Ideal
89.3785
87.2999
94.7227
-5.344148
-7.422718
76.9071
78.9857
88.5321
-11.62503
-9.546459
72.7499
70.6714
81.9241
-9.174192
-11.25276
66.5142
68.5928
74.7679
-8.253661
-6.175091
64.4357
65.4750
66.8410
-2.405317
-1.366032

Tabel 3.7 Data Titik Didih Campuran Etanol-air terhadap Fraksi Mol Etanol
Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan
Ruang
Campuran Etanol-Air
Titik Didih Hasil
Titik
Galat Titik Didih
Percobaan
Didih
Komposisi
Campuran
Run 1
Run 2
Run 1
Run 2
Ideal
0,1
85.2214
86.2607
96.5886
-11.36723 -10.32794
0,3
78.9857
77.9464
94.0030
-15.01736 -16.05665
0,5
75.8678
75.8678
90.7199
-14.85213 -14.85213
0,7
74.8285
74.8285
86.3858
-11.55732 -11.55732
0,9
74.8285
74.8285
80.3243
-5.495761 -5.495761

Berdasarkan Gambar 4.5 dan 4.6, kurva campuran memiliki kemiringan garis
yang negative seiring bertambahnya fraksi etanol dalam air. Peningkatan fraksi mol
menyebabkan penurunan titik didih dari campuran metanol-air atau etanol air. Hal ini
disebabkan perbedaan titik didih metanol murni (64,7oC) dan etanol (78,4oC) yang
lebih rendah dibandingkan titik didih air (100oC). Oleh karena itu, semakin banyak
komposisi metanol/etanol maka titik didih campuran akan semakin menurun dan
mendekati titik didih metanol/etanol murni.
Berdasarkan Tabel 3.5 dan 3.6, penyimpangan titik didih campuran metanol-air
dan etanolair menyimpang cukup besar terhadap campuran ideal sesuai hukum
Raoult sehingga dapat dikatakan bahwa campuran tidak ideal ditinjau dari titik
Halaman 14 dari 29

didihnya. Selain itu, penyimpangan titik didih campuran etanol-air lebih besar
dibandingkan campuran metanol-air.
Penyimpangan negative dari kedua campuran disebabkan oleh beberapa faktor
seperti adanya interaksi intermolekul pada campuran seperti yang telah dijelaskan
pada subbab 3.1 dan 3.2. Pada dasarnya, larutan dapat dianggap ideal, jika dapat
bercampur sempurna. Kemungkinan tidak sempurnanya pencampuran dapat
menyebabkan titik didih campuran menjadi lebih kecil yang mengakibatkan energy
kalor diterima campuran metanol/etanol yang memiliki titik didih lebih rendah untuk
mengubah fasa cair menjadi uap sehingga tetesan pertama yang dihasilkan lebih cepat
terbentuk pada temperature yang lebih rendah. Hal tersebut menjelaskan pula tren
kurva yang semakin turun seiring bertambahnya metanol/etanol dalam campuran.
Penyimpangan titik didih etanol-air yang lebih besar dibandingkan metanol-air
disebabkan jumlah gugus karbon lebih banyak pada etanol sehingga kepolaran ethanol
lebih rendah dibandingkan metanol, walau keduanya memiliki gugus-OH. Perbedaan
kepolaran antara metanol/etanol terhadap kepolaran air mengakibatkan gaya interaksi
intermolekul ethanol dengan air lebih rendah dibandingkan gaya intermolekul antar
masing-masing molekul etanol dan air. Oleh karena itu, pada saat distilasi, energy
kalor membuat interaksi pada komponen dapat terpisah lebih cepat dan lebih mudah
menguap.
Dengan mengetahui titik didih campuran tiap komposisi, maka keidealan
campuran dapat diketahui dengan menentukan koefisien aktivitasnya. Kooefisien
aktivitas dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut,
Persamaan 3.4

dengan x adalah fraksi mol metanol/etanol, T adalah titik didih campuran hasil
percobaan, T0 merupakan titik didih etanol murni pada percobaan,

Hvap adalah

perubahan entalpi penguapan campuran, dan j adalah koefisien aktivitas campuran.


Koefisien aktivitas dapat diketahui denga mengalurkan ln x terhadap selisih
perbandingan temperature sehingga diperoleh kurva pada Gambar 3.7 dan 3.8 sebagai
berikut.

Halaman 15 dari 29

Gambar 3.7 Kurva Hubungan ln x terhadap (

) Campuran Metanol-air Berdasarkan Data

Hasil Percobaan pada Suhu dan Tekanan Ruang

Gambar 3.8 Kurva Hubungan ln x terhadap (

) Campuran Etanol-air Berdasarkan Data

Hasil Percobaan pada Suhu dan Tekanan Ruang

Nilai koefisien aktivitas merupakan eksponensial intersep garis pada kurva (j =


exp(ln|x|)). Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa koefisien aktivitas untuk
metanol-air pada run 1 dan run 2 berturut-turut adalah 0,9114 dan 1,0928 dengan nilai
rata-ratanya 1,0021 sedangkan koefisien aktivitas untuk etanol-air pada run 1 dan run
2 berturut-turut adalah 0,5382 dan 0,4842 dengan nilai rata-ratanya 0,5112. Koefisien
aktivitas untuk campuran ideal adalah 1. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa
campuran metanol-air memiliki sifat yang mendekati campuran ideal dibandingkan
campuran etanol-air.
3.4

Analisis Keidealan Campuran


Halaman 16 dari 29

Berdasarkan analisis yang telah dijelaskan pada subbab 3.1, 3.2, dan 3.3 dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan densitas, campuran etanol-air memiliki sifat yang
mendekati campuran ideal sedangkan berdasarkan viskositas, titik didih dan koefisien
aktivitas hasil percobaan, campuran metanol-air mendekati sifat campuran ideal.
Penyimpangan hasil percobaan pada campuran metanol-air dan etanol-air
disebabkan oleh beberapa faktor yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya,
antara lain adanya perbedaan struktur molekul, interaksi antarmolekul, perbedaan
kepolaran molekul, konsentrasi, dan gaya gesekan molekul.

Halaman 17 dari 29

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan Sifat Fisik Campuran Multikomponen dapat

diketahui hal-hal sebagai berikut.


1. Densitas campuran metanol-air berada pada rentang 0,8816 1,0483 gr/cm3
sedangkan densitas campuran etanol-air adalah 0,8348 0,9851 gr/cm3.
2. Viskositas campuran metanol-air adalah 0,9096 1,5647 cP sedangkan
viskositas campuran etanol-air adalah 1,1164 1,977 cP.
3. Titik didih campuran metanol-air adalah 64,95 88,34oC sedangkan densitas
campuran etanol-air adalah 74,83 85,74oC . Koefisien aktivitas campuran
metanol-air adalah 1,0002 dan koefisien aktivitas campuran metanol-air adalah
0,5112.
4. Semakin besar konsentrasi campuran metanol-air dan etanol air maka densitas
dan titik didihnya semakin kecil. Viskositas campuran semakin besar pada
konsentrasi sebelum titik optimum dan sebaliknya.
5. Campuran metanol-air memiliki sifat mendekati campuran ideal, sedangkan
campuran etanol tidak sifat mendekati campuran ideal.
4.2

Saran

1. Sebaiknya tetesan pertama hasil distilasi diperiksa komposisinya supaya dapat


diketahui komponen yang dominan lebih mudah menguap dalam campuran.
2. Pengambilan komposisi lebih ditambah untuk melihat lebih jelas sifat fisik
campuran multikomponen tersebut.

Halaman 18 dari 29

DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J. 2003. Transport Process and Unit Operation 4tg Ed. New Jersey :
Prentice-Hall International, Inc.
http://infohost.nmt.edu/~jaltig/SolubilityAlcohols.pdf Diakses hari Rabu tanggal 4
Maret 2015 pukul 12.11 WIB
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927062. Diakses hari Rabu tanggal 4
Maret 2015 pukul 13.12 WIB
http://www.solubilityofthings.com/water/alcohols. Diakses hari Rabu tanggal 4 Maret
2015 pukul 12.09 WIB
Sinnott, R. K. 2005. Coulson & Richardsons Chemical Engineering, Volume 6,
Fourth
Edition : Chemical Engineering.
Smith, J.M.; Van Ness, H.C.; Abbott, M.M. 2001. Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics 6th Ed. Singapore : McGraw-Hill.

Halaman 19 dari 29

LAMPIRAN A
Data dari Literatur
A.1

Tabel Densitas Air pada Berbagai Suhu


Tabel A.1 Data Literatur Densitas Air pada berbagai Temperatur (Geankoplis, 2003).

A.2

Tabel Viskositas Air pada Berbagai Suhu

Tabel A.2 Data Literatur Viskositas Air pada berbagai Temperatur (Geankoplis, 2003).

Halaman 20 dari 29

A.3

Parameter Persamaan Antoine


Tabel A.3 Parameter Persamaan Antoine (Smith dkk., 2001).

Halaman 21 dari 29

LAMPIRAN B
Contoh Perhitungan
B.1

Kalibrasi Termometer
Pembacaan temperatur yang diperoleh dengan thermometer adalah:
Titik didih Air = 97,5 oC dan Titik beku Es = 2 oC.
Data teoritik pada Patm = 695,667 mmHg, Titik didih Air = 97,688 C dan Titik
beku Es = 0 oC, maka perlu dibuat persamaan pembacaan termometer dengan
mengalurkan pembacaan termometer terhadap data teoritik.

Gambar B.1 Kurva Kalibrasi Termometer.

B.2

Perhitungan Fraksi Massa Komponen


Diambil contoh perhitungan 100 mL Metanol (96%) 10% v/v.
Massa metanol = kadar x x v
= 0,96 x 0,7756 x 10 = 7,446 gram
Massa air

=xv
= 0,9974 x 90 = 89,766 gram

Massa total

= Massa metanol + Massa air


= 7,446 + 89,766 = 97,212 gram

Fraksi massa metanol =

= 0,0766.

Halaman 22 dari 29

B.3

Perhitungan Fraksi Mol Komponen


Diambil contoh perhitungan 100 mL Metanol (96%) 10% v/v
Mol Metanol =

Mol Air

Mol Total

= Mol Metanol + Mol Air


= 0,233 + 4,987 = 5,22 mol

Fraksi mol metanol =

B.4

Perhitungan Densitas
Data percobaan diambil pada temperatur 24C
Massa piknometer kosong : 12,697 gram
Massa piknometer + aqua dm : 19,817 gram
Densitas aqua dm pada 24C = 0,9974
Massa aqua dm dalam piknometer = 19,817 gram 12,697 gram = 7,12 gram
Volume piknometer =

=
= 7,138 cm3
Massa Metanol 96% dalam piknometer = 18,234 gram 12,697 gram = 5,537
gram.
Densitas Metanol 96% =

Halaman 23 dari 29

=
= 0,7756

B.5

Perhitungan Densitas Campuran Ideal


Diambil contoh untuk perhitungan larutan metanol 10% v/v.

Dimana

adalah densitas metanol,

massa metanol, dan

B.6

adalah densitas air,

adalah fraksi

adalah fraksi massa air.

Perhitungan Viskositas
Data percobaan diambil pada temperatur 24oC
Viskositas air pada 24oC = 0,9142 cP
Waktu tempuh aqua dm = 22,57 s
Waktu tempuh metanol = 17,58 s
Viskositas metanol =

B.7

= 0,5538 cP.

Perhitungan Viskositas Campuran Ideal


Diambil contoh untuk perhitungan larutan metanol 10% v/v.

Dimana

adalah viskositas metanol,

fraksi massa metanol, dan

adalah viskositas air,

adalah

adalah fraksi massa air.


Halaman 24 dari 29

B.8

Perhitungan Titik Didih Campuran Ideal (BUBL T)


Contoh perhitungan untuk larutan metanol (96%) 10% v/v.
Tekanan (P) = 695,667 mmHg = 92,74795 kPa.
Hukum Raoult untuk larutan ideal adalah
P=
Nilai Psat masing-masing komponen diperoleh melalui persamaan Antoine
berikut:

Dimana A, B, dan C merupakan parameter persamaan Antoine yang disajikan


pada Tabel A.3 dan x adalah fraksi massa. Hukum Raoult di atas dapat ditulis
menjadi:
P=
Temperatur didih campuran ideal (T) diperoleh menggunakan Goal Seek
dengan menetapkan nilai P sebagai tekanan rata-rata laboratorium sebesar
92,74795 kPa.
B.9

Penentuan Penyimpangan Percobaan


Penentuan penyimpangan percobaan diperoleh melalui persamaan
=
Berikut adalah contoh penentuan penyimpangan titik didih pada campuran
metanol (96%) 10% v/v:
T didih percobaan

= 89,378 C

T didih ideal

= 94,723 C

Penyimpangan percobaan yang terjadi adalah sebesar


=

= 5,344 C.

Halaman 25 dari 29

LAMPIRAN C
HASIL ANTARA
C.1 Perhitungan Fraksi Massa
Tabel C.1.1 Data perhitungan fraksi massa metanol.

%Volume

Vmetanol

mmetanol

mair

mtotal

xmetanol

0,1
0,3
0,5
0,7
0,9

10
30
50
70
90

7,4462
22,3386
37,2310
52,1235
67,0159

89,766
69,818
49,87
29,922
9,974

97,2122
92,1566
87,1010
82,0455
76,9899

0,0766
0,2424
0,4274
0,6353
0,8705

Tabel C.1.2 Data perhitungan fraksi massa etanol.

%Volume

Vetanol

metanol

mair

mtotal

xetanol

0,1
0,3
0,5
0,7
0,9

10
30
50
70
90

7,8075
23,4226
39,0376
54,6527
70,2677

89,766
69,818
49,87
29,922
9,974

97,5735
93,2406
88,9076
84,5747
80,2417

0,0800
0,2512
0,4391
0,6462
0,8757

Halaman 26 dari 29

C.2 Perhitungan Fraksi Mol


Tabel C.2 Data perhitungan fraksi massa metanol dan etanol.
metanol

mair

mtotal

xetanol

metanol

mair

mtotal

xetanol

0,2327
0,6981
1,1635
1,6289
2,0942

4,987
3,8788
2,7706
1,6623
0,5541

5,2197
4,5769
3,934
3,2912
2,6484

0,0446
0,1525
0,2957
0,4949
0,7908

0,1697
0,5092
0,8486
1,1881
1,5276

4,987
3,8788
2,7706
1,6623
0,5541

5,1567
4,388
3,6192
2,8504
2,0817

0,0329
0,116
0,2345
0,4168
0,7338

C.3 Perhitungan Densitas Campuran


Tabel C.3.1 Data perhitungan densitas campuran metanol-air.
% Volume

mpikno+sampel

mpikno+sampel

Densitas run 1

Densitas run 2

0,1

20,19

20,178

1,0497

1,0480

0,3

19,987

19,965

1,0212

1,0181

0,5

19,737

19,734

0,9862

0,9858

0,7

19,39

19,292

0,9376

0,9239

0,9

18,999

18,987

0,8828

0,8811

Tabel C.3.2 Data perhitungan densitas campuran etanol-air.


% Volume

mpikno+sampel

mpikno+sampel

Densitas run 1

Densitas run 2

0,1

15,28

15,281

0,9855

0,9856

0,3

15,14

15,132

0,9635

0,9622

0,5

14,918

14,923

0,9286

0,9294

0,7

14,644

14,635

0,8855

0,8841

0,9

14,326

14,321

0,8356

0,8348

C.4 Perhitungan Densitas Campuran Ideal dan Penyimpangannya


Tabel C.4 Data Perhitungan densitas campuran ideal.
run1

run2

run1

run2

0,9760

0,0736

0,0719

0,9797

0,0058

0,0060

0,9328

0,0885

0,0854

0,9437

0,0197

0,0185

0,8888

0,0974

0,0970

0,9072

0,0214

0,0222

Halaman 27 dari 29

0,8441

0,0935

0,0798

0,8701

0,0154

0,0140

0,7987

0,0842

0,0825

0,8324

0,0032

0,0024

C.5 Perhitungan Viskositas Campuran


Tabel C.5.1 Data perhitungan viskositas metanol-air.
%Volume

t run 1

t run 2

viskositas run 1

viskositas run 2

0,1

25,8

28,37

1,0998

1,2074

0,3

35,79

35,44

1,4843

1,4653

0,5

40,99

40,32

1,6416

1,6141

0,7

34,85

34,9

1,3269

1,3094

0,9

26,61

26,23

0,9540

0,9386

Tabel C.5.2 Data perhitungan viskositas etanol-air.


%Volume

t run 1

t run 2

viskositas run 1

viskositas run 2

0,1

28,3

29,74

1,1326

1,1904

0,3

46,95

46,8

1,8370

1,8288

0,5

52,21

56,83

1,9689

2,1449

0,7

53,91

54,63

1,9387

1,9615

0,9

41,67

41,04

1,4140

1,3913

C.6 Perhitungan Viskositas Campuran Ideal dan Penyimpangannya


Tabel C.6 Data Perhitungan viskositas campuran ideal dan penyimpangannya.
run1

run2

run1

run2

0,8708

0,2290

0,3366

0,9319

0,2007

0,2585

0,7896

0,6947

0,6757

0,9720

0,8650

0,8567

0,7152

0,9264

0,8989

1,0203

0,9486

1,1246

0,6468

0,6802

0,6626

1,0794

0,8593

0,8821

0,5836

0,3704

0,3550

1,1534

0,2606

0,2379

C.7 Perhitungan Titik Didih Campuran Ideal


Tabel C.7.1 Data perhitungan titik didih ideal metanol-air.
x1

x2

P1 sat (kPa)

P2 sat (kPa)

P (kPa)

T sat (K)

T sat (C)

0,0446

0,9554

296,9544

83,2196

92,7479

367,7227

94,7227

0,1525

0,8475

241,7590

65,9297

92,7480

361,5321

88,5321

Halaman 28 dari 29

0,2957

0,7043

192,4238

50,8899

92,7479

354,9241

81,9241

0,4949

0,5051

148,6657

37,9563

92,7479

347,7679

74,7679

0,7908

0,2092

110,1507

26,9749

92,7480

339,8410

66,8410

Tabel C.7.2 Data perhitungan titik didih ideal etanol-air.


x1

x2

P1 sat (kPa)

P2 sat (kPa)

P (kPa)

T sat (K)

T sat (C)

0,0329

0,9671

199,4862

89,1152

92,7480

369,5886

96,5886

0,1160

0,8840

181,9773

81,0343

92,7479

367,0030

94,0030

0,2345

0,7655

161,5925

71,6603

92,7480

363,7199

90,7199

0,4168

0,5832

137,6095

60,6847

92,7480

359,3858

86,3858

0,7338

0,2662

109,0832

47,7175

92,7485

353,3243

80,3243

C.8 Perhitungan Penyimpangan Percobaan Titik Didih Campuran


Tabel C.8 Data Perhitungan Penyimpangan Percobaan Titik Didih.
Metanol-air

Etanol-air

T sat
(C)

T run 1

T run 2

run1

run2

T sat
(C)

T run 1

T run 2

run1

run2

94,723

89,379

87,300

5,344

7,423

96,589

85,221

86,261

11,367

10,328

88,532

76,907

78,986

11,625

9,547

94,003

78,986

77,946

15,017

16,057

81,924

72,750

70,671

9,174

11,253

90,720

75,868

75,868

14,852

14,852

74,768

66,514

68,593

8,254

6,175

86,386

74,829

74,829

11,557

11,557

66,841

64,436

65,475

2,405

1,366

80,324

74,829

74,829

5,496

5,496

Halaman 29 dari 29

Anda mungkin juga menyukai