Anda di halaman 1dari 4

COVER

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
II. PEMBAHASAN
A. Proses Produksi Bata Ringan
Beton ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrate) Citicon adalah
bata ringan dengan bahan yang berupa material ramah lingkungan yang
pembuatannya didukung oleh teknologi Jerman. Bata ringan Citicon
berbahan dasar pasir kwarsa atau silika. Pasir silika merupakan pasir
yang banyak mengandung mineral silika yang berbetuk kristal.
Umumnya mineral silika berasal dari debu vulkanik gunung berapi yang
dikeluarkan pada saat terjadi erupsi. Pasir silika yang digunakan yaitu
sebanyak 60% dan 40% bahan baku lainnya yaitu kapur atau CaO,
gipsum, semen, dan Aluminium pasta. Pasir silika digunakan sebagai
bahan dasar utama dikarenakan dapat menghasilkan bata dengan berat
jenis yang lebih kecil dari berat jenis air. Umunya beratnya jenis beton
ringan yaitu 530 (massa jenis kering) dan 600 (massa jenis normal).
Bata

ringan

Citicon

memiliki

panjang

600

mm,

tebal

75,100,125,150,175, dan 200 mm, tinggi 200 mm dan 400 mm. Pada
proses produksi bata ringan citicon terdiri dari beberapa proses, di
antaranya yaitu proses penghalusan, proses pencampuran, pencetakan,
pengeringan, pemotongan dan pengujian kelayakan.
Pada proses penghalusan, langkah pertama yang dilakukan yaitu
campuran pasir silika dan gipsum digiling dan setiap jam sekali
campuran dicek kehalusannya. Kemudian

dicampurkan dengan air

sampai membentuk bubur pasir. Pompa bubur pasir ke dalam silum atau
tabung-tabung besar tempat penampungan untuk dihaluskan kembali
dengan menggunakan bola baja dan air. Bahan baku lain yaitu kapur,
semen, dan aluminium pasta ditampung dalam tabung besar yang
dibedakan berdasarkan warna. Setelah proses penghalusan, dilakukan
proses mixing atau pencampuran. Semua bahan dicampurkan dalam

mixer yang dikendalikan dengan perangkat komputer sehingga secara


otomatis bahan-bahan akan dimasukkan ke dalam penampung sesuai
takaran yang diinginkan. Campuran diaduk sampai tercampur rata.
Penambahan semen berfungsi untuk merekatkan bahan-bahan dan
aluminium pasta berfungsi sebagai bahan pengembang.
Selanjutnya dilakukan proses pencetakan, adonan yang dihasilkan
segera ditampung dalam cetakan. Kemudian dibawa masuk ke dalam
ruangan panas dan didiamkan selama 5 jam sampai adonan
mengembang. Proses tersebut merupakan proses pengeringan. Dalam
ruang panas, Aluminium pasta akan bereaksi dengan silika dan air
membentuk gas hidrogen yang menyebabkan terbentuknya gelembung
udara dalam adonan, sehingga menjadikan volume adonan menjadi dua
kali lebih besar. Pada akhir proses ini, gas hidrogen akan terlepas ke
atmosfer sehingga menyisakan rongga-rongga udara pada adonan yang
menyebabkan bata menjadi lebih ringan.
Proses yang berikutnya yaitu cutting process dan proses pemanasan
menggunakan autoclave. Dalam autoclave, adonan dipanaskan dengan
suhu 150 C dan tekanan 12 bar selama 19 jam. Setelah dipanaskan 19
jam, bata ringan akan berubah warna menjadi putih dan menjadi lebih
keras. Kemudian disortir antara bata ringan yang bagus dan yang rusak.
Proses yang terakhir yaitu dilakukan uji laboratorium (uji kelayakan),
salah satunya seperti uji kuat tekan. Proses-proses di atas secara singkat
dapat dijelaskan melalui alur berikut:
Pasir silika dan gipsum

Digiling
Dicampurkan dengan air sampai membentuk bubur pasir
Dihaluskan kembali dalam silum dengan menggunakan bola baja dan air
Dicampurkan dengan CaO, semen, dan Al (bahan pengembang) yang dilakukan dengan perangka
Dicetak
Dibiarkan sampai mengembang dalam ruangan panas 40 menit
Dipotong sesuai ukuran
Dimasukkan ke dalam autoclave untuk dipanaskan
Diuji kelayakan

Bata Ringan Citicon siap digunakan

Skema pabrik dari bata ringan AAC seperti pada gambar berikut:

Gambar skema pabrik bata ringan AAC


Sumber : http://www.aerblock.com/history.html

Untuk bata ringan CLC (Cellular Lightweight Concrete) juga


berbahan dasar sama yaitu pasir silika, semen, dan kapur (CaO),
perbedaannya terletak pada cara pembuatannya. Jika pada bata ringan

AAC menggunakan aluminium pasta untuk membuat gelembung udara


pada bata yang melalui reaksi kimia, sedangkan pada CLC mengalami
proses curing secara alami, CLC adalah beton konvensional yang mana
agregat kasar (kerikil) digantikan oleh udara, dalam prosesnya
mengunakan busa organik yang sangat stabil dan tidak ada reaksi kimia
ketika proses pencampuran adonan. Foam atau busa tersebut berfungsi
sebagai media untuk membungkus udara.
III.
IV.

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
LAMPIRAN

Goritman, Birdyant, dkk. Tanpa Tahun. Studi Kasus Perbandingan Berbagai Bata

Ringan Dari Segi Material, Biaya, Dan Produktivitas. (online), http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/teknik-sipil/article/viewFile/389/328; diakses
pada tanggal 21 April 2015 pukul 21.41 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=_s7eo_yU8c8

Anda mungkin juga menyukai