Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PENELITIAN

KU 4184 ANTROPOLOGI

KAJIAN KEBUDAYAAN SUKU BANJAR


DALAM AGAMA, PERNIKAHAN, DAN ILMU
MISTIS

Oleh:

Aditya Irfansyah
13507004
Sistem dan Teknologi Informasi
Dosen:
Dr. Chairil Nur Suregar, M.Sc

SOSIOTEKNOLOGI
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Suku Banjar adalah salah satu suku di Indonesia pada sejarahnya berasal dari
Kesultanan Banjar yang berada di Pulau Kalimantan. Suku ini merupakan campuran
dari beberapa suku di nusantara, seperti melayu dan keling yang datang ke Pulau
Kalimantan dan bercampur dengan Suku Dayak. Percampuran suku dayak yang masih
menjunjung tinggi penyembahan leluhur, animisme, dan kekuatan ilmu mistis dengan
suku-suku lain yang lebih modern pada saat itu menghasilkan Suku Banjar yang
menghasilkan kebudayaan yang unik.

Kebudayaan Suku Banjar pada perkembangannya bercampur dengan kebudayaan


Agama Islam, dimana agama tersebut dianut dengan kuat oleh Suku Banjar, sehingga
menghasilkan pelaksanaan budaya Islam yang kuat namun mengandung budaya-budaya
tradisional. Hal ini sebetulnya terjadi pada banyak suku lainnya di nusantara, namun
dalam perjalanannya, daerah asal Suku Banjar pada saat merupakan salah satu area di
Kalimantan dimana tingkat pembangunan modernnya merupakan salah satu yang paling
rendah, sehingga penurunan budaya-budaya kehidupan sosial ke keturunan Suku Banjar
masih kental dibandingkan dengan suku-suku lain terutama di Pulau Jawa dan Pulau
Sumatera.

Hingga saat ini, Suku Banjar menempati sebagian besar Kalimantan Selatan, dan kini
sudah menyebar ke provinsi lainnya, terutama Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
dan Riau.

Budaya-budaya kehidupan yang mengarah ke penyembahan agama, leluhur, dan ilmu


mistis akan sangat dijunjung tinggi dari generasi ke generasi. Dengan keunikan suku
Banjar tersebut, studi kasus mengenai budaya-budaya kehidupan yang masih kental dari
ajaran nenek moyang suku banjar menarik untuk dilakukan.

I.2 Identifikasi Masalah


1. Kehidupan Suku Banjar erat dengan agama, penyembahan leluhur, dan ilmu
mistis.
Hampir seluruh suku di Indonesia mempercayai penyembahan leluhur dan ilmu
mistis sebelum agama-agama modern masuk dan bercampur kedalamnya.
Sebagai salah satu suku yang berasal dari daerah yang tingkat pembangunan
modernnya rendah, maka budaya-budaya kehidupan Suku Banjar akan lebih
dekat dengan kepercayaan-kepercayaan tersebut dibandingkan suku-suku lain
di Indonesia yang telah terpengaruh budaya modern.
2. Penurunan budaya-budaya kehidupan Suku Banjar ke keturunan saat ini akan
semakin terganggu dengan penetrasi budaya kehidupan modern.
Suku Banjar pada masa kini banyak yang berpindah ke daerah-daerah yang
lebih modern, seperti kota-kota besar di Kalimantan Timur, Pulau Jawa, dan
Pulau Sumatera. Hal ini akan mempengaruhi persepsi keturunan Suku Banjar
terhadap budaya-budaya kehidupan Suku Banjar.

I.3 Rumusan Masalah


Dari identifikasi masalah pada poin sebelumnya, maka dapat dibuat rumusan masalah
dengan faktor-faktor berikut ini:
1. Budaya-budaya kehidupan apa saja dari Suku Banjar yang erat dengan agama,
leluhur, dan ilmu mistis?
2. Bagaimana cara meneruskan budaya-budaya kehidupan Suku Banjar?
3. Bagaimana kehidupan modern mempengaruhi budaya-budaya kehidupan Suku
Banjar?

I.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui budaya-budaya kehidupan Suku Banjar yang masih erat dengan
agama, leluhur, dan ilmu mistis.
2. Mengetahui cara Suku Banjar meneruskan budaya-budaya kehidupan Suku
Banjar.

3. Mengetahui pengaruh-pengaruh kehidupan modern terhadap budaya-budaya


kehidupan Suku Banjar.

I.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai budaya-budaya
kehidupan Suku Banjar yang masih erat dengan budaya-budaya yang diwariskan oleh
nenek moyang mereka, dan bagaimana pengaruh budaya-budaya modern terhadap
budaya-budaya kehidupan Suku Banjar.

BAB II
METODE PENELITIAN
II.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif ini
dilakukan dengan tinjauan pustaka oleh penulis untuk mencari tahu mengenai Suku
Banjar secara umum dan wawancara dengan beberapa narasumber yang mengerti dan
berhubungan dengan penelitian ini.

II.2 Narasumber
Narasumber yang kami wawancara untuk penelitian ini adalah tiga mahasiswa yang
berasal dari Suku Banjar dengan lama tinggal di kampung halaman yang berbeda-beda,
yaitu:
1. Raif, orang tua masih tinggal di desa Suku Banjar dan saat ini baru
menyelesaikan pendidikan S-1 di Surabaya.
2. Ridho, tumbuh besar di kota modern, namun sempat menempuh pendidikan
SMA di Kalimantan Selatan, dan saat ini sedang menempuh pendidikan S-2 di
Bandung.
3. Anshari, tumbuh besar di kota modern, namun sempat menempuh pendidikan
SMA di Kalimantan Selatan, dan saat ini baru menyelesaikan pendidikan S-1 di
Surabaya dan kembali ke Kalimantan Timur.

II.3 Teknis Wawancara


Wawancara dilakukan di sebuah restoran di Bandung saat ketiganya sedang berada di
Bandung pada bulan Desember 2012. Wawancara dimulai dengan peneliti
mengkonfirmasi budaya-budaya kehidupan Suku Banjar yang didapat dari hasil studi
literatur, yang kemudian ditambahkan oleh narasumber apabila ada yang kurang dan
pengalaman narasumber terhadap pelaksanaan budaya tersebut.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Kehidupan Suku Banjar
Suku Banjar berasal dari Kesultanan Banjar yang secara historis merupakan campuran
dari beberapa suku ras, terutama dari Suku Dayak yang bercampur dengan pendatang
seperti Melayu dan Keling. Kehidupan Suku Banjar tidak banyak berbeda dengan sukusuku lainnya, namun karena pengaruh Agama Islam yang kental, beberapa perbedaan
dari percampuran Agama Islam ke kehidupan sehari-hari, seperti penggunaan huruf
Jawi (Arab Jawi) dalam tulisan.

III.2 Pernikahan Suku Banjar


Pernikahan merupakan salah satu upacara dimana ritual-ritual didalamnya akan
melambangkan adat dan budaya pelaksananya di Indonesia, tidak terkecuali di Suku
Banjar. Terdapat sembilan tahapan didalam upacara pernikahan Suku Banjar, yaitu:
1. Basasuluh, proses pencarian informasi mengenai gadis yang diinginkan oleh
pihak pria secara diam-diam. Pada saat ini tradisi ini tidak banyak dilakukan
karena mudahnya informasi didapat dan budaya pacaran terlebih dahulu
sebelum menikah.
2. Batatakun, sama seperti Basasuluh namun metode pencarian lebih terbuka
dengan pembicaraan antara kedua pihak keluarga.
3. Badatang, proses meminang secara resmi, apabila disepakati, kemudian
ditetapkan harga jual mempelai wanita dan detail-detail hari perkawinan
lainnya.
4. Maantar Jujuran / Maantar Patalian, proses pemberian perlengkapan rias dan
perlengkapan kamar tidur dari mempelai pria ke mempelai wanita sebagai
tanda resmi bertunangan. Proses ini dibuat menjadi sebuah acara tersendiri
dengan mengundang keluarga besar kedua mempelai untuk mengumumkan
hari perkawainan.

5. Bapingit, proses pengurungan mempelai wanita dirumahnya selama seminggu


agar siap menghadapi pernikahan. Pada masa ini mempelai wanita dilarang
dikunjungi oleh laki-laki muda lainnya termasuk mempelai pria. Pada masa ini
pula mempelai wanita dirawat kecantikan tubuh dan jiwa. Teknik pembersihan
ini dengan menggunakan ramuan herbal dan beberapa terapi khusus untuk
pembersihan tubuh dan diuji kemampuan ibadahnya dengan menamatkan
membaca Al-Quran disaksikan guru agama dan keluarga untuk pembersihan
jiwa. Pada saat ini proses ini seringkali dipersingkat menjadi beberapa hari dan
mempelai wanita hanya dites teknik membaca Al-Quran, tidak perlu sampai
menamatkannya.
6. Badudus, proses memandikan kedua mempelai di rumah masing-masing.
Proses ini dilakukan tujuh wanita tua dari keluarga. Proses ini diakhiri dengan
membaca doa tamat Al-Quran untuk mempelai wanita. Ruangan pelaksanaan
prosesi ini biasanya dihias dengan benda-benda yang melambangkan hal-hal
baik, seperti tebu kuning untuk melambangkan kehidupan rumah tangga
berjalan dengan baik, daun beringin untuk melambangkan mempelai saling
mengayomi, daun kambat untuk menolak bala, daun linjuang untuk menolak
setan, ketupat berbentuk burung agar calon pengantin terbang mencapai
harapan rumah tangga, dan pagar mayang sebagai pembawa keberuntungan
dan penangkal hal-hal buruk.

7. Akad, proses ini terdiri dari dua hal, yaitu nikah didepan penghulu sesuai
aturan agama islam, yang dilanjutkan ritual kawinan dengan dua proses pada
poin selanjutnya.

8. Manurunkan dan Maarak, proses selamatan kecil di rumah mempelai pria lalu
kemudian berjalan kerumah mempelai wanita diiringi keluarga dengan
mengucap doa dan shalawat nabi.

9. Pengantin Batatai, proses mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita


dan keduanya duduk bersanding. Pada saat ini proses ini dan proses
sebelumnya umumnya dimasukkan kedalam proses pesta resepsi pernikahan.

III.3 Ilmu Mistis Suku Banjar


Tidak banyak pustaka yang didapatkan mengenai ilmu mistis Suku Banjar. Beberapa
literatur hanya mengatakan Suku Banjar masih sering mempelajari beberapa ilmu
seperti kekebalan dan bela diri dan kerap membawa jimat saat bepergian.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
IV.1 Kehidupan Suku Banjar
Kehidupan sehari-hari Suku Banjar tidak banyak berbeda dengan suku-suku lain dimana
Islam menjadi agama mayoritas. Namun, karena kentalnya pengaruh agama Islam
dalam kehidupan, upacara-upacara adat yang dilakukan hanya yang bersifat keagamaan,
misalkan peringatan untuk seseorang yang meninggal dalam jangka waktu tertentu (7
hari, 100 hari, 1000 hari, dan lain-lain). Saat ini tidak ada festival atau upacara
mengenai kebudayaan seperti yang dilakukan di kota-kota lain di Kalimantan (seperti
Erau di Kutai Kartanegara dan Tha Tung Cap Go Meh di Singkawang) oleh Suku
Banjar.

IV.2 Pernikahan Suku Banjar


Ketiga narasumber belum pernah melaksanakan upacara pernikahan, sehingga belum
pernah merasakan pelaksanannya secara langsung. Namun, selain hal-hal dan ritualritual pernikahan Suku Banjar yang telah dijabarkan dalam Bab Tinjauan Pustaka,
terdapat pula hal-hal yang tidak boleh dilakukan atau jangan sampai terjadi agar tidak
mengganggu dan bahkan menggagalkan upacara pernikahan Suku Banjar. Ketiga
narasumber pada saat wawancara hanya dapat mengingat satu hal larangan, yaitu sandal
mempelai pria tidak boleh tertukar pemakaiannya atau bahkan hilang, karena dapat
menyebabkan ijab kabul tidak berjalan dengan lancar atau bahkan gagal.

IV.3 Ilmu Mistis Suku Banjar


Dua narasumber, Ridho dan Anshari, tidak pernah mengikuti berbagai ritual ilmu mistis
maupun diberikan ilmu oleh orang tua dan kerabat. Hal ini mungkin disebabkan karena
mereka terlahir dan tumbuh besar di kota besar di Kalimantan Timur dimana Suku
Banjar bukanlah mayoritas dan budaya Suku Banjar juga tidak kental.

Raif yang berasal dan tumbuh besar di sebuah desa diantara Banjarmasin dan
Palangkaraya ini mendapatkan banyak hal mengenai ilmu mistis. Raif sering dibawa ke
guru, yang berlokasi di pedalaman hutan, untuk belajar beberapa ilmu mistis dan atau

menghilangkan masalah yang mengganjal di tubuhnya. Ia juga pernah berziarah ke


makam Wali yang menjadi panutan dan lokasi belajar ilmu, yaitu Wali Kutub yang
berada di Kota Martapura. Saat akan meninggalkan desa untuk meneruskan pendidikan
SMA ke Banjaramasin, ia diberikan beberapa bekal oleh orangtuanya berupa jimat
perlindungan dalam tulisan dan doa bahasa arab dan diberikan ilmu tambahan untuk
kekebalan.

Jimat perlindungan Suku Banjar biasanya berupa tulisan arab dalam sebuah kertas kecil
yang kemudian ditempatkan pada barang-barang yang sering digunakan sehari-hari.
Raif mengatakan kebanyakan pemuda Suku Banjar menaruh jimat tersebut di dalam
saku celana atau ditempelkan ke sisi dalam ikat pinggang. Jimat dalam bentuk barang
seperti batu jarang dilakukan oleh Suku Banjar di desanya.

BAB V
SIMPULAN
V.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang kami lakukan, maka kami dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kehidupan Suku Banjar sangat dekat dengan agama, penyembahan leluhur,
dan ilmu mistis. Hal ini diterapkan dalam kehidupan dan ibadah sehari-hari,
pernikahan, dan ilmu mistis yang diperoleh dan digunakan untuk kondisikondisi tertentu.
2. Budaya-budaya kehidupan Suku Banjar diteruskan dengan mengajarkan halhal tersebut kepada keturunan sejak kecil dan membekali mereka dengan ilmuilmu yang dimiliki orang tua agar keturunan mereka merasakan efeknya dan
percaya untuk ikut meneruskan budaya-budaya tersebut.
3. Kehidupan modern mempengaruhi tingkat kepercayaan keturunan Suku Banjar
dengan budaya-budaya kehidupan Suku Banjar terutama yang berhubungan
dengan penyembahan leluhur dan ilmu mistis. Hal ini terjadi sebagian besar
terhadap keturunan yang berpindah atau merantau ke kota lain dengan budayabudaya modern yang lebih kental.

V.2 Saran
Saran mengenai hasil penelitian ini adalah:
1. Karena sedikitnya upacara dalam budaya Suku Banjar, upacara pernikahan
sebagai

upacara

yang

paling

sering

dilaksanakan

sebaiknya

dijaga

kesesuaiannya dengan tradisi yang asli agar budaya Suku Banjar tidak berubah
atau hilang.
2. Pemberian ilmu kepada keturunan menjadi satu-satunya cara agar keturunan
merasakan hasil dan manfaat dari ilmu tersebut, apabila ia akan berpindah ke
kota modern dan ditakutkan ia tidak ingin mengikuti atau tidak ingin percaya
ilmu mistis Suku Banjar.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Suku Banjar. Dilihat 12 Desember 2012.
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Banjar

Anonim. Kesultanan Banjar. Dilihat 12 Desember 2012.


http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banjar

Anonim. Sekilas Proses Perkawinan Adat Banjar. 2007. Dilihat 12 Desember 2012.
http://kerajaanbanjar.wordpress.com/2007/03/14/sekilas-proses-perkawinan-adat-banjar/

Amalina, Rizma. Pernikahan Adat Banjar. 2011. Dilihat 12 Desember 2012.


http://rizmarizma.blogspot.com/2011/02/pernikahan-adat-banjar.html.

Anda mungkin juga menyukai