Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1; Latar Belakang

Hutan dan semua kegiatan yang berkaitan dengan dunia kehutanan saat ini
tengah menghadapi tantangan baru mengikuti perkembangan zaman. Jika sejak
awal munculnya peradaban manusia hingga sampai masa revolusi industri hutan
hanya dianggap sebagai penyedia bahan baku dan sumber kayu sebagai bahan
bakar, maka sekarang hutan lebih diharapkan fungsi ekologisnya yang meliputi
penyerap karbon, penyeimbang siklus air, sebagai paru-paru dunia, habitat bagi
spesies-spesies eksotis, dan masih banyak fungsi ekologis lainnya. Kegiatan
pengelolaaan hutan tidak luput dari perubahan mengikuti perubahan tuntutan
terhadap hutan itu sendiri. Jika semula kegiatan pengelolaan hutan hanya berfokus
pada kegiatan pemanenan dan produksi kayu, maka sekarang kegiatan
pengelolaan hutan dituntut untuk lebih berfokus pada pemanfaatan dan
memaksimalkan fungsi ekologis hutan, selain juga peningkatan kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan.
Akan tetapi, untuk memenuhi tuntutan memaksimalkan fungsi ekologis
tidaklah mudah, kegiatan pemanenan sumberdaya kayu dari hutan alam yang telah
berlangsung selama berabad-abad telah sangat merusak kondisi hutan, bahkan
dibeberapa tempat, hutan alam sudah hilang sama sekali. Sementara hutan alam
yang masih tersisa terus berkurang jumlahnya. Indonesia sendiri telah mengalami
kerusakan hutan yang cukup parah. Berdasarkan citra landsat pada tahun 2000,
diketahui kurang lebih sebesar 50,76 juta Ha kawasan hutan telah gundul. Bahkan
di pulau Jawa, tutupan hutan hanya tersisa sebesar 3,2 juta Ha atau hanya sebesar
22% dari total luas daratan pulau Jawa (Handadhani, 2005).
Dengan tingkat kerusakan hutan seperti itu, akan semakin sulit bagi hutan
untuk memenuhi fungsi ekologisnya pada dunia. Sementara akibat dari kehilangan
sejumlah besar hutan alam sudah semakin dirasakan, maka perbaikan kawasan
hutan yang rusak secepat mungkin harus dilakukan. Selain perbaikan dalam
kawasan hutan, memaksimalkan setiap lahan diluar kawasan hutan konvensional
untuk ditanami pohon juga penting untuk dilakukan. Salah satu contoh tindakan
memaksimalkan penanaman pohon diluar kawasan hutan adalah dengan
membangun hutan kota di areal pemukiman warga.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 63 Tahun 2002


tentang hutan kota, definisi hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang
bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan
baik pada tanah Negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota
oleh pejabat yang berwenang. Masih dalam peraturan yang sama, manfaat hutan
kota disebutkan untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika,
meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota
dan untuk mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.
Di Kota Mataram, terdapat beberapa hutan kota. Salah satunya hutan kota
Udayana. Hutan kota Udayana yang terletak di jalan udayana dan membentang
sepanjang kurang lebih 1,5 kilometer. Batas wilayah hutan kota udayana dimulai
dari jalan Adisucipto hingga jalan Langko. Kawasan ini termasuk kedalam
kawasan pengembangan terbatas oleh Pemda setempat yang salah atu kegiatannya
adalah wisata. Di sepanjang jalan hutan kota udayana, pengunjung dapat banyak
menemukan pedagang kaki lima yang menjual berbagi macam makanan dan
minuman. Adapun berbagai fasilitas yang disediakan seperti jogging track,
restoran maupun tempat bermain anak.
Dari tahun ke tahun, jumlah pengunjung Udayana semakin bertambah.
Penambahan jumlah pengunjung ini tentunya harus diimbangi dengan penyediaan
dan pengelolaan sarana dan pepohonan yang lebih baik lagi. Persepsi dari
pengunjung tentu sangat dibutuhkan sebagai masukan bagi pihak pengelola
mengenai apa saja hal yang harus dibenahi dalam pengelolaan Hutan Kota
Udayana. Sudah ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui persepsi
masyarakat mengenai kedaan Hutan Kota yang ada di Kota Mataram termasuk
Hutan Kota Udayana yang dilakukan oleh Harmoko pada tahun 2012. Namun
penelitian ini hanya mencakup persepsi masyarakat saja. Sementara faktor yang
mempengaruhi pengunjung untuk mengunjungi Hutan Kota Udayana dan
identifikasi masalah yang ada dalam pengelolaannya masih belum dijawab oleh
penelitian tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian yang berjudul
Analisis Persepsi dan Faktor Ketertarikan Pengunjung Hutan Kota Udayana
Dalam Menunjang Pengembangan Kegiatan Wisata Alam di Perkotaan ini
penting untuk dilakukan untuk menjawab kebutuhan akan data-data yang telah
disebutkan di atas.

1.2; Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan


masalah penelitian sebagai berikut :
1; Bagaimana persepsi dan faktor ketertarikan pengunjung terkait
keberadaan hutan kota Udayana?
2; Apa saja permasalahan yang ada dalam pengelolaan hutan kota
Udayana?
1.3; Tujuan Penelitian
1;
2;

Tujuan dari penelitian ini adalah :


Mengetahui persepsi dan faktor ketertarikan pengunjung terkait
keberadaan hutan kota Udayana.
Mengetahui apa saja masalah yang ada dalam pengelolaan hutan kota
Udayana.

1.4; Manfaat Penelitian


1;

2;
3;

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi mahasiswa, masyarakat,


dan pemerintah untuk mengetahui, persepsi dan ketertarikan
pengunjung mengenai hutan kota udayana serta masalah apa saja yang
ada dalam pengelolaannya.
Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait dalam pengelolaan hutan
kota udayana.
Menjadi tambahan sumber kepustakaan mengenai data pengunjung
hutan kota udayana.

Anda mungkin juga menyukai