PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Campuran merupakan gabungan dari dua atau lebih komponen yang berbeda
dalam jenis atau sifat fisik dan kimianya. Campuran yang terdiri atas dua atau lebih
komponen penyusun secara umum disebut sebagai campuran multikomponen.
Campuran multikomponen dapat berupa fasa gas atau cair. Campuran multikomponen
dapat bersifat ideal jika mengikuti Hukum Raoult sebaliknya bersifat non-ideal.
Campuran multikomponen fasa cair merupakan campuran yang terdiri dari dua
atau lebih cairan. Keidealan campuran multikomponen fasa cair dapat diketahui dengan
mengamati sifat fisiknya. Sifat-sifat fisik yang diamati berupa densitas campuran,
viskositas campuran, dan titik didih campuran. Sifat-sifat fisik tersebut akan
dibangingkan dengan model ideal dari campuran tersebut berdasarkan Hukum Raoult.
1.2
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan karakteristik sifat fisik campuran
Sasaran Percobaan
Sasaran dari percobaan ini adalah:
1.
2.
3.
4.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
Halaman 1 dari 29
2.1
Skema Alat
2.1.1
Botol sampel
Pipet Volum 10 mL
Filler
Pipet tetes
Labu distilasi
6. Piknometer 5 mL
7. Viskometer Ostwald
8. Statif dan klem
9. Cooling Bath
10. Thermometer
Halaman 2 dari 29
11. Timbangan
2.2.2
Bahan
1. Aqua dm
2. Etanol 95% w/w
3. Metanol 100% w/w
2.3
12. Stopwatch
4. Aseton
5. Es batu
Prosedur Kerja
2.3.1 Kalibrasi Piknometer
Kalibrasi piknometer dilakukan dengan cara menimbang piknometer
kosong. Kemudian piknometer diisi dengan aqua dm hingga penuh. Tumpahan
dari aqua dm kemudian dilap menggunakan kertas hisap dan aseton.
Piknometer yang berisis aqua dm kemudian ditimbang. Densitas aqua dm pada
temperatur tersebut dapat dilihat pada literatur. Volume piknometer ditentukan
berdasarkan massa aqua dm yang ditimbang dibagi dengan densitas aqua dm
pada literatur.
2.3.2 Kalibrasi Viskometer
Kalibrasi viskometer dimulai dengan membilas bagian dalam
viskometer dengan aqua dm. Setelah dibilas, aqua dm dimasukkan ke dalam
viskometer melalui lubang yang lebih besar hingga bagian cembung pada
viskometer. Aqua dm kemudian dihisap menggunakan filler hingga diatas
bagian batas atas pada viskometer. Filler dilepaskan dan catat waktu yang
dibutuhkan oleh aqua dm untuk turun dari batas atas hingga batas bawah
dengan stopwatch.
2.3.3 Pembuatan Campuran
Campuran yang digunakan pada percobaan kali ini adalah campuran
biner methanol-air dan etanol-air. Variasi yang digunakan dibuat berdasarkan
perbandingan volumenya adalah 0,1; 0,3; 0,5; 0,7; dan 0,9. Perbandingan
tersebut merupakan perbandingan volume methanol atau etanol terhadap air.
Volume total campuran ini dibuat secara tetap yakni 100 mL. Campuran yang
telah dibuat ditempatkan pada botol sampel yang tertutup.
Halaman 3 dari 29
Halaman 4 dari 29
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan Sifat Fisik Campuran Multikomponen, sifat fisik dari campuran
methanol-air dan etanol-air dianalisis untuk menyatakan keidealan berdasarkan
densitas, viskositas,dan titik didih. Berdasarkan sifat fisik tersebut, campuran
methanol-air dan etanol-air dapat dinyatakan suatu larutan bersifat ideal apabila
volum campuran merupakan fungsi linear dari volum cairan komposisi penyusunnya
sehingga hal tersebut menjadi korelasi yang mendasari sifat fisik seperti, densitas,
viskositas, dan titik didih dari suatu campuran multikomponen yang ideal.
3.1
keidealan suatu campuran. Densitas campuran methanol-air dan etanol air diukur
menggunakan piknometer. Mula-mula piknometer dikalibrasi terlebih dahulu dengan
aqua dm untuk menentukan volume piknometer. Kalibrasi bertujuan untuk
menghitung volume piknometer apabila suhu ruang berbeda dengan suhu aqua dm
karena perbedaan suhu tersebut akan menyebabkan volume yang tertera pada
piknometer berbeda dengan volume pada suhu ruang. Volume piknometer untuk
mengukur campuran methanol air adalah 7,14 mL sedangkan volume etanol-air
adalah 6,36 mL.
Pada percobaan ini, campuran methanol-air atau etanol-air yang dibuat dalam
berbagai fraksi volum diukur dan dibandingkan dengan densitas campuran ideal
campuran. Densitas campuran ideal memenuhi persamaan yang diturunkan dari
Hukum Raoult sebagai berikut,
Persamaan 3.1
dengan x1 menyatakan fraksi massa methanol atau etanol terhadap massa total
campuran, 1 adalah densitas komponen 1, 2 adalah densitas komponen 2 dan m
Halaman 5 dari 29
Gambar 3.1 Kurva Hubungan Densitas Campuran Metanol-air terhadap Fraksi Mol Metanol
Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang
Gambar 3.2 Kurva Hubungan Densitas Campuran Etanol-air terhadap Fraksi Mol Etanol
Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang
Halaman 6 dari 29
Berdasarkan kurva yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 dan 3.2, perbandingan
densitas hasil percobaan dan densitas campuran ideal tidak memiliki perbedaan nilai
yang signifikan. Penyimpangan densitas campuran hasil percobaan terhadap
campuran ideal ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan 3.2 sebagai berikut.
Tabel 3.1 Data Densitas Campuran Metanol-Air Berdasarkan Hasil Percobaan dan Campuran
Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang
Densitas Hasil
Komposisi Percobaan (g/mL)
Run 1
Run 2
0,1
1.0497 1.0480
0,3
1.0212 1.0181
0,5
0.9862 0.9858
0,7
0.9376 0.9239
0,9
0.8828 0.8811
Campuran Metanol-Air
Densitas
Penyimpangan Densitas
Campuran
Ideal (g/mL)
Run 1
Run 2
0.9760
0.073625
0.071944243
0.9328
0.088455
0.085373139
0.8888
0.097407
0.096986915
0.8441
0.093495
0.07976675
0.7987
0.084161
0.08247999
Tabel 3.2 Data Densitas Campuran Etanol-Air Berdasarkan Hasil Percobaan dan Campuran
Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang
Komposisi
0,1
0,3
0,5
0,7
0,9
Densitas Hasil
Percobaan (g/mL)
Run 1
Run 2
0.9855
0.9856
0.9635
0.9622
0.9286
0.9294
0.8855
0.8841
0.8356
0.8348
Campuran Etanol-Air
Densitas
Galat Densitas
Campuran
Ideal (g/mL)
Run 1
Run 2
0.9797
0.005807
0.005963955
0.9437
0.019737
0.01848004
0.9072
0.021371
0.022156892
0.8701
0.015438
0.014024177
0.8324
0.003208
0.002422923
Berdasarkan Tabel 3.1 dan 3.2, dapat diketahui bahwa nilai penyimpangan
densitas yang diperoleh tidak terlalu besar dan kecenderungan tren kurva yang sama
terhadap densitas campuran ideal. Selain itu, pada Tabel 3.1 dan 3.2 diketahui bahwa
penyimpangan densitas campuran baik metanol-air maupun etanol air terhadap
campuran ideal memiliki nilai positif. Hal tersebut menyatakan bahwa densitas
campuran hasil percobaan lebih besar dibandingkan campuran ideal.
Penyimpangan positif menunjukkan adanya interaksi antarmolekul komponen
penyusun campuran. Penyimpangan tersebut disebabkan interaksi antara molekul
yang sejenis lebih lemah dibandingkan molekul yang tidak sejenis (Smith : 2001).
Secara molecular, terdapat dua macam gaya interaksi intermolekul. Gaya intermolekul
Halaman 7 dari 29
yang disebabkan oleh molekul yang tidak sejenis disebabkan gaya adhesi sedangkan
gaya intermolekul yang disebabkan oleh molekul yang sejenis disebut gaya adhesi.
Akibat adanya gaya interaksi tersebut, terjadi penyusutan volume campuran. Volume
berbanding terbalik dengan densitas sehingga densitas campuran akan lebih besar,
seperti yang ditunjukkan hasil percobaan. Hal tersebut menyatakan pula sifat alkohol
yang mudah larut dalam air.
Selain itu interaksi antarmolekul yang tidak sejenis memengaruhi penyusutan
volume campuran. Semakin besar konsentrasi/fraksi metanol atau etanol maka
interaksi intermolekul akan semakin intens dan menyebabkan penyusutan volum dan
peningkatan densitas. Kemudian, campuran alkohol-air yang memiliki gugus fungsi
-OH dapat berinteraksi dengan gugus -OH pada air, hal ini menyebabkan interaksi
antarmolekul menjadi semakin kuat. Kepolaran gugus alkohol terhadap air juga
menyebabkan campuran lebih mudah melarut dan membentuk kerapatan molekul
sehingga membuat volume semakin menyusut.
Untuk fasa cair, densitas dipengaruhi oleh temperature dan konsentrasi.
Temperatur ruang pada saat percobaan yang berubah-ubah dapat memengaruhi hasil
pengukuran densitas. Selain itu, densitas merupakan fungsi dari konsentrasi. Densitas
metanol (0,792 g/mL) dan etanol (0,790 g/mL) lebih kecil dibandingkan densitas air
(1,000 g/mL) sehingga semakin besar fraksi atau konsentrasi metanol/etanol pada
campuran maka densitas campuran akan semakin kecil. Hal tersebut yang
menyebabkan tren kurva pada Gambar 3.1 dan 3.2 turun atau memiliki kemiringan
garis berharga negatif.
Dengan membandingkan penyimpangan campuran metanol-air dan etanol-air
pada Tabel 3.1 dan 3.2 diketahui bahwa penyimpangan campuran metanol-air lebih
besar dibandingkan etanol-air. Hal ini disebabkan kepolaran metanol dalam air lebih
besar dibandingkan etanol dalam air sehingga volume metanol-air akan mengalami
penyusutan yang lebih signifikandensitas semakin besar sehingga penyimpangannya
terhadap densitas campuran ideal lebih besar. Selain itu, interaksi tarik-menarik
antarmolekul (adhesi) pada campuran methanol-air lebih kuat dibandingkan interaksi
antarmolekul sejenis etanol-air sehingga volume campuran metanol-air menjadi lebih
kecil. Selain itu, walaupun baik etanol maupun metanol dapat membentuk ikatan
hydrogen, namun ikatan hydrogen yang dibangun oleh metanol akan lebih kuat
Halaman 8 dari 29
dibandingkan etanol, karena tingkat kepolaran dan rantai karbon (nonpolar) yang
dimiliki metanol lebih sedikit dibandingkan etanol.
3.2
media alirnya akibat gesekan antara molekul molekul antara satu dengan yang lain.
Viskositas campuran metanol-air dan etanol-air pada percobaan ini diukur
menggunakan viskometer Ostwald. Penentuan viskositas campuran diukur dengan
membandingkannya viskositas aqua dm pada temperature ruang. Hubungan viskositas
campuran dengan viskositas air mengikuti persamaan berikut.
Persamaan 3.2
Halaman 9 dari 29
Gambar 3.3 Kurva Hubungan Viskositas Campuran Metanol-air terhadap Fraksi Mol Metanol
Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang
Gambar 3.4 Kurva Hubungan Viskositas Campuran Etanol-air terhadap Fraksi Mol Etanol
Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang
Dari Gambar 3.3 dan 3.4, dapat dilihat bahwa campuran metanol-air dan etanol
air memiliki kecenderungan/tren kurva yang mirip. Pada fraksi metanol/etanol yang
kecil, viskositas cenderung meningkat seiring bertambahnya konsentrasi sedangkan
pada fraksi metanol/etanol yang besar, viskositas cenderung menurun seiring kenaikan
fraksi mol. Kedua kurva memiliki titik puncak yang berada pada rentang 0,2-0,4.
Penyimpangan campuran metanol-air dan etanol-air cenderung bernilai positif,
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3 dan 3.4 sebagai berikut.
Gambar 3.3 Data Viskositas Campuran Metanol-Air Berdasarkan Hasil Percobaan dan
Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang
Komposisi
0,1
0,3
0,5
0,7
0,9
Campuran Metanol-Air
Viskositas Hasil
Viskositas
Percobaan
Campuran
Ideal
Run 1
Run 2
1.0998
1.2074
0.8708
1.4843
1.4653
0.7896
1.6416
1.6141
0.7152
1.3269
1.3094
0.6468
0.9540
0.9386
0.5836
Galat Viskositas
Run 1
0.228993
0.694672
0.926436
0.680187
0.370441
Run 2
0.336607
0.675721
0.898914
0.662634
0.355027
Halaman 10 dari 29
Gambar 3.4 Data Viskositas Campuran Etanol-Air Berdasarkan Hasil Percobaan dan
Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang
Komposisi
0,1
0,3
0,5
0,7
0,9
Campuran Etanol-Air
Viskositas Hasil
Viskositas
Percobaan
Campuran
Ideal
Run 1
Run 2
1.1326
1.1904
0.9319
1.8370
1.8288
0.9720
1.9689
2.1449
1.0203
1.9387
1.9615
1.0794
1.4140
1.3913
1.1534
Galat Viskositas
Run 1
0.200712
0.864982
0.948572
0.859344
0.260597
Run 2
0.258531
0.856725
1.124608
0.8821
0.237909
metanol/etanol mencapai titik optimumnya. Pada titik ini pula pembentukan ikatan
hidrogen menjadi maksimum. Hubungan viskositas dengan gaya gesekan molekul
akibat adanya interaksi intermolekul merupakan hubungan yang sebanding, semakin
intens gaya gesekan maka semakin besar viskositasnya, dan sebaliknya. Hubungan
tersebut dinyatakan dalam Hukum Newton untuk viskositas sebagai berikut,
Persamaan 3.4
3.3
Gambar 3.5 Kurva Hubungan Titik Didih Campuran Metanol-air terhadap Fraksi Mol
Metanol Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan
Ruang
Halaman 13 dari 29
Gambar 3.6 Kurva Hubungan Titik Didih Campuran Etanol-air terhadap Fraksi Mol Etanol
Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang
Tabel 3.6 Data Titik Didih Campuran Metanol-air terhadap Fraksi Mol Metanol Berdasarkan
Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan Ruang
Komposisi
0,1
0,3
0,5
0,7
0,9
Campuran Metanol-Air
Titik Didih Hasil
Titik
Galat Titik Didih
Percobaan
Didih
Campuran
Run 1
Run 2
Run 1
Run 2
Ideal
89.3785
87.2999
94.7227
-5.344148
-7.422718
76.9071
78.9857
88.5321
-11.62503
-9.546459
72.7499
70.6714
81.9241
-9.174192
-11.25276
66.5142
68.5928
74.7679
-8.253661
-6.175091
64.4357
65.4750
66.8410
-2.405317
-1.366032
Tabel 3.7 Data Titik Didih Campuran Etanol-air terhadap Fraksi Mol Etanol
Berdasarkan Data Hasil Percobaan dan Campuran Ideal pada Suhu dan Tekanan
Ruang
Campuran Etanol-Air
Titik Didih Hasil
Titik
Galat Titik Didih
Percobaan
Didih
Komposisi
Campuran
Run 1
Run 2
Run 1
Run 2
Ideal
0,1
85.2214
86.2607
96.5886
-11.36723 -10.32794
0,3
78.9857
77.9464
94.0030
-15.01736 -16.05665
0,5
75.8678
75.8678
90.7199
-14.85213 -14.85213
0,7
74.8285
74.8285
86.3858
-11.55732 -11.55732
0,9
74.8285
74.8285
80.3243
-5.495761 -5.495761
Berdasarkan Gambar 4.5 dan 4.6, kurva campuran memiliki kemiringan garis
yang negative seiring bertambahnya fraksi etanol dalam air. Peningkatan fraksi mol
menyebabkan penurunan titik didih dari campuran metanol-air atau etanol air. Hal ini
disebabkan perbedaan titik didih metanol murni (64,7oC) dan etanol (78,4oC) yang
lebih rendah dibandingkan titik didih air (100oC). Oleh karena itu, semakin banyak
komposisi metanol/etanol maka titik didih campuran akan semakin menurun dan
mendekati titik didih metanol/etanol murni.
Berdasarkan Tabel 3.5 dan 3.6, penyimpangan titik didih campuran metanol-air
dan etanolair menyimpang cukup besar terhadap campuran ideal sesuai hukum
Raoult sehingga dapat dikatakan bahwa campuran tidak ideal ditinjau dari titik
Halaman 14 dari 29
didihnya. Selain itu, penyimpangan titik didih campuran etanol-air lebih besar
dibandingkan campuran metanol-air.
Penyimpangan negative dari kedua campuran disebabkan oleh beberapa faktor
seperti adanya interaksi intermolekul pada campuran seperti yang telah dijelaskan
pada subbab 3.1 dan 3.2. Pada dasarnya, larutan dapat dianggap ideal, jika dapat
bercampur sempurna. Kemungkinan tidak sempurnanya pencampuran dapat
menyebabkan titik didih campuran menjadi lebih kecil yang mengakibatkan energy
kalor diterima campuran metanol/etanol yang memiliki titik didih lebih rendah untuk
mengubah fasa cair menjadi uap sehingga tetesan pertama yang dihasilkan lebih cepat
terbentuk pada temperature yang lebih rendah. Hal tersebut menjelaskan pula tren
kurva yang semakin turun seiring bertambahnya metanol/etanol dalam campuran.
Penyimpangan titik didih etanol-air yang lebih besar dibandingkan metanol-air
disebabkan jumlah gugus karbon lebih banyak pada etanol sehingga kepolaran ethanol
lebih rendah dibandingkan metanol, walau keduanya memiliki gugus-OH. Perbedaan
kepolaran antara metanol/etanol terhadap kepolaran air mengakibatkan gaya interaksi
intermolekul ethanol dengan air lebih rendah dibandingkan gaya intermolekul antar
masing-masing molekul etanol dan air. Oleh karena itu, pada saat distilasi, energy
kalor membuat interaksi pada komponen dapat terpisah lebih cepat dan lebih mudah
menguap.
Dengan mengetahui titik didih campuran tiap komposisi, maka keidealan
campuran dapat diketahui dengan menentukan koefisien aktivitasnya. Kooefisien
aktivitas dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut,
Persamaan 3.4
dengan x adalah fraksi mol metanol/etanol, T adalah titik didih campuran hasil
percobaan, T0 merupakan titik didih etanol murni pada percobaan,
Hvap adalah
Halaman 15 dari 29
Berdasarkan analisis yang telah dijelaskan pada subbab 3.1, 3.2, dan 3.3 dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan densitas, campuran etanol-air memiliki sifat yang
mendekati campuran ideal sedangkan berdasarkan viskositas, titik didih dan koefisien
aktivitas hasil percobaan, campuran metanol-air mendekati sifat campuran ideal.
Penyimpangan hasil percobaan pada campuran metanol-air dan etanol-air
disebabkan oleh beberapa faktor yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya,
antara lain adanya perbedaan struktur molekul, interaksi antarmolekul, perbedaan
kepolaran molekul, konsentrasi, dan gaya gesekan molekul.
Halaman 17 dari 29
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan Sifat Fisik Campuran Multikomponen dapat
Saran
Halaman 18 dari 29
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J. 2003. Transport Process and Unit Operation 4tg Ed. New Jersey :
Prentice-Hall International, Inc.
http://infohost.nmt.edu/~jaltig/SolubilityAlcohols.pdf Diakses hari Rabu tanggal 4
Maret 2015 pukul 12.11 WIB
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927062. Diakses hari Rabu tanggal 4
Maret 2015 pukul 13.12 WIB
http://www.solubilityofthings.com/water/alcohols. Diakses hari Rabu tanggal 4 Maret
2015 pukul 12.09 WIB
Sinnott, R. K. 2005. Coulson & Richardsons Chemical Engineering, Volume 6,
Fourth
Edition : Chemical Engineering.
Smith, J.M.; Van Ness, H.C.; Abbott, M.M. 2001. Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics 6th Ed. Singapore : McGraw-Hill.
Halaman 19 dari 29
LAMPIRAN A
Data dari Literatur
A.1
A.2
Tabel A.2 Data Literatur Viskositas Air pada berbagai Temperatur (Geankoplis, 2003).
Halaman 20 dari 29
A.3
Halaman 21 dari 29
LAMPIRAN B
Contoh Perhitungan
B.1
Kalibrasi Termometer
Pembacaan temperatur yang diperoleh dengan thermometer adalah:
Titik didih Air = 97,5 oC dan Titik beku Es = 2 oC.
Data teoritik pada Patm = 695,667 mmHg, Titik didih Air = 97,688 C dan Titik
beku Es = 0 oC, maka perlu dibuat persamaan pembacaan termometer dengan
mengalurkan pembacaan termometer terhadap data teoritik.
B.2
=xv
= 0,9974 x 90 = 89,766 gram
Massa total
= 0,0766.
Halaman 22 dari 29
B.3
Mol Air
Mol Total
B.4
Perhitungan Densitas
Data percobaan diambil pada temperatur 24C
Massa piknometer kosong : 12,697 gram
Massa piknometer + aqua dm : 19,817 gram
Densitas aqua dm pada 24C = 0,9974
Massa aqua dm dalam piknometer = 19,817 gram 12,697 gram = 7,12 gram
Volume piknometer =
=
= 7,138 cm3
Massa Metanol 96% dalam piknometer = 18,234 gram 12,697 gram = 5,537
gram.
Densitas Metanol 96% =
Halaman 23 dari 29
=
= 0,7756
B.5
Dimana
B.6
adalah fraksi
Perhitungan Viskositas
Data percobaan diambil pada temperatur 24oC
Viskositas air pada 24oC = 0,9142 cP
Waktu tempuh aqua dm = 22,57 s
Waktu tempuh metanol = 17,58 s
Viskositas metanol =
B.7
= 0,5538 cP.
Dimana
adalah
B.8
= 89,378 C
T didih ideal
= 94,723 C
= 5,344 C.
Halaman 25 dari 29
LAMPIRAN C
HASIL ANTARA
C.1 Perhitungan Fraksi Massa
Tabel C.1.1 Data perhitungan fraksi massa metanol.
%Volume
Vmetanol
mmetanol
mair
mtotal
xmetanol
0,1
0,3
0,5
0,7
0,9
10
30
50
70
90
7,4462
22,3386
37,2310
52,1235
67,0159
89,766
69,818
49,87
29,922
9,974
97,2122
92,1566
87,1010
82,0455
76,9899
0,0766
0,2424
0,4274
0,6353
0,8705
%Volume
Vetanol
metanol
mair
mtotal
xetanol
0,1
0,3
0,5
0,7
0,9
10
30
50
70
90
7,8075
23,4226
39,0376
54,6527
70,2677
89,766
69,818
49,87
29,922
9,974
97,5735
93,2406
88,9076
84,5747
80,2417
0,0800
0,2512
0,4391
0,6462
0,8757
Halaman 26 dari 29
mair
mtotal
xetanol
metanol
mair
mtotal
xetanol
0,2327
0,6981
1,1635
1,6289
2,0942
4,987
3,8788
2,7706
1,6623
0,5541
5,2197
4,5769
3,934
3,2912
2,6484
0,0446
0,1525
0,2957
0,4949
0,7908
0,1697
0,5092
0,8486
1,1881
1,5276
4,987
3,8788
2,7706
1,6623
0,5541
5,1567
4,388
3,6192
2,8504
2,0817
0,0329
0,116
0,2345
0,4168
0,7338
mpikno+sampel
mpikno+sampel
Densitas run 1
Densitas run 2
0,1
20,19
20,178
1,0497
1,0480
0,3
19,987
19,965
1,0212
1,0181
0,5
19,737
19,734
0,9862
0,9858
0,7
19,39
19,292
0,9376
0,9239
0,9
18,999
18,987
0,8828
0,8811
mpikno+sampel
mpikno+sampel
Densitas run 1
Densitas run 2
0,1
15,28
15,281
0,9855
0,9856
0,3
15,14
15,132
0,9635
0,9622
0,5
14,918
14,923
0,9286
0,9294
0,7
14,644
14,635
0,8855
0,8841
0,9
14,326
14,321
0,8356
0,8348
run2
run1
run2
0,9760
0,0736
0,0719
0,9797
0,0058
0,0060
0,9328
0,0885
0,0854
0,9437
0,0197
0,0185
0,8888
0,0974
0,0970
0,9072
0,0214
0,0222
Halaman 27 dari 29
0,8441
0,0935
0,0798
0,8701
0,0154
0,0140
0,7987
0,0842
0,0825
0,8324
0,0032
0,0024
t run 1
t run 2
viskositas run 1
viskositas run 2
0,1
25,8
28,37
1,0998
1,2074
0,3
35,79
35,44
1,4843
1,4653
0,5
40,99
40,32
1,6416
1,6141
0,7
34,85
34,9
1,3269
1,3094
0,9
26,61
26,23
0,9540
0,9386
t run 1
t run 2
viskositas run 1
viskositas run 2
0,1
28,3
29,74
1,1326
1,1904
0,3
46,95
46,8
1,8370
1,8288
0,5
52,21
56,83
1,9689
2,1449
0,7
53,91
54,63
1,9387
1,9615
0,9
41,67
41,04
1,4140
1,3913
run2
run1
run2
0,8708
0,2290
0,3366
0,9319
0,2007
0,2585
0,7896
0,6947
0,6757
0,9720
0,8650
0,8567
0,7152
0,9264
0,8989
1,0203
0,9486
1,1246
0,6468
0,6802
0,6626
1,0794
0,8593
0,8821
0,5836
0,3704
0,3550
1,1534
0,2606
0,2379
x2
P1 sat (kPa)
P2 sat (kPa)
P (kPa)
T sat (K)
T sat (C)
0,0446
0,9554
296,9544
83,2196
92,7479
367,7227
94,7227
0,1525
0,8475
241,7590
65,9297
92,7480
361,5321
88,5321
Halaman 28 dari 29
0,2957
0,7043
192,4238
50,8899
92,7479
354,9241
81,9241
0,4949
0,5051
148,6657
37,9563
92,7479
347,7679
74,7679
0,7908
0,2092
110,1507
26,9749
92,7480
339,8410
66,8410
x2
P1 sat (kPa)
P2 sat (kPa)
P (kPa)
T sat (K)
T sat (C)
0,0329
0,9671
199,4862
89,1152
92,7480
369,5886
96,5886
0,1160
0,8840
181,9773
81,0343
92,7479
367,0030
94,0030
0,2345
0,7655
161,5925
71,6603
92,7480
363,7199
90,7199
0,4168
0,5832
137,6095
60,6847
92,7480
359,3858
86,3858
0,7338
0,2662
109,0832
47,7175
92,7485
353,3243
80,3243
Etanol-air
T sat
(C)
T run 1
T run 2
run1
run2
T sat
(C)
T run 1
T run 2
run1
run2
94,723
89,379
87,300
5,344
7,423
96,589
85,221
86,261
11,367
10,328
88,532
76,907
78,986
11,625
9,547
94,003
78,986
77,946
15,017
16,057
81,924
72,750
70,671
9,174
11,253
90,720
75,868
75,868
14,852
14,852
74,768
66,514
68,593
8,254
6,175
86,386
74,829
74,829
11,557
11,557
66,841
64,436
65,475
2,405
1,366
80,324
74,829
74,829
5,496
5,496
Halaman 29 dari 29