Anda di halaman 1dari 28

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

No. RM

: 816xxx

Nama

: An. M.D

Jenis Kelamin

:L

Umur

: 2 thn

Alamat

: Johar Baru, Jakarta Pusat

Tgl MRS

: 16 Febuary 2015

Jam MRS

: 07.00

B. ANAMNESIS
Alloanamnesis tanggal 17 Februari, jam 10.00
1. Keluhan Utama
Diare sejak 3 hari SMRS
2. Keluhan Tambahan
Demam, muntah, lemas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. 4 hari SMRS: Muntah 5 kali. Muntah makanan dan cairan. Demam (+) perlahanlahan tinggi, pilek (+)
b. 3 hari SMRS: Diare >5X, warna kuning, cair, lendir (+), berbau asam (+), darah (-),
busa (-), sekali BAB 1 gelas. Demam (+).
c. 2 Hari SMRS: Di bawa ke klinik dokter 24 jam. Diberi obat penurun panas, anti diare
dan antibiotic. Diare (+), muntah (+), demam (+).
d. 1 hari SMRS: Diare >3X, cair, berlendir (+), berbau asam (+), darah (-), ampas (-),
busa (-), sekali BAB 1 gelas Muntah, lemas, demam (+).
e. SMRS: Diare (+), demam (+), pilek (+), lemas (+). Minum seperti kehausan. nafsu
makan (+). BAK lebih sedikit dari biasany (BAK terakhir 5 jam SMRS).
Keluhan tidak disertai menggigil (-), kejang (-). Sesak (-), batuk (-),

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah mengalami gejala yang sama pada t.ahun 2013. Cacar (-), campak (-), riwayat
operasi (-)
5. Riwayat Pengobatan
Dibawa ke klinik 24 jam dan diberi obat penurun panas dan antibiotic. Minum obat
penurun panas demam turun, lalu naik lagi.
6. Riwayat Kehamlan
Selama hamil, ibu ANC rutin ke bidan dan ibu tidak pernah sakit.
7. Riwayat Persalinan
OS lahir spontan dalam keadaan sehat; langsung menangis, cukup bulan; ditolong oleh
bidan. Berat badan saat lahir 2300 gr dan panjang badan 47 cm.
8. Riwayat Imunisasi
Belum imunisasi campak.
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
9. Riwayat Tumbuh Kembang
Dapat berjalan usia 16 bulan dan berbicara saat usia 10 bulan. Saat ini sudah dapat
berjalan, berbicara dengan dimengerti, menendang bola, dan memakai baju.
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.
10. Riwayat Alergi
Alergi debu dan panas gatal, alergi obat-obatan disangkal.
11. Pola Makan
Pasien diberikan ASI ekslusif dan mulai diberi makanan tambahan usia 7 bulan.
Diberikan Asi sampai usia 1,5 tahun. Sehari-hari makan nasi atau bubur dengan lauk
yang bervariasi, ditambah dengan susu formula. Nafsu makan pasien kurang dan porsi
sedikit. Walaupun porsi makan sedikit, pasien sering makan biskuit dan roti.
Kesan : pola makan sesuai dengan usia.
12. Riwayat Psikososial

OS merupakan anak tunggal. Di lingkungan rumah dan teman-teman sekolahnya tidak


ada yang mengalami keluhan yang sama. Lingkungan rumah bersih.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaran Umum
Kesadaran
Tanda-Tanda Vital
Nadi
Napas
Suhu
Antropometri
Berat Badan
Tinggi Badan
Lingkar Kepala
Lingkar lengan atas

Status Gizi
BB/U
TB/U
BB/TB
Kesan

: Tampak Sakit Sedang


: Composmentis
: 145 kali/menit
: 31 kali/menit
: 38,7 C
: 10,5 kg
: 84 cm
: 49 cm
: 12 cm

: 10,5/12 x 100 %
= 87,5 %
: 84/85 x 100 %
= 98 %
: 10,5/ 11,6 x 100 % = 90,5 %
: Gizi baik

(gizi baik)
(normal)
(gizi baik)

D. STATUS GENERALIS
Kepala
Kepala
Ubun-ubun Kecil
Mata
Konjungtiva anemis
Sclera icterus
Edema palpebra
Mata cekung
Air mata
Hidung
Pernapasan cuping hidung
Deviasi septum
Sekret
Perdarahan
Telinga
Normotia
Sekret

Normocephal
Sudah menutup
+
+

+
+
(-/-)
(-/-)

+
-

+
-

Mulut
Mukosa bibir
Perdarahan gusi
Stomatitis
Tonsil
Faring Hiperemis

Kering
T1/T1
-

Leher
Pembesaran KGB
Pembesaran Kelenjar Thyroid

Thorax
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Auskultasi

Gerak dada simetris, tidak terdapat retraksi dada


Sonor/Sonor
Vokal fremitus simetris, nyeri tekan (-/-)
Bunyi paru vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Bunyi jantung I dan II murni, regular, murmur (-), gallop
(-)

Axilla

Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Turgor Kulit

: Pembesaran KGB (-/-)

Distensi (-), Scar (-)


BU (+) 7x/menit
Tymphani pada seluruh kuadran abdomen
Supel, nyeri tekan epigastrium (-)
Baik, Kembali dalam waktu < 2 detik

Inguinal dan Genitalia


Pembesaran KGB inguinal
Genitalia

Tidak ada kelainan

Ekstremitas
Superior
Akral
Edema
Sianosis
RCT

hangat
< 2 detik

hangat
< 2 detik

Inferior
Akral
Edema
Sianosis
RCT

Hangat
< 2 detik

Hangat
< 2 detik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan

Hasil
16/2/2015

Nilai rujukan

Satuan

Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Leukosit

11,0
34
408
6,91

10,8 15,6
33 - 45
184 488
5.00 14.50

g/dl
%
103 /uL
103 /uL

Eritrosit

4,63

3,8 - 5,8

106 /uL

MCV
MCH
MCHC

73
24
33

69 93
22 34
32 36

Fl
Pg
g/dl

Elektrolit

16/2/15

18/2/15

Rujukan

Na darah
K darah
Cl darah

125 mEq/L
2,5 mEq/L
99 mEq/L

137 mEq/L
5,5 mEq/L
104 mEq/L

135 - 147
3,5 - 50
94 - 111

F. RESUME

An. Laki-laki, 2 thn, datang dengan keluhan Diare 5X, cair, warna kuning, lendir (+),
berbau asam (+), sekali BAB 1 gelas. Muntah 5 kali. Demam (+). Lemas (+), rewel
(+), BAK lebih sedikit dari biasanya, minum seperti orang kehausan, nafsu makan.

Pemeriksaan fisik: mata cekung, akral dingin, bibir kering.

Pemeriksaan penunjang:
Elektrolit

16/2/15

Rujukan

Na darah
K darah

125 mEq/L
2,5 mEq/L

135 - 147
3,5 50

G. ASSESMENT
Diare
Febris
Vomitus
Hipokalemi
Hiponatremi
H. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis

dan hiponatremia
Status Imunisasi
Status Tumbuh Kembang
Status Gizi

: Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan hipokalemi


: Imunisasi dasar lengkap
: Tumbuh Kembang sesuai dengan usia
: Gizi baik

I. RENCANA TERAPI

Infus Kaen 3B + NaCl 3% 20 cc 12 tpm

Ondancentron 1 mg

Novalgin 200 mg

Probiokid 1x1

Daryazinc 1x1 cc

Ranivel 2 x cdo

Terpacef dalam dex 50 cc 1x650 mg

nafsu makan 3 x 1 bks

J. FOLLOW UP
Tanggal
18/2/15

S
Demam (-)
Belum BAB
Muntah (-)
Minum kurang
Sulit makan

O
Ku: sakit sedang
Kesadaran : Cm
Nadi : 109 x
R : 23 x
S: 36,7 0 C
Na : 137 mEq/L
K : 5,5 mEq/L
Cl : 104 mEq/L

A
Diare akut

P
Infus Kaen 1B 12

dengan

tpm
Ondancentron 1

perbaikan

mg
Novalgin 200 mg
Probiokid 1x1
Daryazinc 1x1 cc

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE
A. Definisi Diare
Buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang
dari satu minggu.
B. Klasifikasi

Berdasarkan lamanya gejala:


1. Diare aku : diare <7 hari.
2. Diare melanjut : 7 14 hari.
3. Diare kronik : > 14 hari, disebabkan oleh non infeksi.
4. Diare persisten : > 14 hari dan disebabkan oleh infeksi.
C. Etiologi
1. Infeksi
a. Enternal yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan
penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enternal meliputi:
1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella Compylobacter, Yersenia dan
Aeromonas.
2) Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie dan Poliomyelitis,
Adenovirus, Rotavirus dan Astrovirus).
3) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan Strongylodies), Protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Trichomonas homonis), dan jamur
(Candida albicans).
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti
Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopeneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak dibawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi kabohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intiloransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar.

D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula.
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya:
1. Faktor infeksi
Faktor ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk dalam
saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbs cairan
dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan system
transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi
cairan dan elektrolit akan meningkat.
2. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan
osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang
dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
3. Fantor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi
peningkatan peristaltic usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap
makanan yang kemudian menyebabkan diare.

4. Faktor Psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan pristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik penyakit diare antara lain cengeng, rewel, gelisah, suhu meningkat,
nafsu makan menurun, feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah.
Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam, anus lecet, dehidrasi, bila menjadi
dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil,
peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran dan diakhiri dengan syok, berat badan
menurun, turgor kulit menurun, Mata dan ubun-ubun cekung, dan selaput lendir dan mulut
serta kulit menjadi kering.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.

c) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.


2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH
dan cadangan alkali atau pemeriksaan analisa gas darah menurut Satrup (bila
memungkinkan).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
G. Penatalaksanaan
Pemilihan Jenis Cairan
Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa syok,
sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki renjatan
hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan dan
mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme
menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung
glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat
dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis
cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan
pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B.16 Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan
osmolaliti 210 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi
pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.
Komposisi cairan Parenteral dan Oral :

NaCl 0,9 %
NaCl 0,45 %
+D5
NaCl 0,225%
+D5
Riger Laktat
Ka-En 3B

Osmolalitas Glukosa Na+


CI(mOsm/L) (g/L)
(mEq/L) (mEq/L)
308
154
154

K+
Basa
(mEq/L) (mEq/L)
-

428

50

77

77

253

50

38,5

38,5

273
290

27

130
50

109
50

4
20

Laktat 28
Laktat 20

Standard WHO311
ORS
Reduced
osmalarity
245
WHO-ORS
EPSGAN
recommendatio 213
n

111

90

80

20

Citrat 10

70

75

65

20

Citrat 10

60

60

70

20

Citrat 3

Komposisi elektrolit pada diare akut :


Macam
Diare Kolera Dewasa
Diare Kolera Balita
Diare Non Kolera Balita

Komposisi rata-rata elektrolit mmol/L


Na
K
Cl
HCO3
140
13
104
44
101
27
92
32
56
26
55
14

Rehidrasi Dengan Oralit


Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatsi dehidrasi.
Komposisi oralit baru
Oralit baru osmolaritas rendah
Natrium
Klorida
Glucose,anhydrous
Sitrat
Total osmolaritas

Mmol/liter
75
65
75
20
245

Ketentuan pemberian oralit:


a
b
c

Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24
jam.
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan:
Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
Jika dalam waktu 24 jam persedian larutan oralit masih tersisa maka sisa larutan harus
dibuang.

Pemberiaan Zinc
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Memiliki efek terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran

cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc dapat
menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko
terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosisi zinc untuk anak-anak:
Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) perhari
Anak di atsa umur 6 bulan : 20 mg(1tablet) per hari.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare.
Untuk bayi, tabl;et zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.
Menurut buku pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO tahun 2005,
penatalaksanaan diare dibagi menjadi 3 rencana terapi yakni rencana terapi A untuk
penanganan diare di rumah, rencana terapi B untuk dehidrasi ringan/sedang, terapi C untuk
dehidrasi berat.
Rencana Terapi A
Oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari :
- < 2 tahun : 50-100 ml tiapkali BAB
- >2 tahun : 100-200ml tiap BAB
Beri tablet Zink
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis
- Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari
- Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari
Rencana Terapi B (Dehidrasi Ringan Sedang)
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral
sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena
sebanyak : 75 ml/kgBB/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat
minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2
jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan
sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.
Beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis yang sama seperti pada rencana terapi A.
Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa minum
oralit mislanya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus dengan intravena

secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan RL / Ringer Asetat (atau jika tak tersedia, gunakan
larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut :

Bayi (dibawah 12 bulan) : 70 ml/kgBB/5 jam


Anak (12 bulan sampai 5 tahun) : 70 ml/kgBB/2,5 jam

Amati Anak dengan Seksama dan Bantu Ibu Memberikan Oralit

Sesendok teh tiap 12 menit untuk anak < 2 tahun, beberapa teguk dari cangkir untuk anak

yang lebih tua


Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi lebih

lambat, misalnya sesendok tiap 23 menit


Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau
ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang

Setelah 34 jam, Nilai kembali Anak Menggunakan Bagan Penilaian, Kemudian Pilih
Rencana Terapi A,B atau C untuk Melanjutkan Terapi
Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak
biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B tetapi
tawarkan makanan, susu dan sari buah seperti Rencana Terapi A
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C.

Rencana Terapi C
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak
dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh (somnolen-koma, pernafasan Kussmaul,
gangguan dinamik sirkulasi) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral. Penggantian
cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut :
Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1 jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2 jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2 jam
Pada keadaan dehidrasi berat dan syok maka dilakukan rehidrasi parenteral 20 -30 ml/kg
BB, kemudian evaluasi 30 - 60 menit, bila hemodinamik stabil maka rehidrasi sesuai
dehidrasi berat.

Antibiotik Pada umummya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena sebagian
besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan
antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti
V.cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.Coli, Salmonella, Camphylobacter dan sebagainya.
Penyebab
Kolera

Shigella dysentery

Amoebiasis

Giardiasis

Antibiotik Pilihan
Tetracycline
12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Ciprofloxacin
15 mg/kgBB
2x sehari selama 3 hari

Alternatif
Erythromycin
12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Pivmecillinam
20 mg/kgBB
4x sehari selama 5 hari
Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5 hari

Metronidazol
10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
Metronidazol
5 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari

Probiotik Diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi
yang menunjang kesahatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang
lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu yang
panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI. Kemungkinan mekanisme efek probioik
dalam pencegahan diare melalui : perubahan lingkungan mikro lumen usus (pH, oksigen),
produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen usus, kompetisi nutrient, mencegah
adhesi kuman patogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik
terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan imunomodulasi. Probiotik merupakan
bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan cara
meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh
epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel
usus.

Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan. Umumnya


kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang pertumbuhan flora intestinak
yang menguntungkan kesehatan. Oligosakarida yang ada dalam ASI dianggap sebagai
prototipe prebiotik oleh karena dapat merangsang pertumbuhan Lactobacilli dan
Bifidobacteria di dalamkolon bayi yang minum ASI.
Diet pada Diare
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan
minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti
pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi lactase
transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alcohol
harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
H. Komplikasi

Dehidrasi
Hipoglikemi
Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik) terjadi karena:
Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga benda

keton tertimbun dalam tubuh.


Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan

oleh ginjal
Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
Gangguan elektrolit
Hipernatremia Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L
memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar
natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat
sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau

nasogastik meenggunakan oralitadalah cara terbaik dan paling aman.


Hiponatremia Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang
hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremia (Na < 130 mol/L).
hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan edema.

Hiperkalemia Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan


dengan pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-

10 menit dengan monitor detak jantung.


Hipokalemia Dikatakan hipokalemia bila K < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan
menurut kadar K : jika kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75
mcg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena
drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam.
Dosisnya : (3,5 - kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam)
diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 - kadar K terukur

x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB)


Kejang Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi
kejang sebelum atau selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebutdapat disebabkan oleh
karena hipoglikemik, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk,

hiperpireksia, hiponatremia atau hipernatremia.


Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat
terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan/syok hipovolemik. Akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat
mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan penurunan kesadaran dan bila
tidak diatasi dengan segera maka pasien dapat meninggal.

I. Pencegahan

HIPOKALEMIA
A. Definisi
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah dibawah 3.5
mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total di tubuh atau adanya
gangguan perpindahan ion kalium ke sel-sel. Penyebab yang umum adalah karena kehilangan
kalium yang berlebihan dari ginjal atau jalur gastrointestinal.
B. Patofisiologi

C. Derajat Hipokalemia
Ringan : kadar K 3 3,5 mEq/L
Sedang : kadar K 2,5 3 mEq/L
Berat

: kadar K <2,5 mEq/L

D. Gejala Klinis Hipokalemia


Bervariasi tergantung pada kadar kalium dalam darah. Pada kadar K 3 3,5 mEq/L
gejalanya asimptomatik, kadar 2,5 3 mEq/L didapatkan gejala nonspesifik (lemas,lesu,
konstipasi), kadar 2 2,5 dapat terjadi nekrosis pada otot, dan kadar K <2 mEq/L dapat
terjadi ascending paralysis yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi respirasi.
1. CNS dan neuromuskular : Lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang.
2. Pernapasan : Otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
3. Saluran cerna : Menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual muntah.
4. Kardiovaskuler : Hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.
5. Ginjal: Poliuria,nokturia.
E. Diagnosis
Untuk memastikan hipokalemia, akan dilakukan serangkaian pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan penunjang, seperti kadar K dalam serum kurang dari 3.5 mEq/L, kadar K,
Na, Cl dalam urin 24 jam, kadar Mg dalam serum, analisis gas darah, dan EKG (ditemukan
depresi gelombang T, depresi segmen ST, gelombang U, pemanjangan PR atau QT interval).

F. Penatalaksanaan Hipokalemia
Untuk bisa memperkirakan jumlah kalium pengganti yang bisa diberikan, perlu
disingkirkan dulu faktor-faktor selain deplesi kalium yang bisa menyebabkan hipokalemia,
misalnya insulin dan obat-obatan.
Kalium klorida adalah garam suplemen pilihan, terutama jika pasien dalam keadaan
alkalosis. Kalium intravena perlu diberikan jika pasien tidak dapat menerima kalium secara
peroral atau jika defisiensi kalium menjadi sangat berat. Pada kasus yang berat, kalium harus
diberikan dalam larutan non dekstrosa, sebab dekstrosa merangsang pelepasan insulin
sehingga menyebabkan kalium masuk kedalam sel. Kecepatan infuse kalium tidak boleh
melebihi 20 mEq/jam untuk menghindari terjadinya hiperkalemia yang serius.
Koreksi dilakukan berdasarkan kadar kalium, yaitu:

Kalium 2,5 3,5 mEq/L. Berikan 75 mEq/kgBB per oral per hari dibagi tiga dosis.

Kalium <2,5 mEq/L


Ada 2 cara, berikan secara drip intravena dengan dosis:

a. [(3,5 kadar K+ terukur) x BB(kg) x 0,4] + 2 mEq/kgBB/24 jam, dalam 4 jam


pertama.
[(3,5 kadar K+ terukur) x BB(kg) x 0,4] + (1/6 x 2 mE/ kgBB/24jam), dalam 20 jam
berikutnya.
b. (3,5 kadar K+ terukur) + (1/4 x 2 mEq/kgBB/24 jam), dalam 6 jam.

Pemberian KCL:

Bila kadar K darah <2,5 mEq/L dengan gejala, diberikan larutan KCL 7,46% iv. Dosis 0,5
1 mEq/kgBB dalam 1 2 jam (max 40 mEq) dengan memonitor ritme jantung di ruang
intensif.

Bila kadar K darah <2,5 mEq/L tanpa gejala, diberikan larutan KCl 7,46% i.v. dosis 0,5
1,2 mEq/kgBB/hari selama 1 3 hari (bergantung pada jumlah deficit) dengan dosis tidak
boleh >40 mEq/L

Bila kadar K 2,5 3,5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) diberikan KCl p.o. Dosis 1 4
mEq/kgBB/hr dibagi 2 4 dosis (40 mEq K = 3 gr KCl).

a. Jumlah Kalium
Walaupun perhitungan jumlah kalium yang dibutuhkan untuk mengganti
kehilangan tidak rumit, tidak ada rumus baku untuk menghitung jumlah kalium yang
dibutuhkan pasien. Namun, 40100 mmol K+ suplemen biasa diberikan pada
hipokalemia moderat dan berat.
Pada hipokalemia ringan (kalium 33,5 mEq/L) diberikan KCl oral 20 mmol per
hari dan pasien dianjurkan banyak makan makanan yang mengandung kalium. KCL oral

kurang ditoleransi pasien karena iritasi lambung. Makanan yang mengandung kalium
cukup banyak dan menyediakan 60 mmol kalium.

b. Kecepatan Pemberian Kalium Intravena


Kecepatan pemberian tidak boleh dikacaukan dengan dosis. Jika kadar serum > 2
mEq/L, maka kecepatan lazim pemberian kalium adalah 10 mEq/jam dan maksimal 20
mEq/jam untuk mencegah terjadinya hiperkalemia. Pada anak, 0,51 mEq/kg/dosis
dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa.
Pada kadar < 2 mEq/L, bisa diberikan kecepatan 40 mEq/jam melalui vena sentral
dan monitoring ketat di ICU. Untuk koreksi cepat ini, KCl tidak boleh dilarutkan dalam
larutan dekstrosa karena justru mencetuskan hipokalemia lebih berat.

c. Kalium iv

KCl diberikan iv jika pasien tidak bisa makan dan mengalami hipokalemia berat.

Jangan tambahkan KCl ke dalam botol infus. Gunakan sediaan siap-pakai dari pabrik.
Pada koreksi hipokalemia berat (< 2 mmol/L), sebaiknya gunakan NaCl, bukan
dekstrosa. Pemberian dekstrosa bisa menyebabkan penurunan sementara K + serum
sebesar 0,21,4 mmol/L karena stimulasi pelepasan insulin oleh glukosa.10

Infus yang mengandung KCl 0,3% dan NaCl 0,9% menyediakan 40 mmol K + /L. Ini
harus menjadi standar dalam cairan pengganti K+.

Volume besar dari normal saline bisa menyebabkan kelebihan beban cairan. Jika ada
aritmia jantung, dibutuhkan larutan K+ yang lebih pekat diberikan melalui vena
sentral dengan pemantauan EKG. Pemantauan teratur sangat penting. Pikirkan
masak-masak sebelum memberikan > 20 mmol K+/jam.

Konsentrasi K+ > 60 mmol/L sebaiknya dihindari melalui vena perifer, karena


cenderung menyebabkan nyeri dan sklerosis vena.

d. Diet Kalium
Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100 mEq/hari
(contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang, aprikot, jeruk, advokat,
kacang-kacangan, dan kentang).
G. Prognosis
Dengan mengkonsumsi suplemen kalium biasanya dapat mengkoreksi hipokalemia. Pada
hipokalemia berat, tanpa penatalaksanaan yang tepat, penurunan kadar kalium secara drastis
dapat menyebabkan masalah jantung yang serius yang dapat berakibat fatal
HIPONATREMIA
A. Definisi
Kadar Na darah <130 mEq/L.
B. Pemeriksaan Pasien
Tekanan darah rendah, takikardi, CRT , selaput lendir kering, dan turgor kulit , gagal
jantung kongesti, tanda
C. Laboratorium
Na darah <130 mEq/L
Profil lipid protein total, albumin
Urin rutin
D. Klasifikasi
Hiponatremia normovolemi
Hiponatremia hypervolemia
Hiponatremia hipovolemia
E. Terapi
Bila terdapat gejala pada SSP atau kadar Na <120 mEq/L diberikan larutan NaCl
hipertonis, misalnya NaCl 3% (513 mEq/L), NaCl 5% (855 mEq/L). Untuk mencapai kadar
Na yang diharapkan (130 mEq/L), maka Na yang dibutuhkan menurut rumus:
mEq Na = 130 Na darah x 0,6 x BB (kg)
Untuk

mencapai

Na

yang

diharapkan dilakukan dengan 2 tahap:


1. Bila kadar Na <130 mEq/L tetapi 120 mEq/L lakukan koreksi lambat dalam waktu 24
jam dengan NaCl 3% yang ditambahkan dalam cairan kebutuhan :
mEq Na = 130 Na darah x 0,6 x BB (kg)

Bila keadaan hiponatremi sudah berlangsung kronik maka koreksi tidak dilakukan secara
cepat karena dapat menyebabkan gangguan SSP.

KA-EN
KA-EN
KA-EN
KA-EN
KA-EN

ASERING
Ringer laktat
Normal Saline

3B
Dextran-40
3A
1B
4A Paed
4B Paed

AMIPAREN
AMINOVEL-600
PAN-AMIN G
KA-EN MG 3
MARTOS 10
TRIPAREN

Nama

Na+

K+

Mg++

Cl-

HPO4--

Laktat-

Dextrose

Kalori
(kcal/l)
150

Produk
KA-EN 1 B

38.5

38.5

(g/l)
37.5

KA-EN 3 A

60

10

50

20

27.0

108

KA-EN 3 B

50

20

50

20

27.0

108

Menggantikan
Memelihara
keseimba
Cairan cairan
tubuh tubuh
dan nutr

KA-EN

50

20

50

20

130

109

28

100

400

MG3
Ringer
Laktat

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC,
2000.
2. Garna, Herry. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 2012
3. Mansjoer, A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ed, 3. Jakarta: Medica Aesculpalus.
FKUI
4. Pudjiaji. H. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011
5. Siregar P. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2006

Anda mungkin juga menyukai