Pertumbuhan berbagai industri di daerah hulu, utamanya Bandung dan Cimahi telah
berperan besar pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya, sedangkan pembangunan
dam Saguling, Cirata dan Juanda bukan hanya dirasakan manfaatnya di Jawa Barat namun
seluruh Indonesia, utamanya Jawa dan Bali. Hal ini disebabkan karena keberadaan waduk-waduk
tersebut, selain telah mensuplai tenaga listrik untuk Jawa; irigasi untuk pantura barat; juga adalah
pemasok utama bahan baku air bersih untuk kota Bandung, Purwakarta dan DKI.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum adalah DAS utama di Jawa Barat yang memiliki
luasan lahan kritis yang tinggi. DAS Citarum telah rusak akibat penggundulan lahan serta
pencemaran industri dan rumah tangga, yang berdampak terhadap banjir, kekeringan dan
terhambatnya pasokan listrik di Jawa Bali. Beberapa permasalahan lain adalah kualitas air yang
semakin menurun, kekeruhan air makin meningkat sehingga mengganggu instalasi pengolah air.
1
Permasalahan yang terjadi di Sungai Citarum berada dalam kondisi yang rumit dan saling
berkaitan antara satu masalah dengan masalah yang lain. Hal yang secara jelas dapat dilihat
langsung dalam kehidupan sehari-hari adalah pencemaran terhadap sungai Citarum. Sungai
Citarum "dinobatkan" sebagai salah satu sungai terkotor di dunia : The Dirtiest River The Sun,
4 Desember 2009. Hal tersebut dengan mudah dapat terlihat melalui gambar-gambar berikut :
Alih fungsi resapan air menjadi lahan permukiman, karena pertumbuhan penduduk
tidak terkendali menyebabkan peningkatan eksploitasi ruang dan sumber daya air
2.1.2
Limbah Industri
Limbah cair industri memberikan kontribusi yang besar terhadap kondisi Sungai Citarum.
Beragam industri dengan jumlah yang banyak beroperasi di sepanjang aliran sungai Citarum.
Data terbaru (Tabel 2) mengindikasikan bahwa jumlah industri terus bertambah. Direktori
perusahaan yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Kementerian
Perindustrian (2012) menunjukkan adanya peningkatan pada populasi industri di beberapa
sektor. Distribusi sepuluh sektor industri berdasarkan Direktori perusahaan PUSDATIN
Kementerian Perindustrian.
Tabel 2. Distribusi Industri di DAS Citarum
2.1.2
Limbah Pemukiman
DAS Citarum dihuni oleh sekitar 5 juta orang, dengan perincian sekitar 2,9 juta orang
(58%) tinggal di daerah Citarum hulu atau sub-DAS Saguling; dan 2,1 juta (42%) tinggal di
Citarum hilir. Dari jumlah tersebut, Sucahyo mengungkapkan bahwa 64,7 % dari penduduk yang
tinggal di hulu (1.880.846 orang) dan 74% dari penduduk yang tinggal di Citarum hilir
(1.601.759 orang) membuang limbahnya langsung ke Citarum.
Berdasarkan publikasi yang ada limbah domestik setiap orang yang tinggal di daerah
Bandung mengandung 14,5 gram nitrogen dan 1,9 gram posfor. Ini berarti bahwa setiap harinya
Sungai Citarum bagian hulu mendapatkan buangan limbah domestik yang mengandung nitrogen
sebanyak 27.272.267 gram (27,27 ton) dan posfor sebanyak 3.573.607 gram (3,57 ton);
sedangkan bagian hilir mendapatkan nitrogen sebanyak 23.225.505 gram (23.23 ton) dan posfor
sebanyak 3.043.342 gram (3,504 ton), seperti tertera pada Tabel 4.
Selanjutnya berdasarkan BOD dan COD, publikasi lain mengungkapkan bahwa setiap
harinya S Citarum mendapatkan limbah pemukiman dengan nilai BOD dan COD berturut-turut
sebesar 87,07 dan 198,51 ton/hari (Tabel 3). Tabel 4 mengisaratkan bahwa BOD dan COD yang
masuk ke DAS bagian hulu dengan nilai berturut-turut 47,02 dan 107,21 ton/hari tidak banyak
berbeda dengan yang masuk di DAS bagian hilir dengan nilai 40,05 dan 91,30 ton/hari.
Tabel 4. Perkiraan Potensi Beban Pencemaran Nitrogen dan Fosfor (ton/hari)
2.1.3
Selain pemukiman dan industri, dari luar badan air, sungai Citarum juga dimasuki limbah
pertanian dan peternakan. Brahmana dan Achmad mengungkapkan bahwa setiap harinya limbah
pertanian yang mengandung nitrogen 2,8 ton dan fosfor 0,600 ton masuk ke waduk Saguling,
dan nitrogen 0,782 ton dan fosfor 0,167 ton masuk ke waduk Juanda. Tidak ada data tentang
limbah pertanian yang masuk ke Cirata (Tabel 4). Selanjutnya diungkapkan pula bahwa setiap
harinya limbah peternakan yang mengandung nitrogen 3,28 ton dan fosfor 0,81 ton masuk ke
Saguling. Tidak ada penjelasan mengenai limbah peternakan yang masuk ke waduk Cirata dan
Juanda.
2.2
Selain limbah dari luar badan air yang berasal dari pemukiman, industri, pertanian dan
Peternakan, S. Citarum, utamanya pada waduk-waduknya juga mendapatkan limbah organik
yang berasal dari kegiatan pemeliharaan ikan yang menggunakan keramba jaring apung (KJA).
Berdasarkan publikasi yang ada maka beban pencemar organik dari KJA pada masing-masing
waduk adalah seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Perkiraan Bebab Pencemar dalam Bentuk Organik dari Kegiatan Penggemukan Ikan di
Waduk Cirata; dalam Satuan Ton/tahun
3.
3.1.
Logam berat
Telah disampaikan bahwa di DAS Citarum beroperasi sekitar 394 buah industri yang
sebagian besar tidak memiliki IPAL. Tanpa IPAL maka tanpa diragukan lagi limbah-limbah
industri tersebut akan masuk ke S. Citarum dan mencemarinya. Apalagi diketahui pula bahwa
sebagian besar (288 buah) adalah indutri tekstil yang jelas-jelas mengandung logam berat dalam
limbahnya.
Dengan kenyataan tersebut maka tidak aneh jika publikasi yang ada menyatakan bahwa
perairan sungai Citarum, utamanya di waduk Saguling memiliki kandungan beberapa logam
berat seperti Hg, Cd, Pb dan Zn yang jauh berada diatas ambang yang diijinkan dalam baku mutu
yang berlaku. Demikian pula dengan pH, H2S, nitrit, klorin dan fenol.
5
Eutrofikasi
Selain mengakibatkan pencemaran logam berat, pembuangan limbah yang tidak diolah
telah mengakibatkan pencemaran nutrien (eutrofikasi) di semua badan airnya. Tidak seperti
pencemaran logam berat yang nampaknya bertingkat dari hulu ke hilir (Saguling-Cirata-Juanda),
yang disebabkan sumbernya diduga hanya berada di hulu, maka eutrofikasi terjadi diseluruh
badan air sungai Citarum. Hal ini disebabkan karena nutrien tidak hanya dihasilkan oleh industri
dan pemukiman, namun juga oleh kegiatan-kegiatan lain yang terjadi di sekitar perairan tersebut
seperti peternakan, pertanian dan perikanan.
3.2.1
Waduk Saguling
Tabel 4 menunjukkan bahwa BOD dan COD yang masuk ke Saguling adalah 7 (tujuh)
kali lebih besar dari BOD dan COD yang masuk ke waduk-waduk lain. Ketiadaan IPAL untuk
limbah industri dan pemukiman mengakibatkan limbah-limbah tersebut akan masuk ke waduk
dan terurai di masing-masing waduk. Untuk menguraikan limbah tersebut diperlukan oksigen;
sehingga selama proses penguraian limbah tersebut oksigen terlarut dalam perairan menurun,
dengan tingkat penurunan berbanding lurus dengan jumlah limbah yang diurai. Dengan
terurainya limbah terbentuklah senyawa lain yang berupa nutrien (posfor dan nitrogen) dan gas
(NH3 dan H2S) yang beracun bagi organime lain.
Selanjutnya karena limbah organik sebagian besar ada dilapisan bawah badan air maka
dampak penguraian yang berupa penurunan oksigen terlarut dan timbulnya gas-gas beracun
terjadi di lapisan bawah badan air. Inilah yang menjadi salah satu penyebab kandungan oksigen
terlarut dalam suatu badan air makin ke lapisan bawah makin mengecil konsentrasinya,
sebaliknya kandungan gas beracunnya makin besar.
Salah satu hasil penguraian limbah organik adalah nutrien dalam bentuk posfor dan
nitrogen yang siap diasimilasi oleh tumbuhan air, termasuk fitoplankton. Seperti tumbuhan lain,
maka pertumbuhan fitoplankton terus terjadi pada perairan yang selalu (terus menerus)
mengandung nutrien. Hal inilah yang menyebabkan pemasukan (pembuangan) limbah organik
6
Sungai Mati
Salah satu anak sungai dari Citarum adalah Sungai Cisangkuy. Di musim hujan, debit air
yang berasal dari Sungai Cisangkuy cukup besar sehingga menyebabkan luapan air ke kiri dan
kanan sungai, bahkan ada arus balik (backwater) mencapai jarak lebih dari 2 km dari beberapa
anak sungai yang bergabung menuju Sungai Cisangkuy. Kondisi ini menyebabkan bebereapa
Rukun Warga di kampong Andir, Desa Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung sering
mengalami genangan airhingga mencapai 2-3 meter.
Kondisi di atas berlangsung setiap musim hujan. Upaya pengendalian berupa pelurusan
sungau dengan cara membuat Sungai Cisangkuy Baru telah dilakukan beberapa tahun yang lalu,
tepatnya sekitar awal 2000-an. Namun upaya ini belum optimal untuk menurunkan luapan air
sungai. Di sisi lain, masalah menjadi bertambah, dengan terbentuknya sungai mati sebagai
konsekuensi pembuatan sungai baru.
9
Gambar 2. Kondisi Sungai Mati dari Pelurusan Alur Sungai Cisangkuy yang Baru
4. Upaya Menyeluruh yang Telah dilakukan untuk Membersihkan Citarum
Dengan keberadaan Citarum yang melintasi sembilan Kabupaten (Bandung, Bandung
Barat, Cianjur, Purwakarta, Krawang, Bekasi, Subang, Indramayu dan Sumedang) dan tiga Kota
(Bekasi, Bandung dan Cimahi), serta perannya yang sangat penting sebagai penyedia air baku
ibukota menjadikannya sebagai wilayah sungai strategis nasional, sehingga kewenangan
pengelolaannya juga berada di pemerintah pusat.
Banyak daerah dan sektor yang terlibat dan mempunyai kepentingan dengan sungai ini.
Untuk itu maka upaya penanganannya harus melibatkan semua pemangku kepentingan dari
berbagai sektor dan daerah yang terlibat secara terintegrasi. Semuanya harus terintegrasi dan
terkoordinasi. Adalah mustahil dalam membersihkan sungai hanya di wilayah hilir saja tanpa
membenahi wilayah hulu, atau komitmen satu kementerian /departemen tanpa kerjasama serupa
dari kementerian/departemen lainnya, juga tidak mungkin suatu kabupaten mendukung visi ini
tanpa ada dukungan kongkrit serupa dari kabupaten disebelahnya.
Upaya ini juga tidak akan berhasil tanpa adanya partisipasi masyarakat, kalangan LSM
dan kalangan bisnis/swasta. Sejak beberapa tahun lalu, sejumlah instansi pemerintah dan
lembaga swadaya masyarakat berpartisipasi dalam serangkaian dialog yang pada akhirnya dapat
10
10
11
11
10)
11)
Selain itu beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka
penanganan banjir yang melibatkan masyarakat secara langsung antara lain:
12)
13) 1. Penatagunaan & Pengelolaan Sempadan Sungai Partisipatif Bersama
Masyarakat.
14) Sempadan sungai yang pada awalnya berada dalam kondisi yang kumuh dan
kurang enak dipandang, menjadi indah dan terawat. Hal tersebut dilaksanakan
di salah satu desa di bantaran sungai Citarum, yaitu Kampung Bojong Buah,
Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung.
15)
16)
17) Gambar 4. Penataan Sempadan Sungai Bersama Rakyat dan Kegiatan Pelatihan
Efisiensi Air Irigasi Metode Sri Organik
18)
19) 2. Kegiatan Pelatihan Efisiensi Air Irigasi Metode Sri Organik dengan adanya
pelatihan di berbagai tempat ini, diharapkan masyarakat dapat memahami dan
menerapkan efisiensi air irigasi melalui metode sri organik.
20)
25)
26) Gambar 6. Pelatihan kepada Generasi Penerus di Sekitar DAS Citarum dan
Sosialisasi Pengelolaan Sumber Daya Air
27)
28) Gambar 7. Berbagai macam pelatihan yang diberikan kepada masyarakat
29)
30)
Melalui uraian tersebut, kebijakan pemerintah yang melakukan penanganan banjir
secara non-struktural melalui pendekatan sosio-kultural patut diapresiasi. Hal inilah yang perlu
dikembangkan pemerintah dalam rangka menyeimbangkan antara kebijakan yang bersifat
struktural dengan kebijakan yang bersifat non-struktural
31)
32)
5. Komentar
33)
34)
Berdasarkan fakta-fakta yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dipastikan
bahwa Sungai Citarum telah tercemar berat di semua bagiannya (hulu dan hilir) sehingga
menghambat peran dan manfaatnya sebagai bahan baku air minum, pembangkit energy listrik
tenaga air maupun rekreasi. Oleh karena itu usaha serius untuk menghentikan proses pencemaran
harus disertai dengan langkah konkrit.
35)
Berikut ini adalah berapa solusi yang diharapkan dapat menyelesaikan
permasalahan yang cukup cukup kompleks terjadi di Sungai Citarum. Pertama, pemerintah dan
berbagai pelaksana yang bersangkutan harus berupaya untuk memberikan pengetahuan yang
benar kepada masyarakat, terutama mengenai kelestarian lingkungan hidup, dimulai dari hal
kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, menerapkan konsep 3R, pemilahan sampah dan
sebagainya. Untuk menghindari pembuangan sampah ke sungai maka pemerintah juga perlu
menyediakan Tempat Pembuangan Sampah/Akhir yang memadai. Selain itu, aturan dan regulasi
yang berlaku harus semakin digalakkan. Peraturan-peraturan tersebut tidak hanya berlaku untuk
rumah tangga tetapi juga mencakup pelaku indunstri yang seringkali membuang limbah tanpa
pengolahan yang baik. Kebanyakan industry menomorduakan pengolahan limbah dan
memandangnya seperti pemborosan. Oleh karena itu, pemerintah perlu menindaklanjuti industry
yang tidak mengolah limbahnya ke ranah hukum. Dan yang paling penting, sosialisasikan aturan
dan hukum yang berlaku, dan pastikan masyarakat mengerti dan memahami terhadap peraturan
tersebut.
36)
Selain itu, dampak yang jelas terjadi ketika musim hujan adalah banjir. Oleh
karena itu,
51) Distribusi Spasial Tingkat Pencemaran Air Di Das Citarum. Oleh Andriati
Cahyaningsih Dan Budi Harsoyo dalam Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi
Cuaca, Vol. 11, No. 2, 2010: 1-9
52) Bahan Beracun Lepas Kendali, Sebuah Potret Pencemaran Bahan Kimia
Berbahaya Dan Beracun. Oleh : Ahmad Ashov Birry, Hilda Meutia, dan
Sunardi, Phd. (Bagian D); Dr. Dadan Sumiarsa, Msi. (Bagian D); Cecep
Aminudin, Sh. Msi. (Bagian E); Rina Febriani, M.I.L (Bagian B); Fifi Dwi
Pratiwi, M.I.L (Bagian C). Diterbitkan November 2012. Greenpeace Asia
Tenggara
53)
54)
55)