PENYAKIT LEGG-CALVE-PERTHES
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Legg- Calve- Perthes (LCP) merupakan penyakit osteokondrosis yang
mengenai sendi panggul dan dapat sembuh sendiri. Penyakit ini terjadi akibat adanya
gangguan vaskularisasi kaput femur dimana pusat kalsifikasi mengalami nekrosis dan
absorbsi dan diganti dengan tulang yang mati. Tujuan pengobatan adalah untuk
menghindari artritis degeneratif parah. Legg- Calve- Perthes adalah nama gabungan dari
para ahli orthopedi yang pertamakali mengemukakan tentang penyakit ini dalam waktu
yang sama namun di tempat yang berbeda. Legg (USA), Calve (Prancis), Perthes
(Jerman). 1,3
B. INSIDENSI
Biasanya ditemukan pada anak-anak umur 4-8 tahun, 4-5 kali lebih banyak pada
pria daripada wanita. Penyakit ini umumnya bersifat unilateral dan hanya 15% yang
bersifat bilateral. 3
C.
GAMBARAN KLINIS
Gejala penyakit Legg-calv-Perthes biasanya telah ada selama berminggu-minggu
Pincang
spasme otot
atrophia Paha: lingkar Paha yang sakit akan lebih kecil dari pada sisi
sehat
Revaskularisasi perifer
Berpotensi untuk
menimbulkan penyakit
LCP
Osifikasi lanjutan
Trauma
Deformitas
E. PATOLOGI
Kelainan terjadi secara berangsur-angsur selama 2-4 tahun sampai terjadi resorpsi
yang lengkap (biasanya dalam tiga tahun) berupa:
1. Iskemia dan kematian tulang
semua bagian dari inti tulang kaput femur mengalami kematian. Pada
pemeriksaan radiologist kaput masih terlihat normal, tetapi tidak bertambah besar.
2. Revaskularisasi dan perbaikan
dalam beberapa minggu, mungkin beberapa hari terjadi infark dan kemudian
bagaian dari tulang yang mati diganti oleh jaringan yang kadang-kadang disertai
kalsifikasi.kemudian terjadi revaskularisasi tulang dengan lamella yang baru pada
trabekula yang mati. Gambaran radiologik yang terlihat berupa peningkatan
densitas tulang.
RSU Prov. NTB/FK UNRAM/SMF Bedah 2010
F. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pada tahap awal gambaran radiologis masih ditemukan peleban terlihat normal
dan hanya ditemukan pelebaran ruang sendi atau pusat osifikasi kaput femur
menjadi asimetris. Pada tingkat lanjut terlihat peningkatan densitas pada pusat
osifikasi.
Gambaran radiologik selanjutnya bervariasi sesui dengan tingkatan nekrotikpada
kaput femur yang menurut Catrall pada foto AP terbagi dalam 4 jenis yaitu :
Caterall I
Caterall II
Caterall III
Catreall IV
Plain x-ray pinggul sangat berguna dalam menegakkan diagnosis. Beberapa radiografi
ditunjukkan di bawah ini.
Gambar 2. Kepala femoral jelas lebih kecil di sebelah kiri daripada di kanan.2
G. DIAGNOSIS
Penyakit Legg-Calve-Perthes melalui pemeriksaan klinik dan radiologis1.2.3.4
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Transient sinovitis yang sebagian kecil dapat menjadi Legg-Calve-Perthes
RSU Prov. NTB/FK UNRAM/SMF Bedah 2010
2. Penyakit moruio
3. Epifisis displasia multiple
4. Penyakit sickle cell
5. Penyakit Gaucher
6. Tuberculosis sendi panggul. 2.4
I. PENGOBATAN
Tujuan pengobatan adalah mencegah terjadinya deformitas kaput femur agar di
kemudian hari tidak terjadi degenerasi panggul. Metode pengobatan sebelumnya adalah
mengurangi tekanan akibat beban tubuh dan mempertahankan sendi panggul di dalam
ruang panggul melauai penggunaan penyangga (brace) selama beberapa tahun. Pada saat
ini metode metode tersebut kurang bermanfaat. Sebagian dari anak-anak yang lebih muda
(3-4 tahun) mangalami resorpsi parsial dari kaput femur tetapi biasanya akan terjadi
resorpsi yang lengkap. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan mempergunakan
wight-bearing-abduction plaster. Yang akan menegah sublukasasi dan memeungkinkan
asetabulum untuk mendapatkan penyembuhan secara biologis dari kaput femur. 3
Tindakan operatif berupa osteotomi femur dan osteotomi inominata dapt
dipertimbangkan untuk mecegah subluksasi terutama pada anak yang lebih tua.4
K. KOMPLIKASI
J. PROGNOSIS
Anak-anak yang lebih tua dari 10 tahun memiliki risiko yang sangat tinggi
berkembang osteoarthritis.
.,
KEPUSTAKAAN
1. Apley, Graham. Solomon, Louis. Cedera tungkai bawah. Dalam: Buku Ajar Ajar
Ortopedi dan Fraktur Sistim Apley. Edisi ke-7. Widya Medika. Jakarta.
2. Nochimson, Geofrey (2009). Legg-calve-Perthes. (emedicine). Disitasi pada tanggal
22 Januari 2010 dari: http://emedicine.medscape.com
3. Rasjad, Chairuddin. (2007). Kelainan Epifisis dan Lempeng Epifisis, dalam Pengantar
Ilmu Bedah Ortopedi.. Edisi ke-3. Yarsif Watampone. Jakarta
4. Salter, Robert. (1999). Textbook of Diosorders and Injuries of the Musculoskeletal
System. Third edition. William and Wilkin. Baltimore. USA.