Anda di halaman 1dari 7

Tugas 7

Makalah Reliabilitas Tes

MARDIAWATI
1129040012
Evaluasi Pendidikan Kelas A

Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer


Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Makassar
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Reliabilitas sebetulnya merupakan sifat yang ada pada data atau skor yang dihasilkan
oleh instrumen, namun untuk memudahkan reliabilitas dapat dikatakan merupakan sifat dari
insrumen juga reliabilitas bukanlah bersifat dikotomis, tetapi merupakan rentangan yang
biasnya dinyatakan dengan bentuk angka 0 (0) sampai 1 (satu). Dengan demikian kurang tepat
kiranya kalau dipertanyakan apakah suatu instumen itu memiliki reliabilitas atau tidak, akan
tetapi tepatnya adalah suatu instrumen dapat menghasilkan data atau skor yang memiliki
tingkat reliabilitas yang memadai atau tidak. Suatu instrumen memiliki tingakat reliabilitas
yang tinggi, sedang, atau rendah.
Hampir sama dengan pengertian tersebut, bahwa keberadaan reliabilitas tiada
semata-mata brupa dua pilihan, reliabel atau kah tidak reliabel, akan tetapi merupakan rentang
yang berjenjang dari tingkat yang paling tinggi sampai tingkat yang palinng rendah.
Reliabilitas tingkat paling tinggi yang secara statistik ditulis sebagai 1,00 yang menandakan
adanya
keajegan
mutlak
tanpa
perbedaan
dan
penyimpangan
sedikitpun
Karena pentinganya reliabilitas dalam evaluasi maka pemakalah mencoba akan mengambil
judul reliabilitas
B. Rumusan Masalah
1. Apakah reliabilitas itu?
2. Apa sajakah metodhe methode untuk mengetahui tingkat reliabilitas?
3. Apa sajakah yang mempengaruhi Tingkat reliabilitas suatu instrumen atau tes?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian reliabilitas
Reliabilitas diartikan dengan keajekan (konsistensi) bila mana tes tersebut diuji
berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil tes yang pertama dengan tes yang
berikutnya dikorelasikan terdapa hasil korelasi yang signifikan. Ada juag yang mengartikan
dengan keandalan (reliability) artinya ketetapan/ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes/alat
evaluasi dikatakan andal jika ia dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif. Jadi
yang dipentingakan disini adalah ketelitian sejauh mana tes/alat tersebut dapat dipercaya
kebenarannya.
Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai
apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilain tersebut digunakan akan memberikan
hasil yang relatif sama. Tes hasil belajar dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran saat ini
menunjukkan kesamaan hasil pada saat yang berlainan waktunya terhadap siswa yang sama.
Misalnya siswa kelas V pada hari ini di tes kemampuan matematikanya. Minggu berikutnya
siswa tersebut di tes kembali. Hasil dari ke dua tes relatif sama. Sungguhpun demikian, masih
mungkin terjadi ada perbedaan hasil untuk hal-ha tertentu akibat faktor kebetulan, selang
waktu, atau terjadinya perubahan pandangan siswa terhadap soal yang sama. Jika itu terjadi,
kelamahan terletak pada tes itu, yang tidak memiliki kepastian jawaban atau meragukan
siswa. Dengan kata lain, derajat reliabilitasnya masih rendah.
B. Metode-Metode Yang Digunakan Untuk Mengetahui Tingakat Reliabilitas
Kandalan suatu tes dinyatakan dengan coefisient of reliability (r), yaitu dengan jalan
mencari korelasi misalnya:
1. Dengan metode dua tes: 2 tes yang paralel dan setaraf (ekuivalue) diberikan kepada
sekelompok anak. Hasil kedua tersebut kemudian dicari korelasinya.
2. Dengan metode satu tes : sebuah tes diberikan 2 kali kepada sekelompok murid yang sama
tetapi dalam waktu yang berbeda.kedua hasil tes itu kemudian dicari korelasinya.
3. Metode spit half (masih dengan 1 tes) : suatu tes dibagi menjadi 2 bagian yang sama
tingakat kesukarannya, sama isi dan bentuknya kemudian dilihat skor masing-masing
bagian. Dan dicari korelasinya. Cara membagi mislnya dengan jalan semua item yang
bernomor genap untuk tes A. Semua yang yang bernomor ganjil untuk tes B. Setelah kita
mendapat korelasi antar setengah tes yang pertama (tes A) dan setengah tes yang ke kedua
(tes B) untuk menghitung keadaan seluruh tes itu digunakan rumus sebagai berikut:
Keadaan seluruh tes(r) : 2x (reliability half test)
1+ (reliabelity half test).
4. Termasuk Split Half Method: dengan cara yang lain yang tidak memerlukan perhitungan
korelasi, yaitu sebagi berikut. Dengan menggunakan deviasi standar masing masing-

masing dari ke 2 bagian tes dan deviasi standart seluruh tes, rumusnya: r = 2 (1-SI2 +
SII2) S2t.
Ket : SI : Ds dari tes yang pertama
SII : Ds dari tes yang ke kedua
St : Ds dari seluruh tes
5. Dengan methode kuder-Richardo, yaitu penerapan methode ini dengan persyaratan
penggunaan skor dengan dua kemungkinan yaitu skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0
untuk jawaban salah. Pada methode ini ada KR-20 dan KR-21:
KR-21 : r = n (s2t-npq)
n-1 s2t
KR-20 : r = n (s2t-pq)
n-1 s2t
ket : n = jumlah item dalam tes
St = Ds untuk seluruh tes
P = man dibagi jumlah item
q = 1-p
6. Methode koefisian alpha metode ini digunakan pada soal-soal yang tidak bisa dilakukan
dengan penskoran 1 atau nol seperti dalam bentuk tes essai. Jadi tidak bisa diterapkan
pada butir-butir yang tidak bisa diskor secara dikotomis, melainkan berbentuk rentangan.
Rumusnya :
r1 =
S21 = varian skor setiap butir
S21 = Varians skor total
7. Methode perkiraan
Dengan menggunakan dua macam tabel, satu tes yang dikatagorikn sebagai tes mudah dan
satu lagi untuk tes yang sulit. Cara menghitunt ini dapoat dilakukan berdasarkan jumlah
butir soal (n), rataan (r), dan simpangan baku (SB)
R= (SX: N)
X= Skor
N= Banyaknya sekor yang dihitung
SB= (Sx2 : N)
X = selisih antara suatu skor dengan R
C. Tingkat reliabilitas suatu instrumen atau tes
Tingkat reliabilitas suatu instrumen atau tes dipengaruhi oleh banyak hal antara lain:
1. Jumlah butir soal, banyaknya soal pada suatu instrumen ikut mempengaruhi derajat
reliabilitasnya, dengan semakin banyaknya soal-soal maka tes yang bersangkutan
cenderung untuk menjadi semakin reliabel, sebagaimana yang dinyatakan dalam rumus
spearmen-brown.
Hubungan antar jumlah butir dengan rekiabilitas dapat dilihat pada keadaan berikut:
Jumlah Butir Reliabilitas

5
10
20
40
80
160
320
640

2.

3.

4.
5.
6.

7.

8.

0,20
0,33
0,50
0,67
0,80
0,89
0,94
0,97
Gambaran diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingakat reliabilitas
instrumen, semakin sedikit peningakatan yang terjadi akibat pelipat gandaan butirnya.
Gejala yang terlihat dari pemakaian rumus tersebut akan berlaku apabila dua asumsinya
terpenuhi, yaitu
a. Butir-butir instrumen yang ditambahkan tersebut memiliki karakteristik yang sama
dengan butir-butir yang sudah ada, misalnya tidak lebih mudah atau lebih sulit.
b. Subjek yang mengisi instrumen atau mengerjakan test tersebut tidak erpengaruh secra
psikologis dengan bertambahnya jumlah butir-butir, misalnya tidak menjadi lelah dan
lain sebagainya.
Homoginitas soal test, soal yang memiliki homoginitas yang tinggi cenderung mengarah
kepada tingginya tingkat reliabilita. Dua buah test yang sama butirnya akan tetapi berbeda
isinya, misalnya yang satu mengukur pengetahuan kebahasaan dan yang lainya mengukur
kemampuan fisika akan menghasilkan tingkat reliabilitas berbeda. Test fisika cederung
menghasilka tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada test kebahasaan karena dari
segi isi kemampuan menyelesaikan soal fisika lebih homogen daripada pengetahuan
kebahasaan.
Waktu yang diperluka untuk menyelesaikan test, semakin terbatasnya waktu dalam
pengejaan test maka akan mendorong test untuk cenderung memiliki reliabilitas yang
tinggi, hl ini terutama apabila realiabilitas diperoleh dengan cara splithalf (belah dua).
Keseragaman kondisi pada saat test diberikan, kondisi pelaksanaan test yanhg semakin
seragam akan memunculkan reliabilitas yang semakin tinggi.
Kecocokan tingkat kesukaran terhadap peserta test
Heteroginitas kelompok, bahwa semakin hiterogen suatu kelompok dalam pengerjaan
suatu test maka test terebut semakin cenderung untuk menunjukan tingkat reliabilitas yang
tinggi.
Variabel skors instrumen yang mengahasilkan rentangan skor yang lebih luas atau lebih
tinggi variabilitasnya akan memiliki tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada yang
menghaslkan menghsilkan rentang skor yang lebih sempit. Seperti test bentuk pilihan
ganda cenderung menghasilakan tingkat reliabilitas lebih tinggi dari pada test bentuk
benar salah.
Motivasi individu.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keadaan suatu tes:
1. Luas tidaknya sampling yang diambil

2. Perbedaan bakat kemampuan murid yang dites.


3. Suasana atau kondisi testing
4. Kandalan tes

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Reliabilitas diartikan dengan keajekan (konsistensi) bila mana tes tersebut diuji berkalikali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil tes yang pertama dengan tes yang
berikutnya dikorelasikan terdapa hasil korelasi yang signifikan
2. Methode-methode yang diguanakan untuk mengukur tingakat reliabel antara lain: Dengan
metode dua tes, Dengan metode satu tes, Metode spit half (masih dengan 1 tes), Dengan
methode kuder-Richardo.
3. Tingkat reliabilitas suatu instrumen atau tes dipengaruhi oleh banyak hal antara lain:
Jumlah butir soal, Homoginitas soal test, Waktu yang diperluka untuk menyelesaikan test,
Keseragaman kondisi pada saat test diberikan, Kecocokan tingkat kesukaran terhadap
peserta test, Heteroginitas kelompok, Motivasi individu.

Anda mungkin juga menyukai